Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung

sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic

secara abnormal.

Gagal jantung merupakan komplikasi yang paling sering dijumpai dari segala jenis

penyakit jantung congenital (bawaan) maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang

menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal,

beban akhir, atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang

meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel; dan beban

akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik.

Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokardium dam kardiomiopati.Gagal

jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan

manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara

sendiri-sendiri maupun secara gabungan dari : 1) beban awal, 2) kontraktilitas, dan 3) beban

akhir.

Prinsip penatalaksanaan gagal jantung :

1. Menigkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi

O2 melalui istirahat/pembatasan aktivitas.

2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung.

1
Obat inotropik positif Obat inotropik positif bekerja dengan meningkatkan kontraksi

otot jantung (miokardium) dan digunakan untuk gagal jantung, yakni keadaan dimana jantung

gagal untuk memompa darah dalam volume yang dibutuhkan tubuh. Keadaan tersebut terjadi

karena jantung bekerja terlalu berat atau karena suatu hal otot jantung menjadi lemah. Beban

yang berat dapat disebabkan oleh kebocoran katup jantung, kekakuan katub, atau kelainan

sejak lahir dimana sekat jantung tidak terbentuk dengan sempurna.

Ada 2 jenis obat inotropik positif, yaitu

1. Glikosida jantung

Glkosida jantung adalah alkaloid yang berasal dari tanaman Digitalis purpurea yang

kemudian diketahui berisi digoksin dan digitoksin. Keduanya bekerja sebagai inotropik

positif pada gagal jantung.

2. Penghambat fosfodiesterase

Obat-obat dalam golongan ini merupakan penghambat enzim fosfodiesterase yang

selektif bekerja pada jantung. Hambatan enzim ini menyebabkan peningkatan kadar siklik

AMP (cAMP) dalam sel miokard yang akan meningkatkan kadar kalsium intrasel.

Diantaranya adalah Milrinon dan Aminiron.

Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang digoksin sebagai salah satu pilihan

obat untuk terapi gagal jantung.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan klasifikasi Digoksin !

2. Bagaimana sifat Fisika Kimia dari Digoksin ?

3. Bagaimana struktur Kimia dari Digoksin ?

4. Bagaimana Metabolisme dari Digoksin ?

2
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui klasifikasi Digoksin.

2. Untuk mengetahui sifat Fisika Kimia dari Digoksin.

3. Untuk mengetahui struktur Kimia dari Digoksin.

4. Untuk mengetahui metabolisme dari Digoksin.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Digoksin

Digoksin merupakan glikosida jantung yang berasal dari digitalis lanata yang

memiliki efek inotropik positif (meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung). Selain itu,

digoksin juga mempunyai efek tak langsung terhadap aktivitas syaraf otonom dan sensitivitas

jantung terhadap neurotransmiter.

2.1.1 Deskripsi dan Stabilitas

Digoksin berbentuk kristal putih atau serbuk dan memiliki rasa pahit. Digoksin

praktis tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol encer, dan sangat sedikit larut dalam

propilen glikol 40%. pH digoksin injeksi adalah 6,6-7,4.

Digoksin akan stabil bila disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya pada

suhu 15-25 derajat celcius. Digoksin injeksi dapat bercampur dengan larutan infus.

2.1.2 Dosis dan Cara Pemberian

A. Dosis

 Pertimbangan Umum

Pedoman dosis yang diberikan didasarkan pada respon rata-rata pasien dan berbagai

variabel substansial yang dapat diamati pada pasien. Penentuan dosis harus didasarkan pada

kondisi klinis masing-masing pasien. Dokter umumnya mendasarkan pemilihan dosis

berdasarkan konsentrasi serum digoksin. Radioimmunoassay dapat digunakan untuk

memantau efek khasiat dan toksisitas dari digoksin.

