Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana Medis Cedera Otak Ringan dan Fraktur

Oleh Ages Setia Rahayu, 1706977866, FG 2

Penjelasan Mindmap

 Cedera otak
 Dari tempat kejadian cedera, pasien dipindahkan menggunakan long spine
board dengan posisi kepala dan leher dipertahankan sejajar dengan sumbu
tubuh. Lalu, pasang kolar servikal sampai diperoleh hasil pemeriksaan yang
membuktikan tidak ada cedera servikal. Selanjutnya, penatalaksanaan
mencakup kontrol tekanan intrakranial dengan oksigenasi yang adekuat,
dukungan ventilasi, pencegahan kejang, elevasi kepala tempat tidur,
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, pemenuhan nutrisi,
penanganan nyeri dan ansietas (Smeltzer, 2013).
 Cedera otak terbagi ringan, sedang, sampai berat. Sesuai kasusnya yaitu
diagnosis concussion dengan GCS 15 termasuk kedalam cedera otak ringan.
 Penatalaksanaan cedera otak ringan di instalasi darurat yaitu:
1. Stabilisasi Airway, Breathing, Circulation (ABC) dan Disabilitas/status
neurologis (tingkat kesadaran seperti GCS/AVPU dan kondisi pupil) serta
Exposure (inspeksi jejas, deformitas, gerakan ekstremitas).
Stabilisasi kardiopulmoner penting karena keadaan hipoksemia, hipotensi,
dan anemia akan cenderung menghasilkan prognosis yang lebih buruk.
2. Anamnesis fisik dan diagnostik
Mencakup foto polos tengkorak (X-Ray), CT Scan, angiografi serebral.
3. Pemeriksaan radiologis, sesuai indikasi
4. Pemeriksaan lab: darah lengkap dan gula darah sesuai indikasi
5. Tx. Simptomatik + antibiotik sesuai indikasi
Pengobatan antiedemaserebri, anti kejang (phenytoin, diazepam), natrium
bikarbonat.
6. Lapor jaga bedah saraf
 Penatalaksanaan cedera otak ringan di rawat inap yaitu:
o Infus 0,9 NS 1,5 ml/kgBB/jam
o Puasa 6 jam
Bila kemudian tidak mual/muntah serta tetap sadar baik tanpa gejala
neurologis maka boleh minum dan makan.
o Obat simptomatik IV
Pengobatan antiedemaserebri, anti kejang (phenytoin, diazepam), natrium
bikarbonat.
o Observasi ketat setiap 15-30 menit selam 6 jam pertama
o Catat keadaan vital dan neurologis
Pemeriksaan neurologis mencakup renspons mata, motorik, verbal,
pemeriksaan pupil, refleks okulosefalik, refleks okuloves tubuler. Penilaian
neurologis kurang bermanfaat bila TD rendah (syok).

(Tim Neurotrauma, 2014)


 Fraktur
 Reduksi berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi manual dengan alat
yang digunakan yaitu traksi, bidai, gips. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah menggunakan alat fiksasi interna seperti pin, kawat, sekrup, plat, paku.
 Selanjutnya, Imobilisasi memiliki tujuan untuk menahan tulang tetap pada
posisi yang tepat dan sejajar sampai penyatuan kembali serta mengembalikan
status neurovaskuler meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan.
Perkiraan waktu imobilisasi yang dibutuhkan adalah sekitar 3 bulan.
 Latihan isometrik merupakan suatu latihan dimana otot berkontraksi tanpa
disertai gerakan/perubahan pada sendi. Latihan ini bertujuan untuk
meminimalkan atrofi dan meningkatkan sirkulasi.

Referensi

Nurarif, A.H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan keperawatan praktis jilid 1.


Jogjakarta: Mediaction.

Smeltzer, S., Bare, B. G., Hinkle, J. L., Cheever, K. H. (2013). Brunner & Suddath’s
Textbook of Medical-surgical Nursing, 12th ed. Philadelphia : Lippincott
Williams & Willkins.

Tim Neurotrauma. (2014). Pedoman tatalaksana cedera otak. Edisi kedua.


Surabaya: RSUD dr. Soetomo.

Anda mungkin juga menyukai