PENDAHULUAN
Histologi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan selaput lendir tipis yang melapisi permukaan
dalam kelopak mata dan permukaan anterior mata. Selain berfungsi sebagai
pelindung, konjungtiva memungkinkan kelopak mata untuk bergerak dengan
mudah. Epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel kolumnar
dan lamina basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
caruncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata
terdiri atas sel-sel epitel skuamosa bertingkat. Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus
mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan
airmata secara merata di seluruh prekornea. (Vaugan, 2011).
Konjungtiva dapat dibagi menjadi kedalam tiga bagian. Konjungtiva
palpebralis adalah lapisan pada permukaan dalam kelopak mata.
Konjungtiva bulbar adalah lapisan yang melapisi permukaan anterior mata
dari limbus sampai sklera anterior. Konjungtiva bulbar dan konjungtiva
palpebralis bertemu pada fornik superior dan inferior (Klintworth,
Cummings, 2007).
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid dan satu
lapisan fibrosa. Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa
tempat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum.
Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring) yang
struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak didalam stroma.
Sebagian besar kelenjar Krause berada di forniks atas dan sedikit ada di
forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di tepi atas tarsus atas (Riordan-
Eva, 2000).
konjungtiva.3,4
Konjungtivitis vernal merupakan salah satu bentuk konjungtivitis alergi
yang berulang khas musiman, bersifat bilateral, sering pada orang dengan
riwayat alergi pada keluarga, sering ditemukan pada anak laki yang berusia
kurang dari 10 tahun, diperkirakan diseluruh dunia insiden konjungtivitis
vernal berkisar antara 0,1 % – 0,5 % dan cenderung lebih tinggi di negara
berkembang.1,2,3 Pada bumi belahan utara lebih sering pada musim panas
dan musim semi, sedang pada bumi belahan selatan lebih sering pada musim
gugur dan musim dingin. Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat
reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren.
2. Tipe Limbal
Terjadi perubahan yang serupa sebagaimana yang terjadi pada tipe
palpebral. Pada bentuk limbal ini terjadi hipertrofi limbal yang membentuk
jaringan hiperplastik gelatine. Hipertrofi limbus ini disertai bintik-bintik
yang sedikit menonjol, keputihan, yang dikenal sebagai Horner-Trantas
dots yang merupakan degenerasi epithel kornea, atau eosinafil dengan
sel-sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.4,5 Tahap lanjut akan dijumpai
sel-sel mononuclear serta limfosit, makrofag. Sel mast dan eosinafil
terdapat dalam jumlah besar dan terletak superfisial, sebagian besar sel
mast dalam kondisi terdegranulasi. Fase vaskuler dan seluler akan segera
diikuti oleh deposisi kolagen, dan peningkatan vaskularisasi, hiperplasi
Konjungtivitis Konjungitvitis
Trakoma
folikularis vernal
Gambaran (kasus dini) papula kecil atau Penonjolan Nodul lebar datar
lesi bercak merah bertaburan merah-muda dalam susunan
dengan bintik putih-kuning pucat tersusun “cobble stone” pada
(folikel trakoma). Pada teratur seperti konjungtiva tarsal
konjungtiva tarsal (kasus deretan “beads” atas dan bawah,
lanjut) granula (menyerupai diselimuti lapisan
butir sagu) dan parut, susu
terutama konjungtivatarsal
atas
Ukuran Penonjolan besar lesi Penonjolan Penonjolan besar
lesi konjungtiva tarsal atas dan kecil terutama tipe tarsus atau
Lokasi lesi teristimewa lipatan retrotarsal konjungtiva palpebra;
kornea-panus, bawah tarsal bawah konjungtiva tarsus
infiltrasi abu-abu dan dan forniks terlibat, forniks
pembuluh tarsus terlibat. bawah tarsus bebas. Tipe limbus
tidak terlibat. atau bulbus; limbus
terlibat forniks
bebas, konjungtiva
tarsus bebas (tipe
campuran lazim)
tarsus tidak terlibat
1. Nonfarmakologi
a. Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari
tangan, karena dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator-
mediator sel mast yang dapat memperburuk kondisinya.
b. Mengidentifikasi alergen dan menghindari faktor-faktor lingkungan
atau alergen yang dapat memperburuk penyakit.
c. Menghindari paparan terhadap faktor-faktor pemicu yang tidak
spesifik, seperti matahari, angin, dan air garam, dengan menggunakan
kacamata hitam, topi dengan visor, dan kacamata renang jika
diperlukan.
d. Kompres dingin di daerah mata dapat membantu sebagai dekongestan
alami dan air mata buatan membantu dalam stabilisasi air mata juga
bermanfaat sebagai pencuci mata juga berfungsi protektif karena
melarutkan konsentrasi alergen dan mediator dalam air mata
e. Merencanakan liburan di iklim yang cocok, menghindari daerah
berangin kencang yang biasanya juga membawa alergen seperti
serbuksari.
2. Farmakologi
o Pada fase akut dapat diberikan kortikosteroid mata tiap 2 jam
selama 4 hari. Obat lain: Sodium cromaglycate 2 %: 4-6 x 1
tetes/hari, Iodoxamide tromethamie 0,1%, Levocabastin,
Cyclosporin.
o Pada kasus berat dapat juga diberikan anti histamin dan steroid oral.
a. Topikal
Tabel 2.1 Topical ocular allergy medications for the treatment of vernal
keratoconjunctivitis
Class Drug Indication Comments
Vasoconstrictor/ Naphazoline/ Rapid onset of Short duration of
antihistamine pheniramine action action
combinations Episodic itching Tachyphylaxis
and redness Mydriasis
Ocular irritation
Hypersensitivity
Hypertension
Potential for
inappropriate patient
use
Antihistamines Levocabastine Relief of itching Short duration of
Emedastine Relief of signs and action
symptoms Frequently does not
provide complete
disease control when
used alone
Mast cell Sodium Relief of signs and Long-term usage
stabilizers cromoglicate symptoms Slow onset of action
Nedocromil Prophylactic dosing
Lodoxamide Frequently does not
NAAGA provide complete
Pemirolast disease control when
used alone
Antihistamine/ Alcaftadine Relief of itching Bitter taste
mast cell Azelastine Relief of signs and (azelastine)
stabilizers (dual- Bepotastine symptoms No reported serious
acting) Epinastine side effects
Ketotifen Frequently does not
Olopatadine provide complete
disease control when
used alone
Corticosteroids Loteprednol Treatment of Risk for long-term
Fluormetholone allergic side effects
Desonide inflammation No mast cell
Rimexolone Use in moderate to stabilization
Dexamethasone severe forms Potential for
Betamethasone inappropriate patient
use
Requires close
monitoring
b. Sistemik
Perawatan sistemik dengan antihistamin oral atau antileukotrien
dapat mengurangi keparahan flare-up dan hiper-reaktivitas
umum. Antagonis reseptor H 1 generasi pertama dapat meredakan gatal
mata, tetapi bersifat menenangkan dan memiliki efek antikolinergik
seperti mulut kering, mata kering, penglihatan kabur dan retensi
urin. Antihistamin generasi kedua menawarkan kemanjuran yang sama
dengan pendahulunya, tetapi dengan efek sedasi yang rendah dan
kurangnya aktivitas antikolinergik. Obat-obatan ini termasuk
acrivastine, cetirizine, ebastine, fexofenadine, loratadine dan
mizolastine.
Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk
mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi
dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai pada
kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Konjungtivitis vernal adalah salah satu bentuk konjungtivitis alergi akibat
reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat
rekuren.
2. Konjungtivitis vernal terdapat 2 tipe yaitu tipe palpebra dan tipe limbal. Tipe
palpebral mengenai konjungtiva tarsal superior dan terdapat pertumbuhan
papil yang besar yang disebut cobble stone. Sedangkan tipe limbal terjadi
hipertrofi limbal yang membentuk jaringan hiperplastik gelatine, hipertrofi
limbus ini disertai bintik-bintik yang sedikit menonjol, keputihan (Horner-
Trantas dots).
3. Diagnosis konjungtivitis vernal ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
4. Penatalaksanaan konjungtivitis vernal pada fase akut dapat diberikan
kortikosteroid, selanjutnya diberikan obat lain misalnya Sodium
Cyclosporin. Pada kasus berat dapat diberikan anti histamin dan steroid oral.
DAFTAR PUSTAKA