KARBOHIDRAT
A. PELAKSANAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum:
a. Untuk mempelajari isolasi amilum dari umbi atau biji-bijian.
b. Mempelajari identifikasi karbohidrat (monosakarida, disakarida, dan polisakarida)
dengan cara mengetahui sifat-sifat reaksi dan perubahan warnanya.
2. Waktu Praktikum :
Senin, 05 November 2018
3. Tempat Praktikum :
Lantai II , Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Karbohidrat adalah kelompok senyawa yang mengandung unsur C,H dan O.
Senyawa-senyawa karbohidrat memiliki sifat pereduksi karana adanya gugus karbonil dalam
bentuk aldehid atau keton. Senyawa ini juga memiliki banyak gugus hidroksil. Karena itu,
karbohidrat merupakan suatu polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton, atau turunan
senyawa tersebut. Senyawa karbohidrat yang memiliki tiga sampai sembilan atom karbon
disebut monosakarida. Gabungan senyawa- senyawa monosakarida akan membentuk
senyawa karbohidrat yang lebih besar. Ikatan penghubung antara dua buah monosakarida
disebut ikatan glikosida. Dalam disakrida, terdapat satu ikatan glikosida yang
menghubungkan dua monosakarida. Adapun dalam trisakarida terdapat dua ikatan glikosida
yang menghubungkan tiga buah monosakarida. Karbohidrat yang memiliki beberapa unit
monosakarida disebut oligosakarida, sedangkan yang memiliki banyak unit monosakarida
disebut sebagai polisakarida (Ngili, 2013:69).
Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon, atau
senyawa yang menghasilkan senyawa yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian, kimia
karbohidrat adalah gabungan dari 2 gugus fungsi yaitu gugus hidroksil dan gugus karbonil.
Karbohidrat mempunyai fungsi biologi yang penting. Pati dan glikogen berperan sebagai
penyedia sementara glukosa. Polimer karbohidrat yang tidak larut berperan sebagai unsur
struktural dan penyangga di dalam dinding sel bakteri dan tanaman. Karbohidrat lain
berfungsi sebagai pelumas sendi kerangka, sebagai senyawa perekat di antara sel dan
pemberi spesifitas biologi pada permukaan sel. Karbohidrat memberi kontribiusi pada stuktur
sel hewan dan mikroorganisme, terutama tanaman. Disamping menyediakan energi biokimia
sebagai penopang proses kehidupan serta perkembangbiakannya. Pada dasarnya energi yang
terkandung dalam karbohidrat berasal dari energi matahari. Karbohidrat (glukosa) dibentuk
dari karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun.
Kemudian glukosa yang terbentuk dibentuk dalam amilum. Dalam golongan heksosa,
glukosa (dekstrosa) merupakan senyawa dekstrorotarory dan merupakan senyawa yang
paling penting. Ia terdapat di dalam madu, dalam air buah-buahan dan dalam anggur hingga
diberi nama gula anggur. Dalam darah yang normal, glukosa yang terkandung kira-kira 0,1%
; dalam diabetes jumlahnya bertambah banyak,. Sejumlah kecil terdapat dalam urine (Hart,
1983: 157-158 ).
Glukosa, monosakarida yang terpenting, kadang – kadang disebut gula darah ( karena
dijumpai dalam darah ), gula anggur ( karena dijumpai dalam buah anggur ), atau dekstrosa (
karena memutar bidang polarisasi ke kanan ). Binatang menyusui (mamalia ) dapat
mengubah sukrosa, laktosa ( gula sus ), maltosa, dan pati menjadi glukosa, kemudia dapat
digunakan sebagai energi oleh organisme itu, atau disimpan sebagai glikogen ( suatu
polisakarida ). Bila organisme itu membutuhkan energi, glikogen diubah lagi menjadi
glukosa. Karbohidrat yang berlebihdapat diubah menjadi lemak; oleh karena itu orang bisa
gemuk meskipun tidak memakan lemak. Karbohidrat dapat juga diubah menjadi steroid (
seperti kolesterol ) dan, secara terbatas, menjadi protein ( untuk sintesis diperlukan juga
sumber nitrogen ). Sebaliknya, suatu organisme dapat mengubahlemak dan protein menjadi
karbohidrat. Fruktosa, juga disebut levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri,
adalah gula yang termanis. Terdapat pada buah- abuahan dan madu, maupun sukrosa.