Digoksin memiliki indeks terapi sempit, sehingga penentuan dosis harus sangat

berhati-hati. Dosis biasa adalah dosis rata-rata yang pada beberapa pasien memerlukan

4
modifikasi dengan memperhatikan kebutuhan dan respon tiap individu, kondisi umum, status

kardiovaskular, fungsi ginjal, berat badan dan usia pasien, kondisi penyakit penyerta, obat-

obatan lain, dan faktor-faktor lain yang mungkin mengubah farmakodinamika dan

farmakokinetika digoksin, dan konsentrasi plasma digoksin. Perbedaan ketersediaan hayati

digoksin pada pemberian oral, IV atau IM harus diperhatikan saat pasien beralih dari satu rute

pemberian ke rute pemberian lainnya. Tidak ada perbedaan yang berarti pada ketersediaan

hayati sediaan oral digoksin baik yang berbentuk tablet maupun eliksir, kedua bentuk sediaan

tersebut dapat digunakan secara bergantian. Namun saat rute pemberian digoksin diubah dari

oral atau IM ke IV, maka dosis digoksin harus dikurangi sekitar 20-25%.

 Pertimbangan Pengurangan Dosis pada Pasien dengan Pemantauan EKG

Pemantauan fungsi jantung dengan EKG harus dilakukan selama terapi digoksin pada

kondisi:

1. Terapi digoksin diberikan secara intravena.

2. Terapi digoksin diberikan secara oral dalam waktu lama.

3. Bila terapi digoksin diberikan pada pasien dengan resiko reaksi negatif terhadap

digoksin seperti pada pasien dengan penyakit jantung atau ginjal yang berat.

Dosis glikosida jantung, termasuk digoksin harus dikurangi pada kelompok pasien-pasien

berikut:

1. Pasien dengan hipokalemia.

2. Pasien dengan hipotiroid.

3. Pasien dengan kerusakan miokard yang luas.

4. Pasien dengan gangguan konduksi.

5. Pasien geriatri, terutama bila disertai penyakit arteri koroner.

5
6. Dosis digoksin individual harus diberikan pada pasien yang juga menerima terapi

quinidin, karena eliminasi dan volume distribusi digoksin kemungkinan akan

menurun.

o Dosis bagi Pasien Gagal Jantung Kongestif

Pada kondisi ini digoksin dapat diberikan baik secara digitalisasi cepat ataupun

digitalisasi lambat yang berfrekuensi pada dosis maupun frekuensi pemberiannya.

1. Digitalisasi cepat (hanya jika diperlukan secara medis), loading dose digoksin harus

diberikan dengan memperhatikan proyeksi penyimpanan digoksin dalam tubuh. Dosis

pemeliharaan harian harus mengikutiloading dose, dan dihitung sebagai prosentase

dari loading dose. Puncak penyimpanan digoksin dalam tubuh umumnya sebesar 8-12

mcg/Kg BB yang akan memberikan efek terapi dengan resiko toksisitas mimimum

pada pasien dengan gagal jantung kongestif, irama sinus normal, dan fungsi ginjal

yang normal.

2. Digitalisasi lambat, terapi ini harus dimulai dengan dosis pemeliharaan harian yang

tepat yang memungkinkan penyimpanan digoksin dalam tubuh secara perlahan.

Konsentrasi steady-state umumnya akan dicapai dalam waktu 5 kali waktu paruh obat

pada setiap pasien tergantung pada kondisi ginjal pasien. Umumnya memerlukan

waktu 1-3 minggu.

 Loading Dose (Untuk Digitalisasi Cepat)

Loading dose adalah pemberian obat dalam dosis terbagi dengan pemberian awal

sekitar 50% dari total dosis, dan diikuti dengan fase pemberian berikutnya sebesar 25% pada

interval 6-8 jam setelah pemberian pertama baik pada pemberian secara oral, IM maupun

IV. Loading dose ini harus disertai dengan pemantauan klinis pasien terlebih bila dilakukan

penambahan dosis. Jika berdasarkan respon klinisnya pasien memerlukan perubahan dosis,

6
maka dosis pemeliharaannya dihitung berdasarkan jumlah loading dose yang sebenarnya,

yaitu dosis totalnya.

Biasanya dosis inisiasi oral sebesar 500-750 mcg (0,5-0,75 mg) digoksin tablet, atau

400-600 mcg (0,4-0,6 mg) digoksin kapsul cair menghasilkan efek terdeteksi setelah 0,5-2

jam dan terjadi efek maksimal pada waktu 2-6 jam. Dosis tambahan sekitar 125-375 mcg

tablet digoksin atau 100-300 mcg digoksin kapsul cair bila perlu dapat diberikan secara hati-

hati pada 6-8 jam setelah pemberian dosis inisiasi hingga diperoleh respon klinis yang

memadai. Pasien dengan berat badan 70 Kg umumnya mendapatkan respon klinis yang

memadai pada dosis 750-1250 mcg digoksin tablet atau setara dengan 600-1000 mcg

digoksin kapsul cair.

Dosis inisiasi IV umumnya adalah 400-600 mcg (0,4-0,6 mg) yang segera akan

menghasilkan efek terdeteksi setelah 5-30 menit pemberian dan mencapai efek maksimum

setelah 1-4 jam setelah pemberian pada pasien dewasa. Dosis tambahan 100-300 mcg

digoksin dapat diberikan secara hati-hati setelah 6-8 jam setelah pemberian dosis inisiasi

hingga diperoleh respon klinis yang memadai. Dosis IV digoksin pada pasien dewasa dengan

berat badan 70 Kg adalah sekitar 600-1000 mcg.

o Dosis Pemeliharaan

Dosis pemeliharaan harian berfungsi untuk menggantikan digoksin yang tereliminasi

dari tubuh pasien, maka dosis tersebut dapat diperkirakan dengan mengalikan prosentase

eliminasi dengan penyimpanan tubuh (loading dose) yang menghasilkan respon klinis

memadai. Pasien dengan fungsi ginjal normal umumnya mengeliminasikan sekitar 30% dosis

harian total, sedangkan pasien anurik umumnya mengeliminasikan sekitar 14% dari total

dosis harian digoksin.

7
Dosis pemeliharaan digoksin pada pasien dewasa umumnya adalah 125-500 mcg

sekali sehari, dosis harus dititrasi sesuai umur, berat badan, dan fungsi ginjal. Dosis

pemeliharaan umumnya dimulai dengan dosis 250 mcg sekali perhari pada pasien dewasa

dengan usia kurang dari 70 tahun dengan fungsi ginjal normal, dosis dapat ditingkatkan setiap

2 minggu sesuai dengan respon klinis. Sedangkan dosis pemeliharaan oral dengan kapsul cair

umumnya sebesar 150-350 mcg setiap hari pada pasien dengan bersihan kreatinin lebih dari

50 ml/menit. Dosis pemeliharan digoksin IV biasanya 125-350 mcg sekali perhari pada

pasien dengan bersihan kreatinin 50 ml/menit atau lebih.

o Dosis pada Pasien Dewasa dengan Fibrilasi Atrial

Penyimpanan digoksin tubuh lebih dari 8-12 mcg/Kg diperlukan untuk sebagian

besar pasien gagal jantung koroner dan irama sinus normal untuk mengendalikan laju

ventrikel pada pasien dengan fibrilasi atrial.

Dalam pengobatan pasien dengan fibrilasi atrial kronis, dosis digoksin harus dititrasi

ke dosis minimum untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada ventrikel.

o Dosis Pediatrik

Dosis pada neonatus terutama bayi prematur harus dititrasi secara sangat berhati-hati

karena kemungkinan klirensnya menurun. Bayi dan anak umur dibawah 10 tahun umumnya

secara proporsional memerlukan dosis yang lebih besar dari anak umur lebih dari 10 tahun

dan orang dewasa yang dihitung berdasarkan berat badan atau luas permukaan tubuh. Anak

usia lebih dari 10 tahun memerlukan dosis dewasa dengan perhitungan berat badan anak-

anak. Kapsul cair tidak direkomendasikan penggunaannya pada neonatus dan anak-anak.

