Anda di halaman 1dari 4

Harga Listrik Mahal Dengan Harga Gas Tertinggi

Kamis, 12 Januari 2017


1:03 PM
TRIMBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah telah menetapkan penurunan harga gas untuk
tiga sektor industri yang diberi nama Steel, Fertilizers and Petrochemicals. Namun, tariff tersebut
tidak diberikan kepada PT PLN (Persero) untuk Gas Power (pembangkit listrik).
Ketua Serikat Pekerja (SP) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Jumadis Abda menjelaskan
harga beli gas untuk pembangkit listrik di atas 9 dollar AS per MMBTU. Angka itu di atas harga
gas diskon untuk industri yang hanya $ 6 per MMBTU.
“Tingginya harga pasokan gas untuk pembangkit listrik disebut-sebut sebagai penyumbang
utama tingginya harga listrik bagi masyarakat,” kata Abda, Rabu (11/01/1017). Menurut Abda,
harga gas menjadi masalah bagi PLN.
Itu karena sangat mempengaruhi biaya produksi dan tariff listrik ke masyarakat. “Rata-rata harga
gas nasional adalah 9 dollar AS per MMBTU termasuk harga gas masih 9 dollar AS per
MMBTU. Ini masih tergolong mahal,” kata Abda.
Abda menambahkan, daya saing PT PLN sebagai penyedia listrik negara tidak melawan
perusahaan swasta. Abda juga berpendapat hal itu bisa merugikan PLN dan konsumen.
“Jadi tak heran kalau kenaikan listrik yang tinggi akan selalu dibebankan kepada konsumen
karena komponennya tidak bisa dikendalikan sebelumnya,” kata Abda.
Sumber: http//www.trimbunnews.com/bisnis
Kuningan Galakkan Pengembangan Wisata
Kompas.com - 04/09/2015, 08:23 WIB
KUNINGAN, KOMPAS - Kabupaten Kuningan di Jawa Barat menjalin kerja sama dengan
delapan daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk menggairahkan pariwisata
di kawasan itu. Angkutan travel wisata yang melintasi kedelapan daerah perbatasan itu akan
menawarkan juga Kuningan sebagai salah satu destinasi wisata.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Teddy Suminar, Rabu (2/9/2015), di
Kuningan. Delapan daerah perbatasan itu terdiri dari enam daerah di Jabar, yakni Kota dan
Kabupaten Cirebon, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Pangandaran, serta dua daerah di Jateng, yaitu Kabupaten Brebes dan Cilacap. Paket-paket
wisata telah dibuat untuk menjadikan Kuningan sebagai destinasi wisata bagi bus ataupun travel
pariwisata dari dan menuju daerah-daerah tersebut.
”Kami memanfaatkan kerja sama yang sudah ada antara delapan daerah itu dan Kuningan yang
terikat dalam kerja sama daerah ”Kunci Bersama” (Kuningan, Cirebon, Ciamis, Cilacap, Banjar,
Brebes, Majalengka, dan Pangandaran) sejak tahun 2011. Tanda tangan kerja sama pariwisata itu
sudah dilakukan dan mulai berjalan tahun ini. Harapannya, lebih banyak wisatawan yang
mengetahui tentang potensi wisata di Kuningan melalui promo-promo dan tawaran paket
wisata,” kata Teddy.
Selain obyek wisata alam, seperti pendakian Gunung Ciremai, Sungai Cipaniis, dan mata air
Cibulan, Kuningan mencoba menawarkan obyek wisata sejarah yang dipadukan dengan daya
tarik alam dan kulinernya.
”Kuningan memiliki obyek wisata Gedung Naskah Linggarjati yang memiliki nilai historis
tinggi. Tahun ini, kami mencoba lebih mengenalkan obyek wisata itu dengan membuat acara
sepeda santai dan balap sepeda. Selama ini, gedung bersejarah itu banyak dikunjungi wisatawan
lokal di sekitar Kuningan dan Cirebon. Dengan kerja sama lintas daerah perbatasan, gedung itu
bisa makin dikenal,” kata Teddy.
Bupati Kuningan Utje Hamid Suganda mengatakan, Gedung Naskah Linggarjati menjadi salah
satu tonggak sejarah Indonesia. Setelah perundingan dengan Belanda digelar di gedung tersebut,
Indonesia melakukan rangkaian perundingan lanjutan dengan Belanda, mulai dari Perundingan
Renville, dan akhirnya Konferensi Meja Bundar di Denhaag. Namun, rangkaian perjanjian untuk
memperoleh pengakuan kemerdekaan itu awalnya di Kuningan atau Linggarjati. Sayangnya
tidak semua orang tahu mengenai hal itu,” katanya.
Saat ini, di Kuningan, ada 40 hotel, dan 15 hotel di antaranya berbintang tiga. Ada pula 120
rumah makan. Terdapat 28 obyek wisata alam. Jumlah wisatawan yang berkunjung sekitar 1,4
juta orang per tahun. Akan tetapi, masih didominasi wisawatan domestik.
Sumber: http://www.travel.kompas.com
Andaliman, Bumbu Ajaib Kekuatan Kuliner Khas Danau Toba

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anda sudah bersiap-siap menjadi saksi sejarah baru


Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba 2016 di Balige, 21 Agustus?
Atau menonton kehebohan konser artis-artis nasional di Pantai Bebas, Parapat, 20 Agustus 2016?
Atau Pesta Rakyat, pesta kuliner selama berlabuh di Sumatera Utara?
Yang pasti, siapkan space untuk incip-incip makanan khas Batak dengan segala sensasi di lidah
dan perut.
“Selamat menjelajahi wisata kuliner Tapanuli yang kaya rasa, kaya bumbu, dan kaya cerita,”
ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI, di Jakarta.
Ketua Tim Percepatan Wisata Kuliner dan Belanja Kemenpar, Vita Datau Messakh sudah
eksplorasi ke Tanah Batak itu belum lama.
Dia tengah mencari jenis makanan khas Batak yang bisa menjadi ikon pariwisata di sana,
sehingga orang yang berkunjung ke Danau Toba, belum sempurna sebelum mencicipi masakan
khas yang hanya ada di kawasan top destinasi itu.
Satu jenis bumbu yang menurutnya, mudah menancap di pikiran orang, yakni Andaliman.
“Mungkin masih banyak orang yang belum tahu seperti apa bentuk andaliman sebelum diolah
menjadi bumbu andalan masakan khas batak Toba dan Medan. Bulat kecil bergerombol, sebesar
buah lada. Rasanya khas meninggalkan jejak kecap di lidah saat menikmati hidangan
berbumbu andaliman itu,” kata Vita Datau, yang juga Ketua Akademi Gastronomi Indonesia itu.
Bumbu yang mempunyai nama latin zanthoxylum acanthopodium adalah jenis bunga-bungaan di
dalam keluarga citrus.
Tumbuhan yang digunakan kulitnya ini juga ditemukan di banyak masakan di Asia Timur dan
Selatan.
Mereka sering menyebut sebagai szechuan peper. Di Sumatera Utara dikenal dengan sebutan
"Merica Batak".
Andaliman meninggalkan jejak rasa getir, kelu atau kebal di lidah.
“Saya pribadi tidak merasakannya walau dalam sehari saya menyantap beberapa masakan
dengan sambal atau bumbu andaliman. Mungkin kekuatan cerita bumbu yang membuat
penasaran ini lebih kuat dari rasa kelu yang menyengat setiap lidah itu. Andaliman adalah
rumpun jeruk-jerukan mengandung vitamin C dan E alami yang berfungsi menjaga daya tahan
tubuh. Dia juga mengandung senyawa minyak atsiri dan alkaloid yang berfungsi sebagai anti
oksidan dan anti mikroba,” jelas penggemar Moge alias motor gede ini.
Vita menyebut, andaliman itu sudah memenuhi prinsip gastronomi yaitu: "Kebiasaan makan
makanan yang baik dengan mengandalkan kearifan lokalnya. Perjalanan jelajah rasa saya ke
Toba beberapa waktu lalu sangat berkesan karena bukan hanya memenuhi emosi lidah, tetapi
juga menambah pengalaman kuliner dengan menggali kekuatan bumbu khas daerah itu,”
jelasnya.
Andaliman sendiri bisa ditemui di pasar traditional dalam keadaan utuh atau sudah dalam bentuk
bumbu halus siap olah atau paste, istilah asingnya.
Padan katanya adalah intir-intir. Begitu besarnya peranan bumbu khas ini di masakan Medan dan
Toba seperti Arsik, Nanimura, Mie Gomak.
Aroma jeruk yang kuat mampu menghilangkan bau amis ikan, bahkan mentah sekalipun.
Di Asia Timur dan Selatan bumbu ini populer, tetapi tidak begitu di Sumatera Utara.
Terutama di kalangan muda, yang kebiasaan masak masakan lokal kurang dilestarikan. “Inilah
tantangan kita melestarikan gastronomi Indonesia melalui warisan kuliner.
Itulah concern kami, melestarikan tradisi kuliner yang sudah lama mengakar di lokal,” jelasnya.
Keberadaan andaliman di masakan Batak adalah aset warisan kuliner yang perlu terus digali,
dilestarikan, disosialisaikan dan dipolulerkan.
Karena ini adalah salah satu jejak sejarah perjalanan bumbu Indonesia dalam peta bumbu dunia.
“Bagi yang belum pernah merasakan dahsyatnya merica batak ini, kesempatan terbaik adalah
saat #KKPDT2016 tanggal 20-21Agustus 2016 di Danau Toba!” Coba deh! Horas…
Sumber: http//www.trimbunnews.com

Anda mungkin juga menyukai