Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian dan Tujuan Analisis Laporan keuangan

2.1.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan perlu dilakukan untuk menerjemahkan kondisi keuangan


perusahaan yang tersaji dalam laporan keuangan. Menurut Syamsudin dalam Sha (2007:30)
“Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan perhitungan ratio-ratio
untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinan di masa
depan”. Sedangkan menurut Munawir (2010:2) Analisis Laporan Keuangan adalah
“Penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecendrungan (trend)
untuk menetukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang
bersangkutan”. Menurut Subramanyam (2013:4):
Analisis Laporan Keuangan (financial statement analysis) adalah aplikasi dari alat dan teknik
analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data-data yang berkaitan untuk
menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah
suatu perhitungan rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menelaah laporan keuangan
dan perkembangan keadaan keuangan perusahaan.
2.1.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Kasmir (2013:68) adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta,
kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan
yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
10
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyelenggaraan
atau tidak karena sudah di anggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang
mereka capai.

Tujuan analisis laporan keuangan menurut Harahap (2008:195) adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari
laporan keuangan biasa.
2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan
atau yang berada dibalik laporan keuanga (implicit).
3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandug di dalam laporan keuangan.
4. Dapat membogkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubugan dengan suatu
laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun
kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-
teori yang terdapat di lapagan seperti untuk prediksi, peneingkatan (rating).
6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan. Dengan
perkataan lain apa yang dimaksud dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisa
laporan keuangan juga anatar lain:
a. Dapat menilai prestasi perusahaan
b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan
c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:
posisi keuangan (asset, neraca dan modal), hasil usaha perusahaan (hasil dan biaya),
likuiditas, solvabilitas, aktifitas, rentabilitas atau profitabilitas, indikator pasar modal.
d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu.
e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana.
7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal
dalam dunia bisnis.
8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode
sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.
9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi
keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
10. Bisa juga diprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan
datang.
11
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan keuangan adalah untuk
mengetahui laporan posisi keuangan suatu perusahaan agar mempermudah pihak manajemen
untuk mengambil keputusan.
2.2 Analisis Rasio Keuangan

2.2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis Rasio Keuangan suatu perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan dan
perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Menurut Munawir
(2010:64) “Analisis rasio keuangan adalah suatu alat analisa hubungan dari berbagai pos
dalam suatu laporan keuangan yang merupakan dasar untuk menginterpretasikan kondisi
keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan”. Sedangkan menurut Kasmir (2013:104)
“analisis rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainya.” Dan menurut
Murhadi (2015:56) “Analisa Rasio digunakan dengan cara membandingkan suatu angka
tertentu pada suatu akun terhadap angka dari akun lainnya”.
Dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk
menganalisis suatu hubungan antara pos-pos laporan keuangan dengan membandingkan
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan.

2.2.2 Jenis-jenis Rasio keuangan

2.2 Rasio Likuiditas


Merupakan aset yang di perdagangkan dipasar aktif sehingga dapat dikonversi dengan
cepat menjadi kas pada hara pasar yang berlaku, sedangkan “posisi likuiditas” suatu perusahaan
berkaitan dengan kemampuan perusahaan melunasi hutangnya ketika utang tersebut jatuh tempo
ditahun berikutnya. Suatu analisis likuiditas penuh membutuhkan penggunaan anggaran kas,
tetapi dengan menghubungkan kas dan aset lancar lainnya dengan kewajiban lancar, analisis rasio
memberikan likuiditas yang cepat dan mudah digunakan

a. Rasio Lancar
Rasio likuiditas yang utama adalah rasio lancar (current rasio) yang dihitung
dengan membagi aset lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan sejauh apa
kewajiban ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu
dekat. Rasio lancar denyatakan seperti berikut ini :

Aset lancar
Rasio lancar =
Kewajiban lancar
Aset lancar meliputi kas, efek yang dapat diperdagangkan, piutang usaha, dan persediaan.
Kewajiban lancar terdiri atas utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang lancar jangka
panjang, pajak, dan gaji yang masih harus dibayar.
Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan, perusahaan mulai lambat membayar
tagihamn (utang usaha), pinjaman bank, dan kewajiban lainnya yang akan meningkatkan
kewajiban lancar. Jika kewajiban lancarnaik lebih cepat daripada aset lancar, rasio lancar akan
turun, dan merupakan pertanda adanya masalah.

b. Quick Ratio atau Acid Test

rasio likuiditas kedua yang sering digunakan adalah Quick Ratio atau Acid Test
yang dihitung dengan mengurangi persediaan aset lancar.kemudian membagi sisanya
dengan kewajiban lancar seperti berikut ini:

aset lancar - persediaan


rasio cepat atau acid test =
kewajiban lancar

persediaan pada umumnya merupakan aset lancar perusahaan yang paling tidak liquid
sehingga p ersediaan merupakan aset. Dimana kemungkingkinan besarakan terjadi
kerugian jika likuidasi. Oleh karena itu, rasio yang mengukur kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya tanpa mengandalkan
penjualan persediaan sangat penting artinya.

