Anda di halaman 1dari 18

I.

STUDI KASUS
Gambaran umum mengenai proyek pembangunan Trillium Office & Residence ini disajikan sebagai berikut
:
 Nama Proyek : Rumah Tinggal Type 2 Lantai
 Jenis Proyek : Rumah Tinggal Type 2 Lantai
 Lokasi : Jalan Sememi, Kecamatan Benowo Kota Surabaya
 Nilai Kontrak : Rp. 135.300.000.000,-
 Pemberi Tugas : PT. Central Pemuda Investindo
 Konsultan Arsitektur : Megatika International
 Konsultan Struktur : Benjamin Gideon & Associates
 Konsultan M/E : PT. Skemanusa Consultama Teknik
 Kontraktor Utama : PT. Wijaya Karya
 Luas Bangunan : 153 m2
 Jumlah Lantai : 2 lantai
 Struktur Bangunan:
o Str. Bawah = Pondasi Tiang Pancang
o Str. Atas = Beton Bertulang
o Str. Atap = Plat Beton
 Waktu Pelaksanaan : April 2018 s/d Maret 2019

Item pekerjaan utama yang meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan sub struktur, pekerjaan struktur,
pekerjaan arsitektur dan pekerjaan ME. Dari masingmasing item pekerjaan utama tersebut terdiri dari
beberapa sub item pekerjaan dan memiliki rangkaian aktivitas.

Item pekerjaan yang akan direncanakan persediaan materialnya adalah item pekerjaan struktur atas
podium B dengan obyek bahasan yaitu pekerjaan struktur pada lantai ground floor. Pekerjaan struktur
pada lantai ground floor terdiri dari pekerjaan struktur balok, pelat lantai dan kolom yang merupakan
pekerjaan struktur beton bertulang dimana pada masing-masing komponen struktur tersebut meliputi
pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran.

A. Jadwal Pelaksanaan Proyek pembangunan Trillium Office & Residence Surabaya ini memerlukan
waktu selama ± 2 tahun 6 bulan dengan waktu pelaksanaan mulai tanggal 9 Agustus 2008 dan
direncanakan selesai pada tanggal 17 Februari 2011 yang meliputi pekerjaan persiapan hingga
finishing dan serah terima. Sedangkan untuk pekerjaan struktur atas podium B saja dimulai pada
tanggal 17 April 2010 sampai dengan 23 Juni 2010 sehingga lama waktu penyelesaian pekerjaan
struktur atas podium B adalah 68 hari. Berdasarkan time schedule, pekerjaan struktur atas podium B
memiliki waktu pelaksanaan terpendek diantara beberapa item pekerjaan utama lainnya. Untuk
jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur atas podium B lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah.
Tabel . Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Atas Podium B

B. Struktur Produk (Bill of Material) berisi informasi tentang semua kebutuhan akan komponen
maupun sub komponen yang diperlukan untuk membuat atau menghasilkan produk akhir dari suatu
pekerjaan, yang dibuat berdasarkan break down struktur pekerjaan yang dapat dilihat pada time
schedule dan BOQ. Material yang akan direncanakan persediaannya adalah material penyusun
pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Dalam hal ini material yang akan diperhitungkan
adalah material-material utama seperti multipleks, balok kayu, besi tulangan dan beton readymix.
Untuk lebih jelasnya mengenai struktur produk struktur ground floor podium B dapat dilihat pada
gambar 4.1. Dari gambar struktur produk (Bill of Material) tersebut dapat dilihat bahwa struktur
produk ini memiliki empat tingkat peninjauan yaitu level 0,1,2 dan 3. Produk yang berada pada level
0 yaitu struktur ground floor podium B merupakan produk akhir dari struktur ini, sedangkan produk
yang berada di bawahnya merupakan komponen penyusunnya.
Gambar. BOM Struktur Ground Floor Podium B

Dari struktur produk (Bill of Material) tersebut di atas maka diperoleh jenis-jenis material yang
diperlukan untuk pekerjaan struktur ground floor podium B yang kemudian akan diperhitungkan sebagai
berikut :

