Anda di halaman 1dari 15

Penelitian Madya

DAMPAK PENGEMBANGAN WADUK JATIGEDE TERHADAP


KESEJAHTERAAN PETANI DI DESA LIGUNG KECAMATAN
LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA

PROPOSAL PENELITIAN

ETTY RATNAWATI
NIDN. 2011086901

LEMBAGA PENELITIAN DAN


PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT (LP2M)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SYEKH NURJATI CIREBON
2016 M./1437 H.
Penelitian Madya

A. Judul Penelitian
Judul penelitian ini: Dampak Pengembangan Waduk Jati Gede Terhadap Kesejahteraan
Petani di Desa Ligung Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka.

B. Latar Belakang Masalah


Pembangunan waduk Jati Gede yang telah direncanakan sejak zaman Hindia
Belanda, baru dapat digenangi pada tahun 2015 kemarin. Pemerintah Hindia Belanda saat
itu merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan
waduk Jati Gede merupakan waduk utama dan yang paling besar. Namun, pembangunan
ketiga waduk itu mendapatkan tantangan dari masyarakat sekitar, sehingga
pembangunannya pun dibatalkan. “Pembangunan Waduk Jati Gede inisiatif dimulai pada
tahun 1963, akan tetapi karena banyak kendala, pembangunan fisik dilanjutkan pada tahun
2007 hingga tahun 2015 Pembangunan Waduk Jati Gede tersebut mengahabiskan anggaran
hingga mencapai 467 juta US dolar (Sasangko, 2015)”.
Setelah rencana pembangunan kembali menghangat, langkah pertama yang
dilakukan oleh pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon
genangan. Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982. Waduk Jati Gede memiliki fungsi
utama yaitu sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air. Di samping kedua fungsi
utama tadi, waduk pun berfungsi sebagai sarana budidaya perikanan air tawar, sarana olah
raga air, sarana rekreasi, dan lain sebagainya. Untuk Waduk Jati Gede, fungsi utamanya
adalah sebagai sarana irigasi dan pembangkit listrik tenaga air. Waduk Jati Gede dibangun
dengan cara membendung aliran Sungai Cimanuk. Pembendungan ini mengakibatkan
aliran air terhalang, sehingga air terakumulasi dalam sebuah kolam yang besar. Air yang
terkumpul dalam bendungan tersebut digunakan sebagai cadangan air tawar untuk mengairi
areal pertanian di wilayah Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Selain berfungsi sebagai
sarana irigasi, Waduk Jati Gede pun berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air. Saat
ini, di wilayah itu terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Parakan Kondang.
Dengan dibangunnya Waduk Jati Gede, kapasitas pembangkit listrik tenaga air tersebut
dapat ditingkatkan (Wikipedia, diakses 2016).
Kabupaten Majalengka terkena dampak dari penggenangan Waduk Jati Gede.
Menurut Andri (2015) “Penggenangan Waduk Jati Gede di Kabupaten Sumedang yang
menutup aliran sungai Cimanuk tidak hanya berdampak terhadap pada pasokan air bersih
di Kabupaten Indramayu. Kondisi serupa juga dirasakan oleh Kabupaten Majalengka,
meski dampak yang ditimbulkan tidak separah yang dirasakan oleh Kabupaten
Penelitian Madya

