Anda di halaman 1dari 6

MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

METODE PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN


Dosen pengampu : Rina Marlina, S.SiT., MKM

Disusun oleh

Kelompok 11

Lela Sopia 1710630100027

Sandra Dea Monica 1710630100047

PRROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, makalah tentang hubungan majelis kode etik dalam pelayanan
kebidanan dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat
berdasarkan informasi yang kami terima dari berbagai sumber.

Kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini kami harapkan dari
instruktur, mahasiswa dan pihak lain yang menaruh perhatian terhadap kemajuan
dan perkembangan Pendidikan Ilmu Kebidanan dalam menyempurnakan makalah
ini.

Dan akhirnya kami mengucapkan terima kasih pada sumber-sumber yang


telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Demikian makalah ini kami
buat dengan sebaik-baiknya.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam
segala bidang serta meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengaruh pula
terhadap meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan kebidanan. Hal ini merupakan tantangan bagi profesi
kebidanan dalam mengembangkan profesionalisme selama memberi pelayanan
yang berkualitas. Kualitas pelayanan yang tinggi memerlukan landasan
komitmen yang kuat dengan basis pada etik dan moral yang tinggi. Oleh karena
itu pemahaman yang mendalam tentang etika dan moral serta penerapannya
menjadi bagian yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan asuhan
keperawatan atau kebidanan dimana hak - hak pasien selalu menjadi
pertimbangan dan dihormati.
Jika terjadi suatu kesalah fahaman atau ketidakpuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan bidan / TENKES, bidan berhak menerima
perlindungan hukum dari Majelis Pertimbangan Etika Bidan, atau Majelis
Pertimbangan Etika Profesi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan majelis pertimbangan etika profesi ?
2. Apa yang dimaksud dengan majelis etika pertimbangan bidan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengertahui pembahasan tentang majelis pertimbangan etika
profesi.
2. Untuk mengetahui pembahasan tentanng etika pertimbangan bidan.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Majlis pertimbangan etik dan kode etik kebidanan
Dasar penyusunan majelis pertimbangan etika profesi adalah majelis
pembinaan dan pengawasan etik pelayanan medis (MP2EPM), yang meliputi:
1. Kepmenkes RI no.554/Menkes/Per/XII/1982.
Memberikan pertimbangan, pembinaan dan melaksanakan pengawasan
terhadap semua profesi tenaga kesehatan dan sarana pelayanan medis.
2. Peraturan pemerintah Ni.1 tahun 1988 Bab V pasal 11
Pembinaan dan pengawasan terhadap dokter, dokter gigi dan tenaga
kesehatan dalam menjalankan profesinya dilakukan oleh mentri kesehatan
atau pejabat yang ditunjuk.
3. Surat keputusan mentri kesehatan No,640/Menkes/Per/x/1991, tentang
pembentukan MP2EPM
Dasar majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) adalah sebagai
berikut:
a. Pasal 4 ayat 1 uud 1945
b. Undang undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan diganti dengan uu
no 36 tahun 2009
c. Keputusan presiden tahun 1995 tentang pembentukan MDTK
Tugas majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK) adalah meneliti
menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam
menerapkan stadar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
A. Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Pusat

1. Memberi pertimbangan tentang etik dan standar profesi tenaga kesehatan


kepada menteri.
2. Membina, mengembangkan dan mengawasi secara aktif pelaksanaan kode
etik kedokteran gigi, perawat,bidan, sarjana farmasi dan rumah sakit.
3. Menyelesaikan persoalan, menerima rujukan dan mengadakan konsultasi
dengan instansi terkait
4. MP2EPM pusat atas mentri yang berwenang mereka yang ditunjuk
mengurus persoalan etik tenaga kesehatan.
B. Tugas dan Wewenag MP2EPM Wilayah Profinsi

1. Menerima dan memberi pertimbangan, mengawasi persoalan kode etik ,


dan mengadakan konsultasi dengan instansi terkait dengan persoalan kode
etik.
2. Memberi nasehat, membina dan mengembangkan serta mengawasi secara
aktif etik profesi tenaga kesehatan dalam wilayahnya bekejasama dengan
organisasi profesi seperti IDI, PDGI, PPNI, IBI, ISFI, PRS2I.
3. Memberi pertimbangan dan saran kepada instansi terkait.
4. MP2EPM propinsi atas nama kepala kantor Wilayah Departemen
Kesehatan Profinsi berwenang memanggil mereka yang bersangkutan
dalam suatu etik profesi.

C. Majelis Etika Profesi Bidan


Pengertian majelis etika profesi adalah merupakan badan perlindungan
hukum terhadap para bidan sehubungan dengan adanya tuntutan dari klien
akibat pelayanan yang diberikan dan tidak melakukan indikasi penyimpangan
hukum. Realisasi majelis etika profesi bidan adalah dalam bentuk majelis
pertimbangan etika bidan (MPEB) dan majelis pembelaan anggota (MPA).
Latar belakang dibentuknya majelis pertimbangan Etika Bidan atau MPEB
adalah adanya unsur unsur pihak pihak terkait :
1. Pemeriksaan pelayanan untuk pasien
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Tenaga pemberi, yaitu bidan.

Pelaksanaan tugas bidan dibatasi oleh norma etiaka dan agama. Tetapi apabila
ada kesalahan dan menimbulkan konflik etik maka diperlukan wadah untuk
menentukan standar profesi,prosedur yang baku dan kode etik yang disepakati,
maka perlu dibentuk majelis etika bidan, yaitu MPEB dan MPA.

Tujuan dibentuknya majelis etika bidan adalah untuk


memberikan perlindungan yang seimbang dan objektif kepada bidan dan
penerima pelayanan. Lingkup majelis etika kebidanan meliputi:

a. Melakukan peningkatan fungsi pengetahuan sesuai standar profesi pelayanan


bidan (Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/Tahun 2002.
sekarang kepmenkes 369/Menkes/SK/III/2007
b. Melakukan supervisi lapangan,termasuk tentang tehnis,dan pelaksanaan
praktik,termasuk penyimpangan yang terjadi.apakan pelaksanaan praktik
bidan sesuai dengan Standar Praktik Bidan,Standar Profesi dan Standar
Pelayanan Kebidanan,juga batas-batas kewenangan bidan.
c. Membuat pertimbangan bila terjadi kasus-kasus dalam praktik kebidanan.
d. Melakukan pembinaan dan pelatihan tentang hukum kesehatan,khususnya
yang berkaitan atau melandasi praktik bidan.
Pengorganisasian Majelis Etik Kebidanan,adalah sebagai berikut:
a. Majelis Etik Kebidanan merupakan lembaga organisasi yang mandiri,
otonom dan nonstruktural.
b. Majelis etik Kebidanan dibentuk ditingkat propinsi dan pusat.
c. Majelis Etik Kebidanan pusat berkedudukan di Ibukota negara dan Majelis
Etik Kebidanan propinsi berkedudukan di ibukota propinsi.
d. Majelis Etik Kebidanan pusat dan propinsi dibantu oleh sekretaris.
e. Jumlah anggota masing-masing terdiri dari lima orang.
f. Masa bakti anggota Majelis Etik Kebidanan selama tiga tahun dan
sesudahnya,jika berdasarkan evaluasi masih memenuhi ketentuan yang
berlaku,maka anggota tersebut dapat dipilih kembali.
g. Anggota Majelis Etik Kebidanan diangkat dan diberhentikan oleh Mentri
Kesehatan.
h. Sususunan organisasi Majelis Etik Kebidanan terdiri dari :
1) Ketua dengan kualifikasi mempunyai kompetensi tambahan di bidang
hukum.
2) Sekretaris merangkap anggota.
3) Anggota Majelis Etik Bidanan

Tugas Majelis Etik kebidanan,adalah meliputi :


a. Meneliti dan menentukan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian
dalam menetapkan standar profesi yang dilakukan oleh bidan.
b. Penilaian didasarkan atas permintaan pejabat,pasien,dan keluarga yang
dirugikan oleh pelayanan kebidanan.
c. Permohonan secara tertulis dan disertai data-data.
d. Keputusan tingkat propinsi bersifat final dan bisa konsul ke Majelis Etik
Kebidanan pada tingkat pusat.
e. Sidang Majelis Etik Kebidanan paling lambat tujuh hari,setelah diterima
pengaduan. Pelaksanaan sidang menghadirkan dan minta keterangan dari
bidan dan saksi-saksi.
f. Keputusan paling lambat 60 hari,dan kemudian disampaikan secara
tertulis kepada pejabat yang berwenang.
g. Biaya dibebankan pada anggaran pimpinan pusat IBI atau pimpinan
daerah IBI di tingkat propinsi.

Anda mungkin juga menyukai