Anda di halaman 1dari 40

BAB I

KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian
Hipertensi dapat didefenisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas
90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung,
gagal ginjal. Disebut sebagai “pembunuh diam-diam“ karena orang
dengan hipertensi sering ridak menampakkan gejala (Brunner &
Suddart, 2015). Sedangkan menurut Sheps (2005) dalam Masriadi
(2016), hipertensi adalah penyakit dengan tanda adanya gangguan
tekanan darah sistolik maupun diastolik yang naik diatas tekana
darah normal.Tekanan darah sistolik adalah tekana puncak yang
tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar
melalui arteri.Tekanan darah diastolik diambil tekanan jatuh ketitik
terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.
Tagor, (2003) dalam Wijaya & Putri, (2013), hipertensi
adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara
abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan
darah yang disebabkan satu atau beberapa factor risiko yang tidak
berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah
secara normal.(Wijaya & Putri, 2013). Menurut JNC hipertensi terjadi
apabila tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg.

2. Etiologi
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer atau esensial adalah tidak dapat
diketahuin penyebabnya. Hipertensi esensial biasanya dimulai
sebagai proses labil (intermiten) pada individu pada akhir 30-an
dan 50-an dan secara bertahap “menetap” pada suatu saat dapat
juga terjadi mendadak dan berat, perjalanannya dipercepat atau
“maligna” yang menyebabkan kondisi pasien memburuk dengan
cepat. Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah gangguan
emosi, obesitas, konsumsi alkohol yang berlebihan, kopi, obat –
obatan, faktor keturunan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan
menurut Robbins (2007), beberpa faktor yang berperan dalam
hipertensi primer atau esensial mencakup pengaruh genetik dan
pengaruh lingkungan seperti : stress, kegemukan, merokok, aktivitas
fisik yang kurang, dan konsumsi garam dalam jumlah besar
dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah kenaikan tekanan darah dengan
penyebab tertentu seperti penyempitan arteri renalis, penyakit
parenkim ginjal, berbagai obat, disfungsi organ, tumor dan
kehamilan (Brunner & Suddart, 2015). Sedangkan menurut Wijaya &
Putri (2013), penyebab hipertensi sekunder diantaranya berupa
kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan
aorta, kelianan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral
dan kartikosteroid.

3. Faktor-faktor resiko hipertensi


Faktor-faktor resiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang
dapat diubah oleh penderita hipertensi menurut Black & Hawks
(2014) adalah sebagai berikut :
a. Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah
a) Riwayat keluarga
Hipertensi dianggap poligenik dan multifaktorial yaitu, pada
seseorang dengan riwayat keluarga, beberapa gen berinteraksi
dengan yang lainnya dan juga lingkungan yang dapat
menyebabkan tekanan darah naik dari waktu ke waktu. Klien
dengan orang tua yang memiliki hipertensi berada pada risiko
hipertensi yang lebih tinggi pada usia muda.
b) Usia
Hipertensi primer biasanya muncul antara usia 30-50 tahun.
Peristiwa hipertensi meningkat dengan usia 50-60 % klien yang
berumur lebih dari 60 tahun memiliki tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Diantara orang dewasa, pembacaan tekanan darah
sistolik lebih dari pada tekanan darah diastolic karena
merupakan predictor yang lebih baik untuk kemungkinan
kejadian dimasa depan seperti penyakit jantung koroner, stroke,
gagal jantung, dan penyakit ginjal.
c) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita
sampai kira-kira usia 55 tahun. Resiko pada pria dan wanita
hamper sama antara usia 55 sampai 74 tahun, wanita beresiko
lebih besar.
d) Etnis
Peningkatan pravelensi hipertensi diantara orang berkulit hitam
tidaklah jelas, akan tetapi penigkatannya dikaitkan dengan kadar
rennin yang lebih rendah, sensitivitas yang lebih besar terhadap
vasopressin, tinginya asupan garam, dan tinggi stress lingkungan.

b. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah


a) Diabetes mellitus
Hipertensi telah terbukti terjadi lebih dua kali lipat pada klien
diabetes mellitus karena diabetes mempercepat aterosklerosis dan
menyebabkan hipertensi karena kerusakan pada pembuluh darah
besar.
b) Stress
Stress meningkat resistensi vaskuler perifer dan curah jantung
serta menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress adalah
permasalah persepsi, interpretasi orang terhadap kejadian yang
menciptakan banyak stressor dan respon stress.
c) Obesitas
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas, dengan
meningkatnya jumlah lemak disekitar diafragma, pinggang dan
perut, dihubungkan dengan pengembangan hipertensi.
Kombinasi obesitas dengan faktor-faktor lain dapat ditandai
dengan sindrom metabolis, yang juga meningkatkan resiko
hipertensi.
d) Nutrisi
Kelebihan mengosumsi garam bias menjadi pencetus hipertensi
pada individu. Diet tinggi garam menyebabkan pelepasan hormone
natriuretik yang berlebihan, yang mungkin secara tidak langsung
menigkatkan tekanan darah. Muatan natrium juga menstimulasi
mekanisme vaseoresor didalam system saraf pusat. Penelitan juga
menunjukkan bahwa asupan diet rendah kalsim, kalium, dan
magnesium dapat berkontribusi dalam pengembangan hipertensi
e) Penyalahgunaan obat
Merokok sigaret, mengosumsi banyak alcohol, dan beberpa
penggunaan obat terlarang merupakan faktor-faktor resiko hipertensi.
pada dosis tertentu nikotin dalam rokok sigaret serta obat seperti
kokain dapat menyebabkan naiknya tekanan darah secara langsung.

