Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF

RS DHARMA KERTI

2019

1
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN …………………………………………………………………… 3

BAB II

DEFINISI ……………………………………………………………………………. 4

RUANG LINGKUP ………………………………………………………………… 5

BAB III

TATA LAKSANA …………………………………………………………………… 8

BAB IV

DOKUMENTASI ………………………………………………………………….... 19

BAB V

PENUTUP ………………………………………………………………………….. 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat


saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat
pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia
yang tidak akan terlibat dalam konunikasi. Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat
dipungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau
tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet dan berantakan.

Lingkungan kerja rumah sakit sangat emerlukan adanya komunikasi yang baik, efisien
dan berlasngsung secara dua arah antara pemberi informasi dan penerima informasi. Sebagai
tenaga ahli yang mempelajari secara baik proses penyakit sebaik nya mampu menjelaskan
dengan baik kepada seorang yang menderita penyakit tersebut. Kebutuhan inilah yang
mendorong harus tercipta suasana komunikasi yang efektif di rumah sakit. Selain itu komunikasi
yang baik juga dapat meningkatkan keselamatan pasien, keselamatan kerja dan menurunkan
resiko terjadi kelalaian yang dapat merugikan pasien dan rumah sakit.

Oleh karena itu, selutuh staf rumah sakit dan para komunikator dalam organisasi rumah
sakit ini perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981).
Untuk memahami komunikasi ini dengan mudah, perlu terlebih dahulu mengetahui konsep-
konsep dasar komunikasi.

Dalam panduan ini di jabarkan petunjuk teknis pelaksanaan komunikasi efektif di


Rumah Sakit Dharma Kerti.

3
BAB II

PENGERTIAN

A. DEFINISI

Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada
orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.(Komaruddin, 1994; Schermerhorn,
Hunt & Osborn, 1994; Koontzz & Wheihrich, 1998).

Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil yang
diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect).

Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa
yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;
Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontzz & Wheihrich, 1998).

Pemeberian informasi RSU Dharma Kerti adalah suatu proses penyampaian pesan berupa data
informasi tentang rumah sakit Dharma Kerti mengenai beberapa aspek dan proses pelayanan
seperti ; fasilitas, tarif, peraturan rumah sakit, alur pelayanan dan informasi lainnya yang terkait
dengan pelayanan pasien, data pasien, perkembangan klinis pasien, hasil pemeriksaan penunjang
diagnosis, rencana pengobatan, rencana treatment, hasil asuhan / pelayanan yang diharapkan
maupun yang tidak diharapkan terjadi dan informasi lainnya kepada pasien / penanggungjawab
pasien yang dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien, petugas kesehatan (dokter
konsultan, perawat, bidan, petugas laboratorium, petugas radiologi, dan ahli gizi) yang terlibat
dalam pelayanan pasien serta pihak ketiga yang berkepanjangan dan diberikan kewenangan
untuk mengasekses pasien.

4
B. RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup dari pemberian informasi di RSU Dharma Kerti adalah mencakup:

a. Informasi saat pendaftaran pasien :


1. Prosedur pendaftaran pasien :
 Petugas pendaftaran memberikan salam kepada pasien “Selamat pagi, siang,
sore/malam” sesuai kondisi
 Petugas bertanya “apa yang bisa kami bantu?”
 Jika pasien datang untuk berobat petugas menanyakan “apakah bapak, ibu, saudara/I
sudah pernah berobat ke RSU Dharma Kerti?”
 Jika pasien belum pernah berobat petugas pendaftaran menyerahkan formulir
persetujuan umumpasien rawat jalan dan rawat inap “karena bapak/ibu/saudara/i
belum pernah berobat ke RSU Dharma Kerti mohon untuk dilengkapi formulir ini
ya” dan menjelaskan apa isi dari formulir tersebut, pasien diminta untuk tanda
tangan dan menulis nama jelas.
 Petugas pendaftaran menyampaikan “mohon ditunggu saya registrasikan”
 Setelah no pendaftaran dicek, pasien diberikan 1 (satu lembar) “bapak/ibu/saudara/i
bisa langsung ke poliklinik. Apa ada yang mau ditanyakan lagi ? Atau sudah jelas?
Terimakasih”
2. Jika keluarga pasien datang menanyakan kamar pasien
 Petugas pendaftaran atau customer care memberikan salam : “Selamat pagi, sore,
malam “ sesuai kondisi
 “Silakan duduk”
 “Ada yang bisa saya bantu?”
 “Pasien atas nama siapa?”
 “Mohon ditunggu saya cek dulu”
 Jika sudah ketemu sampaikan “bapak/ibu/saudara/i pasien atas nama tersebut
(sebutkan nama pasien yang ditanyakan) sedang dirawat dikamar….(sebutkan
nomor), bapak/ibu/saudara/I bisa lewat tangga
 Ada yang bisa saya bantu lagi?
 Terimaksih

5
b. Informasi saat rawat jalan
1. Dokter dan perawat di ruang poliklinik memberikan salam “pagi, sore, malam” sesuai
kondisi
2. Mempersilakan pasien duduk dan bertanya “apa keluhannya bapak/ibu/saudara/i?”
3. Dokter melakukan pemeriksaan sesuai prosedur
4. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yang didapat dokter akan menjelaskan kepada
pasien diagnosa ”dari hasil pemeriksaan bapak/ibu/saudara/I
didiagnosa….(menyebutkan diagnosa)
5. “Bapak/ibu/saudara/i saya berikan obat (jelaskan obat yang diberikan cara minum dan
fungsi obat)”
6. Jika masih ada keluhan lagi….hari, bisa datang kembali
7. Dari apa yang sudah saya jelaskan ada yang kurang jelas?
8. Terimakasih
c. Informasi saat dan selama pasien di rawat inap
1. Dokter dan perawat di ruang rawat inap memberikan salam “pagi, sore, malam” sesuai
kondisi
2. Perawat menanyakan nama pasien dan mencocokkan identitas yang tercetak pada
barcode yang terpasang pada gelang tangan pasien.
3. Saat dokter melakukan visit atau perawat ke ruang perawatan pasien, dokter atau
perawat memperkenalkan diri “Saya dokter….(menyebutkan nama), saya
perawat….(menyebutkan nama).
4. Setiap akan melakukan pemeriksaan dokter harus menjelaskan maksud dan tujuan dari
pemeriksaan yang dilakukan “hari ini bapak/ibu/saudara/i akan dilakukan cek lab oleh
karena….(jelaskan kenapa harus dicek lab) atau menjelaskan aturan minum obat dan
menjelaskan fungsi obat yang diminum.
d. Informasi tentang alur pelayanan
e. Informasi sesaat sebelum pasien keluar Rumah Sakit/dipulangkan

Panduan komunikasi efektif ini diterapkan dilingkungan RSU Dharma Kerti yang ditujukan
kepada :

6
a. Pemberi pelayanan/petugas rumah sakit saat memebrikan/menerima informasi lisan atau
melalui telepon tentang pelayanan, jam operasional, dan proses untuk mendapatkan
pelayanan di rumah sakit kepada pasien, keluarga pasien dan masyarakat
b. Antar pemberi pelayanan di dalam dan di luar rumah sakit.
c. Petugas informasi saat memeberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada pelanggan
d. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien
e. Semua karyawan saat berkomunikasi via telpon dan lisan

Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan (dokter, dokter gigi, perawat, dan
petugas medis lainnya), petugas laboratorium, petugas radiologi, petugas informasi,pelaksana
PKRS dan semua karyawan di rumah sakit.

7
BAB III

TATALAKSANA

A. PRINSIP KOMUNIKASI EFEKTIF


Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui prinsip sebagai berikut:
1. Pemberipesan secara lisan melalui telepon memberikan pesan, setelah itu dituliskan
secara lengkap isi pesan tersebut oleh si pemberi pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan.
3. Pemberi pesan memeverifikasi isi pesan kepada penerima pesan.
4. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi.
5. Dalam berkomunikasi ada kalanya terdapat informasi yang kurang jelas atau kesulitan
dalam penulisann kalimat misalnya nama obat,nama orang dan lain-lain, untuk
memverifikasi dan mengklarifikasi, maka komunikan sebaiknya mengeja huruf demi
huruf menggunakan alfabeth standart internasional yaitu :

KARAKTER KODE KARAKTER KODE


A ALFA N NOVEMBER
B BRAVO O OSCAR
C CARLIE P PAPA
D DELTA Q QUEBEC
E ECHO R ROMEO
F FOXTROT S SIERA
G GOLF T TANGO
H HOTEL U UNIFORM
I INDIA V VICTOR
J JULIET W WHISKEY
K KILO X XTRAY
L LIMA Y YANKLEE
M MIKE Z ZULU

8
B. KOMUNIKASI SAAT MEMBERIKAN EDUKASI KEPADA PASIEN DAN
KELUARGANYA BERKAITAN DENGAN KONDISI KESEHATANNYA
Prosesnya :
1. Tahap Asesmen Pasien
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasipaen dan
keluarga pasien berdasarkan :
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
c. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang, dan marah).
d. Keterbatasan fisik dan kognitif.
e. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

Data ini didapatkan dari hasil asesment wawanacara dan pelaksnaan terhadap pasien
yang didokumentasikan dalam rekam medis (RM) pasien.

