Pada latihan terjadi dua kejadian yaitu peningkatan curah jantung (cardiac output) dan
redistribusi darah dari otot-otot yang tidak aktif ke otot-otot yang aktif. Curah jantung tergantung
dari isi sekuncup (stroke volume) dan frekuensi denyut jantung (heart rate). Kedua factor ini
meningkat pada waktu latihan. Redistribusi darah pada waktu latihan menyangkut
vasokonstriksi pembuluh darah yang memelihara daerah yang tidak aktif vasodilatasi dari otot
yang aktif yang disebabkan oleh kenaikan suhu setempat, CO2 dan asam laktat serta kekurangan
oksigen.
Pada latihan yang mengakibatkan frekuensi jantung meningkat serta isi sekuncup meningkat,
maka curah jantung juga meningkat. Pada atlet, irama jantung dalam keadaan istirahat lebih
rendah dibandingkan dengan seorang yang tidak terlatih. Irama jantung pada waktu istirahat
dapat mencapai 40x/menit pada seorang atlet, sedangkan pada seorang yang tidak terlatih
mencapai 90x/menit . Isi sekuncup (stroke volume) pada seorang atlet lebih besar daripada yang
bukan atlet. Hal ini terjadi pada waktu istirahat maupun pada waktu bekerja. Curah jantung
maksimum (cardiac output) pada seorang atlet dapat mencapai 40 l/menit. Curah jantung sangat
mempengaruhi maksimum daya serap oksigen. Boleh dikatakan lebih besar curah jantung, lebih
besar pula daya serap oksigennya.
Perubahan fungsi system kardiovaskuler selama latihan tergantung pada tipe (dinamis atau
statis) dan intensitas latihan. Selama latihan dinamis (seperti lari, renang, atau bersepeda) akan
merangsang kontraksi kelompok otot-otot besar. Sehingga menyebabkan respon/perubahan akut
yang besar pada sistem kardiovaskuler yaitu sangat meningkatnya cardiac output, heart rate,
dan tekanan darah sistolik, dan sedikit peningkatan pada tekanan rata-rata arteri dan tekanan
darah diastolik. Respon akibat latihan dinamik ini, akan merangsang pusat otak, dan apabila
latihan diteruskan akan memberikan signal mekanisme umpan balik pada kardiovaskular center
di batang otak, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan berupa penurunan tahanan vaskuler
(vascular resistance) untuk mengimbangi peningkatan perfusi otot, dan peningkatan cardiac
output untuk meningkatkan ambilan oksigen. Yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan
arteri rata-rata.
Jika kita berlari, berenang, bersepeda kencang maka jantung terasa berdetak dengan
cepat, pernafasan juga berjalan dengan cepat. Semakin kencang lari kita jantung terasa
berdetak semakin cepat dan pernafasanpun juga terasa semakin terengah-engah. Akan tetapi
setelah beberapa saat istirahat baik detak jantung maupun pernafasan juga akan menurun.
Hal di atas adalah efek akut latihan yang sering kita rasakan. Selain hal di atas sebenarnya
masih cukup banyak efek sesaat latihan yang tidak kita rasakan. Ketika kita latihan hampir
semua system yang ada dalam tubuh terpengaruh baik itu sistem otot, sistem syaraf, sistem
hormonal, system peredaran darah dan pernafasan, sistem pencernaan, metabolisme, dan
system pembuangan. Hanya saja perubahan beberapa sestem ketika latihan tidak kita rasakan.
Perubahan tersebut akan terungkap jika dilakukan pemeriksaan secara laboratoris baik
dengan alat-alat manual maupun digital.
Bekerja dan bergerak merupakan fungsi tubuh. Untuk bekerja dan bergerak diperlukan
energi. Energi diperoIeh tubuh dari pembakaran zat makanan oIeh oksigen. Untuk memperoleh
zat makanan, orang cukup hanya dengan makan sehari tiga kali. Hal ini disebabkan karena zat
makanan dapat disimpan dalam sel-sel tubuh dalam jumlah yang cukup. Lain halnya dengan
oksigen yang tidak dapat disimpan. Oksigen harus selalu diambil dari udara dengan perantaraan
paru, darah dan sistem peredaran darah. Pada taraf kerja tertentu diperlukan sejumIah oksigen
tertentu. Makin tinggi taraf kerja, yang berarti makin banyak jumlah energi yang diperlukan,
makin banyak pula jumIah oksigen yang diperlukan. Kemampuan tubuh untuk menyediakan
oksigen, disebut kapasitas aerobik, terutama bergantung kepada fungsi sistem pernapasan, darah
dan sistem kardiovaskuler. Dalam pembentukan energi, terdapat dua macam proses yang dapat
ditempuh, yaitu proses aerobik, proses yang memer- lukan oksigen; dan proses anaerobik, proses
yang tidak memerlukan oksigen. Pada proses aerobik terjadi proses pembakaran yang sempuma.
