Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY

Di Puskesmas Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar

Disusun Oleh :

dr. Hida Fitriana R.P.

dr. Muhammad Aria N.

dr. Nursanti Setianadewi

dr. Salma Asri Nova

dr. Trisna Adhy

dr. Maulia Prismadani

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

KARANGANYAR

2014
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY

Di Puskesmas Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar


Disusun oleh :

dr. Hida Fitriana R.P.

dr. Muhammad Aria N.

dr. Nursanti Setianadewi

dr. Salma Asri Nova

dr. Trisna Adhy

dr. Maulia Prismadani

Telah disahkan oleh pembimbing dokter internship Puskesmas Tasikmadu pada

tanggal .... September 2014 guna melengkapi tugas internship dokter Indonesia di

Puskesmas Tasikmadu Periode 2 Juni – 1 Oktober 2014

Karanganyar, ..... September 2014

Mengetahui,

Pembimbing Dokter Internship

dr. Okce Krisnawati

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................... 1

Halaman Pengesahan........................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................. 3

BAB I Pendahuluan............................................................................. 4

BAB II Tinjauan Pustaka..................................................................... 6

BAB III Status Present......................................................................... 12

BAB IV Analisis..................................................................................

BAB V Masalah..................................................................................

BAB VI Saran.......................................................................................

BAB VII Kesimpulan............................................................................

Daftar Pustaka........................................................................................

Lampiran................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa
kemampuan penting (misalnya berbicara, bergaul dengan lingkungannya,
serta berjalan) menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan
peranan motivasi, pengajaran dan dukungan selama pertumbuhannya.
Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal sebagai tahapan perkembangan
(Soetjiningsih, 1995).
Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah
ketertinggalan secara signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku,
emosi, atau perkembangan sosial seorang anak bila dibandingkan dengan
anak normal seusianya (Hasan R., 2005). Seorang anak dengan
developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih
perkembangan kemampuannya. Seorang anak dengan Global Developmental
Delay (GDD) adalah anak yang tertunda dalam mencapai sebagian besar
hingga semua tahapan perkembangan pada usianya. Prevalensi GDD
diperkirakan 5-10 persen dari populasi anak di dunia dan sebagian besar anak
dengan GDD memiliki kelemahan pada semua tahapan kemampuannya
(Soetjiningsih, 1995).
Global Developmental Delay merupakan keadaan yang terjadi pada
masa perkembangan dalam kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri
khas GDD biasanya adalah fungsi intelektual yang lebih rendah daripada
anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang cukup berarti,
keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam
pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya (Hasan R., 2005).
Sekitar 8 persen dari seluruh anak usia lahir hingga 6 tahun di dunia
memiliki masalah perkembangan dan keterlambatan pada satu atau lebih area
perkembangan. Sekitar 1-3 % anak usia 0-5 tahun di dunia mengalami GDD
(Hasan R., 2005).

4
Sementara di Indonesia khususnya di Jakarta, telah dilakukan Stimulasi
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SSDIDTK). Hasilnya,
dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak
dengan kelainan tumbuh kembang. Adapun lima jenis kelainan tumbuh
kembang yang paling banyak dijumpai adalah, Delayed Development
(tumbuh kembang yang terlambat) sebanyak 22 anak, Global Delayed
Development sebanyak 4 anak, gizi kurang sebayak 10 anak, Mikrochepali
sebanyak 7 anak dan anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan dalam
beberapa bulan terakhir sebanyak 7 anak (Soetjiningsih, 1995).
B. Tujuan Umum
Mengetahui faktor yang mempengaruhi kelainan tumbuh kembang
anak, serta mampu mendiagnosis hingga melakukan penatalaksanaan yang
tepat, terutama pada kasus GDD dan gizi kurang.
C. Tujuan Khusus
1. Mampu menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Mampu menetapkan status gizi anak melalui antropometri dan
menggunakan KMS berdasarkan BB dan TB.
3. Mampu mengenali tahap perkembangan anak sesuai dengan usianya
untuk menegakkan diagnosis GDD.
4. Mampu menentukan tindakan dan terapi yang tepat pada anak dengan gizi
kurang dan GDD.
5. Mampu mengedukasi masyarakat tentang pencegahan dan penanganan
awal anak dengan gizi buruk dan GDD.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Keterlambatan perkembangan anak atau delay development adalah suatu
keadaan dimana terjadi keterlambatan perkembangan anak yang dilihat dari
empat aspek yaitu aspek kemampuan motorik kasar, kemampuan bicara,
kemampuan motorik halus serta psikososial (Behrman, 2000).

B. Etiologi
Penyebab kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak dibagi menjadi 3
masa :
1. Masa prenatal (sebelum lahir)
Masa prenatal (sebelum lahir) terdiri dari atas faktor genetik dan faktor
lingkungan. Kehidupan intrauterin juga dibagi menjadi dua masa, yaitu
masa embrional (triwulan I) dan masa fetal (minggu 12 sampai bayi lahir).
Pengaruh lingkungan selama masa embrio dapat menghentikan
pertumbuhan dan menyebabkan kelainan tumbuh kembang anak
(Behrman, 2000). Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan kelainan
tumbuh kembang tersebut adalah :
a) Obat-obatan : thalidomide, aminopterin, insulin, sitoksan
b) Penyakit : rubella, toksoplasmosis, lues congenital
c) Makanan : kekurangan protein hewani selama masa kehamilan
dapat menyebabkan abortus, prematuritas, retardasi
mental, terutama pada kehamilan trimester II dan III
d) Radiasi dan trauma mekanik
(Behrman, 2000).
2. Masa natal (sewaktu lahir)
Sewaktu lahir, bayi dapat mengalami trauma lahir, yang nantinya
berakibat pada munculnya kelainan pertumbuhan dan perkembangannya
(Behrman, 2000).

6
3. Masa pasca natal (setelah lahir)
Penyakit infeksi bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan, misalnya
gastroenteritis, bronkopneumonia, tetanus, kejang, serta defisiensi gizi
(Behrman, 2000).
Selain tersebut di atas, kelainan perkembangan juga bisa disebabkan oleh
kurangnya stimulasi dalam perkembangan anak, di mana lingkungan terutama
orang tus kurang mengajari anak dalam proses perkembangannya. Selain itu,
untuk perkembangan kemampuan bicara, penggunaan bahasa campuran dalam
mengajari anak dapat menyebabkan bingung bahasa pada anak, sehingga
perkembangan kemampuan bahasa anak terlambat (Soetjiningsih, 1995).

C. Patogenesis
Terdapat beberapa penyebab yang mungkin menyebabkan Global Delayed
Development dan beberapa penyebab dapat diterapi. Oleh karena itu,
pengenalan dini dan diagnosis dini merupakan hal yang penting. Beberapa
etiologi yang lain diturunkan secara genetik (Behrman, 2000).
Penyebab yang paling sering adalah abnormalitas kromosom dan
malformasi otak. Hal lain yang dapat berhubungan dengan penyebab GDD
adalah keadaan ketika perkembangan janin dalam kandungan. Beberapa
penyebab lain adalah infeksi dan kelahiran prematur (Behrman, 2000).

D. Perkembangan Anak dengan GDD


Komponen perkembangan yang diperiksa pada anak dengan GDD
(Soetjiningsih, 1995):
1. Komponen motorik (kemampuan motorik kasar seperti bangkit berdiri,
berguling, danmotorik halus seperti memilih benda kecil).
2. Kemampuan berbicara dan bahasa(berbisik, meniru kata, menebak suara
yang didengar, berkomunikasi non verbal misalnya gesture, ekspresi
wajah, kontak mata).
3. Kemampuan kognitif (kemampuan untuk mempelajari hal baru, menyaring
dan mengolah informasi, mengingat dan menyebutkan kembali, serta
memberikan alasan).

7
4. Kemampuan sosial dan emosi (interaksi dengan orang lain dan
perkembangan sifat dan perasaan seseorang).

E. Manifestasi Klinis
Kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak pada awal kehidupan
bisa dipantau oleh orang tua dengan menggunakan KMS, selain itu juga bisa
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan table klasifikasi Denver II.
Apabila perkembangan anak jauh terhambat (<70% atau umur perkembangan
sesuai pemeriksaan Denver II mundur 6 bulan-1 tahun) dari umur
perkembangan yang seharusnya telah ia capai, maka anak tersebut mengalami
delay development. Delay development yang sering terjadi merupakan
manifestasi klinis dari beberapa penyakit misalnya Cerebral Palsy maka perlu
diperiksa lebih lanjut etiologi penyebabnya (Hasan, 2005).

F. Pencegahan
Pencegahan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan pemeriksaan bayi dan balita secara teratur dan diperhatikan betul
mengenai perkembangan anak sesuai dengan yang seharusnya telah ia capai.
Selain itu, stimulasi dan melatih anak dalam proses perkembangannya sangat
diperlukan juga pemberian gizi yang seimbang. Begitu pula dari segi motivasi
psikologis dan kasih sayang yang cukup untuk anak sangat diperlukan dalam
perkembangannya (Soetjiningsih, 1995)..

G. Diagnosis
1. Anamnesis
Pasien belum bisa melakukan atau berbicara sesuai dengan
kemampuan yang harus dicapainya berdasarkan umurnya (IDAI, 2004).
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang utama berdasarkan pada hasil
pemeriksaan Denver II, untuk anak kurang dari 6 tahun, juga pemeriksaan
lingkar kepala serta masih membuka atau menutupnya UUB sangat
menentukan prognosis penatalaksanaan yang diberikan (IDAI, 2004).
3. Pemeriksaan Penunjang

8
Pemeriksaan penunjang terutama pemeriksaan kadar hormone tiroksin
dan TSH, fenilalanin dan bila perlu EEG dan scanning kepala (IDAI,
2004).

H. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan delay development ialah dengan terapi
rehabilitasi medik sesuai dengan keterlambatan yang terjadi. Pasien ini
mengalami keterlambatan dalam hal berbicara sehingga diperlukan speech
therapy. Penanganan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk membantu
orang tua dan anak-anak sehingga menghindari atau memperkecil kelainan
pada masa sekolah.
Tabel 1. Penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa
Masalah Penatalaksanaan Rujukan
1. Lingkungan
a. Sosek rendah a.meningkatkan stimulasi a.Kelompok BKB
b. Tekanan keluarga b. mengurangi tekanan b.Konseling keluarga
c. Keluarga bisu c.meningkatkan stimulasi c.Konseling BKB
d. Bahasa lingual d.menyederhanakan d. Ahli terapi wicara
masukan bahasa

2. Emosi
a.Ibu yang tertekan a.meningkatkan stimulasi a.konseling,kelompok BKB
b. Gangguan serius pada b.menstabilkan b.Psikoterapi
keluarga lingkungan emosi
c. Gangguan serius c. meningkatkan status c.Psikoterapi
emosi anak

3. Masalah Pendengaran
a. Kongenital a. memonitor dan obati a.Ahli THT
kalau memungkinkan

b. Didapat b.memonitor dan obati b.Ahli THT

9
kalau memungkinkan

4. Perkembangan Lambat
a.di bawah rata-rata a.tingkatkan stimulasi a.ahli terapi wicara
b.perkembangan lambat b.tingkatkan stimulasi b.ahli terapi wicara
c. retardasi mental c. maksimalkan potensi c. program khusus

5. Cacat Bawaan
a. palatum sumbing a.monitor dan dioperasi a.ahli terapi setelah operasi
b. sindrom down b. monitor dan stimulasi b.rujuk terapi wicara

6. Kerusakan Otak
a.Kerusakan a.mengatasi masalah a.rujuk ke ahli terapi kerja,
Neuromuskuler makanan dan ahli gizi, ahli terapi wicara
meningkatkan
b.Sensorimeter kemampuan bicara anak
b.mengatasi masalah b. rujuk ke ahli terapi kerja,
makanan dan ahli gizi, ahli terapi wicara
meningkatkan
kemampuan bicara anak
c.Palsi serebral c.mengoptimalkan c. rujuk ke ahli terapi kerja,
kemampuan fisik kognitif ahli gizi, ahli terapi wicara
dan bicara anak
d.Masalah persepsi d.mengatasi d. rujuk ke ahli terapi kerja,
keterlambatan bicara ahli gizi, ahli terapi wicara

Sumber : (Behrman, 2000; Soedarmo, dkk., 2003).

10
I. Pemantauan
Kontrol kembali setelah 3 bulan dilakukan terapi rehabilitasi untuk
melihat perkembangan kondisinya (Hasan, 2005).

J. Prognosis
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya.
Dengan perbaikan masalah medis seperti tuli konduksi dapat menghasilkan
perkembangan bahasa yang normal pada anak yang tidak retardasi mental.
Sedangkan perkembangan bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan
fonologi biasanya prognosisnya lebih baik. Tetapi pada anak dengan gangguan
yang multipel, terutama gangguan pemahaman, gangguan bicara ekspresif,
atau kemampuan naratif yang tidak berkembang pada usia 4 tahun,
mempunyai gangguan bahasa yang menetap pada usia 5,5 tahun (Hasan,
2005).

11
BAB III
STATUS PASIEN

A. Data Pasien
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
1) Nama : An. D
2) Jenis kelamin : Perempuan
3) Tanggal lahir : 17 Mei 2010
4) Umur : 4 th 3 bulan
5) Berat badan : 10.5 kg
6) Panjang badan : 92 cm
7) Agama : Islam
8) Anak ke :1
9) Riwayat persalinan : Normal
10) Alamat : Dukuh Kaling

b. Keluhan utama
Terlambat jalan

c. Riwayat penyakit sekarang


Ibu pasien mengeluhkan perkembangan anaknya yang lebih
lambat daripada anak seusianya. Pasien belum bisa berjalan. Pasien
juga belum bisa berbicara dengan jelas. Sebelumnya pasien enggan
berbicara, dan mulai banyak bicara setelah usia 3 tahun. Anak belum
bisa makan dan minum secara mandiri namun sudah bisa
membedakan makanan. Anak juga belum bisa buang air kecil (BAK)
secara mandiri dan sering buang air besar (BAB) di celana.
Sejak dari lahir berat badan anak tidak ada peningkatan yang
berarti. Pasien sering di bawa ke posyandu didekat rumahnya.
Namun karena ibu pasien pindah rumah, pasien sempat tidak
mengikuti posyandu selama 7 bulan. Berat badannya bila dilihat dari

12
KMS berada pada garis kuning sejak bulan januari 2011, yaitu pada
usia 8 bulan. Ibu pasien menyatakan bahwa anaknya mengalami
susah makan, seperti tidak ada nafsu makan.
Mulai usia 2 tahun, pasien menjalani fisioterapi di puskesmas
tasikmadu, dan kontrol rutin ke dokter spesialis anak. Ibu pasien
merasa anaknya mengalami peningkatan perkembangan setelah usia
3 tahun dan nafsu makan anak membaik.

d. Riwayat penyakit dahulu


1) Riwayat makan/ minum makanan/ minuman yang tidak biasa
: disangkal
2) Riwayat alergi : disangkal
3) Riwayat mondok : disangkal
4) Riwayat trauma : disangkal
5) Riwayat kejang : disangkal
6) Riwayat sakit kuning : disangkal

e. Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan


1) Riwayat gangguan serupa di keluarga : disangkal
2) Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

f. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal


Pemeriksaan di : bidan
Frekuensi : >5x selama kehamilan
Keluhan selama kehamilan : Keputihan saat menjelang usia
persalinan
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin, tablet
penambah darah, obat dan jamu.

g. Riwayat kelahiran
Pasien lahir spontan di bidan langsung menangis kuat, gerak aktif,
usia kehamilan 9 bulan, berat badan lahir 3900 gram, panjang badan

13
ibu lupa. Riwayat keguguran tidak ada, anak lahir meninggal tidak
ada. Ayah dan ibu menikah satu kali.

h. Riwayat Postnatal
Pemeriksaan bayi setelah lahir dilakukan di posyandu, setiap 1bulan
sekali dan saat imunisasi.

i. Riwayat penyakit yang pernah diderita

1. Faringitis : (+) 7. Malaria : disangkal


2. Bronkitis : disangkal 8. Polio : disangkal
3. Pneumonia : disangkal 9. Demam typoid : disangkal
4. Morbili : disangkal 10. Disentri : disangkal
5. Pertusis : disangkal 11. Reaksi obat : disangkal
6. Meningitis :disangkal

j. Riwayat imunisasi

Jenis I II III IV
BCG 0 bulan - - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
POLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan -
Campak - - - -
Kesimpulan : imunisasi sesuai jadwal IDAI

k. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 7 bulan
Tengkurap kepala tegak : 8 bulan
Duduk sendiri : 1.5 tahun
Bangkit terus duduk : 2.5 tahun
Berdiri : 4 tahun

14
Berjalan : 4 tahun
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2 tahun
Berkata (tidak spesifik) : 3 tahun
Bicara spesifik : belum bisa
Motorik halus
Memegang benda : 4 tahun
Meraih : 4 tahun
Mengambil benda : 4 tahun
Personal social
Tersenyum : 4 bulan
Mulai makan : 3.5 tahun
Tepuk tangan : 3 tahun
Kesan : keterlambatan dari segi motorik kasar, motorik halus, bahasa
dan personal sosial

l. Riwayat kesehatan keluarga


Ayah : baik
Ibu : menurut nenek pasien, ibu pasien juga mengalami
keterlambatan tumbuh kembang saat kecil

m. Riwayat makan minum anak


1) Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali anak
menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 6 kali
dan lama menyusui 10 menit.
2) Usia 6-8 bulan : ASI, kadang diselingi dengan bubur susu 2-3
kali sehari satu mangkok kecil. Buah kadang-kadang diberikan.
Pasien susah makan.
3) Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil
dengan sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan
diselingi dengan ASI. Pasien susah makan.

15
4) Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan
sayur. ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah-buahan
jarang diberikan
5) 2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi
porsi menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang
telur.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Kompos mentis
Usia : 4 tahun 3 bulan
Berat badan : 15.9kg
Tinggi badan : 92 cm
b. Tanda vital
Nadi : 100 x/menit, regular, teraba kuat
Laju Pernapasan : 20x/menit, reguler
Suhu : 37 0C per aksiler
c. Kulit : warna sawo matang, lembab, pucat (-),
ikterik (-)
d. Kepala : bentuk mikrocephal, facies dismorfic
(-), rambut hitam sukar dicabut
e. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), air mata (+/+), refleks cahaya (+/+),
pupil isokor (3 mm/ 3 mm), bulat, di
tengah, mata cekung (-/-)
f. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), low nasal
bridge (-), sekret (-/-)
g. Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+)
h. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain
(-)
i. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring
hiperemis (-), tonsil T1 – T1
j. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

16
k. Thorax
Bentuk : normochest
Cor
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kanan bawah : SIC V linea parasternalis dextra
Kiri bawah : SIC Vlinea midklavikula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal,
regular, bising (-), gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar : SIC VI dextra
Batas paru lambung : SIC VII Sinistra
Redup relatif : batas paru hepar
Redup absolut : hepar
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan RBK (-/-), RBH (-/-),
wheezing (-/-)
l. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, turgor kulit baik.

