Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

Indonesia. Hampir 90 % masyarakat Indonesia mengonsumsi beras yang

merupakan hasil olahan padi sebagai makanan utamanya. Sehingga padi menjadi

tanaman pangan yang banyak diusahakan di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai

negara agraris yang sebagaian besar penduduknya berprofesi sebagai petani.

Tahun 2005 Indonesia merupakan negara peringkat ketiga sebagai produsen padi

terbesar setelah Cina dan India dengan persentase sebesar 9 % yaitu sebanyak 54

juta ton (Prayogi, 2012).

Perkembangan dan pertumbuhan produksi padi selama kurun waktu 2000-

2013 mengalami suatu perubahan dari tahun ke tahun. Dalam periode 2006 -

2010, laju pertumbuhan produksi meningkat tajam, rata-rata 3,85% per tahun. Hal

ini diakibatkan oleh adanya penerapan revolusi hijau yang disertai oleh introduksi

varietas unggul. Pada periode 2012-2014 terjadi penurunan produksi karena

terjadinya kekeringan. Produksi padi meningkat tajam pada periode 2008 - 2010

dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,67% per tahun karena terjadi peningkatan

luas areal panen dan penerapan teknologi-teknologi baru

(Departemen Pertanian, 2014).

Padi gogo memiliki potensi untuk mendukung peningkatan produksi padi

nasional, dan merupakan solusi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan

ketahanan pangan. Bisanya pemanfaatan lahan kering untuk pengembangan padi

gogo terutama pada tanah Inceptisol memiliki keuntungan atau nilai positif yaitu,

ikut andil dalam produksi beras nasional walaupun kontribusinya belum sebesar
kontribusi padi sawah dan memberikan tambahan penghasilan bagi petani

setempat serta konservasi lahan setempat ikut terjaga (Prasetyo, 2003).

Pengembangan produksi padi gogo di lahan tadah hujan perlu

mendapatkan perhatian serius. Rata-rata produktivitas padi gogo 2,56 t/ha, jauh

dibawah produktivitas padi sawah 4,57 t/ha. Luas total daratan Indonesia 188,2

juta ha dan 148 juta ha diantaranya merupakan lahan kering. Sampai saat ini,

kontribusi produksi padi gogo baru mencapai 5 – 6 % dari kebutuhan beras

nasional. Perbaikan sifat fisik dan kimia tanah untuk meningkatkan produktivitas

lahan kering dapat dilakukan diantaranya dengan penambahan bahan organik.

Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah

untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun,

kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun

(Barus, 2012).

Jumlah penduduk yang semakin besar mengakibatkan kebutuhan pangan

juga meningkat. Terjadinya perubahan fungsi lahan untuk pertanian menjadi non

pertanian menyebabkan semakin menurunnya produksi bahan pangan. Oleh

karena itu, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan pangan,

pertanian di lahan kering merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk

dikembangkan. Padi gogo merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi

untuk dikembangkan. Pada tahun-tahun mendatang peranan padi gogo dalam

penyediaan gabah nasional menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

semakin berkurangnya areal persawahan dan adanya indikasi pelandaian

peningkatan laju produksi padi sawah, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk

cukup tinggi (Saaludin, 1993).


Pertambahan penduduk yang meningkat dan pola konsumsi pangan yang

masih tergantung pada beras membawa konsekuensi pada permintaan pangan

yang berlanjut dalam jumlah besar. Akibatnya kebutuhan beras berasal dari

produksi sendiri sulit terpenuhi dan impor beras terus dilakukan setiap tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu dikembangkan keanekaragaman

budidaya padi yang disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia seperti padi

sawah, padi tadah hujan, padi rawa dan padi gogo (Idwar et al., 2014).

Tanaman padi terdiri dari ribuan varietas yang satu sama lain mempunyai

ciri tersendiri, namun diantara ribuan varietas tanaman padi ada beberapa sifat

yang sama. Apabila dibandingkan dengan tanaman padi sawah, tanaman padi

gogo mempunyai kendala lebih banyak dalam penanamnya antara lain peka

terhadap kekeringan , jumlah anakan maksimum dan jumlah anakan produktif

lebih sedikit, luas permukaan daun lebih sempit, umur berbunga lebih lambat,

persentase gabah hampa lebih tinggi, dan bobot brangkasan lebih rendah

(Rezkiyanti, 2000).