2. Tahap Cara Penyampaian Informasi dan Edukasi yang Efektif


Setelah melalui tahap asesmen pasien,ditemukan :
a. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proes
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leafleat kepada pasien
dan keluarga sekandung (istri, anak,ayah,ibu atau saudara sekandung)dan
menjelaskan kepada mereka.
c. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leafleat. Apabila pasein tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi customer care.
3. Tahap Cara Verifikasi Pasien dan Keluarga Menerima dan Memahami Edukasi yang
Diberikan
a. Apabila pasien pada tahapcara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien
baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan.

9
b. Pertanyaannya adalah : “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang bapak/ibu bisa pelajari?”
c. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasien
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama : “Dari materi edukasi yang telah disampaikan kira-
kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari?”
d. Apabila pasien pada tahap cara memberikan informasi dan edukasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan
kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan
dan dipahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung
kekamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan dapat diterpakan pasien. Dengan mengikuti semua arahan
dari rumah sakit, diharapkan dapat memepercepat proses penyembuhan pasien. Setiap
petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib mengisi formulir edukasi
dan informasi dan ditandatangani kedua belah pihak antara petugas medis (perawat,dokter)
dan pasein atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga
pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.

C. KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN KESELAMATAN PASIEN


1. INFORMED CONSENT
Secara harfiah Consent artinya persetujuan, atau lebih ‘tajam’ lagi, ”izin”. Jadi
Informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada
dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat, melakukan suntikan,
menolong bersalin, melakukan pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut
jika terjadi kesulitan, dan sebagainya. Selanjutnya kata Informed terkait dengan informasi
atau penjelasan. Dapat disimpulkan bahwa Informed Consent adalah persetujuan atau izin
oleh pasien (atau keluarga yang berhak) kepada dokter untuk melakukan tindakan medis atas

10
dirinya, setelah kepadanya oleh dokter yang bersangkutan diberikan informasi atau
penjelasan yang lengkap tentang tindakan itu. Mendapat penjelasan lengkap itu adalah salah
satu hak pasien yang diakui oleh undang-undang sehingga dengan kata lain Informed consent
adalah Persetujuan Setelah Penjelasan. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 585 Tahun 1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut
Hakikat Informed consent mengandung 2 (dua) unsur esensial yaitu; 1) Informasi
yang diberikan oleh dokter; 2) Persetujuan yang diberikan oleh pasien. Sehingga persetujuan
yang diberikan oleh pasien memerlukan beberapa masukan sebagai berikut:
a. Penjelasan lengkap mengenai prosedur yang akan digunakan dalam tindakan medis
tertentu (masih berupa upaya percobaan).
b. Deskripsi tentang efek-efek sampingan serta akibat-akibat yang tidak diinginkan yang
mungkin timbul.
c. Deskripsi tentang keuntungan-keuntungan yang dapat diantisipasi untuk pasien.
d. Penjelasan tentang perkiraan lamanya prosedur / terapi / tindakan berlangsung.
e. Deskripsi tentang hak pasien untuk menarik kembali consent tanpa adanya prasangka
mengenai hubungannya dengan dokter dan lembaganya.
f. Prognosis tentang kondisi medis pasien bila ia menolak tindakan medis tersebut.
Informasi yang harus diberikan oleh dokter dengan lengkap kepada pasien menurut
UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Pasal 45, ayat (3) sekurang-
kurangnya mencakup:
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan;
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya;
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan
e. Prognosis ( kemungkinan hasil perawatan) terhadap tindakan yang dilakukan.
Sebaiknya, diberikan juga penjelasan yang berkaitan dengan pembiayaan. Penjelasan
seharusnya diberikan oleh dokter yang akan melakukan tindakan medis itu sendiri, bukan
oleh orang lain, misalnya perawat. Penjelasan diberikan dengan bahasa dan kata-kata yang
dapat dipahami oleh pasien sesuai dengan tingkat pendidikan dan ‘kematangannya’, serta