17
m. Ekstremitas

Akral dingin Edema


- - - -
- - - -

Sianosis ujung jari Capilary refill time < 2 detik


- - Arteri dorsalis pedis teraba kuat
- -

n. Status Neurologis
Koordinasi : baik
Sensorik : baik
Motorik : tonus N N
N N

B. Penilaian Status Gizi


a. Secara klinis
Nafsu makan : baik
Kepala : mikrocephal (+) rambut jagung (-),
susah dicabut (+)
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)
Ekstremitas : pitting oedem (-)
Status gizi secara klinis : gizi kesan baik

b. Secara Antropometri
Umur : 4 tahun 3 bulan
Berat badan : 10.5 kg
Tinggi badan : 92 cm

BB = 10.5 x 100 % = 63,25 %  BB < -3SD


U 16.6 U

18
TB = 92 x 100 % = 88%  -2SD < TB < -3 SD
U 104.5 U

BB = 10.5 x 100 % = 82%  -2SD < BB < -3 SD


TB 13.25 TB

Status gizi secara antropometri : kesan gizi kurang

C. Resume
Ibu pasien mengeluhkan perkembangan anaknya lebih lambat
daripada anak seusianya. Pasien belum bisa berjalan dan berbicara
dengan jelas. Anak belum bisa makan dan minum secara mandiri.
Anak juga belum bisa buang air kecil (BAK) secara mandiri dan sering
buang air besar (BAB) di celana.
Sejak lahir berat badan anak tidak ada peningkatan yang berarti.
Berat badannya bila dilihat dari KMS berada pada garis kuning sejak
bulan januari 2011, yaitu pada usia 8 bulan. Ibu pasien merasa anaknya
mengalami peningkatan perkembangan setelah usia 3 tahun dan nafsu
makan anak membaik.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan pasien mengalami
keterlambatan dari segi motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
personal social. Status gizi kurang (secara antropometri). Pemeriksaan
fisis : Keadaan umum kompos mentis, status gizi kesan kurang. Tanda
vital nadi : 100x/mnt, RR : 20x/mnt, suhu : 37,0C (per axiller). BB :
10.5 kg, TB : 92 cm.

D. Diagnosis Kerja
1. Global Development Delay
2. Gizi kurang (secara antropometri)

E. Penatalaksanaan
1. Terapi Non Farmakologis

19
a. Fisioterapi
b. Edukasi:
1) Pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan kecerdasan anak
kepada orang tua.
2) Faktor-faktor yang menyebabkan gizi kurang pada balita.
3) Mengatur pola makan dan menu harian untuk balita.
4) Pendanaan gizi keluarga.
5) Pengenalan gejala-gejala kurang gizi pada balita.
6) Komplikasi gizi kurang pada anak.
7) Pencegahan terhadap penyakit yang dapat
memperberat/menyebabkan anak menderita kurang gizi.
8) Segera periksa ke puskesmas bila ada keluhan sakit.
9) Rajin atau rutin ke posyandu.
2. Terapi Farmakologis
PMT berupa susu formula, bubur, roti, kacang hijau, dan lain-lain.

F. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam

B. Data Perkesmas
1. Identitas Keluarga

Pendidikan
No. Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan Agama Ket
Terakhir
Tidak
1. Ny. S KK P 60 th Buruh Islam -
sekolah
Asisten
2. Ny. S Anak P 32 th SD rumah Islam -
tangga
3. Tn. T Menantu L 27 th SMP Buruh Islam -
An. D Cucu P 4 th Belum - Islam Gizi Kurang
4. sekolah Delay
development

20
C. Data Lingkungan
1. Data Individu
Keluarga Ny.S adalah extended family yang terdiri atas 4 orang. Pasien
berusia 4 tahun, ibu pasien Ny. S (32 tahun) dan ayah pasien Tn.T
(27tahun). Pasien merupakan anak satu-satunya. Penyakit yang diderita
An. D adalah gizi kurang dan global development delay. Riwayat
kelahiran An. D dengan cara normal.

2. Ekonomi
a. Pemenuhan Finansial
Sumber penghasilan dalam keluarga dari gaji ayah pasien sebagai
buruh pabrik kurang lebih Rp 850.000,00 dan ibu pasien sebagai
pembantu rumah tangga dengan besar gaji Rp 350.000,- per bulan.
b. Efisiensi dan efektivitas penggunaan dana keluarga
Tidak ada pengaturan khusus dalam membelanjakan penghasilan dan
sebagian besar hanya untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
c. Pemenuhan kebutuhan
Untuk pemenuhan kebutuhan primer seperti makan, minum sandang
dan papan dipenuhi dari penghasilan ayah dan ibu pasien. Sedangkan
kebutuhan sekunder seperti rekreasi, olah raga, ibadah dan alat
elektronik tidak terpenuhi begitu juga untuk kebutuhan tersier seperti
sumbangan sosial juga tidak dapat terpenuhi.
3. Masyarakat
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Tidak ada
hambatan hubungan penderita dan keluarga dengan masyarakat di
sekitar rumah. Keluarga ini cukup aktif mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di lingkungannya. Pasien rutin mengikuti posyandu.
Ayah pasien, yaitu Tn.T adalah seorang buruh pabrik. Ibu pasien, Ny.S
merupakan asisten rumah tangga. Kedua orang tuanya aktif mengikuti
kegiatan kemasyarakatan seperti arisan RT, kerja bakti, dan lain-lain.

4. Lingkungan rumah

21
a. Letak Rumah:
Terletak di daerah perumahan biasa dengan bentuk bangunan tidak
bertingkat dengan kepemilikan sendiri, luas 8x6 M sebanyak dua
buah kamar dengan ukuran yang sama, satu ruang keluarga, dapur
dan kamar mandi. Untuk kebersihan dalam kamar kurang baik dan
tata letak barang-barang dalam kamar kurang rapi.
b. Dinding Kamar
Dinding kamar terbuat dari tembok batu bata dan belum ditutup
dengan semen. Atap rumah dari genteng tanpa internit. Satu kamar
terdapat jendela ukuran 1x1 m. Sedangkan kamar lainnya hanya
terdapat genteng kaca tanpa jendela.
c. Penerangan Kamar
Penerangan saat siang hari kurang terang. Hanya sebagian cahaya
yang dapat masuk. Sedang penerangan waktu malam hari
menggunakan lampu.
d. Sumber air minum
Sumber air minum berasal dari sumur dengan menggunakan mesin
penyedot air yang diambil langsung dari sumur. Selain untuk minum
sumber air minum tersebut digunakan untuk masak makanan dan
mencuci pakaian dan alat-alat masak lainnya.
e. Kamar mandi
Kamar mandi pasien berukuran 2.5x2 M dengan lantai dari semen.
Kamar mandi sudah memiliki jamban.

D. Data Perilaku
Kondisi ekonomi keluarga tergolong tidak mampu dengan pendapatan
perbulan dari gaji ayah sebagai buruh pabrik kurang lebih Rp 850.000,00
dan ibu pasien sebagai pembantu rumah tangga dengan besar gaji Rp
350.000,- per bulan.
Setelah mengerti anaknya menderita sakit gizi kurang dan gangguan
tumbuh kembang orang tua pasien menyadari bahwa kebutuhan asupan gizi
untuk pertumbuhan anak-anaknya sangatlah penting, sehingga orang tua

22
pasien memberikan makanan tambahan untuk anaknya, selain itu imunisasi
juga lengkap untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat membahayakan
anaknya.
Dalam mencari pengobatan, keluarga ini berobat ke bidan, dokter terdekat
dan dokter spesialis jika diperlukan. Namun keluarga pasien juga masih percaya
dengan pengobatan alternatif apabila saat mencari pengobatan ke tenaga
kesehatan tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Sikap keluarga pasien mengenai kesehatan cukup baik. keluarga juga
berusaha agar pertumbuhan dan perkembangan pasien kembali normal seperti
anak-anak seusianya. Keluarga juga menyadari bahwa kesehatan itu penting,
namun terkadang memang pola hidup sehat belum dilakukan di keluarga ini.
E. Data Akses Pelayanan Kesehatan Terdekat
Ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan sebenarnya sudah
cukup baik. Puskemas pembantu letaknya tidak begitu jauh. Cara tempuh ke
puskesmas dengan menaiki sepeda motor. Selain itu juga terdapat tempat
praktik dokter.
F. Data Genetika
Ada anggota keluarga pasien yang dulu mengalami keterlambatan
dalam tumbuh kembang yaitu ibu pasien, namun anggota keluarga yang lain
seperti ayah, kakek dan nenek pasien tidak ada yang menderita
keterlambatan tumbuh kembang maupun gizi kurang/buruk. Selain itu,
penyakit gizi kurang dan global development delay tidak diturunkan.
Sehingga penyakit ini tidak terkait dengan genetik anggota keluarga yang
lain.

23
Keterangan:

: Laki-laki yang telah meninggal : Pasien

: Wanita yang telah meninggal : Laki-laki yang masih hidup

: Tinggal dalam satu rumah : Wanita yang masih hidup

24
BAB IV
ANALISIS

A. DIAGNOSIS
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien saat
kunjungan rumah, didapatkan data dari alloanamnesis, pasien usia 4
tahun 3 bulan, belum bisa berjalan dan berbicara dengan jelas, belum
bisa makan dan minum, buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) secara mandiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mikrocephal,
BB= 10,5 kg TB= 92 cm, Z score menurut BB/TB= 79,24% , BB/U=
63,25% , TB/U= 88,038% , data KMS menunjukkan berat badan berada
pada garis kuning sejak usia 8 bulan. Analisis berdasarkan data tersebut
dapat didiagnosis balita dengan gizi kurang dan global development
delay.

B. ANALISIS LINGKUNGAN
a. Lingkungkan rumah
Secara umum penilaian kepadatan penghuni dengan menggunakan
ketentuan standar minimum, yaitu kepadatan penghuni yang memenuhi
syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan
jumlah penghuni, yaitu 10m2/orang. Pasien tinggal di rumah dengan
luas 48m2 yang dihuni empat orang pasien, sehingga didapatkan
kepadatan rumah 12m2/orang. Data tersebut menunjukkan kepadatan
rumah pada kasus ini sudah memenuhi syarat yang seharusnya.
Rumah pasien hanya memiliki satu jendela yang terdapat pada salah
satu kamar, sehingga sirkulasi udara dan penerangan dalam rumah oleh
sinar matahari sangat kurang. Lantai beralas semen dan tembok dari
batu bata tanpa dilapisi semen membuat ruangan menjadi lembab.
Penataan ruang dan barang yang tidak rapi dan terkesan berantakan.
Hal ini menyebabkan rumah pasien terasa pengap dan lembab, yang
dapat memudahkan rumah tersebut menjadi sarang nyamuk dan
menularkan penyakit.

25
Pasien adalah anak dari ayah yang bekerja sebagai buruh pabrik dan
berperan sebagai kepala keluarga dengan pendapatan rata-rata per bula
Rp 850.000,- per bulan, dan ibu seorang pembantu rumah dengan
pendapatan rata-rata Rp 350.000,- per bulan. Penghasilan tersebut
sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
dan kebutuhan rumah tangga. Kebutuhan sekunder lain belum dapat
dicukupi oleh ke dua orang tua. Sehingga dengan penghasilan tersebut
dengan usia anak masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan,
dan membutuhkan nutrisi yang berkualitas, penghasilan tersebut
kurang.
Keadaan sosial ekonomi dan keadaan rumah dan lingkungannya
memiliki kaitan erat dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
pasien. Pendapatan yang rendah merupakan salah satu faktor kurangnya
asupan nutrisi yang bergizi bagi pasien, ditambah dengan kondisi
rumah yang tidak sehat berperan dalam seringnya pasien terjangkit
beberapa penyakit, seperti ISPA, diare, dan nafsu makan menurun. Jika
hal ini terjadi dalam jangka lama dan berulang dapat menyebabkan gizi
buruk dan keterlambatan tumbuh kembang pada pasien (global
development delay) yang dialami pasien.
b. Lingkungan masyarakat
Pasien tinggal di lingkungan perkampungan padat penduduk di mana
kebersihan lingkungan cukup terjaga. Keluarga pasien tidak
mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat dan aktif
dalam kegiatan bermasyarakat seperti, arisan dan kerja bakti. Pasien
rutin mengikuti posyandu. Masyarakat sekitar tempat tinggal pasien
cukup menyadari pentingnya kebutuhan gizi bagi tumbuh kembang
anak dan balita, tetapi terkadang terkendala masalah keterbatasan
ekonomi.
Dengan kondisi lingkungan seperti diatas, seharusnya gizi buruk pada
pasien tidak terjadi, karena dengan rutinnya pasien mengikuti kegiatan
posyandu balita setiap bulan, kebutuhan nutrisi dan stimulasi tumbuh
kembang pasien bisa terpenuhi. tetapi pada kenyataanya pasien

26
mengalami gizi buruk dan gangguan tumbuh kembang. Oleh karena itu,
peran orang tua dan keluarga sangat vital dalam mencegah terjadinya
gizi buruk dan gangguan tumbuh kembang.

C. ANALISIS PERILAKU
Orang tua pasien kurang memahami pentingnya pemantauan tumbuh
kembang anaknya, hal ini terlihat dari ibu pasien yang tersibukkan
dengan bekerja, sehingga kurang memantau tumbuh kembang anaknya
melalui posyandu. Pasien sehari-hari diasuh oleh neneknya, yang mana
kurang memahami pentingnya asupan gizi dan stimulasi tumbuh
kembang yang cukup bagi cucunya. Walaupun demikian, nenek pasien
rutin membawa cucunya ke pelayanan posyandu. Melalui posyandu, ibu
dan nenek pasien mengetahui bahwa anaknya mengalami gizi kurang
dan gangguan tumbuh kembang (global development delay). Setelah
mengerti anaknya menderita sakit gizi kurang dan gangguan tumbuh
kembang orang tua pasien menyadari bahwa kebutuhan asupan gizi
untuk pertumbuhan anak-anaknya sangatlah penting, sehingga orang tua
pasien memberikan makanan tambahan untuk anaknya, dan melengkapi
imunisasi. Keluarga pasien mengerti dan berperan untuk memperbaiki
keadaan pasien, dengan cara beberapa kali memerikasakan kondisi
anaknya ke dokter spesialis anak, memberikan makanan tambahan dari
puskesmas seperti susu, bubur kacang hijau dan lain-lain, tetapi
terkadang pola hidup sehat masih belum dilakukan di rumah.

D. ANALISIS PELAYANAN KESEHATAN


Dalam mencari pengobatan, keluarga ini berobat ke bidan, dokter terdekat
dan dokter spesialis jika diperlukan. Terdapat fasilitas kesehatan puskesmas
pembantu dan praktek dokter swasta di dekat rumah. Pada kasus ini,
puskesmas tasikmadu berperan aktif dalam menanggulangi gizi buruk yang
diderita pasien, seperti mengirim petugas puskesmas pada saat posyandu di
daerah rumah pasien, rutin memberikan PMT pada pasien setiap bulan, dan
mengunjungi rumah dan keluarga pasien untuk memberikan penyuluhan

27
pada keluarga pasien. Selain itu, keluarga pasien juga masih percaya
dengan pengobatan alternatif apabila saat mencari pengobatan ke tenaga
kesehatan tidak membuahkan hasil yang maksimal. Hal tersebut berkaitan
dengan keterbatasan penghasilan yang berpengaruh terhadap jangkauan
pelayanan kesehatan.

E. ANALISIS RIWAYAT KESEHATAN


Sejak dalam kandungan, pasien cukup diperhatikan kondisi tumbuh
kembangnya oleh ibu pasien melalui pemeriksaan kehamilan di bidan,
lebih dari lima kali selama hamil, lahir melalui persalinan normal di
bidan, menangis kuat, BB= 3900 gram, imunisasi lengkap. Tetapi,
semenjak pasien lahir, ibu pasien tersibukkan dengan bekerja sehingga
perhatian terhadap paien sangat berkurang. Berdasarkan riwayat
kesehatan keluarga, didapatkan keterangan dari nenek pasien bahwa ibu
pasien pernah mengalami keluhan serupa saat masih kecil. Berdasar data
tersebut, tidak didapatkan hubungan anatara riwayat kesehatan keluarga
pasien, yaitu ibu pasien dengan kondisi yang sekarang dialami pasien,
karena penyakit gizi kurang dan global development delay tidak
diturunkan.

F. ANALISIS GENETIKA
Ada anggota keluarga pasien yang dulu mengalami keterlambatan
dalam tumbuh kembang yaitu ibu pasien, namun anggota keluarga yang lain
seperti ayah, kakek dan nenek pasien tidak ada yang menderita
keterlambatan tumbuh kembang maupun gizi kurang/buruk. Selain itu,
penyakit gizi kurang dan global development delay tidak diturunkan.
Sehingga penyakit ini tidak terkait dengan genetik anggota keluarga yang
lain.

28
BAB V
MASALAH

A. Masalah Individu
Alloanamnesis
 Pasien usia 4 tahun 3 bulan
 belum bisa berjalan dan berbicara dengan jelas, belum bisa
makan dan minum, buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) secara mandiri.

Pemeriksaan Fisik

B. Masalah Lingkungan
C. Masalah Perilaku
D. Masalah Pelayanan Kesehatan
E. Maslaah Genetika

29
DAFTAR PUSTAKA

Behrman R. E., Kliegman R., Nelson W. E., Vaughan V.C. 2000. NELSON

TEXTBOOK OF PEDIATRICS. 15TH edition volume 3. Jakarta : EGC.

Hasan R., Hussein A. 2005. Ilmu kesehatan anak jilid II: global development

delay. Jakarta : FK UI.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Standar pelayanan medis kesehatan

anak ed.1. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Soedarmo, dkk. 2003. Buku Ajar Neurologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Badan

Penerbit IDAI.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

30
LAMPIRAN

31
32

Anda mungkin juga menyukai