Anda di halaman 1dari 3

Konsep Silaturahmi dalam menyampaikan ajaran Aswaja pada Kader-Kader

Milenial

oleh: Nuzulul Rahmah (Rayon MIPA Komisariat UNEJ)

Silatururrahmi merupakan kata yang sering kita dengar dan populer di


khalayak umum. Menurut KBBI, silaturrahmi merupakan tali persaudaan. Namun
dalam bahasa arab, silaturahmi merupakan kata majmuk yang terdiri dari kata shillah
(merupakan mashdar dari kata washola yang artinya ‘mencapai’ atau ‘menyambung’)
dan ar-rohim (kasih sayang).banyak pendapat para pakal al-qur’an yang mengartikan
kata silaturahmi dengan makna yang berbeda-beda, namun jika kita menyimpulkan
hal terpenting dari kata silaturahmi adalah memberikan kasih sayang ke pada
makhluk-makhluk Alloh yag lain. Apapun makna yang kita berikan terhadap kata
silaturahmi, yang jelas silaturahmi menuntut adanya komunikasi, jalinan hubunga,
bahkan network. Silaturahmi mengisyaratkan keharmonisan hubungan dan
kekuatannya, di samping pencairan yang beku dan penghangatan yang dingin. Dalam
menghadapi kondisi apapun, hendaknya setiap insan tetap menjaga silaturahmi sesuai
tingkat objek yang dihadapi, hal ini berarti bahwa bentuk silaturahmi dapat
bermacam-macam, namun kesemuanya tidak keluar dari rahmat dan kasih sayang,
sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk tegur sapa, surat –menyurat, hubungan
telepon/ media sosial, pertukaran hadiah, dan tentu lebih-lebih lagi kerja sama
harmonis guna menyebarluaskan kasih sayang yang menyeluruh.

Sebagai warga pergerakan yang berbasis islam, bentuk-bentuk silaturahmi


dapat digunakan dalam sebelum, dan sedang proses kaderisasi. Sehingga hasil
kaderisasi tersebut mampu membentuk karakter kader yang lebih baik. Banyak
pendapat yang mengartikan kaderisasi berbeda, menurut KBBI kaderisasi berawal
dari kata “kader” yang berarti “orang yang diharapkan akan memeganf peran penting
dalam sebuah organisasi”, dengan demikian kaderisasi dapat dimaknai proses dalam
membentuk kader-kader baru dalam sebuah organisasi. Bung Hatta pernah berkata
‘kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit guna menghasilkan pemimpin di
masa depan, maka pemimpin pada massanyamemimpin harus mampu menanam’.
Proses-proses kaderisasi dapat dilakukan dengan skema pengkaderan, yaitu:
rekrutmen, pembentukan, pemberdayaan, sistem kontrol, penyediaan pelaku
kaderisasi, dan terus mengalir seperti itu. Dari skema kaderisasi tersebut kita dapat
mengetahui bahwa hal yang terpenting dari sebuah kaderisasi adalah pola
berinteraksi/berkominakasi antara pengkader dan yang dikader. Sehingga bentuk-
bentuk silaturahmi mampu menyongsong proses kaderisasi.

Sidang komisi Organisasi Muktamar ke-33 NU yang berlangsung di Pondok


Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, Jombang, menetapkan bahwa PMII sebagai
salah satu Badan Otonom (Banom) NU. Ketetapan tersebut memberikan amanah
tersendiri untuk kita sebagai warga pergerakan untuk konsisten mendakwahkan
ajaran-ajaran dan prinsip-prinsip Aswaja An-Nahdliyyah. Cara terbaik untuk
menyebarkan dakwah ajarah Aswaja An-Nahdliyyah melalu proses kaderisasi, dari
proses perekrutan hingga pembentukan penyediaan pelaku kaderisasi kita harus
memeberikan pemahamam konsep ajaran aswaja An-Nahdliyyah.

Kita jug harus ingat, dalam proses penyampaian ajaran aswaja An-Nahdliyyah
kita harus menjaga silaturahmi (komunikasi) terhadap orang yang kita kader.
Bahwasanya silaturrahmi harus disesuaikan terhadap siapa berkomunikasi
(tergantung objek). Kita mengetahui bahwa kita hidup di abad 20, dimana banyak
menyebut bahwa orang-orang yang terlahir pada abad ke-20 ini dengan sebutan
kalangan ‘milenial’. Kata milenial sendiri sebenarnya berasal dari kata ‘milenium’
yang artinya jangka waktu seribu tahun. Artinya generasi milenial adalah
sekolompok orang-orang yang melewati milenium kedua (2000). Menurut Wikipedia,
karakteristik generasi milenial umumnya ditandai dengan adanya peningkatan
penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi. Kaum milenial
juga dapat dilihat dimana dunia modern dan teknologi canggih diperkenalkan publik.
Milenial datang usia dalam waktu dimana industri hiburan mulai terpengaruh oleh
internet dan perangkat seluler.

Banyak strategi dakwah yang mampu diterapkan dengan menggunakan


konsep silaturrahmi untuk menyampaikan ajaran aswaja An-Nahdliyyah, terutama di
kalangan milenial. Salah satu caranya dengan cara mengetahui dan menyesuaikan
pola serta gaya hidup mereka. Generasi milenial lebih berminat dan menyukai jenis
komunikasi dua arah seperti dialog, dan yang lainnya. Komunikasi dua arah dapat
dilakukan dengan duduk bersama dalam satu meja dengan menikmati kopi dan
melakukan NGOPI (Ngolah Pikiran) dengan berdiskusi mengenai suatu pokok
permsalahan yang sesuai dengan khittah ahlus sunnah wal jama’ah.

Konsep silaturrahmi tidak hanya bida dilakukan secara face to face, namun
bisa melalui jejaring media internet dan media sosial. Untuk saat ini media sosial
menjadi kebutuhan bagi kaum milenial, baik untuk kegiatan pembelajaran,
pendidikan maupun untuk hubungan sosial. Maka kita sebagai pengkader harus lebih
pintar dalam menggunakan media sosial untuk menyebarkan ajara-ajaran ahlus
sunnah wal jama’ah. Caranya, dengan sering-sering membuat konten positif media
sosial, atau bisa juga dengan live streaming disaat melakukan NGOPI, sehingga tidak
hanya kader yang mengikuti kegiatan NGOPI yang mendapatkan ajaran ahlsus
sunnah wal jamaah, namun orang-orang yang melihatnya juga mampu mengambil
pelajaran dari live streaming tersebut.

Anda mungkin juga menyukai