11
situasi emosionalnya. Dokter harus berusaha mengecek apakah penjelasannya memang
dipahami dan diterima pasien. Jika belum, dokter harus mengulangi lagi uraiannya sampai
pasien memahami benar. Dokter tidak boleh berusaha mempengaruhi atau mengarahkan
pasien untuk menerima dan menyetujui tindakan medis yang sebenarnya diinginkan dokter.
Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan pasien
tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada
kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah
cukup. Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan
pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Tujuan penjelasan yang lengkap
adalah agar pasien menentukan sendiri 23 keputusannya sesuai dengan pilihan dia sendiri
(informed decision). Karena itu, pasien juga berhak untuk menolak tindakan medis yang
dianjurkan. Pasien juga berhak untuk meminta pendapat dokter lain (second opinion), dan
dokter yang merawatnya. Yang berhak memberikan persetujuan atau menyatakan menolak
tindakan medis pada dasarnya, pasien sendiri jika ia dewasa dan sadar sepenuhnya. Namun,
menurut Penjelasan Pasal 45 UU Nomor 29 Tahun 2004 tersebut di atas, apabila pasien
sendiri berada di bawah pengampuan, persetujuan atau penolakan tindakan medis dapat
diberikan oleh keluarga terdekat, antara lain suami/isteri, ayah/ibu kandung, anak-anak
kandung atau saudara-saudara kandung. Dalam keadaan gawat darurat, untuk
menyelamatkan jiwa pasien tidak diperlukan persetujuan. Namun, setelah pasien sadar atau
dalam kondisi yang sudah memungkinkan, segera diberikan penjelasan dan dibuat
persetujuan. Informed consent dapat diberikan secara tertulis, secara lisan, atau secara
isyarat. Dalam bahasa aslinya, yang terakhir ini dinamakan implied consent. Untuk tindakan
medis dengan risiko tinggi (misalnya pembedahan atau tindakan invasive lainnya),
persetujuan harus secara tertulis, ditandatangani oleh pasien sendiri atau orang lain yang
berhak dan sebaiknya juga saksi dari pihak keluarga.
Fungsi dari Informed Consent adalah
a. Promosi dari hak otonomi perorangan;
b. Proteksi dari pasien dan subyek;
c. Mencegah terjadinya penipuan atau paksaan;
d. Menimbulkan rangsangan kepada profesi medis untuk mengadakan introspeksi terhadap
diri sendiri;

12
e. Promosi dari keputusan-keputusan rasional;
f. Keterlibatan masyarakat (dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai social dan
mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.

Informed Consent itu sendiri menurut jenis tindakan/ tujuannya dibagi tiga, yaitu;
1) Yang bertujuan untuk penelitian (pasien diminta untuk menjadi subyek penelitian).
2) Yang bertujuan untuk mencari diagnosis.
3) Yang bertujuan untuk terapi.
Tujuan dari Informed Consent menurut J. Guwandi adalah :
a. Melindungi pasien terhadap segala tindakan medis yang dilakukan tanpa
sepengetahuan pasien;
b. Memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap akibat yang tidak
terduga dan bersifat negatif, misalnya terhadap risk of treatment yang tak mungkin
dihindarkan walaupun dokter sudah mengusahakan semaksimal mungkin dan bertindak
dengan sangat hati-hati dan teliti.
Dalam keadaan gawat darurat Informed consent tetap merupakan hal yang paling
penting walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang paling utama adalah
tindakan menyelamatkan nyawa. Walaupun tetap penting, namun Informed consent tidak
boleh menjadi penghalang atau penghambat bagi pelaksanaan emergency care sebab dalam
keadaan kritis dimana dokter berpacu dengan maut, ia tidak mempunyai cukup waktu untuk
menjelaskan sampai pasien benar-benar menyadari kondisi dan kebutuhannya serta
memberikan keputusannya. Dokter juga tidak mempunyai banyak waktu untuk menunggu
kedatangan keluarga pasien. Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian tidak
menyetujui tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter tetap harus
melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam PerMenKes Nomor
585/PerMenKes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik, bahwa dalam keadaan
emergency tidak diperlukan Informed consent. Ketiadaan informed consent dapat
menyebabkan tindakan malpraktek dokter, khususnya bila terjadi kerugian atau intervensi
terhadap tubuh pasiennya. Hukum yang umum diberbagai Negara 24 menyatakan bahwa
akibat dari ketiadaan informed consent setara dengan kelalaian/keteledoran. Akan tetapi,
dalam beberapa hal, ketiadaan informed consent tersebut setara dengan perbuatan

13
kesengajaan, sehingga derajat kesalahan dokter pelaku tindakan tersebut lebih tinggi.
Tindakan malpraktek dokter yang dianggap setara dengan kesengajaan adalah sebagai berikut
: a. Pasien sebelumnya menyatakan tidak setuju terhadap tindakan dokter, tetapi dokter tetap
melakukan tindakan tersebut. b. Jika dokter dengan sengaja melakukan tindakan misleading
tentang risiko dan akibat dari tindakan medis yang diambilnya. c. Jika dokter dengan sengaja
menyembunyikan risiko dan akibat dari tindakan medis yang diambilnya. d. Informed
consent diberikan terhadap prosedur medis yang berbeda secara substansial dengan yang
dilakukan oleh dokter.
Informed Consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan
kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan ini bisa dalam bentuk lisan maupun
tertulis. Pada hakikatnya Informed Consent adalah suatu proses komunikasi antara dokter dan
pasien tentang kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien (ada
kegiatan penjelasan rinci oleh dokter), sehingga kesepakatan lisan pun sesungguhnya sudah
cukup. Penandatanganan formulir Informed Consent secara tertulis hanya merupakan
pengukuhan atas apa yang telah disepakati sebelumnya. Formulir ini juga merupakan suatu
tanda bukti yang akan disimpan di dalam arsip rekam medis pasien yang bisa dijadikan
sebagai alat bukti bahwa telah terjadi kontrak terapeutik antara dokter dengan pasien.
Pembuktian tentang adanya kontrak terapeutik dapat dilakukan pasien dengan mengajukan
arsip rekam medis atau dengan persetujuan tindakan medis (informed consent) yang
diberikan oleh pasien. Bahkan dalam kontrak terapeutik adanya kartu berobat atau dengan
kedatangan pasien menemui dokter untuk meminta pertolongannya, dapat dianggap telah
terjadi perjanjian terapeutik. Persetujuan tertulis dalam suatu tindakan medis dibutuhkan saat
a. Bila tindakan terapeutik bersifat kompleks atau menyangkut resiko atau efek samping yang
bermakna. b. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi. 25 c. Bila
tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna bagi kedudukan kepegawaian
atau kehidupan pribadi dan sosial pasien. d. Bila tindakan yang dilakukan adalah bagian dari
suatu penelitian

2. SBAR
1. Instruksi Lisan atau Lewat Telepon
a. Penerima instruksi harus mencatat dengan lengkap instruksi yang diterima.

14
b. Penerima instruksi membacakan kembali instruksi yang diterima (read back/baca).
c. Pada keadaan emergensi penerima instruksi langsung mengulang kembali instruksi
dengan lengkap.
d. Instruksi atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi ulang oleh pemberi instruksi atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan (repeat back/konfirmasi).
e. Tidak boleh menerimainstruksi dari voice mail order.
f. Apabila instruksi diterima secara tidak langsung harus dilakukan dikonfirmasi ulang
dengan menelepon kembali pemebri instruksi.
g. Penerima instruksi mencatat tanggal dan jam instruksi diberikan kemudian
ditandatangani oleh penerima dan pemberi instruksi.
h. Dalam waktu 1x24 jam pemberi instruksi memverifikasi instruksi yang sudah
diberikan dengan memeberi stempel dan tanda tangan.
2. Instruksi Tertulis
a. Instruksi ditulis dengan lengkap dan jelas.
b. Dicatat tanggal dan jam instruksi yang diberikan, ditandatangani oleh pemberi
instruksi.
c. Penerima instruksi membaca kembali instruksi dengan baik.
d. Apabila ada hal-hal yang kurang jelas, penerima instruksi harus melakukan
konfirmasi ulang kepada pemberi instruksi.
3. Saat Perawat/Dokter Melaporkan Kondisi Pasien Ke DPJP Menggunakan Tehnik SBAR
(Situation-Background-Assesment-Recommendation)
FORMAT SBAR
S Situation/Situasi
Saya menelepon tentang (nama pasien,umur, diagnosa, dan lokasi)
Masalah yang ingin disampaikan adalah

Tanda-tanda vital :
TD : _/_, Nadi : _, Pernafasan : _, dan Suhu : _
Saya khawatir tentang :
B Background/Latar Belakang
Status mental pasien :

15
Kulit/Ekstremitas :

Pasien memakai/tidak memakai oksigen

A Assesment/Penilaian

Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakana apa masalah yang anda
pikirkan)
Masalahnya tampaknya adalah : jantung, infeksi, neurologis, respirasi, _
Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk. Kita perlu
melakukan sesuatu Dok.

R Recommendation/Rekomendasi
Apakah (katakana apa yang ingin dirasakan)

Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan:

Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan :

Keterangan :
Situation Dilaporkan situasi pasien saat ini
Backrgound Riwayat pasien meliputi nama,tanggal lahir, jenis kelamin, tanggal
masuk,diagnose, pemeriksaan penunjang, terapi, tindakan
perkembangan selama perawatan
Assesment Penilaian terhadao kondisi pasien saat itu
Recommendation Usulan tindakan/pemeriksaan yang akan dilakukan

16
D. KOMUNIKASI DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI SECARA AKURAT DAN
TEPAT WAKTU

Panduan implementasi kode-kode emegensi adalah acuan dalam menggunakan tanda-


tanda atau kode tertentu yang menyatakan kondisi kedaruratan dalam upaya penyelamatan
pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan seluruh warga yang berada disekitar RS
Dharma Kerti.

1. Code Red (Merah)


Code Red adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan rumah
sakit (api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana rumah sakit untuk kasus
kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel rumah sakit, yang masing-masing
memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan sesuai panduan tanggap darurat bencana
rumah sakit. Misalnya; petugas teknik segera mematikan listrik di area kebakaran, perawat
segera memobilisasi pasien ke titik-titik evakuasi, dan sebagainya.
2. Code Blue (Biru)
Code Blue adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien, pengunjung, dan
karyawan yang mengalami henti jantung dan membutuhkan tindakan resusitasi segera.
Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code
blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat mungkin menuju ruangan
yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien. Tim medis reaksi
cepat (tim code blue) ini merupakan gabungan dari perawat dan dokter yang terlatih khusus
untuk penanganan pasien henti jantung. Karena setiap shift memiliki anggota tim yang
berbeda-beda, dan bertugas pada lokasi yang berbeda-beda pula (pada lantai yang berbeda
atau bangsal/ruang rawatan yang berbeda); diperlukan pengumuman yang dapat memanggil
mereka dengan cepat.
3. Code Pink (Merah muda)
Code Pink adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau kehilangan
bayi/ anak di lingkungan rumah sakit.Secara universal, pengumuman ini seharusnya diikuti
dengan lock down (menutup akses keluar-masuk) rumah sakit secara serentak.Bahkan
menghubungi bandar udara, terminal, stasiun dan pelabuhan terdekat untuk kewaspadaan
terhadap bayi korban penculikan.

17
4. Code Black (Hitam)
Code black adalah kode yang mengumumkan adanya ancaman orang yang membahayakan
(ancaman orang bersenjata atau tidak bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang
atau melukai diri sendiri), ancaman bom atau ditemukan benda yang dicurigai bom di
lingkungan rumah sakit dan ancaman lain.
5. Code Brown (Coklat)
Code Brown adalah kode yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung dan
karyawan rumah sakit pada titik-titik yang telah ditentukan. Pada intinya, menginisiasi tim
evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.
6. Code Orange (Oranye)
Code Orange adalah kode yang mengumumkan adanya insiden yang terjadi di luar rumah
sakit (emergensi eksternal) misalnya kecelakaan massal lalulintas darat, laut, dan udara;
ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, dll.
7. Code Yellow (Kuning)
Code Yellow adalah kode yang mengumumkan adanya situasi krisis internal (emergensi
internal) rumah sakit yang meliputi: kebocoran atau dugaan kebocoran gas termasuk gas
elpiji; kebocoran dan tumpahan bahan kimia dan atau bahan berbahaya; kegagalan sistem
vital seperti kegagalan back-up daya listrik; boks pembagi daya listrik;seseorang
terjebak/terjerat; banjir; insiden radiasi; dan lain-lain.
Seluruh panduan pengaplikasian code emergency di RS ini di jabarkan dengan rinci dalam
panduan code emergency (terlampir).