Pertumbuhan tanaman padi merupakan gabungan beberapa indikator

tumbuh seperti tinggi tanaman, anakan, warna dan luas daun serta berat bahan

hijauan. Indikator tumbuh tersebut sangat tergantung pada sifat genetik tanaman,

namun sifat genetik tersebut masih dapat berubah akibat pengaruh lingkungan

sehingga akan terbentuk fenotif baru (Taslim dkk.,1989).

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan menjelaskan budidaya

tanamana padi gogo (Oryza sativa L.) yang dilakukan di lahan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara yang merupakan lahan kering.


Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara

budidaya tanaman padi gogo (Oryza sativa L.) sebagai tanaman pangan di lahan

kering untuk mengamati pertumbuhan padi gogo tersebut terhadap pemeliharaan

dan pemupukan yang dilakukan.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Budidaya Tanaman

Pangan 1 Fakultas Pertanian, Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Univeristas Sumatera Utara, Medan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Mubaroq (2013) tanaman padi (Oryza sativa L.) mempunyai

sistematika sebagai berikut, Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta,

Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Monocotyledoneae, Ordo : Poales,

Family : Gramineae, Genus : Oryza, Spesies : Oryza sativa L.

Akar tanaman padi dibedakan menjadi: (1) akar tunggang, yaitu akar yang

tumbuh pada saat benih berkecambah; (2) akar serabut, yaitu akar yang tumbuh

setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang yang akan menjadi

akar serabut; (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar tunggang dan akar

serabut, dan merupakan salurann pada kulit akar yang berada di luar, serta

berfungsi sebagai air dan zat makanan; (4) akar tajuk, yaitu akar yang tumbuh dari

ruas batang rendah (Koswanuddin, 2010).

Padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada

jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada

jenis local. Jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi, yaitu

antara 2-6 meter Tanaman padi membentuk rumpun dengan anaknya. Biasanya,

anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara

bersusun, yaitu anakan pertama, anakan kedua, anakan ketiga, dan anakan

seterusnya (Damardjati, 1979).

Buah padi sering kita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak,

bersatu dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan

pembuahan yang mempunyai bagian-bagian seagai berikut: (1) Embrio (lembaga),

yaitu calon batang dan calon daun; (2) Endosperm, merupakan bagian dari buah
atau biji padi yang besar; (3) Bekatul, yaitu bagian buah padi yang berwarna

cokelat (Basyir dkk., 1995 ).

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun yang

berbeda-beda, baik dari segi bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya.

Setiap tanaman memiliki daun yang khas. Warnanya juga berbeda-beda,

tergantung pada varietas padi. Setiap varietas padi memiliki karakteristik yang

berbeda-beda (Balai Penelitian Tanaman Padi, 2005).

Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku

paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua,

sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang.

Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok

tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: malai pendek

kurang 20 cm, malai sedang antara 20 -30 cm, dan malai panjang lebih dari 30 cm

(Koswanuddin, 2010).

Syarat Tumbuh

Iklim
Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan

temperature 22-27◦ derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1500 m dpl dengan

temperature 19-23 derajat C. tanaman padi memerlukan penyinaran matahari

penuh tanpa naungan. Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan

tetapi jika terlalu kencang akan merobohkan tanaman (Toha, 2002 ).

Keadaan suatu iklim sangat mempengaruhi tanaman, termasuk padi.

Tanaman padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas dan banyak

mengandung uap air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan, temperature,
ketinggian tempat, sinar matahari, angin , dan musim. Dengan iklim yang

demikian pertumbuhan padi dapat maksimal (Chang, 1968).

Tanaman padi dapat tumbuh di daerah tropis/subtropics pada 45 derajat

LU sampai 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan

musim hujan 4 bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau

1500-2000 mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada

musim kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim

hujan,, walupun air melimpah produksi dapat menurun karena penyerbukan

kurang intensif (Rumiati dan Soemardi, 1982).

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang

rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu

proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi

akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting

juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari

(Luh, 1991).

Tanah

Padi sawah ditanam di tanah berlempug yang berat atau tanah yang

memilliki lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah. Menghendaki tanah

lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm (Prihatman, 2000).

Hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi adalah daerah antara

0 – 650 meter dengan suhu 20,5 oC – 22,5 oC, termasuk 96% dari luas tanah di

Jawa cocok untuk tanaman padi dan daerah antara 650 -1.500 meter dengan suhu

22,5 oC masih cocok untuk tanaman padi (Mubaroq, 2013).


Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan

mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapus dengan

pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami penggenangan, tanah

sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung oksigen dan pH tanah

sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan tanah swah yang

memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang khusus (Hantoro, 2007).


BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilakukan di lahan praktikum laboratoium Budidaya

Tanaman Pangan 1 Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada

bulan Februari sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih

padi (Oryza sativa L.), tali rafia untuk mengukur jarak tanam, air untuk menyiram

tanaman, pupuk kandang sapi sebagai media tanam, pupuk kompos sebagai media

tanam, top soil sebagai pencampuran media tanam, pupuk Urea dan NPK untuk

memupuk lahan kedelai, penuntun praktikum untuk membantu dalam pelaksanaan

praktikum.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul untuk

mengolah tanah, meteran untuk mengukur lahan, sabit untuk memotong rumput

dan gulma, timbangan untuk manimbang tanaman, gembor untuk menyiram

tanaman, pacak sebagai awal untuk penanaman benih, botol aqua untuk wadah

merendam benih padi (Oryza sativa L.), tali plastik untuk mengetahui batas

penanaman benih, spanduk untuk memagari lahan.

Prosedur Kerja

a. Pengolahan lahan Padi Gogo ((Oryza sativa L.),

1. Pengolahan tanah

- Diukur lahan yang akan diolah, untuk setiap kelompok mahasiswa

berukuran 2m x 2m , Lahan harus diolah oleh kelompok mahsiswa.


Dalam satu grup praktikum terdapat 6 kelompok, dengan lay out

lahan tersaji pada gambar.

- Dibersihkan lahan dari tumbuhan liar dan bungkahan – bungkahan

tanah.

- Dicampurkan tanah secara keseluruhan dan balikkan tanah

sehingga sisa gulma terbenam.

- Diatur kedalaman pengolahan tanah antara 20-30 cm.

- Dihancurkan bongkahan – bongkahan tanah dan dirataka

permukaan tanah.

2. Pembuatan Bedengan

- Dibuat bedenganpada lahan yang telah diolah dibuat dengan

panjang 2,0 m dan lebar 2,0 m tinggi 20 cm. Agar hasilnya baik

maka digunakan ajir dan tali.

- Dibuat parit antar bedengan selebar 40 -50 cm dengan cara

menggali dan menaikkan tanah galian ke atas bedengan. Diratakan

dasar galian dengan parit hingga kedalaman 20 cm.

- Diolah tanah kembali hingga struktur tanah gembur dan diratakan

permukaan tanah pada bedengan hingga datar.

3. Pembuatan Saluran irigasi/drainse diantara bedengan

- Diperbaiki saluran yang telah dibuat diantara bedengan.

- Diratakan dasar saluran drainase, baik saluran yang membujur

maupun melintang.

- Diperdalam saluran membujur hingga kedalaman 20 cm dan

saluran melintang hingga kedalaman 40 cm.


b. Penanaman Padi Gogo

- Direndam benih padi gogo selama 15 – 30 menit.

- Biji yang mengapung di ats tidak digunakan.

- Sehari sebelum ditanam, tanahnya dibasahi terlebih dahulu.

- Ditanam benih padi dnegan cara ditugal dengan jarak 25 x 25 cm.

- Dituutp lubang tugal dnegan tanah setelah benih ditanam dan

dimasukkan ke dalam lubang tugal.

- Disiram dengan air tanah secukupnya.

c. Pemupukan

Pupuk Organik

- Diberikan pupuk organik (Kompos, pupuk kandang) dengan

ditabur diatas tanah secara larikan dengan cara ditugal atau

dimasukkan ke dalam lubang tanam.

- Diberikan sebelum penanaman sekitar 500 kg/ha – 10 kg/ha.

Pupuk Anorganik

- Diberikan pupuk dasar (Urea, TSP, dan KCL).

- Direkomendasikan dosis pupuk TSP yaitu 75 kg/ha, KCL 50 kg/ha.

- Diberikan pupuk urea untuk kelompok 2 dengan dosis 150 kg/ha.

- Urea diberikan pada 14 HST dengan 75 kg/ha dan 42 HST dengan

dosis 37,5 kg/ha dan 55 HST 37,5 kg/ha dengan cara ditugal/alur.

- TSP diberikan 1 HST dengan 75 kg/ha pada saat penanaman

dengan alur.

- KCL diberikan dengan dosis 150 kg/ha pada saat penanaman

dengan cara dicampur tanah.


d. Pemeliharaan

- Penyulaman

Penyulaman sebaiknya dilakukan agar tidak ada spot spot kosong

yang diisi oleh gulma. Penyulaman pada padi gogo sebaiknya pada

umur 7 HST.

- Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan paling ridak sebanyak 2x

atau sesuai dengan kondisi gulma di pertanaman. Penyiangan

pertama dilakukan pada 15 HST, penyiangan kedua pada 30 HST

sebelum pemberian pupuk susulan.

- Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

- Pengendalian OPT ditujukan untuk menjaga kesehatan tanaman,

agar dapat tumbuh dan berkebang dengan baik. Pengendalian OPT

dilakukan dengan terpadu : pemilihan varietas, sanitasi lingkungan,

pemberian pupuk yang berimbang, penggunaan pestisida.

- Panen

- Panen dilakukan pada padi dengan kriteria warna bulir sudah

menguning sebesar 90 – 95%dan tangkai bulir sudah benar – benar

merunduk.

e. Parameter pengamatan Tanaman

- Tinggi tanaman per rumpun

- Jumlah anakan per rumpun

- Umur Berbunga

- Bobot kering Jerami per rumpun


- Panjang Malai

- Umur Panen

- Bobot gabah kering per rumpun

- Bobot 1000 biji kering gabah.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2008. Varietas Unggul Padi Sawah 2000-
2014, Padi Pasang Surut 1981-2001, Padi Hibrida 2000-2014 dan Padi
Gogo/Ladang 1960-2002. Balai Besar Penelitian Padi (Balitpa), Sukamandi.

Departemen Pertanian. 2008a. Peningkatan Produksi Padi Menuju 2020.


Departemen Pertanian, Jakarta.

Idwar, Sri , dan Siti. Respon Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.)
Terhadap Pemupukan N, P Dan K Di Tanah Inceptisol. Seminar Nasional.
Universitas Riau. Riau.

Kosmawanuddin A. . 2000. Eksplorasi buah-buahan spesifik Kalimantan Tengah.


Buletin

Mubaroq. 2013. Pangan dan Pelestariannya. Kanisisus. Yogyakarta.

Paryogi. 2012. Masalah lapang hama penyakit hara pada padi. Pusat Penelitian
dan Pengembangan tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI.
Prasetyo, Y. T. 2003. Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Taslim, H., Partoharjdono dan Djunainah. 1989. Bercocok Tanam Padi. Dalam
Padi. Buku 2. Penyunting Ismunadji dkk. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Bogor, Hal: 481-505.

Rezkiyanti P. 2000. Uji Potensi Hasil Beberapa Galur Padi Gogo (Oryza sativa
L.) pada beberapa tingkat naungan [skripsi]. Jurusan Budidaya Pertanian.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.http://ipb.ac.id.Diakses pada tanggal 2 mei
2017.

Damardjati, D.S. 1979. Pengaruh Tingkat Kematangan Padi (Oryza sativa L.)
Terhadap Sifat dan Mutu Beras. Thesis M.S. Institut Pertanian Bogor (Tidak
dipublikasikan).

Rumiati dan Soemardi, 1982. Evaluasi Hasil Penelitian Peningkatan Mutu Padi
Dan Palawija. Risalah Tanaman Pangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Cibogo, 5-6 April 1982. Bogor.

Basyir, P., Suyamto, dan Supriyatin, 1995. Padi Gogo.Malang: Balai Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Saaludin, D. 1993. Pengaruh berbagai jarak tanam dengan jumlah benih perdapur
terhadap pertumbuhan dan hasil padi varietas arias yang ditanam secara
gogo. Majalah Universitas Jambi 30: 96-116.
Chang, J.H. 1968. Climate and Agricultural an Ecological Survey. Chicago:
Aldine Publishing Company.

Hantoro, F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian


Teknologi Pertanian Jawa Tengah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.

Toha, H..M., 2002. Padi Gogo Sebagai Tanaman Sela Perkebunan dan HTI Muda.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Tanaman
Padi. Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap.

Luh, B. S., 1991. Rice. Second Edition. Van Nostrand Reinhold. New York.

Anda mungkin juga menyukai