Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dunia, terjadi 208 juta kehamilan dengan 41 juta mengarah ke aborsi
dan 11 juta mengarah ke abortus spontan. Di negara berkembang, 90%
abortus terjadi secara tidak aman, sehingga berkontribusi 11%-13% terhadap
kematian maternal (Kemenkes RI, 2015). Menurut WHO, diperkirakan 4,2
juta abortus dilakukan setiap tahun di ASEAN dengan perincian 1,3 juta
dilakukan di Vietnam dan Singapura, 750.000–1,5 juta dilakukan di
Indonesia, 155.000–750.000 dilakukan di Filiphina dan 300.000–900.000
dilakukan di Thailand. Laporan dari Australian Consortium For Indonesian
Studies, bahwa hasil penelitian yang dilakukan di 10 kota besar dan 6
kabupaten di Indonesia menunjukkan terjadi 43 kasus aborsi per 100
kelahiran hidup.
Riskesdas tahun 2010 menunjukkan presentase keguguran di Indonesia
sebesar 4% pada kelompok perempuan pernah kawin usia 10–59 tahun.
Presentase kejadian abortus spontan di Indonesia berdasarkan kelompok
umur yaitu 3,8% pada kelompok umur 15–19 tahun, 5,8 % pada kelompok
umur 20-24 tahun, 5,8% pada kelompok umur 25-29 tahun dan 5,7% pada
kelompok umur 30-34 tahun (Kemenkes RI, 2015). Besarnya kemungkinan
keguguran yang terjadi pada wanita usia subur adalah 10%–25%.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, angka kejadian abortus spontan di Jawa
Tengah cukup tinggi dengan berada pada angka 3,6% dari rentang 2,4%–6%
angka kejadian per provinsi. Menurut ketua pengurus harian daerah
Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng, jumlah abortus yang
dilakukan secara aman di Jawa Tengah sekitar 60 kasus. Tidak diketahui
jumlah yang pasti mengenai abortus spontan yang tercatat di Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dikarenakan abortus tidak terdapat dalam
sistem pelaporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) (Kemenkes RI, 2015).
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau

1
berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup diluar kandungan. Abortus dini terjadi pada kehamilan sebelum
12 minggu umur kehamilan, sedangkan abortus tahap akhir (late abortion)
terjadi antara 12–20 minggu umur kehamilan. Beberapa kriteria dugaan
terjadinya abortus seperti keterlambatan datang bulan, terjadinya perdarahan
disertai sakit perut, pengeluaran hasil konsepsi dan pemeriksaan tes
kehamilan dapat positif atau sudah negatif. Prognosa dari kejadian abortus
tergantung pada cepat lambatnya dalam mendiagnosis danmencari etiologi.
Komplikasi yang sering timbul dari kejadian abortus seperti perdarahan,
perforasi, syok, infeksi dan pada missed abortion dapat terjadi kelainan pada
pembekuan darah.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan abortus?
b. Apa saja klasifikasi abortus?
c. Apa penyebab dari abortus?
d. Bagaimana patofisiologi dan pathway abortus?
e. Apa saja manifestasi klinis dari abortus?
f. Baigamana uji diagnostic abortus?
g. Bagaimana penatalaksanaan medis abortus?
h. Bagaimana konsep asuhan keperawatan kegawat daruratan abortus
1.3 Tujuan
a. Untuk mengidentifikasi abortus
b. Untuk mengidentifikasi dan mengetahui klasifikasi dari abortus
c. Untuk mengidentifikasi penyebab dari abortus
d. Untuk mengidentifikasi patofisiologidan pathway abortus
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis abortus
f. Untuk mengidentifikasi uji diagnostic abortus
g. Untuk mengidentifikais penatalaksanaan medis abortus
h. Untuk mengidentifikasi konsep asuhan keperawatan kegawat drauratan
abortus

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi Abortus


Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16
minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat
fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi
BB anak waktu lahir Makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus
(Amru Sofian, 2015).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut
abortus.Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah
mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Ada juga yang
mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak yang kurang dari 500
gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut juga
dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diuar kandungan,
(prawirohardjo, 2010).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo,
2010). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
(Mansjoer,dkk, 2000). Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak
diinginkan melalui metode obatobatan atau bedah, (Morgan, 2011)

1.2. Klasifikasi Dari Abortus


Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan
Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan.

3
Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). WHO
mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin
seberat 500 gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin
(usia kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang.
Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok,
yaitu:
a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa
adanya dilatasi serviks. Yang pertama kali muncul biasanya adalah
perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi
nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas
bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman
atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis.
b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban
yang nyata disertai pembukaan serviks.
c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini
keluar secara terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta
tertahan di uterus, cepat atau lambatakan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah
meninggal in utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal,
mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau gejala lain yang
mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus
tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti
semula.

4
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan
urutan, tetapi definisi yang paling luas diterima adalah abortus
spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh
ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan
apabila 10 kehamilan belum mencapai 100 gram, walaupun terdapat
kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar tubuh.
Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi
medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter
ahli.
b. Abortus kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.

1.3. Penyebab/ Etiologi Abortus


1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu.
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian
mudigah pada kehamilan muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X 6
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan
adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom
seks.

5
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna. Bila
lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya
dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan
lainnya.
2. Kelainan pada plasenta/ gangguan sirkulasi plasenta
3. Faktor maternal/ penyakit ibu
a. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dll.
b. Keracunan Pb,nikotin, gas racun, alcohol, dll.
c. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemia gravis.
d. Malnutri, avitaminosis, dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A,C, atau E, diabetes mellitus.
4. Kelainan genetalia ibu
a. Anomaly congenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
b. Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
c. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum yang sudah dibuahi, seperti kurangnya progesterone atau
estrogen, endometritis, mioma submukosa
d. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)
e. Distorsio uterus, misalnya karena terdorong oleh turmor pelvis
5. Trauma. Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum
uteri. Hubungan seksual khususnya kalau terjadi orgasme,

6
dapat menyebabkan abortus pada wanita dengan riwayat
keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal
7. Sebab-sebab psikosomatik. Stress dan emosi yang kat
diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.

1.4 Patofisiologi Dan Pathway Abortus


Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda
asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi
eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted Ovum”.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada
kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga
plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan.
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.(Prawirahardjp,2010)

7
Pathway

Fisiologi organ terganggu Abortus ( mati janin < 16-28


penyakit ibu/bapak panggul minggu/bb<40-100 gram)
sempit

Abortus spontan Abortus provokatus

- Ab, Immines - Ab.


Intoleransi
- Ab. Insipens Medisinalis
aktivitas
- Ab. - Ab. Kriminalis
Imkompletus
- Ab.
Kompletus Gangguan rasa
- Missed nyaman
abortion

Nyeri abdomen

curetase Kurang pengetahuan Ansietas

Post anatesi Jaringan Resiko infeksi


terputus/terbuka
Penurunan syaraf
oblongata

Nyeri gangguan Invasi bakteri


Penurunan syaraf pemenuhan ADL
vegetatif

Perdarahan
Penyerapan cairan di
peristaltik colon

8
Kekurangan volume
cairan

Gangguan eliminasi Resiko infeksi


(konstipasi)
( sumber : Buku Aplikasi NANDA NIC-NOC,2015)
Resiko syok
1.5 Manifestasi Klinis Abortus (hipovolemik)

Tanda dan gejala secara umum pada abortus adalah :


a. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
b. Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah normal
atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
c. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
d. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang
akibat kontraksi uterus
e. Pemeriksaan ginekologi
a) Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b) Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium
c) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil
dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri
d) Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
1.6 Diagnostic Abortus
a. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3
minggu setelah abortus
b. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah
janin masih hidup

9
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

1.7 Penatalaksanaan Medis Abortus


Penatalaksanaan abortus menurut Varney 2001 adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus
sampai perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan
irigasi atau memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining
vaginitis dan servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan
kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian – bagian janin
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan,
effacement, serta kondisi ketuban
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika
mungkin untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji
ulang gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat,
atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil
abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan
seperti phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan
terapi hormonal yaitu progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan
berhenti.

10
1.8 Konsep Asuhan Keperawatan Kegawat Drauratan Abortus
1.8.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Keluhan utama
pada pasien dengan abortus, kemungkinan pasien akan
datang dengan keluhan utama perdarahan pervagina disertai
dengan keluarnya bekuan darah atau jaringan, rasa nyeri atau
kram pada perut. Pasien juga mungkin mengeluhkan terasa
ada tekanan pada punggung, mengatakan bahwa hasil test
kencing positif hamil, merasa lelah dan lemas serta mengeluh
sedih karena kehilangan kehamilannya.
b. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas:
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus
lebih besar dari usia kehamilan.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
a) Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang
pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
b) Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya
penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary,
penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
d) Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe,
siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan

11
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang
menyertainya
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji
bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan
kesehatan anaknya.
f) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien,
jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
g) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
2. Data Objektif
a. Sirkulasi
pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang
banyak sehingga dapat menimbulkan syok, pasien tampak
pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi
teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan
karena nyeri.
b. Breathing
Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, nafas
cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, gerakan
dinding dada simetris/asimetris, pola nafas teratur/tidak,
auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji frekuensi nafas serta
penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation
pada pasien abortus terdapat perdarahan pervaginam yang
banyak sehingga dapat menimbulkan syok, pasien tampak
pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin menurun, nadi
teraba cepat dan kecil, pasien tampak meringis atau kesakitan
karena nyeri
d. Integritas Ego

12
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan
sampai ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan
dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam
pengalaman kelahiran. Mungkin mengekpresikan ketidak
mampuan untuk menghadapi suasana baru. Pada pasien
abortus kemungkinan terjadi kesadaran menurun, syncope,
pasien tampak lemah.
e. Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat,
bising usus tidak ada. Makanan/ cairan: Abdomen lunak
dengan tidak ada distensi pada awal.
f. Neurosensorik
Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak anestesi
spinal epidural.
g. Nyeri/ kenyamanan
Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber:
misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen,
efek-efek anestesi: mulut mungkin kering.
h. Keamanan
Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi karena
pemasangan infus dan nyeri tekan.
i. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
3. Pemeriksaan fisik, meliputi:
a. Inspeksi. Hal yang diinspeksi antara lain:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,
laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan
postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik,
dan seterusnya.
b. Palpasi

13
a) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat
suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
b) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi
edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit
untuk mengamati turgor.
c) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot
atau respon nyeri yang abnormal
c. Perkusi
a) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan
dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya
cairan , massa atau konsolidasi.
b) Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati
ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah,
memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi
dinding perut atau tidak
d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau
denyut jantung janin. (Johnson & Taylor, 2005:39)
4. Sekunder Assessment
a. Eksposure : pasien tampak pucat
b. Five intervention: Tekanan darah menurun, nadi cepat dan
kecil, suhu meningkat
c. Give Comfort: nyeri perut yang hebat, kram atau rasa
tertekan pada pelvic
d. Head to toe: meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
ginekologi, menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan,
riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat pemeriksaan
kehamilan (ANC), riwayat penyakit kronis atau akut, riwayat
pengobatan serta riwayat alergi.
5. Pemeriksaan laboratorium/ Diagnostik:

14
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/ hematokrit (Hb/Ht).
Mengkaji perubahan dari kadar efek kehilangan darah pada
pembedahan urinalisis, kultur urine, darah vaginalm, dan
lokhea : Pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individual.(Doengoes, MZ, & Mary P.M., 2001).
b. Pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
c. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien
tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa
1.8.2 Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan b.d perdarahan
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
c. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan intrauteri
d. Resiko infeksi b.d kondisi vulva lembab
e. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan
f. Resiko syok (hipofolemik) b.d perdarahan pervaginam
g. konstipasi
1.8.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnose Keperawatan NOC NIC
1. Kekurangan volume NOC NIC
cairan  Fluid balance Fluid management
Definisi : penurunan  Hydration - Timbang popok atau
cairan intravascular ,  Nutritional status : pembalut jika diperlukan
interstisial, dan atau food and fluid - Pertahankan catatan
intraseluler , ini mengacu  Intake intake dan output yang
pada dehidrasi, Kriteria hasil : akurat
kehilangan cairan saa  Mempertahankan - Monitor vital sign
tanpa perubahan pada urine output sesuai - Monitor masukan
natrium dengan usia dan makanan / cairan dan
Batasn karakteristik : BB, BJ urine hitung intake kalori
 Penurunan normal, HT normal harian
tekanan darah  Tekanan darah, - Kolaborasikan

15
 Penurunan nadi, suhu tubuh pemberian cairan IV
tekanan nadi dalam batas normal - Monitor status nutrisi
 Penurunan volume  Tidak ada tanda - Berikan cairan IV pada
nadi tanda dehidrasi suhu ruangan
 Penurunan turgor  Elastisitas turgor - Dorong masukan oral
kulit kulit baik, - Dorong keluarga

 Penurunan turgor membran mukosa untukmembantu pasien

lidah lembab, tidak ada makan

 Penurunan rasa haus yang - Kolaborasi dengan

haluaran urine berlebihan dokter

 Penurunan - Atur kemungkinan

pengisisan vena transfuse


- Persiapan untuk
 Membran mukosa
transfuse
kering
Hypovolemia management
 Kulit kering
- Monitor status cairan
 Peningkatan suhu
termasuk intake dan
tubuh
output cairan
 Penurunan berat
- Pelihara IV line
badan
- Monitor tingkat HB dan
 Tiba tiba ( kecuali
Hematokrit
pada ruang ke
- Monitor tanda vital
tiga)
- Monitor respon pasien
 Haus
terhadap penambahan
 Kelemahan
cairan
Factor yang berhubungan
- Monitor berat badan
 Kehilangan cairan
- Dorong pasien utuk
aktif
menambah intake oral
 Kegagalan
- Monitor adanya tanda
mekanisme regulasi
gagal ginjal

2. Intoleransi Aktivitas NOC NIC

16
Definisi : ketidakmampuan  Energy conservation activity therapy
energi psikologis atau  Activity tolerance - Kolaborasi dengan tenaga
fisikologis untuk  Self care : ADLs rehabilitas medic dalam
melanjutkan atau kriteria hasil : rencanakan program terapi
menyelesaikan aktifitas  Berpatisipasi dalam yang tepat
kehidupan sehari-hari yang beraktifitas fisik tanpa - Bantu klien untuk
harus atau yang ingin disertai peningkatan mengidentifikasi aktivitas
dilakukan. tekanan darah, nadi dan yang mampu dilakukan
batasan karakteristik RR - Bantu unutk memilih
 Respon tekanan darah  Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
abnormal terhadap aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuan
aktivitas (ADLs) secara mandiri fisik, psikologi dan social
 Respon frekuensi jantung  Tanda tanda vital normal - Bantu untuk mengidentifikasi
abnormal terhadap  Energy psikomotor dan mendapatkan sumber
aktivitas  Level kelemahan daya diperlukan untuk
 Perubahan EKG yang  Mampu berpindah : aktifitas yang diinginkan
mencerminkan aritmia dengan atau tanpa bantuan - Bantu untuk mendapatkan

 Perubahan EKG yang alat alat bantuan aktivitas seperti

mencerminkan iskemia  Status kardiopulmunari kursi roda, krek

 Ketidakmampuan setelah adekuat - Bantu untuk menidentifikasi

beraktivitas  Sirkulasi status baik aktivitas yang disukai

 Ketidaknyamanan setelah  Status respirasi : - Bantu klien untuk membuat

beraktivitas pertukaran gas dan jadwal latihan diwaktu luang


ventilasi adekuat - Bantu pasien/kleuarga untuk
 Dyspnea setelah
mengidentifikasi kekurangan
beraktivitas
dalam beraktifitas
 Menyatakan merasa letih
- Sediakan penguatan positif
 Menyatakan merasa
bagi yang aktif beraktivitas
lemah
- Bantu pasien untuk
faktor yang berhubungan :
mengembangkan motivasi
 Tirah baring atau
diri dan menguatan
imobilisasi
- Monitor respon fisik, emosi,

17
 Kelemahan umum social dan spiritual
 Ketidakseimbangan antara
suplei dan kebutuhan
oksigen
 Imobilisasi
 Gaya hidup monoton
3. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : pengalaman  pain level Pain management
sensori dan emosional yang  pain control - lakukan pengkajian nyeri
tidak menyenangkan yang  comfort level secara komprehensif
muncul akibat kerusakan kriteria hasil termasuk lokasi,
jaringan yang aktual atau  mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi
potensial atau digambarkan (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
dalam hal kerusakan mampu menggunakan faktor presipitasi
sedemikian rupa teknik nonfarmakologi - observasi reaksi nonverbal
(international association for untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyaman
the study of pain) : awitan mencari bantuan) - gunakan teknik komunikasi
yang tiba-tiba atau lambat  melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui
dari intensitas tingan hingga berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
berat dengan akhir yang menggunakan manajemen - kaji kultur yang
dapat diantisipasi atau nyeri mempengaruhi respon nyeri
diprediksi dan berlangsung  mampu mengenali nyeri - evaluasi pengalaman nyeri
<6 bulan. (skala intensitas, masa lampau
Batasan karakteristik : frekuensi dan tanda nyeri) - evaluasi bersama pasien dan
 Perubahan selera makan menyatakan rasa nyaman tim kesehatan lain tentang
 Perubahan tekanan darah setelah nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol
 Perubahan frekuensi nyeri masa lampau
jantung - bantu pasien dan keluarga

 perubahan frekuensi untuk mencari dan

pernapasan menentukan dukungan

 laporan isyarat - kontrol lingkungan yang


dapat mempengaruhi nyeri

18
 diaphoresis seperti suhu ruangan,
 perilaku distraksi pencahayaan dan kebisingan
(mis,berjalan mondar- - kurangi faktor presipitasi
mandir mencari orang nyeri
lain dan atau aktivitas - pilih dan lakukan
lain, aktivitas yang penanganan nyeri
berulang) (farmakologi, non
 mengekspresikan farmakologi dan
perilaku (missal, gelisah, interpersonal)
merengek, menangis) - kaij tipe dan sumber nyeri

 masker wajah (mis, mata, untuk menentukan

kurang, bercaya, tampak intervensi

kacau, gerakan mata - ajarkan tentang teknik non

berpencar, atau tetap farmakologi

pada satu fokus meringis) - berikan analgetik untuk

 sikap melindungi area mengurangi nyeri

nyeri - evaluasi keektifan control

 fokus menyempit (mis, nyeri

gangguan persepsi nyeri, - tingkatkan istirahat

hambatan proses berfikir, - kolabirasikan dengan dokter

penurunan interaksi jika ada keluhan dan

dengan orang dan tindakan nyeri tidak berhasil

lingkungan) - monitor penenrimaan pasien


tentang manajemen nyeri
 indikasi nyeri yang dapat
diamati analgesic administration
- tentukan lokasi,
 perubahan posisi untuk
karakteristik, kualitas , dan
menghindari nyeri
derajat nyeri sebelum
 sikap tubuh melindungi
pemberian obat
 dilatasi pupil
- cek instruksi dokter tentang
 melaporkan nyeri secara
jenis obat, dosis, dan
verbal
frekuensi

19
 gangguan tidur - cek riwayat alergi
faktor-faktor yang - pilih analgesic yang
berhubungan diperlukan atau kombinasi
 agen cedera (mis, dari analgesic ketika,
biologi, zat kimia, fisik, pemberian lebih dari satu
psikologis) - tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan berat
nyeri
- tentukan analgesic pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
- pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
- monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
4. Resiko infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami  immune status Infection control (control
peningkatan resiko terserang  knowledge : infection infeksi )
organisme patogenik control - bersihkan lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko :  risk control dipakai pasein lain
 Penyakit kronik kriteria hasil : - pertahanan teknik isolasi
- Diabetes militus  klien bebas dari tanda dan - batasi pengunjung bila perlu
- Obesitas gejala infeksi - instruksikan pada pengujung
 Pengetauan yang tidak  mendekripsikan proses untuk mencuci tangan saat
cukup untuk menghindari penularan serta berkunjung dan setelah

20
pemanjangan pathogen penatalaksanaannya berkunjung meninggalkan
 Pertahankan tubuh primer  menunjukkan kemampuan pasien
yang tidak adekuat untuk mencegah - gunakan sabun antimikrobia
- Gangguan peristalsis timbulnya infeksi untuk cuci tangan
- Kerusakan integritas  jumlah leukosit dalam - cuci tangan setiap sebelum
kulit (pemasangan batas normal dan sesudah tindakan
kateter intravena,  menunjukkan perilaku keperawatan
prosedur invasif) hidup sehat - gunakan baju, sarung tangan
- Perubahan sekresi pH sebagai alat pelindung
- Penurunan kerja siliaris - pertahankan lingkungan
- Pecah ketuban lama aseptik selama selama
- Merokok pemasangan alat
- Stasis cairan tubuh - ganti letak IV perifer dan line
- Trauma jaringan (mis, central dan dressing sesusai
trauma destruksi dengan petujuk umum
jaringan) - gunakan kateter intermiten
 Ketidak adekuat untuk menurunkan infeksi
pertahanan sekuder kantung kencing
- Penurunan hemoglobin - tingkatkan intake nutrisi
- Imunosupresi (mis, - berikan terapi antibiotik bila
imunitas didapat tidak perlu infection protection
adekuat, agen (proteksi terhadap infeksi)
farmaseutikal termasuk - monitor tanda dan gejala
imunosupresan, steroid, infeksi sistemik dan lokal
antibody monokional, - monitor hitung granulosit,
imunomudulator) WBC
- Supresi respon inflamasi - monitor kerentanan terhadap
 Vaksinasi tidak adekuat infeksi

 Pemajanan terhadap - batasi pengunjung

pathogen lingkugan - sering pengujung terhadap

meningkat penyakit menular

- Wabah - pertahankan teknik asepsis

21
 Prosedur malnutrisi pada pasien yang beresiko
- pertahankan teknik isolasi k/p
- berikan perawatan kulit pada
area epidema
- inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase,
- inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
- dorong masukan nutrisi yang
cukup
- dorong masukan cairan
- dorong istirahat
- instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
- ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- ajarakan cara menghindari
infeksi
- laporkan kecuringaan infeksi
- laporkan kultur positif
5. Ansietas NOC NIC
Defenisi : perasaan tidak  Anxiety self-control - Gunakan pendekatan yang
nyaman atau kekahwatiran  Anxiety level menenangkan.
yang samar disertaio respon  Coping - Nyatakan dengan jelas
autonom (sumber sering kali Kriteria Hasil harapan terhadap perilaku
tidak spesifik atau tidak  Klien mampu pasien.
diketahui oleh individu), mengidentifikasi dan - Jelaskan semua prosedur dan
perasaan takut yang mengungkapkan gejala apa yang dirasakan selama
disebabkan oleh antisipasi cemas. prosedur.
terhadap bahaya. Hal ini  Mengidentifikasi, - Pahami perspektif pasien
merupakan isyarat mengungkapkan dan terhadap situasi stress.

22
kewaspadaan yang menunjukkan teknik untuk - Temani pasien untuk
memperingatkan individu mengontrol cemas. memberikan keamanan dan
akan adanya bahaya dan  Vital sign dalam batas mengurangi takut.
memapukan individu untuk normal - Dorong keluarga untuk
bertindak menghadapi  Postur tubuh, ekspresi menemani anak.
ancaman. wajah, bahasa tubuh dan - Lakukan back / neck rub.
Batasan Karakteristik tingkat aktivitas - Dengarkan dengan penuh
 Perilaku menunjukkan perhatian.
- Penurunan berkurangnya kecemasan. - Identifikasi tingkat
produktivitas kecemasan.
- Gerakan yang ireleven - Dorong pasien untuk
- Gelisah mengungkapkan perasaan,
- Melihat sepintas ketakutan, persepsi.
- Insomnia - Instruksikan pasien
- Kontak mata yang menggunakan teknik relaksasi.
buruk - Berikan obat untuk
- Mengekspresikan mengurangi kecemasan.
kekahwatiran karena
perubahan dalam
peristiwa hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
 Affektif
- Gelisah, distress
- Kesedihan yang
mendalam
- Ketakutan
- Perasaan yang tidak
adekuat
- Berfokus pada diri
sendiri

23
- Peningkatan
kewaspadaan
- Iritabilitas
- Gugup senang
berlebihan
- Rasa nyeri yang
meningkatkan
ketidakberdayaan
- Peningkatan rasa
ketidakberdayaan yang
persisten
- Bongung, menyesal
- Ragu / tidak percaya
diri
- Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang, tremor
tangan
- Peningkatan keringat
- Peningkatan
ketegangan
- Gemetar, tremor
- Suara bergetar
 Simpatik
- Anoreksia
- Eksitasi kardiovaskuler
- Diare, mulut kering
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan tekanan
darah
- Peningkatan denyut

24
nadi
- Peningkatan reflek
- Peningkatan frekuensi
pernapasan, pupil
melebar
- Kesulitan bernafas
- Vasokonstriksi
superfisial
- Lemah, kedutan pada
otot
 Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan
darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Kesemutan pada
ekstermitas
- Sering berkemih
- Anyang-anyangan
- Dorongan segera
berkemih
 Kognitif
- Menyadari gejala
fisiologis
- Bloking, fikiran,
konfusi
- Penurunan lapangan
persepsi
- Kesulitan
berkonsentrasi

25
- Penurunan
kemampuan belajar
- Penurunan
kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak
spesifik
- Lupa, gangguan
perhatian
- Khawatir, melamun
- Cendrung
menyalahkan orang
lain
Faktor yang berhubungan
 Perubahan dalam (status
ekonomi, lingkungan,
status kesehaatn, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran).
 Pemajanan toksin.
 Terkait keluarga.
 Herediter.
 Infeksi / kontamin
interpersonal.
 Penularan penyakit
interpersonal.
 Krisis maturase, krisis
situasional.
 Stress, ancaman
kematian.
 Penyalahgunaan zat.

26
 Ancaman pada (status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran, konsep diri).
 Konflik tidak disadari
mengenai tujuan penting
hidup.
 Konflik tidak disadari
mengenai nilai yang
esensial / penting.
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi.

6. Resiko syok Noc Nic


Definisi : beresiko terhadap  Syok Syok prevention
ketidakcukupan aliran darah prevention - Monitor status sirkulasi
ke jaringan tubuh, yang  Syok BP , warna kulit, suhu
dapat mengakibatkan management kulit, denyut jantung,
disfungsi seluler yang Kriteria hasil : HR, dan ritme, nadi
mengancam jiwa  Nadi dalam perifer, dan kapiler refill
Factor resiko batas yang - Monitor tanda inadekuat
 Hipotensi diharapkan oksigenasi jaringan
 hipovelemi  Irama jantung - Monitor suhu dan
 Hipoksia dalam batas pernafasan

 Hipoksemia yang - Monitor input dan output

 Infeksi diharapkan - Pantau nilai labor :

 Sepsis  Frekuensi nafas HB,HT,AGD dan


dalam batas elektrolit
 Sindrom respons
yang - Monitor hemodinamik
inflamasi sistemik
diharapkan invasi yang sesuai
 Irama - Monitor tanda dan gejala

27
pernafasan asites
dalam batas - Monitor tanda awal syok
yang - Lihat dan pelihara
diharapkan kepatenan jalan nafas
 Natrium serum - Berikan cairan IV dan
dbn atau oral yang tepat
 Kalium serum - Berikan vasodilator yg
dbn tepat
 Klorida serum - Ajarkan keluarga dan
dbn pasien tentang tanda dan
 Kalsium serum gejala datangnya syok
dbn - Ajarkan keluarga dan
 Magnesium pasien tentang langkah
serum dbn untuk mengatasi gejala
 PH darah syok
serum dbn Syok management
Hidrasi - Monitor fungsi
 Indicator : neurologis
 Mata cekung tidak - Monitor fungsi ronal (e.g
ditemukan BUN dan Cr Level )
 Demam tidak - Monitor tekaanan nadi
ditemukan - Monitor status cairan,

 TD dbn input output

 Hematocrit DBN - Catat gas darah arteri


dan oksigen di jaringan
- Monitor EKG sesuai
- Menggambar gas darah
arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
- Memantau tingkat
karbon dioksida
sublingual dan atau

28
tonometry lambung ,
sesuai
- Monitor nilai
laboratorium
- Masukkan dan
memelihara besarnya
kebosan akses IV
-
7. Konstipasi NOC NIC
Definisi : penurunan pada  Bowel elimination Constipation / impaction
frekuensi normal defakasi  Hydration management
yang disertai oleh kesulitan Kriteria Hasil : - Monitor tanda dan gejala
atau pengeluaran tidak  Mempertahankan bentuk konstipasi
lengkap feses / atau feses lunak setiap 1-3 hari - Monitor bising usus
pengeluaran feses yang  Bebas dari - Monitor feses; frekuensi,
kering, keras, dan banyak ketidaknyamanan dan konsistensi, dan volume
Batasan Karakteristik konstipasi - Konsultasi dengan dokter
 Nyeri abdomen  Mengidentifikasi indicator tentang penurunan dan
 Nyeri tekan abdomen untuk mencegah konstipasi peningkatan bising usus
tanpa teraba resistensi otot  Feses lunak dan berbentuk - Monitor tanda dan gejala
 Anoraksia rupture usus/peritonitis
 Penampilan tidak khas - Jelaskan etiologi dan
pada lansia (mis., perubahan rasionalisasi tindakan terhadap
pada status mental, pasien
inkontiunitas urunarius, - Identifikasi faktor penyebab
jatuh yang tidak dan kontribusi konstipasi
penyebabnya, peningkatan - Dukung intake cairan
suhu tubuh) - Kolaborasikan pemberian
 Borbogirigmi laksatif
 Darah merah pada - Pantau tanda-tanda dan gejala
feses konstipasi
 Perubahan pada pole - Pantau tanda-tanda dan gejala

29
defekasi impaksi
 Penurunan frekuensi - Pantau gerakan usus, termasuk
 Penurunan volume konsistensi frekuensi, bentuk,
feses volume, dan warna
 Distensi abdomen - Pantau bising usus
 Rasa rektal penuh - Konsultasikan dengan dokter
 Rasa tekanan rectal tentang penurunan / kenaikan
 Keletihan umum frekuensi bising usus
 Feses keras dan - Pantau tanda-tanda dan gejala
berbentuk pecahnya usus dan / atau
 Sakit kepala peritonitis
 Bising usus hiperaktif - Jelaskan etiologi masalah dan
 Bising usus hipoaktif pemikiran untuk tindakan
 Peningkatan tekanan untuk pasien
abdomen - Menyusun jadwal ke toilet
 Tidak dapat makan, - Mendorong meningkatkan
mual asupan cairan, kecuali
 Rembesan feses cair dikontraindikasikan
 Nyeri pada saat - Evaluasi profil obat untuk efek
defekasi samping gastrointestinal
 Massa abdomen yang - Anjurkan pasien / keluarga
dapat diraba untuk mencatat warna, volume,
 Adanya feses lunak, frekuensi, dan konsistensi tinja
seperti pasta di dalam - Ajarkan pasien / keluarga
rectum untuk menjaga buhu harian
 Perkusi abdomen makanan
pekak - Ajarkan pasien / keluarga
 Sering flatus untuk diet tinggi serat
 Mengejan pada saat - Anjurkan pasien / keluarga
defekasi pada penggunaan yang tepat
 Tidak dapat dari obat pencahar
mengeluarkan feses - Ajarkan pasien / keluarga pada

30
 Muntah hubungan asupan diet, olahraga
Faktor yang berhubungan dan cairan sembelit / impaksi
 Fungsional - Menyarankan pasien untuk
- kelemahan otot abdomen berkonsultasi dengan dokter
- kebiasaan mengabaikan jika sembelit / impaksi terus
dorongan defekasi ada
- ketidakadekuatan toileting - Menginformasikan pasirn
(mis., batasan waktu, prosedur penghapusan manual
posisi untuk defekasi, dari tinja, jika perlu
privasi) - Lepaskan impaksi tinja secara
- kurang aktivitas fisik manual, jika perlu
- kebiasaan defekasi tidak - Timbang pasien secara teratur
teratur - Ajarkan pasien / keluarga
- perubahan lingkungan saat tentang kerangka waktu untuk
ini resolusi sembelit
 Psikologis
- Depresi, stress emosi
- Konfusi mental
 Farmakologis
- Antasida mengandung
alumunium
- Antikolinergik,
antikonvulsan
- Antidepresan
- Agens antilipemik
- Garam bismuth
- Kalsium karbonat
- Penyekat saluran kalsium
- Diuretic, garam besi
- Penyalahgunaan laksatif
- Agens anti inflamasi non
steroid

31
- Opiate, fenotiazid,
sedative
- simpanotomimemik
 Mekanis
- Ketidakseimbangan
elektrolit
- Kermoid
- Penyakit Hirschsprung
- Gangguan neurologist
- Obesitas
- Opstruksi pasca-bedah
- Kehamilan
- Pembesaran prostat
- Abses rectal
- Fisura anak rektal
- Striktur anak rektal
- Prolapse rektal, ulkus
rectal
 Fsiologis
- Perubahan pola makan
- Perubahan makanan
- Penurunan motilitas
traktus gastrointestinal
- Dehidrasi
- Ketidakadekuatan gigi
geligi
- Ketidakadekuatan hygiene
oral
- Asupan serat tidak cukup
- Asupan cairan tidak cukup
- Kebiasaan makan buruk

32
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

3.1 Narasi Kasus

Ny. “N” hamil 25 tahun dilarikan ke RS UMM tanggal 07-03-2018 klien


mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor. Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan
terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi
dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi terlentang, terlihat darah
segar dari daerah jalan lahir, dari keterangan keluarga usia kehamilannya 20
minggu. Dari pengkajian di RS didapatkan : TD 90/70 mmHg, nadi 110
x/menit, suhu 36,10C, RR 29 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral dingin
(Gcs 7) dan terdapat suara tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva
anemis, ditemukan laserasi pada ulna sinistra, contusion pada daerah
inguinalis, krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+), hasil
pemeriksaan ketuban intact.

3.1.1 Pengkajian
a. Primary survey
a) Airway : Terdapat sumbatan jalan napas berupa
darah dan lendir
b) Breathing
1. Look : Adanya pengembangan dinding dada. Frekuensi
32x/ menit

33
2. Listen : Terdengar suara nafas stidor
3. Feel : Terasa hembusan nafas, terlihat otot bentu
pernafasan
c) Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat
pendarahan di telingga, hidung, mulut, CRT > 3
detik
d) Disability : GCS 7 (E2, M3, V2) dan kesadaran
spoor
b. Pengkajian sekunder
1. Biodata
Data pasien : Ibu
a. Nama : Ny “N”
b. Umur : 25 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja -
Bali

Data penanggung jawab

a. Nama : Tn. W 16
b. Umur : 29 Tahun
c. Pekerjaan : PNS
d. Pendidikan : S1 PGSD
e. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja -
Bali
2. Alasan datang/dirawat :
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak
kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan sepeda motor dan
diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak
berpegangan dengan suaminya, Klien jatuh keaspal dalam
keadaan duduk dan terhempas dari sepeda motornya sejauh
1 meter.

34
3. Keluhan utama
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri
dengan posisi terlentang, terlihat darah segar ke arah kaki,
dari keterangan keluarga usia kehamilannya 29 minggu.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : Cair Keluhan : Tidak ada
5. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Menikah
Menikah ke : 1 (satu)
Usia menikah pertama kali : 22 Tahun
Lama : 3 Tahun
6. Riwayat obstetrik : G2P1A0 Ah1
Hamil ke- Persalinan Nifas
Tang Umur Jenis Penolong Kompli JK BB Laktasi Komplik
gal kehamilan persalinan kasi lahir asi
1 20- Aterm Spontan Bidan Tidak L 2600 Asi Tidak
03- ada g Eks ada
2010
Hamil Saat
ini

7. Riwayat Kehamilan Sekarang

a) ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu


b) Kunjungan ANC
1) Trimester I
a) Frekuensi : 2x
b) Keluhan : Mual, Flek-flek
c) Komplikasi : Tidak ada
d) Terapi : Asam folat

35
2) Trimester II
a) Frekuensi : -
b) Keluhan : -
c) Komplikasi : -
d) Terapi : -
3) Trimester III
a) Frekuensi : -
b) Keluhan : -
c) Komplikasi : -
d) Terapi : -
c) Imunisasi TT : 1 kali
a) TT I : tanggal : 25 Januari 2018
d) Pergerakan janin selama 24 jam ( dalam sehari )
Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin.

8. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,
menurun dan menahanun) : Ibu mengatakan tidak
sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC,
Hepatitis), menurun (DM, Asma, Hipertensi), menahun
(Jantung, Ginjal)
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
(menular, menurun dan menahanun) : Ibu mengatakan
dari pihak keluarga suami dan ibu tidak sedang
menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis),
menurun (DM, Asma, Hipertensi ), menahun ( Jantung,
Ginjal )
c. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan dari pihak
keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat keturunan
kembar.
d. Riwayat operasi : Ibu mengatakan tidak ada riwayat
oprasi

36
e. Riwayat alergi obat : Ibu mengatakan tidak ada riwayat
alergi obat.

9. Pola pemenuhan kebutuhan


a) Nutrisi
Sebelum Hamil
 Makan

Sebelum Hamil Saat Hamil

Frekuensi 3x sehari 3x sehari

Jenis Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk

Porsi 1 piring 1 piring

Pantangan Tidak ada Tidak ada

Keluhan Tidak ada Tidak ada

 Minum

Sebelum Hamil Saat Hamil

Frekuensi 6-7x sehari 7-8x sehari

Jenis Air Putih, teh Air putih, teh,


susu
Porsi 1 gelas 1 gelas

Pantangan Tidak ada Tidak ada

Keluhan Tidak ada Tidak ada

b) Eliminasi
 BAB
Sebelum Hamil Saat Hamil
Frekuensi 1x sehari 1x sehari
Warna Kuning Kuning

37
Konsistensi Lembek Lembek
Keluhan Tidak ada Tidak ada

 BAK
Sebelum Hamil Saat Hamil
Frekuensi 3-4x sehari 4-5x sehari
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Konsistensi Cair Cair
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c) Pola tidur dan Istirahat


 Tidur siang
Sebelum Hamil Saat Hamil
Lama 2jam/hari 2jam/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada

 Tidur malam
Sebelum Hamil Saat Hamil
Lama 8jam/hari 8jam/hari
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d) Personal hygiene
Sebelum Hamil Saat Hamil
Mandi 2x/hari 2x/hari
Ganti pakaian 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi 3x/hari 3x/hari
keramas 3x/minggu 3x/minggu

e) Pola seksualitas
f) Pola aktivitas

38
Ibu mengatakan di rumah melakukan kegiatan sehari-
hari yaitu memasak,mnyapu, dan menjaga anak.Ibu
mengatakan jarang melakukan kegiatan olah raga.
10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok,
minum jamu, minuman beralkohol) : Ibu mengatakan tidak
pernah merokok, minum jamu-jamuan dan minum
minuman yang beralkohol.
11. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi (penerimaan
ibu/ suami/ keluarga terhadap kelahiran, dukungan
keluarga, hubungan dengan suami/ keluarga/ tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan
ekonomi keluarga ) :
a. Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini.
b. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung
kehamilan ini.
c. Ibu mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan
tetangga baik – baik saja.
d. Ibu mengatakan akan melakukan perawataan bayi
dengan baik
e. Ibu mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan
sholat 5 waktu
f. Ibu mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan
social.
g. Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik.
12. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalina, nifas ) :
a. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan
b. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan
c. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentanng nifas
13. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan
hewan peliharaan ) :
a. Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah tidak ada
berpengaruh buruk

39
b. Ibu mengatakan tidak memeliharaan hewan peliharaan
dirumah.

C. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : Baik
b) Kesadaran : Sopor
c) Status emisional : Stabil
d) Tanda Vital
 Tekanan Darah : 120/70mmHg
 Nadi : 83x/menit
 Pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,50 c
 BB : 52kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
a) Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan
abnormal, tidak ada nyeri tekan.
b) Wajah : Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi, tidak
pucat, tidak ada cloasma gravidarum.
c) Mata : Simetris, tidak ada secret, sclera putih
konjungtiva merah muda
d) Hidung : Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret,
tidak ada gerak cuping hidung saat bernafas
e) Mulut : Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies
gigi, tidak ada perdarahan gusi, lidah bersih.
f) Telingga : Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran
baik.
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis,
limfe dan vena jugularis
h) Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
wheezing,pernafasan teratur.