Galaktosa terdapat dalam disakarida laktosa, dalam keadaan terikat dengan glikosa. Ribosa
dan deoksiribosa membentuk sebagian kerangka polimer dari asam – asam nukleat (
Fressenden dan Fressenden, 1982: 319- 320).
Suatu monosakarida dalam bentuk hemiasetal cincin lima-anggota disebut furanosa.
Furan- dari nama furan, senyawa heterosikel oksigen lima-anggota. Serupa pula dengan
piranosa yaitu monosakarida dalam bentuk cincin enam-anggota, diambil dari nama piran.
Istilah furanosa dan piranosa seringkali digabung dengan nama monosakaridanya- misalnya,
D-glukopiranosa untuk cincin enam-anggota dari D-glukosa, atau D-fruktofuranosa untuk
cincin lima-anggota dari fruktosa. Dari dua sistem cincin untuk glukosa, yang disukai ialah
hemiasetal siklik enam-anggota atau glukopiranosa (Robert, 1992 : 326-327).
Kultivar ubi jalar Cilembu, dari Desa Cilembu, Sumedang, Jawa Barat memiliki rasa
yang sangat manis karena kandungan gula reduksi yang tinggi. Jumlah gula pereduksi perlu
dibuktikan secara ilmiah. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metode Somogyi-
Nelson dan metode Anthrone-Sulfate untuk menentukan tingkat gula pereduksi pada ubi
Cilembu. Uji kualitatif ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya gula pereduksi
(khususnya glukosa) pada sampel ubi Cilembu, serta mengetahui gula apa saja yang terdapat
didalam ekstrak ubi Cilembu. Uji yang dilakukan meliputi uji Molisch, uji Barfoed, uji
Benedict, dan KLT menggunakan sampel berupa ekstrak cair ubi Cilembu. Berdasarkan hasil
uji kualitatif yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel ubi Cilembu secara
umum mengandung gula pereduksi golongan monosakarida. Dan secara khusus ubi Cilembu
mengandung glukosa dan gula-gula lain. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstraksi sampel
yang dilakukan belum cukup spesifik dalam menyari glukosa saja. Metode Anthrone-Sulfat
merupakan salah satu contoh metode kolorimetri untuk menetapkan konsentrasi dari gula
total yang ada disampel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode Somogyi-
Nelson lebih disarankan digunakan untuk menganalisa gula pereduksi karena nilai Recovery,
LOD LOQ dan nilai RSDnya lebih baik dibanding dengan metode Anthrone-Sulfat (Al-
kayyis dan Susanti, 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antioksidan ekstrak etanol
periderm (kulit luar) umbi kuning (PUK) dan putih (PUP) dari ubi kayu dalam
penghambatan reaksi oksidasi in vitro homogenat jaringan tikus putih galur wistar, serta
identifikasi senyawa fenolik yang terkandung dalam ekstrak. Efek inhibisi ditentukan
menggunakan metode 2-thiobarbituric acid reactive substances (TBARS) dimana jaringan
hati, jantung dan otak diesktrak hingga didapatkan homogenat kemudian dilakukan
pengujian inhibisi menggunakan TBA. Pengujian antioksidan ekstrak PUK dan PUP
menggunakan metode TBARS bertujuan untuk menguji aktivitas penangkal radikal bebas
pada jaringan. Analisis ini menggunakan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai radikal, karena
hidrogen peroksida dapat menghasilkan reaksi dismutasi dari anion superoksida dengan
dismutasi superoksida, sehingga menginduksi terjadinya oksidasi. Penyebaran hidrogen
peroksida sangat tinggi sehingga dengan mudah mampu menembus membran plasma.
Adapun penambahan dari FeSO4 untuk meningkatkan reaktivitas dari H2O2. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam ekstrak periderm
umbi kuning dan putih dari ubi kayu menggunakan spektrofotometer inframerah. Analisis
gugus fungsi dari suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang
terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan tabel korelasi. Ekstrak etanol periderm
umbi kuning dan putih memiliki potensi sebagai antioksidan yang dapat menghambat
oksidasi pada homogenat jaringan tikus putih galur wistar. Karakterisasi gugus fungsi
dengan spektrofotometer inframerah menunjukkan adanya ikatan O-H, C-H, dan C-O serta
gugus metilen (CH2) pada periderm umbi kuning dan putih dari ubi kayu sehingga ekstrak
diduga mengandung senyawa fenolik. Pengukuran dengan spektrofotometer uv-vis pada
ekstrak fenolik periderm umbi kuning dan putih menunjukkan adanya kandungan senyawa
fenolik pada kedua ekstrak, ditandai dengan puncak serapan pada 245 dan 290 nm (
Karundeng, dkk, 2017).
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan adanya senyawa –
senyawa tertentu dalam sampel. Penelitian ini menggunakan uji tabung berupa uji Benedict,
uji barfoed dan uji seliwanoff. Uji Kualitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui jenis
sakarida dalam sampel adalah Kromatografi Lapis Tipis. Uji Benedict bertujuan untuk
mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel. Prinsip dari uji ini adalah gugus
aldehid atau keton bebas pada gula reduksi yang terkandung dalam sampel mereduksi ion
Cu2+ dari CuSO4.5H2O dalam suasana alkalis menjadi Cu+ yang mengendap menjadi
Cu2O. Suasana alkalis diperoleh dari Na2CO3 dan Na sitrat yang terdapat pada reagen
Benedict (Kusbandari, 2015).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki karakteristik struktural dari pati
yang dapat dicerna lambat (SDS) dan fraksi pati resisten (RS) yang diisolasi dari pati
kentang berlilin yang dipanaskan dengan uap air. HMT tepung kentang lilin menyebabkan
perubahan struktur granular mengubah pola pencernaan. Penampang granula pati
menunjukkan pola pertumbuhan cincin yang lebih pasti dalam fraksi RS SDS daripada di
fraksi RS. Fraksi RS menunjukkan peningkatan kristalinitas, entalpi gelatinisasi dan proporsi
rantai panjang (DP ≥37) tetapi suhu gelatinisasi yang menurun dibandingkan dengan fraksi
SDS RS. The SDS RS fractionshowed peningkatan kristalinitas dan proporsi rantai panjang
(DP ≥ 25) tetapi penurunan entalpi gelatinisasi dibandingkan dengan kontrol pati. Hasil ini
menunjukkan bahwa mayoritas RS dikomposisikan dari struktur kristal dan memiliki
proporsi tinggi longchains (DP ≥37). Akhirnya, sebagian besar SDS terdiri dari amorf dan
kristal lemah dan menunjukkan proporsi DP≥25 yang tinggi. Informasi struktural ini dapat
digunakan untuk mengembangkan bahan makanan yang mudah dicerna berdasarkan pati
waxypotato yang diolah dengan uap panas ( Lee dan Moon, 2015)
Penelitian ini, sejalan dengan pendekatan berbasis tanaman-makanan untuk
mengatasi kekurangan vitamin A, melaporkan analisis karotenoid total, dan trans- dan cis-b-
karoten, dalam berbagai varietas mentah dan direbus ubi jalar oranye (OFSP). Perbedaan
intra-varietal pada karotenoid juga trans- dan cis-b-karoten dicatat di kedua kentang mentah
dan rebus. Kandungan karotenoid ditemukan lebih tinggi di kentang mentah dibandingkan
dengan sampel yang direbus dari varietas yang sama. Di antara yang Varietas OFSP,
Kamalasundari (BARI SP-2) ditemukan mengandung karotenoid paling banyak di kedua
mentah dan sampel direbus. b-Karoten secara signifikan lebih tinggi dalam varietas
Kamalsundari dan BARI SP-5. Trans-b-karoten ditemukan menjadi karotenoid utama di
semua kentang mentah, tetapi perebusan berasosiasi dengan peningkatan cis-b-karoten dan
penurunan isomer trans. Kamalsundari dan BARI SP-5 ubi jalar oranye memiliki potensi
untuk digunakan sebagai suplemen berbasis makanan untuk mengurangi vitamin.
Kekurangan penelitian ini mengidentifikasi bahwa BARI SP-2 (Kamalasundari) dan BARI
SP-5 ubi jalar oranye mengandung signifikan isi b-karoten. Dengan demikian, varietas ini
dapat digunakan sebagai foodbased suplemen untuk memerangi kekurangan vitamin A di
antara orang miskin dan orang-orang Bangladesh yang kelaparan gizi (Islam, dkk, 2016).
Endapan Filtrat
Diendapkan 20 menit
Didekantasi
Endapan Filtrat
+100 mL aquades
Didiamkan 10 menit
Didekantasi
Endapan Filtrat
+ 50 ml etanol 96 %
Larutan campuran
Larutan campuran
Pati Filtrat
Dikeringkan
Ditimbang
Hasil
2 ml glukosa 1%
Hasil
2 ml fruktosa 2%
Hasil
b. Uji Reaksi Benedict
Glukosa
2 ml glukosa 1%
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dimasukkan 5 mL reagen benedict
larutan
Δ dalam penangas air
Hasil
Fruktosa
2 ml fruktosa 2%
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Dimasukkan 5 mL reagen benedict
larutan
Δ dalam penangas air
Hasil
1 ml amilum
Hasil
d. Uji Reaksi Saliwanoff
Glukosa
2 ml reagen saliwonoff
Hasil
Fruktosa
2 ml reagen saliwonoff
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Isolasi Amilum dari Umbi atau Biji-Bijian
No Perlakuan Hasil
1 Ubi kayu dikupas, dipotong kecil- Warna ubi kayu = putih
kecil, ditimbang sebanyak 50 Massa ubi kayu = 50 gram
gram
2 100 gram ubi kayu + 100 mL Warna awal aquades = putih.
aquades lalu diblender 30 detik Terbentuk larutan berwarna putih
susu.
3 Larutan disaring dengan kain lap Filtrat berwarna putih tulang
dan filtrat diendapkan 20 menit dengan endapan berwarna putih
kemudian didekantasi
4 Endapan + 100 mL aquades, Terbentuk endapan berwarna putih
diendapkan 10 menit kemudian pada dasar gelas kimia dan filtrat
didekantasi berupa larutan berwarna putih
5 Endapan + 50 mL etanol 96% Warna awal etanol = bening.
Warna larutan campuran = putih
keruh
6 Larutan campuran disaring Filtrat berwarna bening keruh dan
dengan Buchner pati berwarna putih dan teksturnya
halus
7 Pati dikeringkan dan ditimbang Berat kertas whatmann kosong =
0,85 gram
Berat kertas whatmann + pati =
5,51 gram
Berat pati = 4,66 gram
Fruktosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan fruktosa 2% + 2 Warna awal fruktosa =
tetes larutan α-naftol 10% kuning bening. Warna awal
α-naftol = merah
kecokelatan. Campuran =
larutan fruktosa berubah
warna menjadi coklat
bening dan berkerak.
2 + 2 mL larutan H2SO4 pekat Terbentuk larutan berwarna
secara perlahan-lahan melalui coklat hitam pekat dan
dinding tabung reaksi tabung reaksi terasa panas.
b. Uji Reaksi Benedict
Glukosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan glukosa 1% + 5 Warna awal glukosa =
mL reagen benedict bening.Warna awal reagen
benedict = biru bening.
Warna campuran = biru
bening
2 Δ dalam penangas air Terbentuk endapan yang
berwarna merah bata
Fruktosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL larutan fruktosa 2% + Warna awal fruktosa =
5 mL reagen benedict kuning bening. Warna
awal reagen benedict =
biru bening. Warna
campuran = biru bening
2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan dan
endapan berwarna merah
bata.
Untuk Fruktosa
No Perlakuan Hasil
1 2 mL reagen saliwanoff + 6 Warna awal reagen
tetes larutan fruktosa 2% saliwanoff = bening.
Warna awal fruktosa =
kuning bening. Warna
campuran = kuning bening.
2 Δ dalam penangas air Terbentuk larutan
berwarna merah bata dan
terdapat endapan merah
bata tua.
F. ANALISIS DATA
1. Perhitungan
Kadar amilum dalam 50 gram ubi kayu
Diketahui :
Massa amilum kering = 4,66 gram
Massa ubi kayu = 50 gram
Massa kertas saring whatmann kosong = 0,85 gram
Massa kertas saring whatmann kosong + massa pati = 5,51 gram
Ditanyakan :
% amilum =…
Penyelesaian :
massa amilum kering
% amilum = × 100%
massa ubi kayu
4,66
= × 100%
50
= 9,32 %
2. Persamaan reaksi
Uji Kualitatif
a. Reaksi molish
OH OH OH H
H
CH2OH C
H
C
H
C
H
C O + H2SO4 C O +
O
pentosa furfural OH
alfa naftol
OH OH OH H
H
CH2OH C
H
C
H
C
H
C O + H2SO4 H3C C O +
O
5-hidroksi furfural OH
SO3H
O OH
H3C
cincin ungu yang terbentuk
b. Reaksi benedict
CH3 CH3
H O H H O H
H - H
OH H + (CuSO4,Na Sitrat,Na2CO3) Cu 2O(s) + OH H
OH OH OH OH
H OH H OH
Glukosa
HO OH HO OH
O O
H OH + (CuSO4,Na-Sitrat,Na2CO3) Cu 2O(s) + H OH
H OH H OH
OH H OH H
Fruktosa
O OH
2+
R C OH + Cu R CH2 + CuO
merah bata
c. Reaksi Iodine
Iodium + Amilum Kompleks Iodin Amilum
(biru kehitaman)
d. Reaksi Saliwanoff
HO OH HO O
O
O HO O O
[H+] [H+] 0,5 O2
H OH
H OH
-3 H2O
OH H 3 H2O
OH
2
O
OH
OH
G. PEMBAHASAN
Karbohidrat terdapat dalam semua tumbuhan dan hewan dan penting bagi kehidupan.
Lewat fotosintesis, tumbuhan mengonversi karbon dioksida atmosfer menjadi karbohidrat,
terutama selulosa, pati dan gula. Karbohidrat adalah polisakarida yang merupakan sumber
energi utama pada makanan. Karbohidrat banyak terdapat pada umbi – umbian dalam bentuk
pati. Pati atau amilum merupakan salah satu polisakarida, dimana polisakarida ini terdapat
banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Pati atau amilum itu sendiri
merupakan karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar
dan tidak berbau.
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengisolasi amilum dari umbi/biji-bijian,
mengetahui cara menghidrolisis amilum menggunakan asam dan mengidentifikasi
karbohidrat seperti monosakarida, disakarida dan polisakarida dengan cara mengetahui sifat-
sifat reaksi dan perubahan warnanya.
Pada percobaan pertama yaitu isolasi amilum dari umbi, digunakan ubi kayu
(singkong) yang mengandung amilum cukup banyak. Pati atau amilum itu sendiri merupakan
karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak
berbau. Pati ini tersusun dari dua macam karbohidrat yaitu amilosa dan amilopektin yang
memiliki komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras dan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Langkah awalnya yaitu membuat larutan singkong (dengan
memblender 50 gr singkong) hingga terbentuk suspensi dan disaring untuk untuk
memisahkan filtrat dari residu. Selanjutnya filtrat jenuh ditambahkan 100 mL aquades
didiamkan hingga amilum terendapkan dan didekantasi yang diulang sebanyak 2 kali.
Dekantasi bertujuan untuk memurnikan endapan amilum karena air dapat mengikat kotoran
dan melarutkan zat-zat yang bersifat polar dalam sampel. Selanjutnya yaitu penambahan
etanol 96% yang berfungsi untuk memurnikan amilum dengan melarutkan bahan-bahan
organik yang tidak larut dalam air dan mengikat zat pengotor yang bersifat non polar
sehingga filtrat yang tersisa hanya amilum saja. Penambahan etanol 96% ini menghasilkan
larutan putih keruh. Adapun hasil penyaringan diperoleh filtrat yang bening keruh dan
endapan amilum berwarna putih dengan tekstur halus. Dengan terbentuknya larutan bening
keruh dan endapan putih menunjukkan bahwa amilum dapat diisolasi dari singkong.
Berdasarkan hasil penimbangan, diperoleh berat amilum kering sebesar 4,66 gram. Sementara
itu kadar amilum dalam 50 gram singkong diperoleh sebesar 9,32 %. Kadar amilum yang
diperoleh ini sangat rendah dibandingkan dengan kadar pati dari literatur (sebesar 25-35%).
Hal ini dikarenakan pada proses dekantasi pertama dan kedua, masih terdapat amilum yang
larut dan belum mengendap seluruhnya di dasar gelas kimia. Hal ini ditunjukkan oleh masih
adanya larutan yang sedikit keruh di bagian atas endapan. Sehingga ketika dilakukkan
pemipetan atau dekantasi, amilum yang belum mengendap akan ikut terbawa dan
mempengaruhi jumlah amilum yang diperoleh.
Selanjutnya uji kualitatif karbohidrat ini digunakan empat jenis pereaksi yaitu reaksi
molisch, reaksi benedict, iodine, dan saliwanoff.
Pada pengujian pertama digunakan metode reaksi molisch untuk 2 jenis sampel yaitu
glukosa dan fruktosa. Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat
pekat. Uji positif didapat jika cincin ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau
hidroksi furfural dengan α-naftol dalam pereaksi molish . Uji ini memberikan hasil yang
positif pada semua jenis karbohidrat. Dalam molekulnya glukosa dan fruktosa memiliki enam
atom karbon dan disebut heksosa. Dehidrasi heksosa-heksosa ini akan menghasilkan
hidroksimetilfurfural yang merupakan derivat furfural. Sedang untuk karbohidrat dengan lima
atom karbon dehidrasi pentosa ini akan menghasilkan furfural (reaksi pembentukan furfural).
Reaksi furfural dan hidroksimetilfurfural ini dapat membentuk senyawa berwarna apabila
direaksikan dengan α- naftol dan akan membentuk cincin ungu yang merupakan suatu
senyawa kompleks. Pada percobaan ini, diperoleh hasil pengujian yang negatif, yang berarti
bahwa hasil dari percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan teori yang diperoleh dari
literatur. Berdasarkan teori untuk glukosa yaitu larutan berubah menjadi berwarna ungu
pekat (yang menunjukkan uji positif dari glukosa). Sedangkan untuk fruktosa adalah larutan
berubah menjadi berwarna ungu kehitaman (yang menunjukkan hasil yang positif untuk
fruktosa). Namun, pada hasil percobaan, baik glukosa maupun fruktosa berwarna coklat
hitam. Hasil negatifdari percobaan ini dikarenkan adanya kesalahan praktikan.
Selanjutnya yaitu percobaan reaksi Benedict. Pereaksi ini berupa larutan mengandung
koprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat, dimana adanya natrium karbonat dan natrium
sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Uji benedict terutama dilakukan untuk
karbohidrat preduksi yang dapat mereduksi ion logam misalnya Cu2+ bereaksi dengan
pereaksi benedict membentuk endapan Cu2O berwarna merah bata ,hijau atau biasa berwarna
kuning.Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil yang positif untuk sampel glukosa dan
fruktosa yang digunakan. Dari hasil pengamatan terjadi perubahan yang sama untuk kedua
sampel yaitu ketika sampel ditambahkan dengan reagen benedict terjadi perubahan warna
larutan menjadi berwarna biru dan setelah dipanaskan selama 5 menit, terbentuk larutan
berwarna merah bata. Terbentuknya warna endapan merah bata disebabkan oleh pengaruh
reduksi dari Cu2+ menjadi Cu+. Meskipun di bagian bawah tidak terbentuk adanya endapan
berwarna biru, uji ini tetap menunjukkan hasil yang positif karena tidak terbentuknya warna
biru pada endapan dipengaruhi oleh konsentrasi karbohidrat yang ada pada sampel uji
tersebut.Dengan demikian, karbohidrat ini mengandung gula pereduksi. Larutan tembaga
alkalis pada reagen Benedict bila direaksikan dengan karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas akan terjadi reduksi membentuk Cu2O (cupro oksida) sebagai akibat
adanya reduksi Cu2+ menjadi Cu+.Gula reduksi yang terdapat pada glukosa adalah sorbitol,
sedangkan pada fruktosa adalah campuran dari sorbitol dan manital.
Percobaan selanjutnya uji iodium yang bertujuan untuk memisahkan antara
polisakarida, monosakarida, dan disakarida. Iodium memberikan warna kompleks dengan
polisakarida. Berdasarkan hasil pengamatan, amilum yang semula berwarna bening setelah
ditambahkan HCl menjadi bening, kemudian setelah ditambah iodin warnanya menjadi ungu
kehitaman. Amilum menjadi berwarna ungu kehitaman karena hasil ikatan kompleks iodine
dengan amilum. Pada reaksi ini terjadi absorbsi molekul iodine yang masuk dalam aliran
spiral pati. Saat penambahan iodin dalam suatu polisakarida akan menyebabkan terbentuknya
kompleks adsorpsi berwana spesifik. Amilum atau pati dengan iodium menghasilkan warna
biru atau ungu tua. Hal ini tidak berlaku untuk jenis-jenis sakarida yang lain seperti
monosakarida, disakarida, dan oligosakarida karena strukturnya masih sederhana. Dengan
demikian, pada percobaan tes iodine ini terbukti bahwa amilum termasuk polisakarida.
Karena hanya polisakarida yang bisa cepat bereaksi dengan iodium dengan memberikan
perubahan warna yang kompleks.
Uji selanjutnnya adalah uji saliwanof. Uji Saliwanoff adalah sebuah uji kimia yang
membedakan gula aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa via gugus fungsi keton
atau aldehid gula tersebut. Jika gula tersebut mempunyai gugus keton, ia adalah ketosa.
Sebaliknya jika ia mengandung gugus aldehida, ia adalah aldosa. Adanya gugus keton dapat
dibuktikan melalui uji seliwanoff. Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton
direaksikan dengan saliwanoff akan menunjukkan warna merah atau kuning sebagai reaksi
positifnya. Adanya warna merah atau kuning merupakan hasil kondensasi dari resorsinol
yang sebelumnya didahului dengan pembentukan hidroksi metil furfural. Fruktosa dan
sukrosa cepat bereaksi karena merupakan jenis karbohidrat yang memiliki gugus keton
(ketosa). Ketosa bila di dehidrasi oleh pereaksi saliwanoff memberikan turunan furfural
yangg selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol memberikan warna merah atau kuning
kompleks.Hal ini menunjukkan bahwa uji saliwanoff digunakan untuk membedakan antara
karbohidrat yang mengandung aldehid dan keton. Berdasarkan hasil pengamatan, pada
glukosa yang telah ditambahkan pereaksi saliwanoff, warna larutan menjadi bening dan
setelah dipanaskan larutan berwarna kuning dan tidak terdapat endapan. Sedangkan pada
fruktosa yang ditambhakan pereaksi saliwanoff tidak terjadi perubahan warna, tapi setelah
dipanaskan warna larutan menjadi merah bata dan terdapat endapan merah bata tua. Hasil ini
membuktikan bahwa fruktosa merupakan karbohidrat yang mengandung gugus fungsi keton.
Karena hanya gugus fungsi keton yang bisa cepat bereaksi dengan saliwanoff.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Amilum diisolasi dari ubi kayu atau singkong dan air dengan proses pengendapan,
kemudian ditambahkan etanol 96% untuk membersihkan amilum dari kotorannya. Dalam
50 gram singkong diperoleh kandungan amilum sebesar 9,32% atau 4,66 gram.
2. Identifikasi karbohidrat dalam pati dapat dilakukan dengan berbagai uji kualitatif yaitu:
uji Molisch, uji Benedict, uji Iodine dan uji Saliwanoff. Uji Molisch pada glukosa dan
fruktosa memberikan uji positif dengan terbentuknya cincin ungu pada larutannya. Uji
Benedict dilakukan untuk mengidentifikasi gula pereduksi. Dan memberikan hasil positif
pada larutan glukosa dan fruktosa dengan terbentuknya endapan merah bata. Tes Iodine
dilakukan untuk mengidentifikasi polisakarida. Hasilnya terbukti bahwa amilum termasuk
polisakarida. Karena hanya polisakarida yang bisa cepat bereaksi dengan Iodine
membentuk warna kompleks ungu. Uji Saliwanoff digunakan adanya gugus keton.
Adanya gugus keton pada Uji Saliwanoff ditandai dengan hasil percobaan berwarna
kuning atau merah bata. Dan didapatkan hasil positif pada larutan glukosa dan fruktosa
karena memberikan kuning dan warna merah bata. Hal ini membuktikan bahwa glukosa
dan fruktosa termasuk karbohidrat yang mengandung gugus fungsi keton.
DAFTAR PUSTAKA
Islam, S. N., T. Nusrat, P. Begum dan M. Ahsan. 2016. Carotenoids and β-Carotene in Orange
Fleshed Sweet Potato: A Possible Solution to Vitamin A Deficiency. Food Chemistry 1(1) :
628- 631.
Karundeng G., E. Suryanto2 dan S. Sudewi. 2017. Karakterisasi dan Potensi Antioksidan dari
Kulit Luar Ubi Kayu (Manihot Utilissima). Chem Prog. 10(2): 68-72.
Kusbandari, Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida dalam Tepung dan Pati
Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaҫiana 5(1): 38.
Lee, C. J. dan T. W. Moon. 2015. Structural Characteristics of Slowly Digestible Starch and
Resistantstarch Isolated from Heat–Moisture Treated Waxy Potato Starch. Carbohydrate
Polymers 1(1): 200-205.