Anda di halaman 1dari 4

Prolaps Rectum

Pengertian Prolaps Rectum

Prolaps rektum adalah kondisi di mana adanya bagian dinding rektum keluar dari anus. Jika tidak
ditangani, kondisi ini dapat mengakibatkan buang air besar yang tidak terkontrol secara permanen.

Terkadang, posisi rektum berubah dan bergerak ke bawah dari tempatnya dan bergerak ke anus
(prolaps sempurna). Dalam beberapa kasus, hanya lapisan dindingnya yang turun (prolaps parsial).

Meskipun rektum biasanya dapat bergerak keluar anus, ada kemungkinan rektum bergerak k e atas
atau ke daerah tubuh lainnya, yang biasa disebut dengan intussusception. Kemungkinan lain
adalah bila seluruh bagian rektum dan bagian dari usus besar bergeser dari posisi seharusnya.

Pergeseran rektum ini sering kali bukan merupakan kondisi serius, tetapi dapat menyakitkan dan
biasanya memalukan baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Kondisi ini tidak akan
berkembang menjadi kanker bila tidak ditangani.

ETIOLOGI

Ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya pergeseran rektum. Di antaranya:

 Memberikan tekanan terlalu kuat saat buang air besar – merupakan insting bagi setiap orang
untuk memberikan usaha keras dan tekanan saat sedang buang air besar, terutama jika orang
tersebut sedang sembelit. Di saat itu, ada kekurangan kandungan air dalam feses ya ng
membuatnya menjadi kering sehingga sulit untuk dikeluarkan. Tekanan yang kuat ini tidak
langsung melemahkan dinding rektum, tetapi itu masih mungkin terjadi bila sembelit ini
menjadi kronis.
 Fibrosis kistik – anak-anak yang menderita prolaps rektum tanpa ada penjelasan kemungkinan
penyebabnya, disarankan untuk memeriksakan ada atau tidaknya keberadaan fibrosis kistik. Ini
adalah kelainan genetis yang ditandai dengan adanya timbunan lendir atau mukus yang kental
di beberapa bagian tubuh, termasuk di dalam sistem pencernaan. Tubuh manusia pada
dasarnya dirancang untuk mengeluarkan lendir untuk beberapa alasan. Misalnya, tubuh
melakukannya untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap partikel asing yang dapat
berbahaya bagi tubuh. Namun, kelainan genetis ini dapat membuat getah yang sangat kental
dan pekat, bukan lendir yang cair dan ringan seperti seharusnya.
 Otot panggul yang melemah – seperti yang sudah disebutkan, otot penyangga panggul adalah
penyangga utama dari rektum. Namun, ada beberapa waktu saat otot tersebut melemah,
seperti setelah proses melahirkan yang melelahkan, seringkali mengangkat benda -benda berat,
dan usia lanjut.
 Akibat dari pembedahan – setiap tindakan pembedahan memiliki risiko tertentu, dan salah
satunya adalah kemungkinan adanya infeksi dan gangguan pada dinding rektum dan
penyangganya. Akibatnya, prolaps rektum mungkin saja terjadi.
Ada juga beberapa faktor risiko yang terkait dengan prolaps rektum. Kondi si ini biasa terjadi
pada:

 Anak-anak yang berusia dua tahun ke atas


 Wanita berusia lima puluh tahun ke atas
 Pria berusia empat puluh tahun ke atas
 Orang yang memiliki kondisi sembelit kronis

MANIFESTASI KLINIS

 Merasakan ada sesuatu yang keluar dari anus


 Adanya mukus / lendir atau pendarahan yang keluar dari anus
 Buang air besar yang terasa sakit
 Rasa adanya sisa pembuangan yang belum terbuang
 Keberadaan timbunan dalam anus
 Kesulitan mengontrol buang air besar
 Adanya luka atau pelemahan di daerah panggul
 Orang yang menderita sembelit atau diare
Beberapa orang dapat merasa sesuatu ada yang salah saat mereka merasakan adanya
pembengkakan atau ada timbunan di dalam anus, terutama saat mereka ingin buang air kecil
atau buang air besar. Timbunan ini dapat dirasakan saat disentuh.