Tabel. Jenis Material


C. Analisa Kebutuhan Material
Analisa kebutuhan material adalah besarnya jumlah material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
bagian pekerjaan dalam satu satuan pekerjaan.
1. Jadwal pelaksanaan pekerjaan struktur dan hubungan antar aktivitas digunakan sebagai
informasi atau data untuk menyusun sebuah jadwal induk produksi. Hal ini dapat dilihat pada
jadwal pelaksanaan proyek dimana di dalamnya terdapat informasi tentang durasi dari masing-
masing item pekerjaan dan hubungan antar aktivitas yang tergambar pada gambar bar chart yang
ada di jadwal pekerjaan struktur.
Pekerjaan struktur ground floor dilaksanakan secara seri dan paralel karena mengingat bahwa
waktu pelaksanaan yang dimiliki terbatas sedangkan bobot pekerjaannya cukup besar. Untuk
jadwal pekerjaan struktur ground floor lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel Jadwal Pekerjaan Struktur Ground Floor

Berdasarkan jadwal pekerjaan struktur setiap zona tersebut maka terlihat hubungan antar aktivitas dari
masingmasing item pekerjaan yang digunakan untuk mengetahui urutan pelaksanaan pekerjaan.
Hubungan antar aktivitas tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pekerjaan bekisting pelat dimulai 1 hari setelah pekerjaan bekisting balok dimulai.
b. Pekerjaan pembesian balok dimulai 2 hari setelah pekerjaan bekisting balok dimulai dan 1 hari setelah
pekerjaan bekisting pelat dimulai.
c. Pekerjaan pembesian pelat dimulai setelah pekerjaan bekisting balok dan pelat selesai serta 1 hari
setelah pembesian balok dimulai.
d. Pekerjaan pengecoran balok dan pelat bisa dimulai setelah pekerjaan bekisting dan pembesian untuk
balok maupun pelat telah selesai.
e. Pekerjaan struktur kolom dimulai setelah pekerjaan struktur balok dan pelat selesai. Pekerjaan struktur
kolom dilakukan dengan urutan pekerjaan yang dimulai dari pembesian, bekisting dan yang terakhir
adalah pengecoran.

2. Jadwal Induk Produksi


Dengan diketahuinya durasi atau lama waktu yang diperlukan oleh masing-masing item
pekerjaan berikut hubungan antar aktivitasnya, maka dapat disusun suatu jadwal induk produksi
dengan memasukkan data kuantitas pekerjaan tiap periodenya ke dalam jadwal pekerjaan.
Berikut ini adalah contoh perhitungan kuantitas pekerjaan bekisting balok per periode: Vol.tot
pek.bekisting balok zona 1 = 376.8 m²
Durasi pek. bekisting balok = 3 hari
Maka vol.pek.bekisting balok zona 1 per periode adalah:
376
= 125.6 m² / hari
3

Vol.tot pek.bekisting balok zona 2 = 238.20 m²


Durasi pek. bekisting balok = 3 hari
Maka vol.pek.bekisting balok zona 2 per periode adalah:
238.2
= 79.4 m² / hari
3

Tabel Jadwal Iduk Produksi Pekerjaan Struktur Ground Floor Podium B

3. Analisa Kebutuhan material per periode


Kebutuhan material per periode dapat dihitung berdasarkan jadwal induk produksi dan analisa
bahan atau material untuk masing-masing item pekerjaan. Kebutuhan material per periode
dihitung dengan memasukkan data koefisien atau indeks (angka) analisa bahan pada jadwal
induk produksi, atau secara matematis dapat ditulisakan sebagai berikut:
Jumlah bahan/material yang dibutuhkan = Volume pekerjaan x Indeks analisa bahan

Apabila satuan dalam analisa bahan berbeda dengan satuan unit dalam pembelian material,
maka jumlah kebutuhan material dikonversikan ke dalam satuan pembelian.

Contoh perhitungan jumlah kebutuhan material untuk pekerjaan besi tulangan balok Ø10 pada periode
hari ke-3 minggu ke-89 :

Vol.pekerjaan besi tulangan balok Ø10 = 393,1 kg


Koefisien / indeks analisa bahan untuk pekerjaan 1 kg besi beton polos = 1,13 kg maka :
Jml. bahan / material yg dibutuhkan = 393,1 x 1,13 = 444,1 kg
Karena satuan unit pembelian material besi adalah dalam satuan lonjor, maka kuantitas/jumlah
material besi dikonversikan menjadi satuan lonjor.
Jika 1 lonjor besi Ø10 memiliki berat 7,4 kg/lonjor, maka :
441
Jumlah material besi Ø10 = = 60 lonjor
7.4
4. Biaya-biaya Persediaan
Beberapa asumsi yang diambil dalam perhitungan biaya persediaan ini antara lain :
a. Harga material tetap untuk pembelian dalam jumlah berapapun.
b. Biaya pemesanan dan lead time tetap setiap kali melakukan pemesanan
Biaya persediaan untuk item pekerjaan struktur ground floor meliputi biaya pembelian, biaya
pengadaan dan biaya penyimpanan.
a. Biaya Pembelian
Adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli material. Besarnya biaya pembelian
tergantung pada jumlah material yang dibeli dan harga satuan material
Tabel Daftar Harga Material
b. Biaya Pengadaan
Biaya pengadaan/ pemesanan yang ditinjau adalah biaya pemesanan yang merupakan
semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan material dari luar. Besar kecilnya biaya
pemesanan tergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan. Adapun biaya pemesanan yang
diperhitungkan meliputi :
1) Biaya untuk melakukan pemesanan material kepada supplier yang berupa biaya dalam
penggunaan jasa telekomunikasi. Biaya ini terdiri dari biaya telepon untuk ongkos
menghubungi supplier dan biaya fax untuk pengiriman pesanan. Biaya telepon
dipengaruhi oleh lokasi pemesanan material dan lamanya durasi percakapan yang
diperkirakan selama 10 menit dalam setiap kali pemesanan. Karena lokasi supplier
berada di Surabaya, Gresik dan Sepanjang yang memiliki kode area sama maka untuk
biaya telepon setiap pemesanan material adalah sama yaitu sebesar Rp 125,-. Sedangkan
untuk biaya fax tergantung pada jumlah lembar pesanan yang dikirim melalui fax dalam
setiap kali pemesanan yang diperkirakan sebanyak 2 lembar.
2) Biaya administrasi yang terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan dengan proses pencatatan
pesanan, pengiriman pesanan, dan pendataan pada saat kedatangan material. Biaya
administrasi yang diperhitungkan adalah biaya pencetakan dokumen yang diasumsikan
sama untuk setiap material, yaitu sebanyak 5 lembar cetak dokumen. Dengan estimasi
biaya cetak sebesar Rp 250,-/lembar, maka biaya administrasinya adalah 5 x Rp 250,-
yaitu sebesar Rp 1250,-. Dari biaya-biaya tersebut maka total biaya pemesanan
merupakan jumlah dari biaya telepon, biaya fax dan biaya administrasi.
Tabel Total Biaya Pengadaan
c. Biaya Penyimpanan
Adalah semua pengeluaran atau biaya yang timbul akibat menyimpan barang maupun
bahan. Biaya penyimpanan yang diperhitungkan berupa biaya karena memiliki persediaan
(biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Biaya karena memiliki persediaan (biaya
modal) dapat diukur dengan suku bunga bank sebesar 6.5 % per tahun (berdasarkan suku
bunga BI 2010) dari harga material per unit. Untuk biaya penyusutan atau kerusakan dapat
dihitung berdasarkan penyusutan atau kerusakan material selama penyimpanan yang
diasumsikan sebesar 0,5% dari harga material per unit untuk material besi, sedangkan untuk
jenis material kayu sebesar 2%. Dengan asumsi bahwa 1 tahun ada 365 hari, maka
perhitungan biaya penyimpanan material per hari adalah sebagai berikut :

Total biaya penyimpanan material, seperti terlihat pada tabel


Total biaya persediaan yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pengadaan/ pemesanan dan
biaya penyimpanan dapat dilihat pada tabel berikut

5. Perhitungan Kebutuhan Kotor Material


Kebutuhan kotor material merupakan jumlah setiap item material yang dibutuhkan untuk
dikonsumsi. Kebutuhan material dalam satu periode merupakan hasil penjumlahan kebutuhan
material dari semua item pekerjaan yang menggunakan material tersebut dalam periode yang
sama. Berdasarkan jadwal induk produksi dan kebutuhan material per periode yang sudah
diperhitungkan sebelumnya, maka kebutuhan kotor material untuk setiap item pekerjaan
struktur ground floor podium B dituliskan dalam tabel berikut

Tabel Data Kebutuhan Kotor Per Periode (Minggu ke 89)


Tabel Data Kebutuhan Kotor Per Periode (Minggu ke 90)
Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Kotor Material
6. Proses Explossion
Proses explosion merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item/komponen
yang lebih bawah. Proses ini menunjukkan kapan material harus dipesan atau kapan produksi
harus dimulai untuk memenuhi kebutuhan produk jadi pada suatu waktu tertentu. Dalam proses
explosion ini data mengenai struktur produk sangat memegang peranan karena atas dasar
struktur produk inilah proses explosion akan berjalan dan dapat menentukan ke arah komponen
mana harus dilakukan eksplosion.
Untuk melakukan proses explosion ini diperlukan data-data mengenai gambar struktur produk
(BOM) struktur ground floor podium B, jadwal pelaksanaan proyek, volume pekerjaan, dan
jadwal induk produksi. Sebelum melakukan proses explosion perlu dilihat kembali level pekerjaan
/ material yang telah ditentukan sebelumnya pada struktur produk beserta kuantitasnya.
Tabel Level Pekerjaan/ Material
Sebelum melakukan proses explosion ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan
dengan proses explosion diantaranya : 1. Sesuai dengan struktur produk, produk yang berada
pada level 0 yaitu struktur ground floor podium B merupakan produk akhir dari struktur ini,
sedangkan produk yang berada dibawahnya merupakan komponen penyusunnya. 2. Struktur
ground floor podium B dikatakan selesai apabila struktur balok, plat lantai, kolom, yang
merupakan komponennya sudah selesai dirakit (sudah di cor). Begitu pula untuk struktur balok,
plat lantai, kolom dikatakan selesai apabila pekerjaan bekisting, penulangan dan pengecoran
telah selesai dilakukan. Hal ini juga diterapkan untuk produk lain yang berada di level bawah. 3.
Lead time adalah waktu menunggu sejak memesan sampai memperoleh pesanan tersebut. Lead
time dalam
proses ini adalah waktu tunggu dalam beberapa aktivitas yang meliputi waktu tunggu perakitan
dan waktu tunggu kedatangan material dari supplier. Waktu perakitan untuk struktur ground
floor,balok,plat lantai dan kolom adalah sama dengan waktu pengecoran yaitu 1 hari. Waktu
perakitan bekisting dan penulangan adalah sesuai dengan jadwal pekerjaan struktur ground floor
podium B. 4. Kebutuhan pada level yang lebih atas akan menjadi total kebutuhan untuk level
yang berada dibawahnya.

Dengan menggunakan informasi ini, disusun tabel proses explosion untuk memenuhi kebutuhan
akan produk jadi yaitu struktur ground floor podium B.

Tabel Level o Struktur Ground Floor Podium B (Balok)


Tabel Level o Struktur Ground Floor Podium B (Pelat Lantai)

Tabel Level o Struktur Ground Floor Podium B (Kolom)


Kebutuhan kotor yang ditunjukkan dalam tabel 4.18 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
Level 0 :
- Struktur ground floor podium B yang merupakan produk akhir dalam struktur produk ini
diselesaikan dalam beberapa tahap.
- Waktu perakitan produk akhir ini adalah sama dengan waktu pengecoran komponen struktur
balok, plat lantai, dan kolom (berada pada level 1), sehingga waktu perakitannya adalah sesuai
dengan jadwal pekerjaan struktur ground floor podium B yaitu hari ke 6 dan 7 pada minggu ke
89 serta hari ke 1 sampai dengan hari ke 6 pada minggu ke 90.
- Total kebutuhan pada level ini merupakan volume pekerjaan struktur ground floor podium
Level 1 :
- Total kebutuhan pada level 0 menjadi total kebutuhan pada level 1 sesuai dengan waktu
perakitan pada level 0.
- Waktu perakitan balok, plat lantai, dan kolom adalah sama dengan waktu pengecoran.
Berdasarkan jadwal pekerjaan struktur ground floor podium B, pengecoran balok dan plat lantai
adalah bersamaan yaitu pada hari ke 6 minggu ke 89 dan hari ke 1, 3, 5 minggu ke 90, sedangkan
untuk kolom pada hari ke 7 minggu ke 89 dan hari ke 2, 4, 6 minggu ke 90.
Level 2 :
- Total kebutuhan pada level 1 menjadi total kebutuhan pada level 2 dan disesuaikan dengan
waktu perakitan level 1 serta kebutuhan pada level 2.
- Waktu perakitan adalah sesuai dengan jadwal induk produksi
Level 3 :
- Total kebutuhan pada level 2 menjadi total kebutuhan pada level 3 dengan waktu sesuai dengan
perakitan level 2.
- Total kebutuhan pada level 3 sesuai dengan kebutuhan material per periode

7. Proses Netting
Perhitungan kebutuhan bersih adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan
bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan persediaan yang
dimiliki pada awal perencanaan, atau secara matematis dapat dituliskan: Kebutuhan bersih =
kebutuhan kotor – persediaan di tangan Data yang diperlukan dalam proses ini adalah data
kebutuhan kotor setiap periodenya dan data persediaan yang dimiliki di awal perencanaan.
Karena diasumsikan bahwa tidak ada persediaan di awal perencanaan, maka kebutuhan
bersihnya adalah sama dengan kebutuhan kotor yang telah diperhitungkan.

8. Proses Lotting dan Offsetting


Penentuan ukuran pemesanan (lotting) bertujuan untuk menentukan jumlah pesanan yang
optimal berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih. Proses ini dilakukan pada level paling
bawah berdasarkan struktur produk yaitu untuk setiap jenis material. Teknik penentuan ukuran
pemesanan yang akan digunakan dalam tugas akhir ini antara lain :
a. Teknik Lot for Lot (L4L)
Pada teknik penetapan ukuran lot ini, jumlah material yang dipesan sama dengan jumlah
material yang dibutuhkan. Teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik
ukuran lot yang ada
b. Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Penetapan ukuran lot dengan teknik EOQ masih sering digunakan dalam lingkungan MRP
karena teknik ini sangat populer dalam persediaan tradisional. Pada teknik ini besarnya
ukuran lot adalah tetap.
c. Teknik Periodic Order Quantity (POQ)
Jumlah pesanan berkala (POQ) merupakan jumlah yang sama dengan jumlah yang
dibutuhkan selama beberapa periode sejak bahan yang dipesan diterima, ditambah dengan
jumlah sediaan pengaman dan dikurangi dengan jumlah sediaan awal atau sediaan ditangan.
d. Teknik Part Period Balancing (PPB)
Part Period Balancing (PPB) adalah sebuah pendekatan yang lebih dinamis untuk
menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. PPB menggunakan informasi
tambahan dengan mengubah ukuran lot untuk menggambarkan kebutuhan ukuran lot
berikutnya di masa datang.

Anda mungkin juga menyukai