2.3 Rasio Manajemen Aset

rasio asset management (asset management ratios) yang akan mengukur seberapa
efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio-rasio aset manajemen akan menjawab
pertanyaan, “apakah jumlah setiap jenis aset terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah
jika dilihat dari penjualan saat ini dan proyeksinya ketika perusahaan mengakuisisi aset?”
Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aset, maka biaya modalnya terlalu tinggi dan
labanya akan tertekan. Di lain pihak, jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan
akan hilang

a. Rasio perputaran persediaan

Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) adalah rasio di mana


penjualan dibagi dengan aset. Sesuai dengan namanya rasio ini menunjukkan berapa kali pos
tersebut berputar sepanjang tahun. Jadi rasio perputaran persediaan (Inventory Turnover
Ratio) dinyatakan sebagai penjualan dibagi dengan persediaan, bila dinyatakan dalam rumus
adalah sebagai berikut :

Rasio perputaran persediaan = Penjualan

Persediaan
Dengan perputaran yang begitu rendah, perusahaan mungkin memimilki barang-barang usang
yang nilainya lebih rendah daripada nilai yang tercatat. Akan timbul suatu masalah ketika
menghitung dan menganalisis rasio perputaran persediaan. Penjualan dinyatakan berdasarkan
harga pasar. Jadi, jika persediaan dicatat pada harga perolehan, seperti yang biasanya
dilakukan, perputaran yang dihitung lebih besar dari rasio perputaran yang sebenarnya.

b. Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih

Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih (days sales outstanding) atau disebut juga
periode penagihan rata-rata (average collection period) adalah rasio yang digunakan untuk
menilai piutang usaha. Dihitung dengan membagi piutang usaha dengan hari penjualan rata-
rata untuk mencari berapa hari penjualan terikat dalam piutang usaha. Rasio Jumlah Hari
Penjualan Belum Tertagih mencerminkan lamanya waktu rata-rata perusahaan harus
menunggu setelah melakukan penjualan dan belum menerima kas. Dihitung dengan :

Jumlah hari yang belum tertagih= Piutang = piutang

Rata-rata penjualan per hari penjualan pertahun/365

Beberapa analisis menggunakan 360 hari dalam setahun dan jika menggunakan 360 hari
maka bila menggunakan contoh laporan keuangan perusahaan tbk di atas, nilainya akan
sedikit lebih rendah, yaitu 45 hari. Rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih, juga dapat
di-evaluasi melalui perbandingan dengan persyaratan perusahaan dalam melakukan penjualan
kredit. Misalnya, persyaratan penjualan perusahaan dalam contoh di atas yang meminta
pembayaran dalam waktu 30 hari sehingga fakta bahwa 46 hari penjualan belum tertagih,
bukannya 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pelanggan tidak melunasi
tagihannya. Keadaan seperti ini mengambil dana perusahaan yang seharusnya dapat
digunakan untuk mengurangi pinjaman atau jenis modal lain yang mahal biayanya.
Tambahan lagi, dengan rata-rata rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih yang tinggi,
kemungkinan besar sejumlah pelanggan sangat terlambat melakukan pembayarannya dan
pelanggan tersebut bisa jadi sedang dalam masalah keuangan.

Jadi, bila tren rasio Jumlah Hari Penjualan Belum Tertagih selama beberapa tahun terakhir
mengalami peningkatan, tapi kebijakan kredit belum berubah. Maka ini akan menjadi bukti
yang kuat untuk mengambil langkah-langkah yang dapat mempercepat penagihan piutang
usaha

c. Rasio Perputaran Aset Tetap

Rasio manajemen aset berikutnya adalah Rasio Perputaran Aset Tetap (fixed asset
turnover ratio) adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik
dan peralatannya. Rasio ini menghitung rasio penjualan terhadap aset tetap bersih.

Bila dituliskan dalam sebuah adalah sebaga berikut :


Penjualan
Rasio perputaran aset =
Aset tetap bersih

Potensi masalah yang akan timbul bila kita meng-interpretasikan Rasio Perputaran Aset
Tetap. Aset tetap disajikan pada neraca berdasarkan harga perolehan historisnya, kemudian
dikurangi dengan penyusutan. Inflasi menyebabkan banyak nilai aset yang dibeli di masa lalu
menjadi berbeda nilainya dengan saat ini.Oleh karena itu, jika kita membandingkan antara
perusahaan lama yang telah lama membeli sebagian besar aset tetapnya bertahun-tahun yang
lalu pada harga rendah. Dan perusahaan baru dengan operasi yang sama, dan baru membeli
aset tetapnya, maka kemungkinan kita akan menemukan bahwa perusahaan lama memiliki
Rasio Perputaran Aset Tetap yang lebih tinggi. Hal ini hanya mencerminkan kondisi yang
diakibatkan oleh kapan aktiva tersebut dibeli dari pada ketidakefesienan di pihak perusahaan
baru.

d. Rasio Perputaran Total Aset

Rasio manajemen aset (asset management ratios) yang terakhir adalah rasio
perputaran total aset ( total assets turnover ratio), yaitu mengukur perputaran seluruh aset
perusahaan, dan dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset.

Jadi rumus total assets turnover ratio adalah sebagai berikut :


penjualan

Rasio perputaran total aset =

Total aset

2.4 Rasio Manajemen Hutang

Debt Ratio adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan mengandalkan hutang untuk membiayai asetnya. Rasio Hutang ini
dapat menunjukan proporsi hutang perusahaan terhadap total aset yang
dimilikinya. Para Investor dapat menggunakan Rasio Hutang atau Debt Ratio ini
untuk mengetahui berapa banyak hutang yang dimiliki oleh perusahaan
dibandingkan dengan asetnya. Kreditur juga dapat mengukur seberapa tinggi risiko
yang diberikan kepada suatu perusahaan. Semakin tinggi rasionya, semakin besar
pula risiko yang terkait dengan operasional perusahaan. Sedangkan rasio utang
yang rendah mengindikasikan pembiayaan konservatif dengan kesempatan untuk
meminjam di masa depan tanpa risiko yang signifikan. Rendahnya Rasio Hutang
juga memiliki arti hanya sebagian kecil aset perusahaan yang dibiayai dari Hutang.
Rasio Hutang (Debt Ratio) hampir sama dengan Rasio Hutang terhadap Ekuitas,
hanya saja dihitung dalam cara yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai