Anda di halaman 1dari 2

PEMBUATAN ETANOL DARI NIRA TEBU MENGGUNAKAN METODE

HIDROLOSIS ENZIMATIK DAN FERMENTASI


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa sekarang kecendrungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber
bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu, perlu
adanya bahan alternatif yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak bumi. Bioetanol
dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pemecahan masalah energi pada saat ini. Saat ini
sedang diusahakan secara intensif pemanfaatan bahan-bahan yang mengandung serat kasar
dengan karbohidrat yang tinggi, dimana semua bahan yang mengandung karbohidrat dapat
diolah menjadi bioethanol. Misalnya umbi kayu, ubi jalar, pisang nira tebu, dan lain-lain.
Bioethanol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung senyawa selulosa
dengan menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.

Tanaman tebu merupakan famili Gramineae (keluarga rumput) dengan nama latin Saccharum
officinarum yang sudah dibudidayakan sejak lama di daerah asalnya di Asia. Di daerah Jawa
Barat disebut Tiwu, di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan,
(Syakir dan Indrawanto, 2010). Kandungan nira tebu terbanyak terdapat pada batang tebu
sebesar 82,5%. Kandungan utama dari nira tebu adalah sukrosa, terdapat dalam nira tebu
sebanyak 8 – 21 % dari jumlah nira tebu. Sukrosa atau gula merupakan disakarida dengan
rumus kimia C12H22O11. Sukrosa ditemukan dalam bentuk bebas (tidak berikatan dengan
senyawa lain) di dalam tanaman, umumnya terdapat pada tanaman tebu (Saccharum
officinarum) dan bit (Beta vulgaris), (Paryanto dkk, 1999). Nira yang didapatkan dari batang
tebu melalui proses ekstrasi (penggilingan) mempunyai ciri khas warna tertentu dan
mengandung kadar glukosa yang tinggi.

Bioetanol merupakan cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat (pati)
menggunakan bantuan mikroorganisme Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung
pati atau karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula atau
glukosa dengan beberapa metode diantaranya dengan hidrolisis asam dan secara enzimatis.
Metode hidrolisis secara enzimatis lebih sering digunakan karena lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan katalis asam. Glukosa yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses
fermentasi atau peragian dengan menambahkan yeast atau ragi sehingga diperoleh bioetanol
(Khairani, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaru penambahan jumlah enzim pada saat hidrolisis terhadap bioetanol
yang dihasilkan ?
2. Bagaimana pengaruh waktu fermentasi terhadap Kadar Etanol
3. Bagaimana kondisi optimum proses hidrolisis enzimatik dan fermentasi sehingga
didapatkan hasil bioetanol yang tinggi ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengaruh penambahan jumlah enzim terhadap Etanol yang dihasilkan
2. Mengetahui pengaruh waktu fermentasi terhadap kadar Etanol.
3. Mengetahui kondisi optimum proses hidrolisis enzimatik dan fermentasi

VARIABEL PENELITIAN

Penelitian ini meliputi variabel : Volume enzim yang digunakan 1 ml, 3 ml, 5 ml, 7 ml dan 9 ml.
Lama waktu fermentasi yang dilaksanakan 1 hari, 3 hari, 5 hari, 6 hari dan 7 hari.

Anda mungkin juga menyukai