SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2018 I. Konsep kebutuhan psikososial 1.1 Definisi kebutuhan tidur dan istirahat Tidur adalah gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakteristikan dengan minimnya aktivitas. Sedangkan istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin melibatkan istirahat bagian tubuh tertentu (keperawatan dasar 2013) 1.2 Fisiologi sistem/fungsi normal sistem kebutuhan tidur dan istirahat Aktifitas tidur berhubungan dengan mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat tidur dan bangun. Bagian otak yang mengendalikan aktifitas tidur adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Regional (BSR). RAS dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan serta dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kewaspadaan dan agar tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun dan terjaganya seseorang tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik. 1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perubahan fungsi sistem kebutuhan tidur dan istirahat a. Penyakit Sebagian penyakit menyebabkan penderita kesulitan untuk tidur, misalnya penyakit yang menyebabkan nyeri atau distres fisik. b. Kelelahan Kelelahan akibat aktifitas yang tinggi umumnya memerlukan lebih banyak tidur untuk memulihkan kondisi tubuh. Makin lelah sesorang, makin pendek siklus REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat, biasanya siklus REM akan kembali memanjang. c. Lingkungan Ada atau tidaknya stimulus tertentu dari lingkungan dapat menghambat upaya tidur, contohnya suhu yang tidak nyaman, ventilasi yang buruk, atau suarasuara tertentu. d. Stres psikologis Stres psikologis pada seseorang dapat menyebabkan ansietas atau ketegangan dan depresi. Akibatnya pola tidur, dapat terganggu. Ansietas dan depresi dapat meningkatkan kadar norepinefrin pada darah melaui stimulasi sistem saraf simpatis, akibatnya terjadi pengurangan siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga pada saat tidur. e. Gaya Hidup Rutinitas seseorang dapat memengaruhi pola tidur. Contohnya individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat. f. Motivasi Motivasi dapat mendorong untuk tidur sehingga memengaruhi proses tidur, misalnya seseorang ingin tidur lebih cepat agar keesokan harinya tidak terlambat ke sekolah. g. Stimulan, alkohol, dan obat-obatan Contoh stimulan yang paling umum ditemukan adalah kafein dan nikotin. Kafein dapat merangsang sistem saraf pusat sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur. h. Diet dan nutrisi Asupan nutrisi yang adekuat dapat mempercepat proses tidur, misalnya asupan protein. Asupan protein yang tinggi dapat mempercepat proses tidur karena adanya triptofan (asam amino) hasil pencernaan protein yang dapat mempermudah proses tidur. 1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem kebutuhan tidur dan istirahat a. Insomnia adalah kesukaran dalam memulai dan mempertahankan tidur sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tidur yang adekuat. Insomnia dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1) Insomnia inisial : ketidakmampuan untuk memulai tidur 2) Insomnia intermiten : ketidakmampuan untuk tetap tertidur karena terlalu sering terbangun 3) Insomnia terminal : ketidak mampuan untuk tidur kembali setelah terbangun pada malam hari b. Hipersomnia merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan tidur berlebihan, terutama pada siang hari, walaupun sudah mendapatkan tidur yang cukup. Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu, misalnya gangguan pada sistem saraf, hati, atau ginjal, dan masalah psikologis. c. Parasomnia merupakan perilaku yang dapat mengganggu tidur atau perilaku yang muncul pada saat seseorang tertidur. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain adalah sering terjaga misalnya tidur berjalan, gangguan transisi bangun tidur misalnya mengigau, parasomnia yang berkaitan dengan tidur REM misalnya mimpi buruk. d. Narkolepsi merupakan gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut serangan tidur. Narkolepsis diduga merupakan suatu gangguan neurologis yang disebabkan oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang disebabkan oleh kerusakan genetik sistem saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur REM. e. Apnea saat tidur Apnea saat tidur merupakan kondisi ketika napas terhenti secara periodik pada saat tidur. e. Somnabulisme merupakan keadaan ketika tengah tertidur, tetapi melakukan kegiatan orang yang tidak tidur. Penderita sering kali melakukan tindakan motorik f. Enuresa atau mengompol merupakan kegiatan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur. enuresa dapat dibagi menjadi dua, yaitu enuresa nokturnal dan diurnal. Enuresa nokturnal merupakan keadaan mengompol pada saat tidur dan umumnya terjadi karena ada gangguan pada tidur NREM. Enuresa diurnal merupakan keadaan mengompol pada saat bangun tidur II. Rencana asuhan keperawatan dengan gangguan kebutuhan tidur dan istirahat 2.1 Pengkajian 2.1.1 Riwayat keperawatan a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien. b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain. c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya. d. lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain. e. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur. f. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien. g. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti: 1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di kclopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung. 2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bingung 3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu 2.1.2 Pemeriksaan fisik a. Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu b. Observasi penampilan wajah, seperti adanya lingkaran hitan disekitar mata, konjungtiva kemerahan. c. Ciri-ciri tingkah laku, seperti gelisah, bicara lambat, menguap, seperti oleng/ sempoyongan. d. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam 2.1.3 Pemeriksaan penunjang a. Elektroencefalogram (EEG) adalah alat untuk mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral (otak). b. Elektrookulogram (EOG) Adalah alat untuk mengukur gerakan mata dan memberikan informasi struktur asfek fisiologis tidur. c. Elektromiogram (EMG) adalah alat untuk mengukur tonus otot. 2.2 Diagnosa keperawatan Diagnosa 1 : Gangguan pola tidur 2.2.1 Definisi Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal 2.2.2 Batasan karakteristik a. Perubahan pola tidur normal b. Ketidakpuasan tidur c. Menyatakan sering terjaga d. Menyatakan tidak merasa cukup tidur 2.2.3 Faktor yang berhubungan a. Suhu lingkungan sekitar b. Kelembaban lingkungan sekitar c. Tidak pamiliar dengan perabotan tidur d. Bising e. Kurang control tidur Diagnosa 2 : Kecemasan 2.2.4 Definisi Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber sering kali tidak diketahui oleh individu) suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi berbahaya (Nanda, 2009) 2.2.5 Batasan karakteristik a. Gelisah, distress b. Tidak nyaman c. Prilaku mencari perhatian d. Peningkatan kewaspadaan e. Postur tubuh, ekspresi wajah, Bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya kecemasan 2.2.6 faktor yang berhubungan a. stres ancaman kematian b. perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, pungsi peran. c. Ancaman pada status ekonomi, pola interaksi, fungsi peran, dan konsep diri 2.3 Perencanaan Diagnosa 1 : 2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil (outcome kriteria) Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x..jam diharapkan gangguan pola tidur teratasi dengan kriteria hasil: a. Jumlah tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari b. Pola tidur kualitas dalm batas normal c. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat 2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : a. Ciptakan lingkungan yang nyaman b. Determinasi efek-efek terhadap pola tidur c. Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur d. Instruksikan untuk memonitori waktu tidur klien e. Monitori kebutuhan tidur klien setiap hari dan jam Diagnosa 2 : 2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil (outcome kriteria) Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..x..jam diharapkan kecemasan teratasi dengan kriteria hasil: a. Vital sign dalam mengontrol cemas b. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas c. Postur tubuh, ekspresi wajah dan tingkat aktifitas menunjukan berkurangnya kecemasan 2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional a. Gunakan pendekatan yang menenangkan b. Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan c. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, kekuatan dan persepsi d. Anjurkan klien untuk Teknik relaksasi e. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien III. Daftar pustaka Doengos.E.Maryln,dkk. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC :Jakarta. Nurarif. A.H. (2015).aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Saputra, Lyndon. (2013). penghantar kebutuhan dasar manusia. binarupa aksra publisher : Jakarta