TATALAKSANA

Banyak kasus prolaps rektum disebabkan oleh sembelit atau mengejan, tapi
koreksi sembelit dan mengejan mungkin tidak cukup untuk memperbaiki prolaps.
Sebagian besar prolaps memburuk tanpa pembedahan.
Pada bayi dan anak-anak, diberikan pelunak feses beberapa minggu agar
tekanan ataupun kebutuhan mengedan berkurang. Cara defekasi sebaiknya duduk,
tidak jongkok untuk mengurangi tekanan waktu mengedan. Melilit bokong dengan
tali pengikat diantara waktu defekasi, biasanya membantu prolaps sembuh dengan
sendirinya. Perbaikan keadaan umum dan nutrisi merupakan dasar pengobatan.
Diberikan makanan berserat untuk memperlancar defekasi.
Perawatan medis biasanya digunakan untuk meredakan gejala-gejala
prolaps rektum atau sementara untuk mempersiapkan orang untuk pembedahan.
Bran atau psyllium, pelunak tinja dan supositoria atau enema sering digunakan.
Pelunak feses, seperti sodium docusate (Colace) atau calcium docusate (Surfak),
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dan tekanan mengedan selama
defekasi..
Pada orang dewasa, sering dapat ditangani dengan mengurangi prolaps
secara manual bila masih pada stadium internal. Prolaps lengkap yang sering
dialami orang dewasa dan orang tua memerlukan tindakan bedah. Penanganan
bedah dapat dilakukan melalui laparotomi (abdomen) atau melalui perineum.
Rektopeksi yang dilakukan melalui laparotomi bukan merupakan operasi
yang ringan. Rektum dimobilisasi dari panggul dan dilepaskan dari jaringan
sekitarnya, kemudian ditarik ke atas dan difiksasi pada sacrum. Fiksasi rektum
atau retropeksi ini dapat dilakukan dengan bahan teflon atau jahitan mersilen.
Kadang dilakukan sigmoidektomi dan colon desendens dianastomosis dengan sisa
rektum.
Untuk orang yang terlalu lemah untuk menjalani operasi karena usia lanjut
atau kesehatan yang buruk,dilakukan prosedur Thiersch. Pada operasi dengan cara
ini dipasang pita dari bahan sintetik atau benda lain di subkutan sekitar anus yang
mencegah prolaps. Keuntungannya ialah operasi ringan, tetapi terdapat penyulit
impaksi feses, infeksi, dan erosi pita ke dalam rektum.

KOMPLIKASI
Prolaps rektum dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada rektum seperti
ulserasi mukosa dan pendarahan. Prolaps inkarserata di mana rektum tidak dapat
masuk lagi juga menjadi penyulit dari prolaps rektum. Selanjutnya dapat terjadi
prolaps strangulata di mana aliran darah ke rektum terhambat. Pada akhirnya dapat
terjadi gangrene dan nekrosis pada rektum. Tingkat kekambuhan pasca operasi
mencapai 15%, pada jenis operasi apapun.

PROGNOSIS
Jika dilakukan penanganan tepat waktu, sebagian besar penderita yang
telah menjalani operasi tidak mengalami gejala atau hanya sedikit kekambuhan
prolaps rektum pasca operasi. Akan tetapi, beberapa faktor, seperti umur, tingkat
keparahan prolaps, tipe operasi, dan keadaan umum penderita, mempengaruhi
kualitas dan kecepatan pemulihan penderita

PENCEGAHAN
Diet serat tinggi dan banyak mengkonsumsi buah-buahan dapat
mengurangi resiko konstipasi. Mengedan selama defekasi perlu dihindari.
Seseorang dengan diare kronik, konstipasi, atau hemoroid harus segera berobat
untuk menghindari terjadinya prolaps rektum. Latihan-latihan yang memperkuat
otot sfingter ani dapat juga membantu mencegah terjadinya prolaps rektum

Anda mungkin juga menyukai