8
Dosis pemeliharaan pada anak usia 2-5 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah 10-

15 mcg/Kg BB, anak usia 5-10 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah 7-10 mcg/Kg BB,

sedangkan anak usia lebih dari 10 tahun dengan fungsi ginjal normal adalah 3-5 mcg/Kg BB.

Dosis digitalisasi IV umumnya adalah 80% dari dosis tablet atau eliksir.

o Dosis Geriatrik

Pada pasien geriatrik dosis harus dikurangi terlebih bila pasien menderita penyakit

jantung koroner. Usia lanjut dapat menjadi indikator adanya penurunan fungsi ginjal. Dosis

pemeliharaan pada pasien dengan usia lebih dari 70 tahun umumnya dimulai dengan dosis

125 mcg sekali sehari peroral (dalam bentuk tablet).

o Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Hati

Tak ada penyesuaian dosis untuk pasien dengan penurunan fungsi hati.

o Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Ginjal

Dosis digoksin pada pasien dengan insufisiensi ginjal (bersihan kreatinin kurang dari

10 ml/menit, maka penyesuaian dosis ditentukan berdasarkan konsentrasi puncak

penyimpanan digoksin dalam tubuh (6-10 mcg/Kg BB) karena penurunan fungsi ginjal ini

akan mempengaruhi pola distribusi dan eliminasi digoksin.

Dosis pemeliharaan digoksin pada pasien dewasa dengan gangguan fungsi ginjal

dapat dimulai dengan 125 mcg sekali sehari (tablet) atau 62,5 mcg pada pasien yang ditandai

mengalami kerusakan ginjal, dosis dapat ditingkatkan setiap 2 minggu sesuai dengan respon

klinis.

9
B. Cara Pemberian

Digoksin umumnya diberikan secara oral sebagai dosis harian tunggal. Sedangkan

untuk bayi dan anak kurang dari 10 tahun, dosis harian sebaiknya diberikan dalam dosis

terbagi. Guna tercapainya konsentrasi serum puncak yang lebih tinggi yang belum terbentuk,

maka dosis harian terbagi direkomendasikan bagi pasien dengan kriteria berikut:

1. Bayi dan anak dengan umur kurang dari 10 tahun.

2. Pasien yang memerlukan dosis harian 300 mcg atau lebih.

3. Pasien dengan riwayat atau beresiko terhadap toksisitas dalam penggunaan glikosida

jantung.

4. Pasien tanpa masalah kepatuhan terapi, jika pasien cenderung melanggar kepatuhan

maka dosis harian tunggal lebih direkomendasikan.

Jika terapi oral kurang efektif atau karena diperlukannya efek terapi yang cepat,

maka digoksin dapat diberikan melalui injeksi IV. Namun terapi oral harus segera

menggantikan injeksi IV bila telah memungkinkan. Untuk injeksi IV, digoksin harus

dilarutkan terlebih dahulu setidaknya 5 menit atau dilarutkan dengan 4 kali lipat atau lebih

besar dari volume dengan menggunakan air untuk injeksi, dekstrosa 5%, atau NaCl 0,9%

dengan lama pemberian sekurang-kurangnya 5 menit. Penyuntikan digoksin dengan volume

pengenceran kurang dari 4 kali volume awal dapat menyebabkan presipitasi digoksin.

Pelarutan digoksin harus dilakukan secara perlahan. Infus intravena lambat lebih

direkomendasikan daripada pemberian secara cepat. Infus IV cepat digoksin dapat

menyebabkan penyempitan arteriolar sistemik dan koroner, yang dapat berakibat fatal,

pemberian digoksin ini harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Jika

pengukuran dosis digoksin yang sangat kecil dengan menggunakan jarum suntik tuberkulin,

maka ini akan berpotensi overdosis. Pencampuran digoksin dengan obat lain dalam satu

jarum suntik, atau dengan pemberian simultan sangat tidak direkomendasikan.

10
Meskipun digoksin dapat juga diberikan melalui injeksi intramuskular (IM), namun

cara pemberian ini kurang direkomendasikan karena sering menyebabkan iritasi lokal yang

parah disamping timbulnya rasa nyeri, disamping itu pemberian secara IV dapat

menghasilkan efek yang lebih cepat dan dapat diprediksi. Pemberian injeksi IM tidak

memberikan keuntungan dibanding injeksi IV, kecuali jika injeksi IV dikontraindikasikan.

Jika terpaksa obat harus diberikan melalui injeksi IM, maka obat harus diberikan jauh ke

dalam otot dengan disertai pijatan dari tempat suntikan, dengan volume penyuntikan tidak

boleh lebih dari 2 mL pada satu sisi tempat penyuntikan. Terapi digoksin oral seyogyanya

segera menggantikan terapi injeksi tersebut.

2.1.3 Mekanisme kerja

Dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang menghasilkan peningkatan natrium

intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran natrium/kalium dan meningkatkan

kalsium intracellular. Hal tersebut dapat meningkatkan penyimpanan kalsium intrasellular di

sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat meningkatkan cadangan kalsium untuk

memperkuat /meningkatkan kontraksi otot.

Ion Na+ dan Ca2+ memasuki sel otot jantung selama/setiap kali depolarisasi (Gambar

33-8). Ca2+ yang memasuki sel melalui kanal Ca2+jenis L selama depolarisasi memicu

pelepasan Ca2+ intraseluler ke dalam sitosol dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor

ryanodine (RyR). Ion ini menginduksi pelepasan Ca2+ sehingga meningkatkan kadar

Ca2+ sitosol yang tersedia untuk berinteraksi dengan protein kontraktil, sehingga kekuatan

kontraksi dapat ditingkatkan. Selama repolarisasi myocyte dan relaksasi, Ca2+ dalam selular

kembali terpisahkan oleh Ca2+ sarkoplasma retikuler -ATPase (SERCA2), dan juga akan

dikeluarkan dari sel oleh penukar Na+- Ca2+ (NCX) dan oleh Ca2+ sarcolemmal -ATPase.

Kapasitas dari penukar untuk mengeluarkan Ca2+ dari sel tergantung pada

konsentrasi Na+ intrasel.

11
Pengikatan glikosida jantung ke sarcolemmal Na+,K+-ATPase dan penghambatan

aktivitas pompa Na+ seluler menghasikan pengurangan tingkat aktifitas ekstrusi Na+ dan

peningkatan sitosol Na+. Peningkatan Na+ intraseluler mengurangi gradien transmembran

Na+ yang mendorong ekstrusi Ca2+ intraseluler selama repolarisasi myocyte. Dengan

mengurangi pengeluaran Ca2+ dan masuknya kembali Ca2+ pada setiap kali potensial aksi,

maka Ca2+ terakumulasi dalam myocyte: serapan Ca2+ke dalam SR meningkat; ini juga

meningkatkan Ca2+ sehingga dapat dilepaskan dari SR ke troponin C dan protein Ca2+-sensitif

dari aparatus kontraktil lainnya selama siklus berikutnya dari gabungan eksitasi-kontraksi,

sehingga menambah kontraktilitas myocyte (Gambar 33-8). Peningkatan dalam pelepasan

Ca2+ dari retikulum sarkoplasma adalah merupakan substrat biologis di mana glikosida

jantung meningkatkan kontraktilitas miokard. Glikosida jantung berikatan secara khusus ke

bentuk terfosforilasi dari a subunit dari Na+, K+-ATPase. Ekstraselular K+mendorong

defosforilasii enzim sebagai langkah awal dalam translokasi aktif kation ke dalam sitosol, dan

juga dengan demikian menurunkan afinitas enzim dari glikosida jantung. Hal ini menjelaskan

sebagian pengamatan bahwa dengan meningkatnya ekstraselular K+ dapat membalikkan

beberapa efek toksik dari glikosida jantung.

Selain itu, digoksin juga bekerja secara aksi langsung pada otot lunak vascular dan

efek tidak langsung yang umumnya dimediasi oleh system saraf otonom dan peningkatan

aktivitas vagal (refleks dari system saraf otonom yang menyebabkan penurunan kerja

jantung).

2.2 Sifat Fisika Kimia Digoksin

Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini praktis tidak larut dalam air

dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut dalam

piridin.

12
Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa

yang mempunyai efek khusus pada miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis

lanata.$$

2.3 Struktur Kimia Digoksin

Digoksin (digoxin) adalah salah satu jenis glikosida jantung yang diekstraksi dari

tanaman foxglove, Digitalis lanata. Digoksin memiliki rumus molekul C41H64O14 dengan

bobot molekul 780,938 g/mol. Rumus struktur digoksin adalah sebagai berikut:

4-[(3S,5R,8R,9S,10S,12R,13S,14S)-3-[(2S,4S,5R,6R)-5-[(2S,4S,5R,6R)-5-[(2S,4S,5R,6R)-4,5-

dihydroxy-6-methyl-oxan-2-yl]oxy-4-hydroxy-6-methyl-oxan-2-yl]oxy-4-hydroxy-6-methyl-

oxan-2-yl]oxy-12,14-dihydroxy-10,13-dimethyl-1,2,3,4,5,6,7,8,9,11,12,15,16,17-

tetradecahydrocyclopenta[a]phenanthren-17-yl]-5H-furan-2-one

2.4 Metabolisme Digoksin

Farmakokinetik

o Absorpsi

Setelah pemberian dosis oral baik dalam bentuk tablet maupun eliksir, sekitar 60-

85% digoksin akan diabsorpsi. Digoksin dalam sediaan kapsul cair akan diabsorpsi sekitar

90-100%. Absorpsi terutama terjadi pada usus kecil yang kemungkinan melalui proses

nonsaturable. Penundaan pengosongan lambung atau adanya makanan mungkin akan

memperlambat penyerapan digoksin tetapi tidak mengurangi tingkat penyerapannya.

13
Penyerapan digoksin dari saluran cerna akan mengalami penurunan hanya jika digoksin

diberikan bersama makanan tinggi serat. pH lambung tidak menghalangi penyerapan

digoksin. Penyerapan digoksin dapat terganggu akibat keadaan malabsorpsi. Gastrektomi

parsial dan by pass jejunoileal akan sedikit mengubah pola absorpsi digoksin.

Konsentrasi plasma digoksin bervariasi pada iap-tiap individu dengan dosis tertentu

dapat mengakibatkan efek terapeutik pada seseorang, namun dapat juga menghasilkan efek

toksik pada orang lain. Ambilan digoksin dari otot jantung pada bayi hampir 2 kali lebih

besar dibandingkan pada orag dewasa. Untuk mengetahui konsentrasi plasma digoksin pada

pasien maka sampel darah harus diambil pada 6-8 jam setelah pemberian

digoksin.Konsentrasi plasma yang menghasilkan efek terapeutik pada orang dewasa

umumnya sekitar 0,5-2 ng/mL, sedangkan pada pasien dengan fibrilasi atrial memerlukan

konsentrasi yang lebih tinggi yaitu sekitar 2-4 ng/mL akibat adanya pelambatan laju

ventrikel. Pada orang dewasa kecuali dengan fibrilasi atrial toksisitas dapat terjadi pada

kondisi plasma yang stabil lebih dari 2 ng/mL. Neonatus umumnya mampu mentolerir

konsentrasi plasma yang lebih tinggi dibanding orang dewasa.