4. Patofisiologi
Faktor predisposisi yang saling berhubungan juga turut
serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Di antaranya adalah faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
adalah faktor genetik, gangguan emosi, obesitas, konsumsi alkohol,
kopi, obat –obatan, asupan garam, stress, kegemukan, merokok,
aktivitas fisik yang kurang.Sedangkan faktor sekunder adalah kelainan
ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
kelainan endokrin lainnya seperti obesitas, resistensi insulin,
hipertiroidisme dan pemakaian obat-obatan seperti kontasepsi oral dan
kartikosteroid (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri,
(2013). Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di
otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuro preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap neropinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi (Brunner &
Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi.Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi.Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasonkonstriktor pembuluh
darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.Semua factor tersebut cendrung pencetus keadaan
hipertensi (Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013).
Perubahan struktural dan fungsional pada sitem pembuluh
darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang ada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang di pompa oleh jantung ( volume sekuncup ),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
(Brunner & Suddart, (2005) dalam Wijaya & Putri, (2013)

5. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan
apapunselain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukanperubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat ( kumpulan
cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil
(edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart, 2015).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun – tahun.Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.Penyakit
arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan
beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik
yang menigkat.Apabila jantung tidak mampu lagi menahan peningkatan
beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,
2015). Crowin (2000) dalam Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa
sebagian besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
6. Penatalaksanaan
Ridwanamirudin (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
menjelaskan bahwa penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari
berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat penting dalam
mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan
non farmakologi terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
a. Mempertahankan berat badan ideal
Radmarsarry, (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), mengatasi
obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg.
b. Kurangi asupan natrium
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok the/hari dapat
menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic
sebanyak 2,5 mmHg.
c. Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013),
konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alcohol
berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat
mempunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari
pada mereka yang tidak meminum berakohol.
d. Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan
diet potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diet
tinggi buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk,
apel,kacang-kacangan, kentang dan diet rendah lemak dengan cara
mengurangi asupan lemak jenuh dan lemat total. Sedangkan
menurut Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yamg cukup.
e. Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), merokok
memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya
hipertensi, tetapi merokok dapat menimbulkan resiko komplikasi
pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke, maka
perlu dihindari rokok karena dapat memperberat hipertensi.
f. Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang
tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode
stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang
sangat tinggi.
g. Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada
prinsipnya pijat yang dikukan pada penderita hipertensi adalah
untuk memperlancar aliran energy dalam tubuh sehingga
gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminalisir, ketika semua
jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain
maka risiko hipertensi dapat ditekan.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI

A. PENGKAJIAN

Ruang : Rusunawa Tanggal Masuk : 30-08-2018


No. MR : 055820 Tanggal Pengkajian : 30-08-2018
Diagnosa Medis : Hipertensi grade
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Ny. R lahir tanggal 02 Juli 1968 (49 tahun) sudah menikah

dan memiliki 2 orang anak, tinggal di Tanjung Harapan dan

beragama Islam, bekerja sebagai ibu rumah tangga,

komunikasi menggunakan Bahasa Bengkulu serta

pendidikan terakhir adalah SD.

b. Identitas Penanggung jawab


Ny. N umur 31 tahun beragama Islam, merupakan anak

kandung dari Ny. R tinggal di Desa kemiling bekerja sebagai

ibu rumah tangga, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah

Bahasa Bengkulu dan Bengkulu Selatan serta pendidikan

terakhir adalah S1

2. Riwayat keperawatan

a. Keluhan Utama

Pasien datang ke IGD Puskesmas Ipuh pada tanggal 30

Februari 2017 jam 09.30 WIB dengan keluhan pusing

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ny. R mengatakan pusing sejak 3 hari yang lalu, nyeri kepala

yang berdenyut di daerah oksipital dengan skala 7 durasi 3

menit, tampak lemah, terlihat meringis dan memegang

kepalanya karena banyaknya orang dan kendaraan bermotor

yang berlalu lalang dan peningkatan resistensi pembuluh darah

ke otak, upaya mengatasi yang dilakukan oleh Ny. R adalah

istirahat. Ny. R dibawa oleh keluarga puskesmas perawatan

Ipuh tanggal 30 Agustus 2018 dan didiagnosis oleh dokter

dengan hipertensi grade II. Saat di IGD tindakan yang telah

diberikan adalah Inj. Ketorolac 1 ampul dan obat oral

amlodipine 1 tablet. Saat dikaji pada tanggal 27 Februari 2017,

hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien adalah tekanan

darah 180/100 mmHg, nadi 90x/menit, frekuensi pernapasan

20x/menit, suhu tubuh 36,6oC, tidak bisa melakukan aktivitas

mandiri karena pasien pusing dan pasien terpasang infus RL 20

tetes/menit ditangan sebelah kanan.

c. Riwayat Kesehatan Masa lalu

Ny. R mengatakan sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit

dengan penyakit hipertensi yang dialami sejak 2 tahun yang

lalu tepatnya pada tahun 2015.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan ada keluarganya yang memiliki penyakit

hipertensi seperti pasien yaitu ibu kandung dari Ny. R.


3. Genogram
Ny. R umur 49 tahun, merupakan anak ke pertama dari dua

bersaudara, menikah dengan Tn. K 44 tahun, sudah memiliki 2

orang anak dan sudah menikah semua dan tinggal dalam satu

rumah.

Riwayat Keluarga
(Genogram)

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal 1 rumah
: Ibu kandung pasien (penderita hipertensi)

4. Riwayat Psikososial dan spiritual


a. Orang yang terdekat dengan pasien adalah anak

kandung

b. Interaksi dalam keluarga Baik, pengambilan

keputusan secara bersama-sama

c. Persepsi klien terhadap penyakit Pasien

mengatakan cemas terhadap penyakit yang

dideritanya.

d. Dampak penyakit klien terhadap keluarga


Keluarga fokus terhadap perawatan pasien di

rumah sakit.

e. Sistem kepercayaan

Pasien dan keluarga tawakal dan berdoa kepada

tuhan Yang Maha Esa.

5. Pola Kebiasaan
a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Sebelum sakit (di
rumah)
Pasien mengatakan saat di rumah nafsu makannya

baik dan makan 3 kali sehari dengan porsi makan 1

piring. Pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi

obat sebelum makan dan tidak ada diet khusus dalam

konsumsi makanan. Pasien biasanya minum 7 gelas setiap

harinya.

2) Saat sakit (di


rumah sakit)
Pasien mengatakan nafsu makannya baik dengan porsi

makan 1 piring makan yang diberikan oleh rumah sakit,

pasien makan 3 kali sehari. Pasien mengatakan minum 7

gelas perhari (@240cc) dan cairan parenteral yaitu infus

RL sebanyak 20 tetes/menit.

Input :

Infus = 1500cc

Minum = 1680 cc

= 3180 cc
Output :

Feses = 300 cc

Urine = 1680 cc

IWL = 1050 cc

= 3030 cc

Jadi, balance input - balance output= 3180 cc – 3030 cc

b. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit (di rumah)
Pasien mengatakan buang air kecil sebanyak 5 kali sehari

dan tidak ada keluhan. Pasien mengatakan air kencingnya

(urine) berwarna kuning jernih. Pasien mengatakan tidak

ada alat bantu untuk proses buang air kecilnya. Pasien

mengatakan buang air besar sebanyak 2 kali sehari dan

tidak ada keluhan diare atau konstipasi saat buang air

besar. Pasien mengatakan fesesnya lembek berwarna

kuning dan tidak ada darah. Pasien mengatakan tidak

pernah menggunakan obat laxatif sebelum buang air

besar.

2) Saat sakit (di rumah sakit)


Pasien mengatakan ketika di rumah sakit, frekuensi buang

air kecil 7 kali perhari (@240cc). Pasien mengatakan air

kencingnya (urine) kuning jernih. Pasien mengatakan

tidak ada alat bantu untuk proses buang air kecil. Pasien

mengatakan buang air besar besar 3 kali sehari dan tidak

ada keluhan diare atau konstipasi saat buang air besar.


Pasien mengatakan fesesnya lembek dan berwarna

kuning. Pasien tidak ada penggunaan obat laxatif dan

tidak ada pemasangan kateter.

c. Pola Personal Hygiene


1) Sebelum sakit (di rumah)

Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi

dan sore hari. Pasien mengatakan setiap mandi

selalu menggunakan sabun. Pasien mengatakan frekuensi

gosok gigi sebanyak 2 kali sehari yaitu pada setiap mandi,

pasien selalu menggunakan pasta gigi setiap menggosok

gigi, pasien mengatakan setiap harinya mengganti baju

sebanyak 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari.

2) Saat sakit (di rumah sakit)

Pasien mengatakan tidak pernah mandi hanya dilap 2 kali

sehari yaitu pagi dan sore tanpa sabun. Pasien mengatakan

frekuensi gosok gigi sebanyak 1 kali sehari yaitu pada

pagi hari dan selalu menggunakan pasta gigi setiap

menggosok gigi. Pasien mengatakan buang air besar

selama di rumah sakit sebanyak 2 kali yaitu pada hari ke

2 dan ke 3 dirawat. Selama di rumah sakit, perlengkapan

mandi, gosok gigi, baju bersih ada di laci pasien.

d. Pola Aktivitas dan Latihan


1) Sebelum Sakit (di rumah)
Pasien mengatakan aktivitas yang dilakukan sehari-hari

adalah beres-beres rumah. Ketika menjalankan


aktivitasnya jika sudah terasa lelah, pasien langsung

merasakan pusing dan akan hilang dengan beristirahat.

2) Saat Sakit (di rumah sakit)


Pasien mengatakan selama di rumah sakit merasa pusing

setelah melakukan aktivitas, aktivitas yang biasa pasien

lakukan adalah pergi ke kamar mandi yang dibantu oleh

keluarga.

e. Pola Istirahat dan Tidur


1) Sebelum Sakit (di rumah)
Pasien mengatakan tidur siang selama 2 jam dan tidur

malam selama 7 jam perhari. Kebiasaan yang dilakukan

sebelum tidur adalah menonton tv.

2) Saat Sakit (di rumah sakit)


Pasien mengatakan selama di rumah sakit, tidur siang

selama 1 jam dan tidur malam ½ jam. Pasien mengatakan

sebelum tidur biasanya merasa gelisah karena efek dari

kebisingan rumah sakit, pasien tampak tidur > 1 jam dan

tampak asyik mengobrol dengan keluarga.

f. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan


1) Sebelum Sakit (di rumah)
Pasien mengatakan sebelum sakit biasanya pasien

beres-beres rumah tetapi apabila terlalu lelah pasien

merasa pusing karena banyaknya orang dan kendaraan

bermotor yang berlalu lalang.

2) Saat Sakit (di rumah sakit)


Pasien mengatakan saat di rumah sakit tidak melakukan

aktivitas yang banyak membuatnya merasa pusing.


6. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Penampilan umum pasien tampak lemah, pasien tampak

meringis dan tampak memegang kepalanya. Hasil pemeriksaan

tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 180/100

mmHg, nadi 90 x/m, frekuensi pernapasan 20 x/m, suhu tubuh

36,6oC, berat badan pasien 70 kg dan tinggi badan 155 cm.

b. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata tidak ada edema, pergerakan

mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva ananemis,

sclera anikterik, reaksi pupil terhadap cahaya positif, tidak ada

tanda-tanda peradangan.

c. Sistem Pendengaran
Daun telinga simetris antara kiri dan kanan, fungsi pendengaran

baik, ada sedikit kotoran di dalam telinga pasien, kondisi

membran timpani masih utuh dan tidak menggunakan alat bantu

pendengaran.

d. Sistem wicara
Pasien berbicara jelas dan menjawab sesuai dengan pertanyaan

yang diajukan, pasien mampu berkomunikasi dengan baik.

e. Sistem Pernapasan

1) Inspeksi
Bentuk dada normo chest, gerakan dada simetris kiri dan

kanan, saat ekspirasi tidak terlihat ada pernapasan pursed

lips, tidak ada


pernapasan cuping hidung, tidak ada penggunaan otot

aksesoris, capilarry refill selama 3 detik, frekuensi napas 20

x/menit dengan irama napas regular, napas dalam. Tidak

ditemukan adanya sianosis central dan perifer serta tidak

ada clubbing finger.

2) Palpasi
Pada trakea tidak ada deviasi dan ekspansi dada simetris

antara kiri dan kanan, dada mengembang dengan

sempurna, taktil fremitus simetris kiri dan kanan semakin

ke bawah semakin meredup.

3) Perkusi
Bunyi perkusi sonor di interkostal 1, 2, 3, 4, 5, 6

dextra dan interkostal 1, 2 dan 6 sinistra. Pada

interkostal 3, 4, 5 sinistra bunyi perkusi dullness.

4) Auskultasi
Suara napas vessikuler dan normal pada area lapang paru.

f. Sistem kardiovaskuler
1) Inspeksi
Tidak ada sianosis central dan perifer, tidak ada

distensi vena jugularis, tampak denyut nadi pada ictus

cordis, dan capilarry refill selama 3 detik

2) Palpasi
Nadi pasien 90x/menit, ictus cordis teraba pada intercostal

5, temperatur kulit hangat, kelembapan kulit lembab dan

turgor kulit selama 3 detik.

3) Perkusi
Bunyi dullnes pada interkostal 3, 4, 5
sinistra.

4) Auskultasi
Tekanan darah pasien 180/100 mmHg dan bunyi jantung

tidak ada bunyi tambahan.

g. sistem pencernaan

1) Inspeksi
Pada mulut tampak gigi kotor, berlubang dan ada caries,

mukosa lembab, tidak ada bau mulut, tidak ada kesulitan

menelan, pada abdomen tidak ada distensi.

2) Auskultasi
Suara bising usus terdengar 10
x/menit.

3) Perkusi
Abdomen terdengar suara
timpani.

4) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan lepas pada abdomen, tidak ada

pembesaran pada hepar dan lien.

h. Sistem Neurologi
Kesadaran compos mentis, GCS 15 (E 4, V 5, M 6) tidak

terlihat adanya letargi pada klien.

i. Sistem Urogenital
Palpasi kandung kemih tidak distensi, perkusi ginjal tidak ada

nyeri, tidak ada pembesaran pada ginjal.

j. Sistem Hematologi
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid

maupun limfa.

k. Sistem Integumen
Kulit terlihat tidak pucat, tidak ada sianosis, turgor

kulit selama 3 detik, tekstur kulit kasar, rambut terasa

kasar dan kuku bersih. Pada tangan kanan pasien

terpasang infus, di daerah pemasangan infus tidak ada

terjadi peradangan.

l. Sistem Musculoskeletal
Tidak ada deformitas tulang maupun sendi, tidak adanya edema

pada ektremitas, dan sulit melakukan aktivitas mandiri

seperti ke kamar mandi tetapi aktivitas pasien dibantu oleh

keluarga.

Kekuatan otot :

4 4
4 4

7. Data Penunjang

a. Laboratorium
No. Nama Pemeriksaan Hasil Nilai
Rujukan
1 Gula darah sewaktu 89 70-
120mg/dl
2 Hematokrit 39 Lk:37-47% Pr:40-54%
3 HB 13,8 Lk: 13,0-18,0 gr/dl
Pr: 12,0-16,0 gr/dl
4 Leukosit 4.700 4.000-10.000 mm3
5 Trombosit 198.000 150.000-400.000t/mm3

No. Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

1 Kolesterol 239 < 200


mg/dl
2 Uric acid 5,7 Lk: 3,2-8,2 mg/dl
Pr: 2,3-6,8 mg/dl

8. Penatalaksanaan Obat

Obat 27/02/2017 28/02/2017 01/03/2017


a. Parenteral
1. IVFD RL (20 tpm) √ √ √
2. Drip neurobion 1amp √ stop Stop
3. Ketorolac 2x1amp √ √ √
4. Katese 3x1amp √ √ √
b. Oral
1. Amlodipine 1x10mg √ √ √
2. Esilgan 1x2mg √ √ Stop
3. Simvastatin 1x20mg √ √ √
5. Ericaf 2x1tab √ √ √
Analisa Data

Nama Pasien: Ny. R Ruang : Rusunawa

No Data senjang Etiologi Masalah

1 DS: Peningkatan Nyeri akut


1. Ny. R mengatakan pusing, sakit di resistensi
kepala dan berdenyut pembuluh darah
DO: ke otak
1. Pasien tampak lemah
2. Pasien tampak meringisA
3. Pasien memegang kepalanya
4. P:peningkatan resistensi pembuluh
darah ke otak
Q:seperti berdenyut
R:di oksipital
2 DS: S:7 Stimulasi berlebih Gangguan
T:3Rmenit
1. Ny. mengatakan tidak bisa tidur di pola
2. Ny. R mengatakan tidur siang hanya 1 lingkungan tidur
jam dan tidur malam hanya ½ jam

DO:
1. Pasien tampak gelisah
2. Pasien tampak tidur > 1 jam
3. Pasien tampak asyik mengobrol
dengan keluarga

3 DS: Nyeri kepala Intoleransi


1. Ny. R mengatakan pusing setelah aktivitas
melakukan aktivitas dan sulit dalam
melakukan aktivitas
DO:
1. Klien tampak pusing setelah
melakukan aktivitas
2. Klien dibantu dalam melakukan
aktivitas oleh keluarga (seperti: ke
kamar mandi)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri akut b/d peningkatan resistensi


pembuluh darah ke otak
2 Gangguan pola tidur b/d stimulasi
berlebih di lingkungan
3 Intoleransi aktivitas b/d nyeri kepala
61
62
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R Ruang : Rusunawa


No. Reg : 055820 Diagnosa Medis : Hipertensi

No Perencanaan
Tanggal Rasional
Dx NOC NIC
1 Indikator Pengendalian Nyeri: Manajemen Nyeri : 1. Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda-
1: Tidak pernah 1. Lakukan pengkajian nyeri secara tanda nyeri sehingga dapat menentukan
2: Jarang komprehensif termasuk lokasi, intervensi selanjutnya
3: Kadang-kadang karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan 2. Mengetahui respon pasien terhadap nyeri
4: Sering faktor presipitasi 3. Menumbuhkan sikap saling percaya
5: Selalu 2. Observasi reaksi nonverbal dari 4. Dukungan yang cukup dapat menurunkan
ketidaknyamanan reaksi nyeri pasien

Kriteria Hasil : 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik 5. Menurukan rasa nyeri pasien
1. Mengenali awitan nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 6. Dapat menurukan tingkat nyeri pasien

2. Menggunakan tindakan 4. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari 7. Mengetahui perkembangan nyeri dan
pencegahan dan menemukan dukungan menentukan intervensi selanjutnya
3. Melaporkan nyeri dapat 5. Kontrol lingkungan yang dapat 8. Menurunkan ketegangan otot, sendi dan
dikendalikan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, melancarkan peredaran darah sehingga dapat
pencahayaan dan kebisingan mengurangi nyeri
6. Kurangi faktor presipitasi nyeri 9. Analgetik berfungsi sebagai depresan system
Indikator Tingkat Nyeri :
1: Sangat berat 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk syaraf pusat sehingga mengurangi atau

2: Berat menentukan intervensi menghilangkan nyeri

3: Sedang 8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi 10. Istirahat yang cukup dapat mengurangi rasa

4: Ringan 9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri nyeri

5: Tidak ada 10.Tingkatkan istirahat 11. Pasien tidak merasa cemas dan takut sebab-
11.Berikan informasi tentang nyeri seperti sebab nyeri
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan 12. Menghindari kesalahan pemberian obat
63

Kriteria Hasil : berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan 13. Memastikan tidak terjadi kesalahan dalam
1. Ekspresi nyeri pada wajah dari prosedur pemberian obat
2. Gelisah atau ketegangan otot 14. Informasi yang tepat membantu dalam
3. Durasi episode nyeri Medication Management keefektifan intervensi
4. Merintih dan menangis 12. Ikuti lima benarobat 15. Memenuhi kebutuhan dengan mendukung
gelisah 13. Verifikasi resep atau obat sebelum partisipasi dan kemandirian pasien
memberikan obat 16. Sebagai acuan dalam pemberian dosis obat
14. Monitor tanda-tanda vital dan yang tepat
laboratorium nilai sebelum pemberian 17. Menghindari kesalahan dalam pemberian
obat, yang sesuai obat
15. Bantu pasien dalam minum obat 18. Menghindari adanya kemerahan, gatal-gatal
dan efek lain dari konsumsi obat yang salah
Penatalaksanaan Analgesik : 19. Mengurangi nyeri yang dirasakan sehingga
16. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dapat menentukan intervensi selanjutnya
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 20. Mengetahui perubahan status kesehatan
17. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, setelah pemberian obat
dosis, dan frekuensi 21. Memberikan informasi untuk membantu
18. Cek riwayat alergi dalam menentukan pilihan/ keefektifan
19. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe intervensi
dan beratnya nyeri
20. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
21. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2 Nilai yang diharapkan 4-5 Sleep Enchancement 1. Rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam
Sleep : extent and pattern 1. Diskusikan perbedaan individual dalam tiap malam nyatanya tidak mempunyai
1. Sangat terganggu kebutuhan tidur berdasarkan hal usia, fungsi dasar ilmiah individu yang dapat
2. Terganggu berat tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat strees rileks dan istirahat dengan mudah
3. Cukup terganggu 2. Tingkatan relaksasi, berikan lingkungan memerlukan sedikit tidur untuk merasa
4. Sedikit terganggu yang gelap dan terang, berikan segar kembali dengan bertambahnya usia,
5. Tidak terganggu kesempatan untuk memilih penggunaan waktu tidur total secara umum menurun,
Nilai yang diharapkan 4-5 bantal, linen, selimut, berikan ritual waktu khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap
Kreteria hasil : tidur yang menyenangkan bila perlu meningkat
1. Pasien dapat istirahat tidur pastikan ventilasi ruangan baik, tutup 2. Tidur akan sulit dicapai sampai tercapai
64

tanpa terbangun pintu ruangan bila klien menginginkan relaksasi lingkungan rumah sakit dapa
2. Jumlah jam tidur dalam batas 3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat tmenggangu relaksasi
normal 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman 3. Tidur berguna untuk mengembalikan energi.
3. Pola tidur dalam kualitas 5. Kolaborasikan pemberian obat 4. Lingkungan yang nyaman bias menjadi
batas normal faktor predidposisi dari tidur
4. Perasaan segar sesudah tidur 5. Obat tidur diberikan untuk pasien yang
5. Mampu mengidentifikasi hal- mengalami susah tidur
hal yang meningkatkan tidur
3 Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien dalam 1. Kesulitan dalam bergerak berdampak pada
1. Tergantung, tidak bisa melakukan aktivitas tonus otot pasien
berpartisipasi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan 2. Faktor eksternal dan internal berpengaruh
2. Memerlukan bantuan dan kelelahan terhadap faktor kelelahan pada pasien
penjagaan 3. Monitor pasien akan adanya kelelahan 3. Faktor emosi dapat menyebabkan
3. Memerlukan bantuan fisik dan emosi secara berlebihan Monitor terkurasnya energy yang berlebih terutama
4. Sedikit mandiri dengan respon kardivaskuler terhadap aktivitas dari sisi psikologis pasien
penjagaan (takikardi, disritmia, sesak nafas, 4. Aktivitas yang ditandai dengan respon
5. Mandiri diaporesis, pucat, perubahan patologis dari kardiovaskuler menandakan
hemodinamik) adanya kelemahan fisik yang patologik
Kriteria Hasil : 4. Monitor pola tidur dan lamanya 5. Tingkat tirah baring yang tinggi
1. Berpartisipasi dalam aktivitas tidur/istirahat pasien berpengaruh terhadap energy yang dimiliki
fisik 5. Kolaborasikan dengan Tenaga pasien untuk beraktivitas
2. Mampu melakukan aktivitas Rehabilitasi Medik dalam merencanakan 6. Program terapi yang adekuat memberikan
sehari-hari (ADLs) secara program terapi yang tepat dampak tercapainya rehabilitasi medis yang
mandiri 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi baik
3. Keseimbangan aktivitas dan aktivitas yang mampu dilakukan 7. Aktivitas yang ringan dan dapat dilakukan
istirahat 7. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten pasien merupakan terapi awal untuk latihan
yang sesuai dengan kemampuan fisik, fisik pasien
psikologi dan sosial 8. Terapi aktivitas fisik yang baik memberikan
8. Bantu untuk mengidentifikasi dan dampak yang baik terhadap latihan fisik
mendapatkan sumber yang diperlukan pada pasien
untuk aktivitas yang diinginkan 9. Alat bantu mempermudah untuk membantu
9. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan pasien dalam melatih aktivitas fisik
aktivitas seperti kursi roda, kruk 10. Identifikasi dini terhadap kelemahan fisik
10. Bantu pasien/keluarga untuk pada pasien membantu menemukan terapi
mengidentifikasi kekurangan dalam yang tepat pada pasien
beraktivitas 11. Penguatan positif yang adekuat berpengaruh
11. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif terhadap pemberian motivasi dalam
beraktivitas beraktifitas optimal
12. Bantu pasien untuk mengembangkan 12. Motivasi dan penguatan yang baik
motivasi diri dan penguatan berpengaruh terhadap dorongan pasien
mengikuti terapi fisik yang akan dilakukan
D. Implementasi

1. Implementasi Hari Pertama


Nama Pasien : Ny. R Ruang : Rusunawa
No. Reg : 055820 Diagnosa Medis : Hipertensi
Grade II
Tanggal/Jam No Dx Implementas Respon Paraf
I 1. i
Mengkaji nyeri pada pasien 1. Pasien mengatakan Hasilpusing dan sakit
kepala,
2. Memonitor TTV pasien nyeri dengan skala 7 di daerah oksipital,
nyeri seperti berdenyut dengan durasi 3
3. Mengobservasi respon non verbal terhadap nyeri menit

4. Mengajarkan teknik nafas dalam 2. TTV :


TD : 180/100 mmHg
5. Mengajarkan posisi semi fowler T : 36,6oC
N : 90x/menit
6. Berkolaborasi pemberian analgesic ketorolac 1 RR : 20x/menit
ampul
3. Pasien tampak meringis

4. Pasien belum bisa melakukan teknik


nafas dalam

5. Pasien dengan posisi semi fowler

6. Obat ketorolac 1 ampul berhasil diberikan

II 1. Mengkaji pola tidur pada pasien 1. Pasien mengatakan sulit tidur, sering
terbangun
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat karena efek dari kebisingan rumah sakit

3. Mengajarkan menciptakan lingkungan yang 2. Pasien dan keluarga tampak masih


nyaman bingung dengan penjelasan tentang tidur
yang adekuat
4. Berkolaborasi pemberian obat esilgan 1x2mg 3. Pasien dan keluarga dapat
menciptakan
lingkungan yang nyaman

4. Obat oral esilgan 1x2mg sudah diberikan

III 1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas 1. Pasien berbaring di tempat tidur

2. Melakukan instruksi tirah baring pada pasien 2. Pasien mengerti tentang anjuran tirah baring

3. Memberikan dorongan pada pasien untuk 3. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas
melakukan aktivitas yang ringan dan dibantu oleh keluarga
2. Implementasi Hari Kedua

Tanggal/Jam No Dx Implementas Respon Paraf


I 1. i
Mengkaji nyeri pada pasien 1. Pasien mengatakan Hasilpusing dan sakit
kepala,
2. Memonitor TTV pasien nyeri dengan skala 5 di daerah oksipital,
nyeri seperti berdenyut dengan durasi 3
3. Mengobservasi respon non verba lterhadap nyeri menit

4. Mengobservasi teknik nafas dalam 2. TTV :


TD : 160/90 mmHg
5. Mengobservasi posisi semi fowler T : 36,6oC
N : 90x/menit
6. Melanjutkan kolaborasi pemberian analgesic RR : 20x/menit
ketorolac
1 ampul 3. Pasien tampak meringis

4. Pasien bisa melakukan teknik nafas dalam


5. Pasien dengan posisi semi fowler

6. Obat ketorolac 1 ampul berhasil diberikan


II 1. Mengkaji pola tidur pada pasien 1. Pasien mengatakan sulit tidur, sering
terbangun
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat karena efek kebisingan dari rumah sakit

3. Mengajarkan menciptakan lingkungan yang 2. Pasien dan keluarga tampak paham


nyaman dengan penjelasan tentang tidur yang
adekuat
4. Melanjutkan kolaborasi pemberian obat esilgan
1x2mg 3. Pasien dan keluarga dapat
menciptakan lingkungan yang nyaman
4. Obat oral esilgan 1x2mg sudah diberikan

III 1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas 1. Pasien berbaring di tempat tidur
15. 30 WIB
2. Mengobservasi tirah baring pada pasien 2. Pasien mengerti tentang anjuran tirah baring
17.00 WIB
3. Memberikan dorongan pada pasien untuk 3. Pasien dapat melakukan aktivitas yang
melakukan aktivitas ringan seperti ke kamar mandi dan dibantu
oleh keluarga
3. Implementasi Hari Ketiga

Tanggal/Jam No Dx Implementas Respon Paraf


I 1. i
Mengkaji nyeri pada pasien 1. Pasien mengatakan Hasilpusing dan sakit
kepala,
2. Memonitor TTV pasien nyeri berkurang dengan skala 3 di
3. Mengobservasi respon non verbal terhadap nyeri daerah oksipital, nyeri seperti berdenyut
dengan durasi
4. Mengobservasi teknik nafas dalam
3 menit
5. Mengobservasi posisi semi fowler 2. TTV :
TD : 150/90 mmHg
6. Melanjutkan kolaborasi pemberian analgesic T : 36,6oC
N : 90x/menit
ketorolac 1 ampul RR : 20x/menit

3. Pasien tampak meringis


4. Pasien bisa melakukan teknik nafas dalam
5. Pasien dengan posisi semi fowler
6. Obat ketorolac 1 ampul berhasil diberikan

I 1. Mengkaji pola tidur pada pasien 1.Pasien mengatakan bisa tidur dengan
I pulas dan segar
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat 2. Pasien dan keluarga tampak paham
dengan penjelasan tentang tidur yang
3. Mengajarkan menciptakan lingkungan yang adekuat
nyaman 3. Pasien dan keluargadapat
menciptakan lingkungan yang
4. Melanjutkan kolaborasi pemberian obat esilgan nyaman
1x2mg 4. Obat oral esilgan 1x2mg sudah diberikan
III 1. Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas 1. Pasien bangun dari tempat tidur

2. Mengevaluasi tirah baring pada pasien 2. Pasien mengerti tentang anjuran tirah
baring
3. Memberikan dorongan pada pasien untuk
melakukan aktivitas 3. Pasien dapat melakukan aktivitas
yang ringan seperti berjalan ke kamar
mandi tetapi masih dibantu oleh keluarga
E. EVALUASI

1. Evaluasi Hari Pertama

Nama Pasien : Ny. R Ruang : Rusunawa

No. Reg : 055820 Diagnosa Medis : Hipertensi

Tanggal/Jam Nomor Evaluasi Paraf


Diagnosa (SOAP)
1 S:
Ny. R mengatakan pusing dan nyeri di kepala

O:
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak lemah
P : peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak
Q : Seperti berdenyut
R : di daerah oksipital
S:5
T : 3 menit
3. Pasien belum mengunakan teknik nafas dalam untuk mengatasi nyeri
4. Pasien belum bisa melakukan posisi semi fowler
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

II S:
Ny. R mengatakan tidak bisa tidur
O:

1. Pasien terlihat lemah

2. Pasien tampak mata bengkak

3. Pasien tampak gelisah

4. Pasien tampak berkonsentrasi dengan baik


A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

III S:
Ny. R mengatakan belum bisa melakukan aktivitas mandiri karena efek
kebisingan dari rumah sakit

O:

1. Pasien tirah baring di tempat tidur

2. Aktivitas pasien di bantu oleh keluarga

3. Pasien terlihat pusing dan lemah setelah dari kamar mandi

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
2. Evaluasi Hari Kedua

Tanggal/Jam Nomor Evaluasi Paraf


(SOAP)
Diagnosa
I S:
Ny. R mengatakan masih pusing dan nyeri di kepala
O:
1. Pasien tampak masih meringis
2. Pasien tampak lemah
P : peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak
Q : Seperti berdenyut
R : di daerah oksipital
S:5
T : 3 menit
3. Pasien sudah dapat melakukan teknik nafas dalam untuk mengatasi nyeri
4. Pasien sudah melakukan posisi semi fowler

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

II S:

Ny. R mengatakan sudah dapat tidur tetapi masih mudah terbangun


O:

1. Pasien tampak rileks

2. Pasien tampak berkonsentrasi dengan baik

3. Pasien tampak gelisah berkurang

4. Mata pasien masih terlihat bengkak

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

III S:
Ny. R mengatakan belum bisa melakukan aktivitas mandiri karena masih pusing

O:
1. Pasien tirah baring di tempat tidur
2. Aktivitas pasien di bantu oleh keluarga
3. Pasien terlihat pusing dan lemah setelah dari kamar mandi

A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
3. Evaluasi Hari ketiga

Tanggal/Jam Nomor Evaluasi Paraf


(SOAP)
Diagnosa
I S:
Ny. R mengatakan pusing dan sakit kepala berkurang

O:
1. Pasien tampak masih meringis
2. Pasien tampak lemas
P : peningkatan resistensi pembuluh darah ke otak
Q : Seperti berdenyut
R : di daerah oksipital
S:5
T : 3 menit
3. Pasien terlihat dapat melakukan teknik nafas dalam sendiri
4. Pasien melakukan tindakan semi fowler
A: Masalah teratasi sebagia

P: Intervensi dilanjutkan

II S:
Ny. R mengatakan sudah dapat tidur dengan pulas

O:
1. Pasien tampak rileks
2. Pasien tampak segar
3. Pasien terlihat berkonsentrasi dengan baik
4. Mata pasien tidak terdapat bengkak

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

III S:
Ny. R mengatakan bisa melakukan aktivitas mandiri karena pusing berkurang

O:
1. Pasien tampak berjalan kecil di sekitar ruangan
2. Pasien terlihat berpindah posisi tempat tidur
3. Aktivitas pasien masih dibantu oleh keluarga
4. Pasien terlihat berhati-hati dengan memegang dinding

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Diane C.Baughman& JoAnn C.Hankley. 2000. KEPERAWATAN MEDIKAL – BEDAH. Jakarta :


Buku Kedokteran : EGC
2. Nanda international edisi 10
3. Nursing Outcomes Clasification Edisi 5
4. Nursing Intervension Clasification Edisi 5
5. http://eprints.umpo.ac.id/2194/2/MONOGRAF%2C%20terbit%20Nopember%202015%20revisi.pdf

Anda mungkin juga menyukai