Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT

Oleh :
BENEDIKTUS HARYO SAPUTRA
113063C114004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2018
I. Konsep kebutuhan psikososial
1.1 Definisi kebutuhan tidur dan istirahat
Tidur adalah gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakteristikan
dengan minimnya aktivitas. Sedangkan istirahat adalah relaksasi seluruh
tubuh atau mungkin melibatkan istirahat bagian tubuh tertentu
(keperawatan dasar 2013)
1.2 Fisiologi sistem/fungsi normal sistem kebutuhan tidur dan istirahat
Aktifitas tidur berhubungan dengan mekanisme serebral yang secara
bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan
bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktifitas tidur adalah batang otak,
tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau Reticular Activating
System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional (BSR). RAS dapat
memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan serta
dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi
dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin untuk
mempertahankan kewaspadaan dan agar tetap terjaga. Pengeluaran
serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya
menyebabkan tidur. Terbangun dan terjaganya seseorang tergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perubahan fungsi sistem
kebutuhan tidur dan istirahat
a. Penyakit
Sebagian penyakit menyebabkan penderita kesulitan untuk tidur,
misalnya penyakit yang menyebabkan nyeri atau distres fisik.
b. Kelelahan
Kelelahan akibat aktifitas yang tinggi umumnya memerlukan
lebih banyak tidur untuk memulihkan kondisi tubuh. Makin lelah
sesorang, makin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat, biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
c. Lingkungan
Ada atau tidaknya stimulus tertentu dari lingkungan dapat
menghambat upaya tidur, contohnya suhu yang tidak nyaman, ventilasi
yang buruk, atau suarasuara tertentu.
d. Stres psikologis
Stres psikologis pada seseorang dapat menyebabkan ansietas atau
ketegangan dan depresi. Akibatnya pola tidur, dapat terganggu.
Ansietas dan depresi dapat meningkatkan kadar norepinefrin pada darah
melaui stimulasi sistem saraf simpatis, akibatnya terjadi pengurangan
siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga pada
saat tidur.
e. Gaya Hidup
Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Contohnya
individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya
agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
f. Motivasi
Motivasi dapat mendorong untuk tidur sehingga memengaruhi
proses tidur, misalnya seseorang ingin tidur lebih cepat agar keesokan
harinya tidak terlambat ke sekolah.
g. Stimulan, alkohol, dan obat-obatan
Contoh stimulan yang paling umum ditemukan adalah kafein dan
nikotin. Kafein dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga
menyebabkan kesulitan untuk tidur.
h. Diet dan nutrisi
Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur,
misalnya asupan protein. Asupan protein yang tinggi dapat
mempercepat proses tidur karena adanya triptofan (asam amino) hasil
pencernaan protein yang dapat mempermudah proses tidur.
1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan
tidur dan istirahat
a. Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat.
Insomnia dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1) Insomnia inisial : ketidakmampuan untuk memulai tidur
2) Insomnia intermiten : ketidakmampuan untuk tetap tertidur karena
terlalu sering terbangun
3) Insomnia terminal : ketidak mampuan untuk tidur kembali setelah
terbangun pada malam hari
b. Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan tidur
berlebihan, terutama pada siang hari, walaupun sudah mendapatkan
tidur yang cukup. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis
tertentu, misalnya gangguan pada sistem saraf, hati, atau ginjal, dan
masalah psikologis.
c. Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur atau
perilaku yang muncul pada saat seseorang tertidur. Gangguan ini
umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara
lain adalah sering terjaga misalnya tidur berjalan, gangguan transisi
bangun tidur misalnya mengigau, parasomnia yang berkaitan dengan
tidur REM misalnya mimpi buruk.
d. Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut serangan
tidur. Narkolepsis diduga merupakan suatu gangguan neurologis yang
disebabkan oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang disebabkan
oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak
terkendalinya periode tidur REM. e. Apnea saat tidur Apnea saat tidur
merupakan kondisi ketika napas terhenti secara periodik pada saat tidur.