Setelah pemberian digoksin oral dosis tunggal 500-750 mcg akan menghasilkan

onset setelah 0,5-2 jam setelah pemberian dengan efek maksimum tercapai setelah 2-6 jam

setelah pemberian, Sedangkan pada pemberian IM dosis tunggal 1000 mcg, onset dihasilkan

setelah 30 menit dengan efek maksimum pada 4-6 jam setelah pemberian. Pada pemberian IV

400-600 mcg dalam dosis tunggal menghasilkan onset pada 5-30 menit dan efek maksimum

terjadi pada 1-4 jam. Efek digoksin dapat bertahan selama 3-4 hari.

14
o Distribusi

Pada konsentrasi plasma terapeutik, sekitar 20-30% digoksin terikat pada protein

plasma.Pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat memiliki volume distribusi yang lebih

kecil dibandingkan pada pasien dengan fungsi ginjal normal.

o Metabolisme

Umumnya hanya sedikit digoksin yang akan mengalami metabolisme, namun

tingkat metabolisme ini dapat bervariasi dan berakibat fatal pada beberapa pasien. Sebagian

kecil metabolisme terjadi dihati, dan metabolisme juga dapat terjadi oleh bakteri dilumen

usus setelah pemberian oral atau setelah eliminasi empedu pada pemberian IV. Digoksin

mengalami reaksi pembelahan bertahap dari gugus gula untuk membentuk digoksigenin-

bisdigitoxosida, digoksigenin-monodigitoxosida, dan digoksigenin, metabolit tersebut

bersifat menurunkan kardioaktivitas digoksin. Digoksin juga mengalami pengurangan cincin

lakton membentuk dihidrodigoksin yang kemudian juga mengalami pembelahan bertahap

pada gugus gulanya.

o Eliminasi

Waktu paruh distribusi (t1/2) digoksin setelah pemberian IV adalah sekitar 30 menit

baik pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal maupun normal. Pada pasien dengan fungsi

ginjal normal waktu paruh eliminasinya sekitar 34-44 jam. Waktu paruh eliminasi

berkepanjangan akan terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Pada pasien

anephrik waktu paruh eliminasi dapat mencapai 4,5 hari atau lebih. Waktu paruh eliminasi

digoksin akan menurun pada pasien dengan overdosis akut. Waktu paruh eliminasi meningkat

pada pasien hipotiroid dan menurun pada pasien hipertiroid. Pada pasien tak terdigitalisasi,

yang menerima dosis pemeliharaan tanpa loading dose yang telah mencapai konsentrasi

steady-state akan mengalami peningkatan waktu paruh eliminasi yaitu sekitar 4-5 kali waktu

paruh eliminasi atau sekitar 7 hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal.

15
Eliminasi harian pada pasien dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar 30%, dan 14% pada

pasien anurik. Prosentase eliminasi harian digoksin dapat dihitung dengan persamaan:

%Eliminasi = 14 + (bersihan kreatinin (ml/menit)/5)

Penggunaan persamaan diatas harus ekstra hati-hati karena bersihan kreatinin tidak

akurat menggambarkan fungsi ginjal dan bersihan digoksin total dari dalam tubuh pasien.

2.4.1 Contoh Sediaan Digoksin

Digoksin tersedia dalam bentuk tablet, eliksir, kapsul cair, dan injeksi.

Contoh sediaan injeksi digoksin

Contoh sediaan tablet digoksin

16
Contoh sediaan eliksir drop digoksin untuk anak-anak dan bayi

Contoh sediaan eliksir digoksin

Contoh sediaan kapsul lunak digoksin

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Digoksin merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari Digitalis lanata. Obat

ini biasa digunakan untuk mengobati gagal jantung kongestif dan penyimpangan detak

jantung tertentu. Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak

langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek

inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase

dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke inrtasel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh

digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap

neorotransmiter.

 Sifat Fisikokimia Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini praktis tidak

larut dalam air dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan

sangat larut dalam piridin.

 Digoksin memiliki rumus molekul C41H64O14 dengan bobot molekul 780,938 g/mol.

Rumus struktur digoksin adalah sebagai berikut:

 Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi

cincin lakton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal

jantung kongestif.

18

Anda mungkin juga menyukai