18
BAB IV

DOKUMENTASI

Komunikasi yang baik selain disampaikan secara lisan , dilakukan secara tertulis.
Berikut merupakan petunjuk teknis cara melakukan penulisan pada rekam medis pasien:

A. IDENTITAS PASIEN:

Nama, No RM, Tgl Lahir, Alamat, Tgl pengkajian, Waktu pengkajian, Diagnosa Medis,
Sumber data: Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan pada kotak .

B. KELUHAN UTAMA:

Ditulis manual sesuai dengan keluhan utama (satu keluhan saja) yang dirasakan atau
dialami klien yang menyebabkan klien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/ masuk
rumah sakit.

C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Keluhan/ penyakit saat ini:


Ditulis manual sesuai dengan kronologis dari penyakit yang diderita saat ini mulai
awal hingga di bawa ke RS secara lengkap. Tindakan apa saja yang sudah dilakukan
oleh klien untuk mengobati sakitnya sebelum ke RS.
2. Riwayat MRS sebelumnya:

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan ditengah kotak . Bila “Ya” tuliskan
diagnosa penyakit saat dirawat di RS sebelumnya.

3. Riwayat dioperasi:
Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan ditengah kotak . Bila “Ya” tuliskan
jenis operasi yang pernah dilakukan.
4. Riwayat penyakit:
Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan ditengah kotak .
5. Riwayat Alergi:

19
Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan ditengah kotak . Ditulis manual
nama obat, jenis makanan, dan tipe reaksi dari alerginya.

D. PSIKOSOSIAL-EKONOMI-SPIRITUAL

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

E. KEBUTUHAN KOMUNKASI DAN PENGAJARAN

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

F. PROSEDUR INVASIF (yang terpasang saat ini)

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

G. KONTROL RESIKO INFEKSI

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

H. PENILAIAN NYERI

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

I. PENILAIAN RESIKO JATUH

20
Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

J. PENILAIAN TINGKAT KETERGANTUNGAN ADL (Activity Daily Life)

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak .

K. PEMERIKSAAN FISIK

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

L. NUTRISI

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

M. MASALAH KEPERAWATAN

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak .

N. ORIENTASI PASIEN BARU

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak .

O. RENCANA KEPULANGAN PASIEN

Berikan tanda rumput (√) sesuai dengan pilihan jika ada ditengah kotak . Jika ada
pertanyaan yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka
data ditulis manual.

P. VERIFIKASI PASIEN

1. Kolom pertama mintakan tanda tangan pasien atau keluarga yang memberikan
informasi saat pengkajian untuk verifikasi data pengkajian.

21
2. Kolom kedua ditanda tangani oleh perawat yang melakukan pengkajian.
3. Kolom ketiga ditanda tangani oleh Kepala Jaga saat dilakukan pengkajian.

6. Keadaan umum : Tulis tanda vital pasien dan tingkat kesadaran pasien.

7. Pemeriksaan fisik ( body system ) : pada pemeriksaan body system dan psikososial
spiritual dicentang rumput di tengah kotak  sesuai dengan pilihan.Jika ada pertanyaan
yang tidak ada kotak pilihan, tetapi ada tanda ………….. ( titik-titik ) maka data ditulis
manual.

8. Program Therapi dokter : Ditulis instruksi dokter.

9. Data Penunjang : ditulis pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

10. Perawat yang mengkaji : ditulis nama terang perawat/ bidan yang melakukan pengkajian
dan membubuhkan tanda tangan.

22
BAB V

PENUTUP

Komunikasi efektif dipengaruhi oleh saluran komunikasi formal, struktur organisasi,


spesialisasi jabatan, pemilikan informasi, jaringan komunikasi dalam organisasi. Artinya faktor-
faktor tersebut harus diperhatikan dengan bijaksana oleh pihak manajemen perusahaan agar
perilaku karyawan terbentuk dalam sebuah pola perilaku etis. Komunikasi efektif juga bisa
dicapai dengan memahami model komunikasi non verbal (bahasa tubuh) seperti kontak mata,
ekspresi wajah, nada suara, gerak tubuh, sosok dan postur tubuh. Dengan pemahaman dan apa
yang harus dilakukan pada sebuah komunikasi non verbal maka diharapkan individu dalam
organisasi dapat berkomunikasi dengan efektif dan pola perilaku etis dapat terbentuk.

23

Anda mungkin juga menyukai