Atom hydrogen dioksidasi menjadi H2O dan atom karbon dioksidasi menjadi CO2. Sisa
metabolisme tersebut dikeIuarkan dari tubuh melalui proses pernapasan . Energi yang diperoIeh
dari proses aerobik ini tidak dapat langsung digunakan otot sebagai sumber energi untuk
mengerut. Energi tersebut dengan proses lebih lanjut digunakan untuk sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dan senyawa-senyawa berenergi tinggi yang lain. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan senyawa yang dapat menyimpan energi dalam jumlah yang besar. Proses
pemecahannya yang tidak memerlukan oksigen dengan menghasilkan energi yang besar itu
merupakan proses anaerobik. Energi yang dihasilkan dari pemecahan ATP ini dapat digunakan
sebagai sumber energi untuk mengerut oleh otot. Proses aerobik dan proses anaerobic tersebut
dalam tubuh selalu terjadi bersama-sama dan berurutan. Hanya berbeda intensitasnya pada jenis
dan tahap kerja tertentu.
Pada kerja berat yang hanya berlangsung beberapa detik saja, dan pada permulaan kerja
pada umumnya, proses anaerobik Iebih menonjol daripada proses aerobik. Pada keadaan kerja
tersebut, system kardiopulmonal beIum bekerja dengan kapasitas yang diperlukan. Untuk
penyesuaiannya, diperlukan waktu. Dengan demikian oksigen yang tersedia tidak mencukupi.
Maka keperluan akan energi terutama dicukupi dengan proses anaerobik. Pada keadaan kerja
tersebut terdapat "hutang" oksigen. "Hutang" ini akan dibayar sesudah berhenti bekerja, sehingga
orang sesudah berhenti bekerja masih terengah-engah dan denyut jantungnya masih cepat. Bila
pekerjaan diteruskan dengan taraf kerja yang tetap, refleks refleks tubuh akan mengatur fungsi
system kardiopuImonal untuk mencukupi jumlah oksigen yang diperlukan, sehingga dicapai
kerja steady-state. Pada kerja steady-state ini jumlah oksigen yang diperlukan tetap jumIahnya
dari waktu ke waktu. Bila taraf kerja ditingkatkan lagi dengan menambah beban kerja, pada saat
ditingkatkan tersebut terjadi "hutang" oksigen lagi dan kembaIi proses anaerobik lebih menonjoI.
Dan bila taraf kerja dipertahankan lagi pada taraf yang baru ini, akan terjadi lagi kerja steady-
state tetapi pada taraf yang lebih tinggi. Jumlah oksigen yang diperlukan pada taraf kerja yang
lebih tinggi ini juga lebih besar. Bila taraf kerja dinaikkan secara bertahap demikian dengan
setiap kali menambah beban kerja, suatu saat seluruh kapasitas sistem kardiopulmonal terpaksa
dikerahkan untuk memenuhi keperluan akan oksigen. Dalam hal demikian berarti kapasitas
aerobik maksimal telah dicapai. Bila beban kerja dinaikkan lagi, tubuh tidak dapat lagi
menambah persediaan oksigen. Maka kembali proses anaerobik akan Iebih menonjol daripada
proses aerobik. Taraf kerja demikian tidak boleh dipertahan- kan dalam waktu yang cukup lama
(beberapa menit) karena persediaan tenaga dalam tubuh akan habis dan orangnya mengalami
exhaustion. Proses anaerobik merupakan proses oksidasi yang tidak sempurna. Salah satu sisa
metabolismenya ialah asam laktat. Maka biIa proses anaerobic meningkat, kadar asam laktat
darah juga meningkat. Fungsi pernapasan agar baik, berolahraga merupakan cara yang sangat
baik untuk meningkatkan vitalitas fungsi baru. Olahraga merangsang pernapasan yang dalam dan
menyebabkan paru berkembang, oksigen banyak masuk dan disalurkan ke dalam darah,
karbondioksida lebih banyak dikeluarkan. Seorang sehat berusia 50-an yang berolahraga teratur
mempunyai volume oksigen 20-30% lebih besar dari orang muda yang tidak berolahraga. Bila
seseorang mempunyai volume oksigen yang lebih banyak maka peredaran darahnya lebih baik,
sehingga otot-otot mendapatkan oksigen lebih banyak dan dapat melakukan berbagai aktivitas
tanpa rasa letih. Sudah diketahui banyak faktor yang dapat mengganggu kesehatan paru. Bahaya
yang ditimbulkan berupa rusaknya bulu getar di saluran napas, sehingga fungsi pembersihan
saluran napas terganggu. Bahan kimia tersebut juga dapat merusak sel-sel tertentu di alveola
yang sangat penting dalam pertahanan paru dan mengubah tatanan normal sel-sel di paru,
sehingga dapat menjurus menjadi kanker paru, serta menurunkan kemampuan/fungsi paru,
sehingga menimbulkan gejala sesak napas/ napas pendek. Seseorang apabila ingin hidup sehat,
maka harus selalu menjaga kesehatan paru: jagalah stamina dengan berolahraga teratur, cukup
istirahat, makanan yang bergizi, hindarilah menghisap rokok. Bernafas merupakan satu kesatuan
yang tak terpisahkan dan merupakan aktivitas rutin yang selalu dilakukan oleh individu. Beda
kemampuan yang dimiliki tiap individu, tak menjadikan alasan untuk tidak melakukan dua
aktivitas tersebut. Jaringan, organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia bekerja sama untuk
mendukung setiap organisme, agar dapat melaksanakan tugasnya. Dengan latihan olahraga,
maka perubahan yang terjadi sehubungan dengan adaptasi dari system pernapasan adalah sebagai
berikut:
1. Pemakaian oksigen sangat meningkat, karena otot yang aktif mengoksidasi molekul nutrient
lebih cepat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energinya.
2. Produksi karbondioksida sangat meningkat karena otot yang lebih aktif melakukan
metabolisme memproduiksi lebih banyak karbondioksida
3. Ventilasi alveolus sangat meningkat.
4. Penyaluran oksigen ke otot sangat meningkat.
5. Pengurangan karbondioksida dari otot sangat meningkat
6. Frekuensi pernapasan juga sangat meningkat
Ventilsi alveolus dapat meningkat hingga 20 kali sewaktu olahraga berat untuk
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan penyerapan O2 dan pembuangan CO2. Penyebab
peningkatan ventilasi selama olahraga umumnya masih bersifat spekulatif. Tampaknya logis
logis bahwa perubahan pada “tiga besar” factor kimiawi-penurunan PO2, peningkatan Pco2, dan
peningkata H+ dapa menjadi penyabab meningkatnya ventilasi. Namun, tampaknya bukan hal ini
yang terjadi.
Meskipun terjadi peningkatan mencolok pemakaian O2 selama olahraga, Po2 arteri tidak
berkurang tetapi tetap normal atau bahkan sedikit meningkat, karena peningkatan
ventilasi alveolus mengimbangi atau bahkan sedikit melebihi kecepatan konsumsi O2.
Demikian juga, meskipun terjadi peningkatan nyata produksi CO2 selama olahraga
namun Pco2 arteri tidak meningkat bahkan tetap normal atau sedikit menurun, karena
CO2 tambahan dikeluarkan sama atau bahkan lebih cepat daripada produksinya yang
meningkat melalui peningkatan ventilasi.
Selama olahraga ringan sampai sedang, konsentrasi H+ tidak meningkat, karena CO2
penghasil H+ dijaga konstan. Selama olahraga berat konsentrasi H+ agak meningkat
akibat pembebasan asam laktat penghasil H+ melalui metabolism anaerob di otot yang
aktif. Meskipun demikian, peningkatan konsentrasi H+ akibat pembentukan asam laktat
ini tidak cukup untuk menjadi penyebab peningkatan mencolok ventilasi ketika
berolahraga.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa tidak berubahnya ke-tiga factor regulatorik di atas
selama olahraga menunjukkan bahwa respons ventilasi terhadap olahraga sebenarnya sedang
dikontrol oleh factor-faktor ini, terutama oleh Pco2, karena factor ini normalnya adalah factor
control dominan pada keadaan istirahat. Sejumlah factor yang dapa meningkatkan ventilasi
selama olahraga, diantaranya:
1. Refleks yang berasal dari gerakan tubuh. Reseptor sendi dan otot yang tereksitasi selama
kontraksi otot secara refleks merangsang pusat pernapasan, meningkatkan ventilasi secara
mendadak. Bahkan gerakan pasif anggota badan (misalnya, seseorangsecara bergantian
meluruskan dan menekuk lutut orang lain) dapat meningkatkan ventilasi beberapa kali
lipat melalui pengaktifan reseptor-rseptor ini, meskipun yang bersangkutan tidak
melakukan olahraga yang sebenarnya. Karena itu, proses-proses mekanis selama olahraga
dipercayai berperan penting dalam mengoordinasikan aktivitas pernapasan dengan
peningkatan kebutuhan metabolic otot-otot yang aktif.
2. Peningkatan suhu tubuh. Banyak dari energy yang dihasilkan selama kontraksi otot
diubah menjadi panas dan bukan untuk melakukan kerja mekanis yang sesungguhnya.
Mekanisme pengeluaran panas misalnya berkeringatsering tidak dapat mengimbangi
peningkatan produksi panas yang menyertai aktivitas fisik, sehingga suhu tubuh sering
agak meningkat selama olahraga. Karena peningkatan suhu tubuh merangsang ventilasi
maka produksi panas terkait olahraga ini jelas berperan dalam respons pernapasan
terhadapa olahraga.
3. Pelepasan epinefrin.hormon medulla adrenal epinefrin juga merangsang ventilasi. Kadar
epinefrin dalam darah meningkat selama olahraga sebagai respons terhadap lepas-muatan
system saraf simpatis yang menyertai peningkatan aktivitas fisik.
4. Impuls dari korteks serebri. Khusunya pada awal olahraga, daerah motorik korteks
serebri dipercayai merangsang secara bersamaan neuron-neuron pernapasan medulla dan
mengaktifkan neuron-neuron motorik otot. Hal ini serupa pada penyesuaian
kardiovaskular yang dimulai oleh korteks motorik pada awal olahraga.