40
i) Payudara : Simetris, putting susu menonjol, areola
mammae hiperpigmentasi, tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada nyeri tekan.
j) Abdomen : Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak
ada bekas luka, tidak ada bekas operasi, tidak ada linea
nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae gravidarum.
Palpasi
 Leopold I : fundus tegang
 Leopold II : belum teraba
 Leopold III : belum teraba
 Leopold IV : belum teraba
 Osborn test : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
 TFU : - cm TBJ : - gram
Auskultasi
 DJJ : - x/mnt
k) Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari
lengkap masing-masing 5, tidak ada odema, tidak ada
sianosis, kuku bersih warna merah muda.
l) Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari
lengkap masing-masing 5, tidak ada odema, tidak ada
varices, reflek patella ada, kuku bersih warna merah
muda.
m) Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada
odema, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholini.
n) Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
(Bila perlu)
Periksa Dalam Tanggal: 07-03-2012 Pukul:10.10WIB
 Indikasi : keluarnya flek-flek
 Hasil : tidak ada pembukaan serviks
3. Pemeriksaan penunjang

41
Tanggal : 07-03-2012 Pukul:10.10 WIB
USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus
4. Data Penunjang
Dilakukan pemeriksaan PP test dengan hasil postif

3.1.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : Kejadian Resiko syok
- Penolong mengatakan kecelakaan lalu (hipovolemik)
korban mengalami lintas
perdarahan hebat
- Penolong mengatakan Benturan
keluar darah segar
dan menggumpal Abortus spontan
pada daerah jalan
lahir Ansietas
DO :
- Konjungtiva anemis Nyeri abdomen
- Pasien tampak pucat
- Pasien lemah Gangguan rasa
nyaman

Perdarahan

Resiko syok
(hipovolemik)
2 DS : Kejadian Kekurangan
- Penolong mengatakan kecelakaan lalu volume cairan
korban banyak lintas
mengungeluarkan
darah Benturan

42
DO : Abortus spontan
- TD 90/70 mmHg
- nadi 110 x/meni Ansietas
- suhu 36,10C
- RR 29 x/menit Nyeri abdomen

Gangguan rasa
nyaman

Perdarahan

Kekurangan
volume cairan
3 DS : Kejadian Gangguan rasa
- Pasien mengatakan kecelakaan lalu nyaman
nyeri pada Perut lintas
bagian bawah dan
pada Pinggang. Benturan
DO :
- Pasien tampak tidak Perdarahan
sadarkan diri setelah
kecelakaan Abortus spontan
- TD 90/70 mmHg
- nadi 110 x/menit Ansietas
- suhu 36,10C
- RR 29 x/menit Nyeri

abdomen

Gangguan rasa
nyaman

43
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri
abdomen

3.1.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Resiko syok  Syok prevetion Syok prevention
(hipovolemik)  Syok management 1. Monitor status sirkulasi,
berhubungan Kriteria hasil : warna kulit, suhu tubuh,
dengan  Nadi dibatas yang denyut jantung dan ritme,
perdarahan diharapkan nadi perifer dan kapiler refill
 Irama jantung dalam 2. Monitor suhu dan pernafasan
batas yang diharapkan 3. Monitor tanda awal syok
 Irama pernapasan yang 4. Monitor tanda dan gejala
diharapkan asites
 Hidrasi 5. Berikan cairan iv dan oral
Indicator : yang tepat

 Mata cekung tidak 6. Ajarkan keluarga dan pasien


ditemukan tentang tanda dan gejala

 Demam tidak ditemukan datangnya syok.

 TD normal 7. Syok management


8. Monitor fungsi neurologis
 Hematokrit DBN
2 Kekurangan  Fluid balace Fluid management
volume cairan  Hydration 1. Pertahankan cacatan intake
berhubungan  Nutritional status dan output yang akurat
dengan Kriteria hasil : 2. Monitor tekanan darah
perdarahan  Mempertahankan urine pasien
output sesuai dengan 3. Monitor vital sign

44
usia, BB, BJ, urine Hyovolemia management
normal, HT normal. 1. Berikan cairan IV dan
 Tekanan darah, nadi, monitor adanya tanda dan
suhu tubuh dalambatas gejala kelebihan volume
normal cairan
 turgor kulit baik
2. Monitor tingkat HB dan HT
3. Dorong pasien untuk
menambah intake oral.
4. Kolaborasi dengan dokter
3 Gangguan rasa  Ansienty Anxienty reduction
nyaman  Fear level (penurunan kecemasan )
berhubungan  Comfort 1. Gunakan pendekatan yang
dengan ansietas Kriteria hasil : menenangkan
dan nyeri  Mampu mengontrol 2. Temani pasien untuk
abdomen kecemasan memberikan keamanan dan
 Kualitas istirahat dan mengurangi takut
tidur adekuat 3. Bantu pasien mengenali
 Dapat mengontol situasi yang menimbulkan
ketakutan kecemasan

 Mengontrol nyeri 4. Dorong pasien untuk

 Respon terhadap mengungkapkan perasaan,

pengobatan ketakutan, persepsi


5. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
6. Monitor fungsi renal
7. Monitor tekanan nadi
8. Monitor status cairan, input
dan ouput

45
3.1.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

46
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram.

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Biasanya menyebabkan


abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan hasil
konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada
kehamilan muda.

Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua


yaitu :

1. Abortus Spontan : Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan


mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, maka abortus
tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) : Yaitu
menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh
ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar
kandungan apabila kehamilan belum mencapai 100 gram,
walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar
tubuh

4.2 Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun
dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna.

47
Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk
menyempurnakan makalah ini.

48

Anda mungkin juga menyukai