e. Somnabulisme merupakan keadaan ketika tengah tertidur, tetapi
melakukan kegiatan orang yang tidak tidur. Penderita sering kali
melakukan tindakan motorik
f. Enuresa atau mengompol merupakan kegiatan buang air kecil yang
tidak disengaja pada waktu tidur. enuresa dapat dibagi menjadi dua,
yaitu enuresa nokturnal dan diurnal. Enuresa nokturnal merupakan
keadaan mengompol pada saat tidur dan umumnya terjadi karena ada
gangguan pada tidur NREM. Enuresa diurnal merupakan keadaan
mengompol pada saat bangun tidur
II. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan tidur dan istirahat
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur,
jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien.
b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti
membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain.
c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara
mengatasinya.
d. lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur
apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain
lain.
e. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat
mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang
menyebabkan klien mengalami gangguan tidur.
f. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental
memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan
tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan
mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres
emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami
klien.
g. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku
yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di
sekitar mata, bengkak di kclopak mata, konjungtiva
kemerahan, atau mata yang terlihat cekung.
2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur,
misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu
menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung
3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih,
atau lesu
2.1.2 Pemeriksaan fisik
a. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik,
terlihat lesu
b. Observasi penampilan wajah, seperti adanya lingkaran hitan
disekitar mata, konjungtiva kemerahan.
c. Ciri-ciri tingkah laku, seperti gelisah, bicara lambat, menguap,
seperti oleng/ sempoyongan.
d. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial,
seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan
dalam
2.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur
aktivitas listrik dalam korteks serebral (otak).
b. Elektrookulogram (EOG) Adalah alat untuk mengukur gerakan
mata dan memberikan informasi struktur asfek fisiologis tidur.
c. Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus
otot.
2.2 Diagnosa keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan pola tidur
2.2.1 Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
2.2.2 Batasan karakteristik
a. Perubahan pola tidur normal
b. Ketidakpuasan tidur
c. Menyatakan sering terjaga
d. Menyatakan tidak merasa cukup tidur
2.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Kelembaban lingkungan sekitar
c. Tidak pamiliar dengan perabotan tidur
d. Bising
e. Kurang control tidur
Diagnosa 2 : Kecemasan
2.2.4 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons
(sumber sering kali tidak diketahui oleh individu) suatu perasaan
takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi berbahaya
(Nanda, 2009)
2.2.5 Batasan karakteristik
a. Gelisah, distress
b. Tidak nyaman
c. Prilaku mencari perhatian
d. Peningkatan kewaspadaan
e. Postur tubuh, ekspresi wajah, Bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan
2.2.6 faktor yang berhubungan
a. stres ancaman kematian
b. perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
pola interaksi, pungsi peran.
c. Ancaman pada status ekonomi, pola interaksi, fungsi peran, dan
konsep diri
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1 :
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome kriteria)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x..jam diharapkan
gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil:
a. Jumlah tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
b. Pola tidur kualitas dalm batas normal
c. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional :
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Determinasi efek-efek terhadap pola tidur
c. Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
d. Instruksikan untuk memonitori waktu tidur klien
e. Monitori kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam
Diagnosa 2 :
2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome kriteria)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x..jam diharapkan
kecemasan teratasi dengan kriteria hasil:
a. Vital sign dalam mengontrol cemas
b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
c. Postur tubuh, ekspresi wajah dan tingkat aktifitas menunjukan
berkurangnya kecemasan
2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
c. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, kekuatan dan
persepsi
d. Anjurkan klien untuk Teknik relaksasi
e. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
III. Daftar pustaka
Doengos.E.Maryln,dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC
:Jakarta.
Nurarif. A.H. (2015).aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose
medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Saputra, Lyndon. (2013). penghantar kebutuhan dasar manusia. binarupa
aksra publisher : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai