KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas
90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam“ karena orang
dengan hipertensi sering ridak menampakkan gejala (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam Masriadi
(2016), hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan
tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana
darah normal.Tekanan darah sistolik adalah tekana puncak yang
tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Tagor, (2003) dalam Wijaya & Putri, (2013), hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan
darah yang disebabkan satu atau beberapa factor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal.(Wijaya & Putri, 2013). Menurut JNC hipertensi terjadi
apabila tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg.
2. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat
diketahuin penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai
sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an
dan 50-an dan secara bertahap “menetap” pada suatu saat dapat
juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau
“maligna” yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan
cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat –
obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan
menurut Robbins (2007), beberpa faktor yang berperan dalam
hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan
pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas
fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya &
Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa
kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan
aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral
dan kartikosteroid.
4. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut
serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Di antaranya adalah faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol,
kopi, obat –obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang.Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan
ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri,
(2013). Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di
otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap neropinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi (Brunner &
Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi.Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasonkonstriktor pembuluh
darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.Semua factor tersebut cendrung pencetus keadaan
hipertensi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Perubahan struktural dan fungsional pada sitem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang di pompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013)
5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan
apapunselain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukanperubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat ( kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil
(edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik
yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,
2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
6. Penatalaksanaan
Ridwanamirudin (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan
non farmakologi terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
a. Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi
obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
b. Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat
menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic
sebanyak 2,5 mmHg.
c. Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari
pada mereka yang tidak meminum berakohol.
d. Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan
diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk,
apel,kacang-kacangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yamg cukup.
e. Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok
memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
f. Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang
tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode
stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang
sangat tinggi.
g. Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada
prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah
untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua
jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain
maka risiko hipertensi dapat ditekan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN
terakhir adalah S1
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan Utama
orang anak dan sudah menikah semua dan tinggal dalam satu
rumah.
Riwayat Keluarga
(Genogram)
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
: Ibu kandung pasien (penderita hipertensi)
kandung
dideritanya.
rumah sakit.
e. Sistem kepercayaan
5. Pola Kebiasaan
a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit (di
rumah)
Pasien mengatakan saat di rumah nafsu makannya
harinya.
RL sebanyak 20 tetes/menit.
Input :
Infus = 1500cc
Minum = 1680 cc
= 3180 cc
Output :
Feses = 300 cc
Urine = 1680 cc
IWL = 1050 cc
= 3030 cc
b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit (di rumah)
Pasien mengatakan buang air kecil sebanyak 5 kali sehari
besar.
tidak ada alat bantu untuk proses buang air kecil. Pasien
keluarga.
b. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata tidak ada edema, pergerakan
tanda-tanda peradangan.
c. Sistem Pendengaran
Daun telinga simetris antara kiri dan kanan, fungsi pendengaran
pendengaran.
d. Sistem wicara
Pasien berbicara jelas dan menjawab sesuai dengan pertanyaan
e. Sistem Pernapasan
1) Inspeksi
Bentuk dada normo chest, gerakan dada simetris kiri dan
2) Palpasi
Pada trakea tidak ada deviasi dan ekspansi dada simetris
3) Perkusi
Bunyi perkusi sonor di interkostal 1, 2, 3, 4, 5, 6
4) Auskultasi
Suara napas vessikuler dan normal pada area lapang paru.
f. Sistem kardiovaskuler
1) Inspeksi
Tidak ada sianosis central dan perifer, tidak ada
2) Palpasi
Nadi pasien 90x/menit, ictus cordis teraba pada intercostal
3) Perkusi
Bunyi dullnes pada interkostal 3, 4, 5
sinistra.
4) Auskultasi
Tekanan darah pasien 180/100 mmHg dan bunyi jantung
g. sistem pencernaan
1) Inspeksi
Pada mulut tampak gigi kotor, berlubang dan ada caries,
2) Auskultasi
Suara bising usus terdengar 10
x/menit.
3) Perkusi
Abdomen terdengar suara
timpani.
4) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan lepas pada abdomen, tidak ada
h. Sistem Neurologi
Kesadaran compos mentis, GCS 15 (E 4, V 5, M 6) tidak
i. Sistem Urogenital
Palpasi kandung kemih tidak distensi, perkusi ginjal tidak ada
j. Sistem Hematologi
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid
maupun limfa.
k. Sistem Integumen
Kulit terlihat tidak pucat, tidak ada sianosis, turgor
terjadi peradangan.
l. Sistem Musculoskeletal
Tidak ada deformitas tulang maupun sendi, tidak adanya edema
keluarga.
Kekuatan otot :
4 4
4 4
7. Data Penunjang
a. Laboratorium
No. Nama Pemeriksaan Hasil Nilai
Rujukan
1 Gula darah sewaktu 89 70-
120mg/dl
2 Hematokrit 39 Lk:37-47% Pr:40-54%
3 HB 13,8 Lk: 13,0-18,0 gr/dl
Pr: 12,0-16,0 gr/dl
4 Leukosit 4.700 4.000-10.000 mm3
5 Trombosit 198.000 150.000-400.000t/mm3
8. Penatalaksanaan Obat
DO:
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak tidur > 1 jam
3. Pasien tampak asyik mengobrol
dengan keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan
No Perencanaan
Tanggal Rasional
Dx NOC NIC
1 Indikator Pengendalian Nyeri: Manajemen Nyeri : 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-
1: Tidak pernah 1. Lakukan pengkajian nyeri secara tanda nyeri sehingga dapat menentukan
2: Jarang komprehensif termasuk lokasi, intervensi selanjutnya
3: Kadang-kadang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan 2. Mengetahui respon pasien terhadap nyeri
4: Sering faktor presipitasi 3. Menumbuhkan sikap saling percaya
5: Selalu 2. Observasi reaksi nonverbal dari 4. Dukungan yang cukup dapat menurunkan
ketidaknyamanan reaksi nyeri pasien
Kriteria Hasil : 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik 5. Menurukan rasa nyeri pasien
1. Mengenali awitan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 6. Dapat menurukan tingkat nyeri pasien
2. Menggunakan tindakan 4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari 7. Mengetahui perkembangan nyeri dan
pencegahan dan menemukan dukungan menentukan intervensi selanjutnya
3. Melaporkan nyeri dapat 5. Kontrol lingkungan yang dapat 8. Menurunkan ketegangan otot, sendi dan
dikendalikan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, melancarkan peredaran darah sehingga dapat
pencahayaan dan kebisingan mengurangi nyeri
6. Kurangi faktor presipitasi nyeri 9. Analgetik berfungsi sebagai depresan system
Indikator Tingkat Nyeri :
1: Sangat berat 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk syaraf pusat sehingga mengurangi atau
3: Sedang 8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 10. Istirahat yang cukup dapat mengurangi rasa
5: Tidak ada 10.Tingkatkan istirahat 11. Pasien tidak merasa cemas dan takut sebab-
11.Berikan informasi tentang nyeri seperti sebab nyeri
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan 12. Menghindari kesalahan pemberian obat
63
Kriteria Hasil : berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan 13. Memastikan tidak terjadi kesalahan dalam
1. Ekspresi nyeri pada wajah dari prosedur pemberian obat
2. Gelisah atau ketegangan otot 14. Informasi yang tepat membantu dalam
3. Durasi episode nyeri Medication Management keefektifan intervensi
4. Merintih dan menangis 12. Ikuti lima benarobat 15. Memenuhi kebutuhan dengan mendukung
gelisah 13. Verifikasi resep atau obat sebelum partisipasi dan kemandirian pasien
memberikan obat 16. Sebagai acuan dalam pemberian dosis obat
14. Monitor tanda-tanda vital dan yang tepat
laboratorium nilai sebelum pemberian 17. Menghindari kesalahan dalam pemberian
obat, yang sesuai obat
15. Bantu pasien dalam minum obat 18. Menghindari adanya kemerahan, gatal-gatal
dan efek lain dari konsumsi obat yang salah
Penatalaksanaan Analgesik : 19. Mengurangi nyeri yang dirasakan sehingga
16. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dapat menentukan intervensi selanjutnya
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 20. Mengetahui perubahan status kesehatan
17. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, setelah pemberian obat
dosis, dan frekuensi 21. Memberikan informasi untuk membantu
18. Cek riwayat alergi dalam menentukan pilihan/ keefektifan
19. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe intervensi
dan beratnya nyeri
20. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
21. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2 Nilai yang diharapkan 4-5 Sleep Enchancement 1. Rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam
Sleep : extent and pattern 1. Diskusikan perbedaan individual dalam tiap malam nyatanya tidak mempunyai
1. Sangat terganggu kebutuhan tidur berdasarkan hal usia, fungsi dasar ilmiah individu yang dapat
2. Terganggu berat tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat strees rileks dan istirahat dengan mudah
3. Cukup terganggu 2. Tingkatan relaksasi, berikan lingkungan memerlukan sedikit tidur untuk merasa
4. Sedikit terganggu yang gelap dan terang, berikan segar kembali dengan bertambahnya usia,
5. Tidak terganggu kesempatan untuk memilih penggunaan waktu tidur total secara umum menurun,
Nilai yang diharapkan 4-5 bantal, linen, selimut, berikan ritual waktu khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap
Kreteria hasil : tidur yang menyenangkan bila perlu meningkat
1. Pasien dapat istirahat tidur pastikan ventilasi ruangan baik, tutup 2. Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai
64
tanpa terbangun pintu ruangan bila klien menginginkan relaksasi lingkungan rumah sakit dapa
2. Jumlah jam tidur dalam batas 3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat tmenggangu relaksasi
normal 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman 3. Tidur berguna untuk mengembalikan energi.
3. Pola tidur dalam kualitas 5. Kolaborasikan pemberian obat 4. Lingkungan yang nyaman bias menjadi
batas normal faktor predidposisi dari tidur
4. Perasaan segar sesudah tidur 5. Obat tidur diberikan untuk pasien yang
5. Mampu mengidentifikasi hal- mengalami susah tidur
hal yang meningkatkan tidur
3 Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam 1. Kesulitan dalam bergerak berdampak pada
1. Tergantung, tidak bisa melakukan aktivitas tonus otot pasien
berpartisipasi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan 2. Faktor eksternal dan internal berpengaruh
2. Memerlukan bantuan dan kelelahan terhadap faktor kelelahan pada pasien
penjagaan 3. Monitor pasien akan adanya kelelahan 3. Faktor emosi dapat menyebabkan
3. Memerlukan bantuan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor terkurasnya energy yang berlebih terutama
4. Sedikit mandiri dengan respon kardivaskuler terhadap aktivitas dari sisi psikologis pasien
penjagaan (takikardi, disritmia, sesak nafas, 4. Aktivitas yang ditandai dengan respon
5. Mandiri diaporesis, pucat, perubahan patologis dari kardiovaskuler menandakan
hemodinamik) adanya kelemahan fisik yang patologik
Kriteria Hasil : 4. Monitor pola tidur dan lamanya 5. Tingkat tirah baring yang tinggi
1. Berpartisipasi dalam aktivitas tidur/istirahat pasien berpengaruh terhadap energy yang dimiliki
fisik 5. Kolaborasikan dengan Tenaga pasien untuk beraktivitas
2. Mampu melakukan aktivitas Rehabilitasi Medik dalam merencanakan 6. Program terapi yang adekuat memberikan
sehari-hari (ADLs) secara program terapi yang tepat dampak tercapainya rehabilitasi medis yang
mandiri 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi baik
3. Keseimbangan aktivitas dan aktivitas yang mampu dilakukan 7. Aktivitas yang ringan dan dapat dilakukan
istirahat 7. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten pasien merupakan terapi awal untuk latihan
yang sesuai dengan kemampuan fisik, fisik pasien
psikologi dan sosial 8. Terapi aktivitas fisik yang baik memberikan
8. Bantu untuk mengidentifikasi dan dampak yang baik terhadap latihan fisik
mendapatkan sumber yang diperlukan pada pasien
untuk aktivitas yang diinginkan 9. Alat bantu mempermudah untuk membantu
9. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan pasien dalam melatih aktivitas fisik
aktivitas seperti kursi roda, kruk 10. Identifikasi dini terhadap kelemahan fisik
10. Bantu pasien/keluarga untuk pada pasien membantu menemukan terapi