Indramayu”. Penggenangan yang dilakukan dengan menutup aliran sungai Cimanuk


berimbas terhadap penyediaan air baku PDAM. Penutupan aliran sungai Cimanuk ikut
mempengaruhi debit air sungai Cilutung yang selama ini menjadi salah satu sumber
penyedian air baku PDAM Majalengka. Penggenangan Waduk Jati Gede juga berdampak
pada penyediaan air bersih yang dilakukan oleh PDAM. Sejak dilakukan penggenangan
Waduk Jati Gede, debit air sungai Cilutung yang menjadi sumber air baku instalasi PDAM
di Wilayah Kadipaten terus mengalami penyusutan.
Berdasarkan hasil observasi awal, salah satu daerah di kabupaten Majalengka yang
terkena imbas dari penggenaan Waduk Jati Gede adalah daerah kecamatan Ligung.
Sebagaimana yang terjadi di bulan Oktober – November 2015, warga yang ada di
Kecamatan Ligung kabupaten Majalengka merasakan dampak yang memang sangat
menyulitkan warga Ligung yang bermata pencaharian sebagai petani. Hal tersebut
dikarenakan air yang seharusnya mengalir dari sungai Cimanuk kemudian ke bendungan
Rentang dan dialirkan ke setiap desa melalui bengawan-bengawan di bendung/tidak
dialirkan seperti biasanya. Imbasnya adalah banyak desa-desa yang kekurangan air, baik
untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk proses pertanian. Warga kecamatan Ligung
harus sabar menunggu air yang seharusnya mengalir seperti biasa tetapi karena ada proses
penggenangan air untuk waduk Jati Gede maka warga harus mengalami kekurangan air.
Petani banyak yang mengeluh dan resah karena takut akan berdampak buruk bagi padi-padi
yang sudah ditanam, dan untuk mencegah hal buruk terjadi petani harus membayar atau
mengeluarkan dana lebih untuk mendapatkan air.
Namun, sekalipun banyak pihak yang lebih melihat dampak kurang baik dari
pembangunan ini, di sisi lain, “pembangunan Waduk Jati Gede juga menyumbang banyak
manfaat, seperti penyediaan air irigasi untuk 90 ribu hektare, penyediaan air baku 3,5 kubik
per detik, PLTA dengan kapasitas 110 Megawatt, pengendalian banjir 14 ribu hektar,
pariwisata dan perikanan (Sasangko, 2015)”.
Dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian:
“Dampak Pengembangan Waduk Jati Gede Terhadap Kesejahteraan Petani di Desa Ligung
Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka”.

C. Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak
pengembangan Waduk Jati Gede terhadap kesejahteraan petani di Desa Ligung Kecamatan
Ligung Kabupaten Majalengka?
Penelitian Madya

Sementara itu, rumusan masalah khusus dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kesejahteraan petani di desa Ligung Kabupaten Majalengka sebelum
penggenangan Waduk Jati Gede?
2. Bagaimana kesejahteraan petani di desa Ligung Kabupaten Majalengka setelah
penggenangan Waduk Jati Gede?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
pengembangan Waduk Jati Gede terhadap kesejahteraan petani di Wilayah
Majalengka. Sementara itu, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui kesejahteraan petani di desa Ligung Kabupaten Majalengka
sebelum penggenangan Waduk Jati Gede.
b. Mengetahui kesejahteraan petani di desa Ligung Kabupaten Majalengka setelah
penggenangan Waduk Jati Gede.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis. Secara teoretis penelitian ini merupakan jenis penelitian
multidisiplin sehingga banyak manfaat bagi pengembangan keilmuan sosial,
politik, lingkungan, ekonomi, teknologi pertanian, dan lain sebagainya.
b. Manfaat Praktis. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat kapada para petani itu sendiri, perencana pembangunan baik
pemerintah maupun sewasata, maupun peneliti selanjutnya tentang dampak dari
pembangunan waduk Jati Gede.

E. Penelitian Yang Relevan


1. Warman, Indrawan & Kuncoro. (2014). Studi Karekteristik Geologi Dalam
Perencanaan Dan Penentuan Lokasi Bangunan Pelimpahan Darurat Di Waduk Jati
Gede, Sumedang Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Kebumen Ke-7. Jurusan
Teknik Geologi, UGM, 30-31 Oktober 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa berdasarkan parameter geologi maka dihasilkan karakteristik masing-masing
lokasi alternatif pembangunan.
2. Fitriani, S.I. (2013). Laporan Kuliah Lapangan Proyek Bendungan Jatigede
Sumedang. Institut Teknologi Bandung. Bendungan Jatigede didesaian untuk
Penelitian Madya

berbagai keperluan diantaranya irigasi, air baku dan air minum, dan juga untuk
pembangkit listrik, serta pengembangan lokasi wisata.
3. Wulan & Prastiwi. (2011). Analisa Pembangunan Terowongan Air Sebagai
Bangunan Pengelak Waduk Jati Gede Sumedang Jawa Barat. Prosideng PESAT.
Universitas Gunadharma Depok 18-10 Oktober 2011. Volume 4 Oktober 2011.
ISSN.1858-2559. Kegagalan dalam pemasangan penyanggah dalam badan
terowongan dapat menimbulkan beberapa dampak diantaranya kerusakan bentuk
badan terowongan, kelongsoran tanah, bahkan keselamatan nyawa pekerja.
4. Supriatin, Y.M. (2010). Pembangunan Waduk Jatigede Dan Mitos-Motosnya
Dalam Sastra Lisan Sunda. Jurnal Sosioteknologi Edisi 20 Tahun 9. Agustus 2010,
hal- 875-882. Hasil penelitian ini: Pembangunan Waduk Jatigede Dan Mitos-
Motosnya Dalam Sastra Lisan Sunda menunjukkan mitos yang dalam ini salah satu
jenis sastra Sunda sebagai pemulyaan nilai-nilai etika terus berperan dalam
kehidupan.

F. Kajian Teori
1. Dampak Pengembangan Waduk
Pembangunan waduk sebagai salah satu cara modern, pengembangannya
diharapkan bukan hanya untuk wilayah yang terkena genangan, namun juga bermanfaat
bagi masyarakat atau daerah disekitarnya. Pembangunan waduk ini pun didasari oleh
“potensi air di Indonesia sangat besar karena curah hujan yang tinggi dan topografi
yang bergunung. Tetapi yang dimanfaatkan barulah sebagian kecil. Oleh rakyat di
pedesaann energi air digunakan antara lain untuk menumbuk padi dan untuk menaikan
air ke tempat yang lebih tinggi (Soemarwoto, 2004: 362)”. Salah satu dampak tersebut
adalah untuk modernisasi pertanian. Menurut Siagian (2009):
Pentingnya modernisasi pertanian harus dipandang paling sedikit dari dua sisi.
Sisi yang pertama berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dalam negeri
sendiri, terutama terutama bahan pangan. Sisi kedua menyangkut penumbuhan
dan pengembangan agribisnis yang menghasilkan berbagai komoditi untuk
ekspor (Siagian, 2009:81).

Pembangunan waduk ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangannya PLTA


dengan cara membendung. Menurut Soemarwoto (2004: 362):
Dengan bendungan terbentuklah waduk. Dengan kenaikan air yang lebih tinggi
muka air itu, energi potensial air naik. Bendungan bukan hanya untuk PLTA
saja. Fungsi lain yaitu pengairan, pengendalian banjir, pariwisata dan perikanan.
Namun sebagian besar di Jawa Barat seperti Citarum untuk pengairan dan listik.
Penelitian Madya

Dari kajian teoretis pembangunan dan pengembangan waduk di atas,


selanjutnya akan menelaah mengenai hakikat pembangunan itu sendiri. Menurut
Koentjaraningrat (1985: 83)“sambil membangun tiap kali kita mawas diri dan selalu
sanggup mengadakan koreksi-koreksi bilamana perlu”. Lebih lanjut lagi beliau secara
tersirat mengungkapkan bahwa pembangunan harus memiliki dampak pada
kesejahteraan dalam istilah beliau yakni kemakmuram. “Kemakmuran yang berlebihan
akan membawa luang waktu yang berlebihan. Kemakmuran dalam tahap
perkembangan maka manusia menginvestasikan sebagain hartanya. Kalau kemakmuran
sudah tiba, biasanya menusia tak bisa menyadari batas kebutuhannya
(Koentjaraningrat, 1985: 88).
2. Kesejahteraan Petani
a. Pengertian
Tinjaun tentang kesejahteraan petani harus ditinjau dari kesejahteraan
sosial. Karena sebagai bagian dari masyarakat, petani merupakan makhluk sosial
Kesejahteraan masyarakat dalam pandangan Seoharto (2013: 104-105)
menyebutnya dengan istilah kesejahteraan sosial yang mengandung pengertian:
a. Sebagai kondisi sejahtera. Kondisi ini terjadi manakala kehidupan manusia
aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan,
tempat tinggal, dan pendapatan terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh
perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya. 2)
b. Sebagai pelayanan sosial. Pada umumnya mencakup lima bentuk, yakni
jaminan sosial (social security), pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan
dan pelayanan sosial (personal social service).
c. Sebagai tunjangan sosial. Sebagian besar penerimanya adalah orang miskin,
pengangguran, cacat.

Sementara itu, petani dalam hal ini dapat ditinjau secara antropologis.
“Petani pada awalnya melakukan bercocok tanam menetap dan sekarang mulai
berubah menjadi petani menetap. Maka memerlukan perhatian terhadap tanah dan
modal, tenaga kerja, teknologi (masalah organisasi irigasi, pembagian air dan
sebagainya), konsumsi, distribusi, dan pemasaran (Koentjaraningrat, 2009: 284).
Para pakar pertanian sering mengemukakan paling sedikit tujuh hal yang
harus menjadi perhatian dalam upaya modernisasi pertanian. Antara lain:
“memperkenalkan cara bertani, menggunakan bibit unggul, penggunaan insektisida,
penggunaan sistem irigasi yang lebih baik, penggunaan pupuk yang lebih intensif,
Penelitian Madya

intensifikasi pertanian, dan diversifikasi dan eksestensifikasi (Siagian, 2009: 82-


83)”.
b. Indikator Kesejahteraan Petani
Terdapat 3 aspek yang bisa menunjukkan indicator (penciri atau penanda)
kesejahteraan petani, yaitu:
a. Perkembangan struktur pendapatan
b. Perkembangan pengeluaran untuk pangan
c. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP).

G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Dalam hal ini, peneliti
akan terjun ke wilayah Kabupaten Majalengka yang terkena dampak penggenangan
waduk Jatigede khususnya daerah yang mendapatkan saluran irigasi untuk pertanian.
Kemudian melihat dampak terhadap kesejahteraan petani baik sebelum dan setelah
penggenangan.
Menurut Creswell (2014: 4) bahwa“penelitian kualitatif untuk mengeksplorasi
dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang yang
dianggap berasal dari masalah sosial atau kemasyarakatan”. Hal tersebut dikarenakan
data dalam penelitian diambil dari perkataan para informan, dan gambar-gambar atau
dokumentasi selama peneliti. Hal tersebut sebagaimana makna dari penelitian
deskriptif-kualitatif menurut Moleong (2010: 11) yang menyatakan bahwa:
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-
angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan kemungkinan menjadi kunci
terhadap apa yang diteliti. Data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo,
dan dokumen resmi lainnya.

Penelitian kualitatif ini dilakukan pengamatan secara holistic dari fenomena


yang terjadi di lapangan. “Penelitian kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang
dinamis, hasil konstruksi pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta
utuh (holistik) karena setiap aspek dari objek mempunyai satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan (Sugiyono, 2014: 17).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi
partisipatif, wawancara dan studi dokumentasi. Dan untuk keabsahan data digunakan
Penelitian Madya

triangulasi. Berikut merupakan langkah-langkah teknik pengumpulan data selama di


lapangan:
1. Observasi Partisipatif
Observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini melalui proses pengamatan
terhadap wilayah yang mendapatkan saluran irigasi untuk pertanian, melihat
aktivitas para petani dan pihak lain yang terlibat dalam kehidupan para petani.
Menurut Creswell (2014: 267) ”peneliti langsung ke lapangan untuk mengamati
perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian.” Selama di lapangan,
peneliti berbaur dengan lingkungan, peneliti menjadwal untuk mengunjungi dan
memperhatikan situasi. Dalam observasi partisipatif peneliti terlibat dalam kegiatan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian”, artinya sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi ini diharapkan data yang diperoleh
akan lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang nampak.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam yang akan dilakukan yakni kepada para petani, dan pihak
lain yang terlibat dalam kehidupan pertanian. Menurut Creswell (2014:267)
“peneliti melakukan face to face interview (wawancara langsung) dengan
partisipan, mewawancara mereka dengan pertanyaan yang terstruktur dan bersifat
terbuka sehingga memunculkan pandangan dan opini dari para partisipan”.
3. Studi Dokumentasi
Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berbagai berkas yang
berkaitan dengan kehidupan pertanian di wilayah Kabupaten Majalengka yang
mendapatkan saluran irigasi dari waduk Jatigede. Dokumentasi didapat oleh peneliti,
sebagain besar dokumen-dokumen berupa data dari Sebagaimana menurut Creswell
(2014: 267-270) ”dokumen ini bias berupa dokumen publik (seperti Koran,
makalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti buku harian, diary, surat,
e-mail)”.
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument adalah peneliti sendiri. Untuk
sumber datanya, secara teoritis berasal dari buku-buku atau dokumen-dokumen, majalah
dan surat kabar serta dari internet. Sedangkan secara praktis data diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara dengan masyarakat petani desa Ligung, kepala desa, dan juga
BPS (Badan Pusat Statistik). Adapun yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah
Penelitian Madya

masyarakat petani desa Ligung kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka yang terkena
imbas dari penggenangan Waduk Jati Gede.
Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan model
interaktif menurut Miles dan Huberman. Model ini memiliki empat tahapan yang harus
dilakukan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display, dan tahap
penarikan kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2013:337).

H. Alokasi Biaya Dan Jadwal Penelitian


1. Rekapitulasi anggaran biaya penelitian seperti terlihat pada table berikut.
Tabel 1.
Rekapitulasi Anggaran Penelitian

No Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)

1 Gaji dan upah 3.500.000,-

2 Bahan habis pakai dan peralatan 6.000.000,-

3 Perjalanan 1.750.000,-

4 Lain-lain (publikasi, seminar, laporan final) 1.750.000,-

Jumlah 13.000.000,-

2. Jadwal Pelaksanaan penelitian


Rencana waktu penelitian mulai dari bulan April 2016 sampai dengan
Oktober 2016. Tahapan pelaksanaan penelitian meliputi:
a. Pelaksanaan Persiapan Penelitian;
b. Pelaksanaan Pra Penelitian;
c. Sosialisasi dan Penetapan Lokasi Penelitian;
d. Pengadaan Alat dan Bahan Penelitian;
e. Pelaksanaan Studi Perpustakaan;
f. Pengambilan Data di Lapangan;
g. Analisis Data;
h. Penyusunan Laporan Penelitian;
i. Pengiriman Laporan Penelitian;
j. Publikasi Hasil Penelitian.
Penelitian Madya

I. Daftar Pustaka
Creswell, John W. (2014). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fitriani, S.I. (2013). Laporan Kuliah Lapangan Proyek Bendungan Jatigede


Sumedang. Institut Teknologi Bandung.

Koentjaraningrat. (1985). Bunga Rampai Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan.


Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropolgi Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Mochamad Fajar Isniawansyah (2015). Kesiapan Masyarakat Dalam Menghadapi


Rencana Pembangunan Waduk Kuningan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. repository.upi.edu perpustakaan.upi.ed

Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PTRemaja


Rosdakarya Bandung.

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. Dkk (2006). Beberapa Fakta Dan Angka Tentang


Lingkungan Fisik Waduk Wonogiri Dan Kepentingannya Sebagai Dasar
Pengelolaan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada/

Nugroho, Adi And Nuroji, Nuroji and Indriyanto, Indriyanto (2012) Kajian
Pembangunan Sarana Prasarana Irigasi Dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Petani Dalam Program Pnpm Di Kecamatan Cawas Kabupaten
Klaten Tahun 2007-2011. Semarang: Masters Thesis, Magister Teknik Sipil.
Universitas Diponegoro.

Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2010 tentang Bendungan

Siagian, S.P. (2009). Administrasi Pembangunan (Konsep, Dimensi, dan Strateginya).


Jakarta: Bumi Aksara.

Seoharto, Edi. (2013). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta

Soemarwoto, O. (2004). Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:


Djambatan.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatin, Y.M. (2010). Pembangunan Waduk Jatigede Dan Mitos-Motosnya Dalam


Sastra Lisan Sunda. Jurnal Sosioteknologi Edisi 20 Tahun 9. Agustus 2010,
hal- 875-882.

Warman, Indrawan &Kuncoro. (2014). Studi Karekteristik Geologi Dalam


Perencanaan Dan Penentuan Lokasi Bangunan Pelimpahan Darurat Di Waduk
Penelitian Madya

Jati Gede, Sumedang Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Kebumen Ke-7.
Jurusan Teknik Geologi, UGM, 30-31 Oktober 2014.

Wulan & Prastiwi. (2011). Analisa Pembangunan Terowongan Air Sebagai Bangunan
Pengelak Waduk Jati Gede Sumedang Jawa Barat. Prosideng PESAT.
Universitas Gunadharma Depok 18-10 Oktober 2011. Volume 4 Oktober 2011.
ISSN.1858-2559.

Bahan dari Internet:


Andri, H. A. (2015). Penggenangan Waduk Jatigede Berdampak pada Pasokan Air Bersih
di Majalengka

.http://news.fajarnews.com/read/2015/10/29/6175/penggenangan.waduk.jatigede.berdampa
k.pada.pasokan.air.bersih.di.majalengka (diakses, 4 April 2016).

Sasangko, T. (2015). Ini Manfaat Jatigede setelah Selesai Digenangi.


http://jabar.tribunnews.com/2015/08/31/ini-manfaat-jatigede-setelah-selesai-
digenani (diakses, 4 April 2016).

id.wikipedia.org/wiki https:///Waduk_Jatigede diakses, 4 April 2016).


Penelitian Madya

J. Biodata dan Kompetensi Peneliti


Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Etty Ratnawati
2. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala (IV/b)
3. NIP/NIDN : 196908111995032003 / 2011086901
4. Tempat dan Tanggal Lahir : Cirebon, 11Agustus 1969
5. Alamat Rumah : Jl. Sultan Hasanudin No. 092 Perumnas GSI
Kelurahan Tukmudal Kec. Sumber Cirebon
6. Telp. / Fax. : (0231) 322867
7. Nomor HP : 081324217390
8. Alamat Kantor : Jl. Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
9. Telp. / Fax. : (0231) 481264/Faks.(0231)489926 Cirebon
45132
10. Email : ettyratnawati69@gmail.com
11. Kompetensi Peneliti : IPS

Riwayat Pendidikan
a. SD, tahun lulus : 1982
b. SMP, tahun lulus : 1985
c. SMA, tahun lulus : 1988
d. S1, tahun lulus : 1993
e. S2, tahun lulus : 2003
f. S3, tahun lulus : 2015

Riwayat Pekerjaan
Dosen tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tahun
1995 sampai dengan sekarang.

Karya Ilmiah
1. Buku
Materi Pengajaran IPS SMP/MTs penerbit Nurjati Press (2015)
2. Jurnal
a. Aplikasi metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam
pembelajaran IPS (Jurnal Holistik 2010).
Penelitian Madya

b. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam pembelajaran IPS (Jurnal


Pendidikan Islam “Lektur” 2011).
c. Menerapkan pendidikan karakter sejak dini (Jurnal “Al-Tarbiyah” 2011).
d. Pentingnya pembelajaran IPS terpadu (Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi
“Edueksos” Januari – Juni 2013).
e. Kajian psikologis tentang pendekatan teori Reinforcement dalam proses
pembelajaran (Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi “Edueksos” Januari – Juni
2015).
f. Karakteristik teori-teori belajar dalam proses pendidikan (Perkembangan
psikologis dan aplikasi) (Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi “Edueksos” Juli
– Desember 2015).
3. Penelitian
a. Perbandingan prestasi belajar antara siswa yang memiliki orang tua tunggal
dengan siswa yang memiliki orang tua utuh pada siswa kelas XII MAN I
Cirebon (2011).
b. Korelasi kompetensi mengajar dosen IPS dengan kepuasan mahasiswa dalam
pembelajaran (Studi kasus di jurusan IPS Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati
Cirebon, 2013).

K. Lampiran-Lampiran
1. Lampiran Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
No Rumusan Masalah Aspek Yang Diamati Sumber Teknik Pengumpulan
Data
1 Kesejahteraan petani di a. Keseburan lahan Petani Wawancara
Kabupaten Majalengka pertanian Pemerintah Observasi partisipatif
sebelum penggenangan b. Hasil panen Studi dokumentasi
Waduk Jatigede c. Kualitas padi atau
beras
d. Pengaruh terhadap
perekonomian lain
di masyarakat.

2 Kesejahteraan petani di a. Keseburan lahan Petani Wawancara


Kabupaten Majalengka pertanian Pemerintah Observasi partisipatif
setelah penggenangan b. Hasil panen Studi dokumentasi
Waduk Jatigede c. Kualitas padi atau
beras
d. Pengaruh terhadap
perekonomian lain
di masyarakat.
Penelitian Madya

2. Lampiran Pedoman Wawancara


PEDOMAN WAWANCARA
Biodata Informan
Nama :
Umur :
Alamat :
Tanggal wawancara :

Pertanyaan Penelitian:
1. Bagaimana kesejahteraan petani di Kabupaten Majalengka sebelum penggenangan
Waduk Jatigede?
a. Bagaimana keseburan lahan pertanian sebelum penggenangan Waduk Jatigede?
b. Bagaimana hasil panen sebelum penggenangan Waduk Jatigede?
c. Bagaimana kualitas padi atau beras sebelum penggenangan Waduk Jatigede ?
d. Bagaimana pengaruh terhadap perokonomian lain di masyarakat sebelum
penggenangan Waduk Jatigede
2. Bagaimana kesejahteraan petani di Kabupaten Majalengka setelah penggenangan
Waduk Jatigede?
a. Bagaimana keseburan lahan pertanian setelah penggenangan Waduk Jatigede?
b. Bagaimana hasil panen setelah penggenangan Waduk Jatigede??
c. Bagaimana kualitas padi atau beras setelah penggenangan Waduk Jatigede?
d. Bagaimana pengaruh terhadap perokonomian lain di masyarakat setelah
penggenangan Waduk Jatigede?
Penelitian Madya

Anda mungkin juga menyukai