mengidentifikasi kekurangan dalam yang tepat pada pasien
beraktivitas 11. Penguatan positif yang adekuat berpengaruh
11. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif terhadap pemberian motivasi dalam
beraktivitas beraktifitas optimal
12. Bantu pasien untuk mengembangkan 12. Motivasi dan penguatan yang baik
motivasi diri dan penguatan berpengaruh terhadap dorongan pasien
mengikuti terapi fisik yang akan dilakukan
D. Implementasi
II 1. Mengkaji pola tidur pada pasien 1. Pasien mengatakan sulit tidur, sering
terbangun
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat karena efek dari kebisingan rumah sakit
III 1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas 1. Pasien berbaring di tempat tidur
2. Melakukan instruksi tirah baring pada pasien 2. Pasien mengerti tentang anjuran tirah baring
3. Memberikan dorongan pada pasien untuk 3. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
melakukan aktivitas yang ringan dan dibantu oleh keluarga
2. Implementasi Hari Kedua
III 1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas 1. Pasien berbaring di tempat tidur
15. 30 WIB
2. Mengobservasi tirah baring pada pasien 2. Pasien mengerti tentang anjuran tirah baring
17.00 WIB
3. Memberikan dorongan pada pasien untuk 3. Pasien dapat melakukan aktivitas yang
melakukan aktivitas ringan seperti ke kamar mandi dan dibantu
oleh keluarga
3. Implementasi Hari Ketiga
I 1. Mengkaji pola tidur pada pasien 1.Pasien mengatakan bisa tidur dengan
I pulas dan segar
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat 2. Pasien dan keluarga tampak paham
dengan penjelasan tentang tidur yang
3. Mengajarkan menciptakan lingkungan yang adekuat
nyaman 3. Pasien dan keluargadapat
menciptakan lingkungan yang
4. Melanjutkan kolaborasi pemberian obat esilgan nyaman
1x2mg 4. Obat oral esilgan 1x2mg sudah diberikan
III 1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas 1. Pasien bangun dari tempat tidur
2. Mengevaluasi tirah baring pada pasien 2. Pasien mengerti tentang anjuran tirah
baring
3. Memberikan dorongan pada pasien untuk
melakukan aktivitas 3. Pasien dapat melakukan aktivitas
yang ringan seperti berjalan ke kamar
mandi tetapi masih dibantu oleh keluarga
E. EVALUASI
O:
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak lemah
P : peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak
Q : Seperti berdenyut
R : di daerah oksipital
S:5
T : 3 menit
3. Pasien belum mengunakan teknik nafas dalam untuk mengatasi nyeri
4. Pasien belum bisa melakukan posisi semi fowler
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
II S:
Ny. R mengatakan tidak bisa tidur
O:
P: Intervensi dilanjutkan
III S:
Ny. R mengatakan belum bisa melakukan aktivitas mandiri karena efek
kebisingan dari rumah sakit
O:
P: Intervensi dilanjutkan
2. Evaluasi Hari Kedua
P: Intervensi dilanjutkan
II S:
P: Intervensi dilanjutkan
III S:
Ny. R mengatakan belum bisa melakukan aktivitas mandiri karena masih pusing
O:
1. Pasien tirah baring di tempat tidur
2. Aktivitas pasien di bantu oleh keluarga
3. Pasien terlihat pusing dan lemah setelah dari kamar mandi
P: Intervensi dilanjutkan
3. Evaluasi Hari ketiga
O:
1. Pasien tampak masih meringis
2. Pasien tampak lemas
P : peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak
Q : Seperti berdenyut
R : di daerah oksipital
S:5
T : 3 menit
3. Pasien terlihat dapat melakukan teknik nafas dalam sendiri
4. Pasien melakukan tindakan semi fowler
A: Masalah teratasi sebagia
P: Intervensi dilanjutkan
II S:
Ny. R mengatakan sudah dapat tidur dengan pulas
O:
1. Pasien tampak rileks
2. Pasien tampak segar
3. Pasien terlihat berkonsentrasi dengan baik
4. Mata pasien tidak terdapat bengkak
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
III S:
Ny. R mengatakan bisa melakukan aktivitas mandiri karena pusing berkurang
O:
1. Pasien tampak berjalan kecil di sekitar ruangan
2. Pasien terlihat berpindah posisi tempat tidur
3. Aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga
4. Pasien terlihat berhati-hati dengan memegang dinding
P: Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA