Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL TUGAS AKHIR

KONTROL KESEIMBANGAN BEBAN LISTRIK TIGA


FASA

CONTROL OF THREE PHASE ELECTRIC LOAD BALANCE

Oleh:
FELBRISKI RIVETSON SETTI
15 020 022

POLITEKNIK NEGERI MANADO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER
2019

i
RESUME PROPOSAL

Konsumen listrik daya besar atau konsumen yang memiliki gardu distribusi
sendiri, seperti Institusi Pendidikan, Hotel, Perkantoran, Pusat perbelanjaan,
Industri, dll tersambung dengan listrik 3 fasa (fasa R, fasa S dan fasa T). Dalam
perencanaan dan pemasangan instalasi listrik oleh instalatir (Ahli kelistrikan) selalu
direncanakan beban yang tersambung di fasa R, S dan T diusahakan seimbang
(sama besar), akan tetapi padapengoperasian(ON/OFF) bebanlistrik tidak dapat
diatur sama besar bebannyadi setiap fasa, karena pengoperasian (ON/OFF)
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna listrik,sehingga terjadi
beban tidakseimbang. Akibat beban tidak seimbang di setiap fasa menyebabkan
terjadinya rugi-rugi daya listrik. Hal ini akan lebih besar terjadi rugi-rugi daya
listrik seiring dengan waktu,jika penambahan beban atau perkembangan instalasi
listrik tanpa memperhatikan gambar perencanaan awal pemasangan instalasi.
Dalam penelitian ini akan dibuat suatu sistem kontrol otomatis untuk
mengatur beban tidak seimbang antar fasa. Sistem kontrol otomatis ini akan
ditempatkan pada sub panel agar pemerataan beban antar fasa relative seimbang,
dimana peralatan ini mendeteksi besar arus sumber utama di setiap fasa R, S dan T.
jika terjadi beban tidak seimbang antar fasa dan melampaui settingan waktu dan
besar arus, secara otomatis sistem kontrol ini akan bekerja memindahkan beban dari
fasa yang terhubung dengan beban lebih banyak ke fasa yang terhubung dengan
beban sedikit, agar beban yang terpasang di fasa R, S dan T relative
seimbang.Sistem ini juga dapat memaksimalkan penggunaan daya listrik yang
tersambung. Dan jika terjadi satu atau dua fasa yang hilang (OFF), sistem ini akan
memberi informasi pada penggua berupa alarm, bahwa ada terjadi kehilangan fasa
agar pengguna dapat melakukan tindakan pemadaman listrik secara keseluruan
untuk menghindari terjadinya rugi-rugi daya yang sangat besar.
Metode dalam pembuatan sistem ini dimulai dengan tahapan studi literatur,
studi lapangan untuk memperoleh data-data pemilihan peralatan/komponen yang
akan digunakan dalam pembuatan sistem kontrol otomatis. Tahapan selanjutnya
adalah perancangan perangkat keras yang bertujuan untuk memodelkan sistem yang

ii
akan dibangun dan dilanjutkan dengan perancangan perangkat lunak berupa
pembuatan algoritma untuk kerja sistem. Pembuatan sistem merupakan tahapan
selanjutnya yang meliputi pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak. Tahap
selanjutnya adalah dilakukan pengujian sistem kontrolsecara keseluruan untuk
mengetahui apakah telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Tahap
selanjutnya adalah melakukan uji coba kerja dari sistem kontrol pada beban
simulasi dan kemudian beban reel dan tahap terakhir adalah implementasi sistem
kontrol.

Kata Kunci :Keseimbangan Beban Listrik, Rugi-rugi Daya Listrik,


Pengontrolan kestabilan Fasa listrik

iii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i

RESUME PROPOSAL ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 6

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 7

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 7

1.4 Manfaat ..................................................................................................... 7

1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 7

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 9

2.1 LANDASAN TEORI ............................................................................... 9

2.1.1 State of The Art ................................................................................. 9

2.1.2 Beban Tiga Fasa ................................................................................ 9

2.1.3 Beban Tiga-Fasa Seimbang Terhubung Bintang (Y) ...................... 10

2.1.4 Beban Tiga-Fasa Tidak Seimbang Terhadap Bintang (Y) .............. 11

2.1.5 Rugi-rugi Daya (Power Losses) ...................................................... 12

2.1.6 Arduimo Uno .................................................................................. 13

2.1.7 LCD (Liquid Crystal Display) ........................................................ 14

2.1.8 I2C LCD Backpack ......................................................................... 17

2.1.9 Light Emiting Diode (LED) ............................................................ 18

2.1.10 Resistor............................................................................................ 19

2.1.11 Kabel Jumper .................................................................................. 19

iv
2.1.12 Sensor Arus ACS712 ...................................................................... 20

2.1.13 Driver Relay .................................................................................... 22

2.1.14 Tinjauan Penelitian Terdahulu: ....................................................... 24

BAB III PERANCANGAN SISTEM .................... Error! Bookmark not defined.

3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................. 25

3.1.1 Tempat............................................................................................. 25

3.1.2 Waktu .............................................................................................. 25

3.2 Bahan dan Alat ....................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Listrik sudah merupakan suatu kebutuhan pokok sehari-hari bagi setiap
orang di perkotaan, selain kebutuhan akan sandang-pangan. Permintaan akan
penyambungan daya listrik sangat besar oleh konsumen, hal ini tidak seiring
dengan penyediaan/ pembanggunan pembangkit tenaga listrik yang baru, sebab
pembangunan suatu pembangkit tenaga listrik membutuhkan waktu dan
investasi/biaya besar.
Bagi konsumen listrik daya besar, seperti Institusi pendidikan, Hotel,
Perkantoran, Pusat perbelanjaan, Industri, dll tersambung dengan listrik 3 fasa
(fasa R, S dan T).Listrik biasanya digunakan sebagai penerangan atau
menjalankan mesin-mesin listrik. Dalam perencanaan dan pemasangan instalasi
listrik oleh instalatir (Ahli kelistrikan) selalu direncanakan beban yang
tersambung di fasa R, S dan T diusahakan merata (sama besar), akan tetapi pada
pengoperasian (ON/OFF)listrik tidak selalu merata pada setiap fasa, sehingga
terjadi beban tidak seimbang antar fasa. Akibat beban tidak seimbang antar fasa
menyebabkan rugi-rugi daya listrik. Hal ini akan lebih besar terjadi beban tidak
seimbang seiring dengan waktu terjadi penambahan beban atau perkembangan
instalasi diluar perencanaan awal pemasangan instalasi.
Beban tidak seimbangdi fasa R, S dan T akan membuat ada arus yang mengalir
dititik netral. Makin besar beban tidak seimbang akan membuat juga makin
besar arus yang mengalir pada titik netral. Hal ini membuat ada daya listrik yang
terbuang sia-sia atau terjadi rugi-rugi daya. Selain rugi-rugi daya, beban tidak
seimbang ini akan memberi kontribusi pada penyaluran daya oleh transformator
kurang maksimal.
Untuk meminimal terjadinya rugi-rugi daya listrik yang diakibatkan
pengoperasian beban tidak seimbang dan seiring waktu terjadi pengembangan
instalasi listrik tanpa memperhatikan perencanaan instalasi listrik awal
pemasangan, serta jika terjadi kehilangan satu atau dua fasa lisrik, maka perlu

6
ditambahkan suatu sistem kontrol yang dapat mendeteksi dan mengatur beban
di fasa R, fasa S dan fasa T relative seimbang, disamping itu sistem Kontrol
yang dibuat juga dapat memberikan informasi kepada pengguna jika terjadi
kehilangan satu atau dua fasa agar dapat terhindar dari rugi-rugi daya.

1.2 Perumusan Masalah


bagaimana merancang control interface keseimbangan beban tiga fasa

1.3 Tujuan
Membuat prototype control keseimbangan beban tiga fasa

1.4 Manfaat
Perlu juga dijelaskan manfaat/kontribusi secara saintifik dari perkiraan hasil
yang yang diharapkan.

1.5 Batasan Masalah


Hanya membahas control keseimbangan beban tiga fhasa.

1.6 Sistematika Penulisan


Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat, manfaat
penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka


Dalam bab ini di jelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan cara kerja dari alat. itu
mengetahui perangkat yang akan di gunakan hingga bahasa
pemograman yang akan di pakai.

7
Bab III : Perancangan Sistem
Dalam bab ini dibahas tentang tempat dan waktu penelitian,
peralat dan bahan yang di pakai, perancangan sistem,
perancangan perangkat keras, diagram blok

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI


2.1.1 State of The Art
Dalam penelitian ini akan dibuat suatu sistem kontrol otomatis untuk
mengatur beban tidak seimbang antar fasa. Sistem kontrol otomatis ini akan
ditempatkan pada sub panel agar pemerataan beban antar fasa relative seimbang ,
dimana peralatan ini mendeteksi besar arus sumber utama di setiap fasa R, S dan T.
jika terjadi beban tidak seimbang antar fasa dan melampaui settingan waktu dan
besar arus, secara otomatis sistem kontrol ini akan bekerja memindahkan beban dari
fasa yang terhubung dengan beban lebih banyak ke fasa yang terhubung dengan
beban sedikit, agar beban yang terpasang di fasa R, S dan T relative seimbang.
Sistem ini juga dapat memaksimalkan penggunaan daya listrik yang tersambung.
Adapun yang menjadi hal terbarukan dari penelitian ini adalah dapat di
implementasi sistem kontrol otomatis yang dapat membuat beban yang tersambung
di fasa R, fasa S, dan fasa T relative seimbang agar rugi-rugi daya listrik dapat di
minimumkan serta memaksilmalkan penyaluran daya dari transformator distribusi.
2.1.2 Beban Tiga Fasa
Yang dimaksud dengan keadaan beban seimbang adalah suatu
keadaan di mana: Ketiga vektor arus / tegangan sama besar. K e t i g a v e k t o r
s a l i n g m e m b e n t u k s u d u t 1 2 0 ° s a t u s a m a l a i n . Sedangkan yang
dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di mana
salah satu atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi.
Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada 2 yaitu :
 Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120 0
satu sama lain.
 Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut
120 0 satu sama lain.

9
Gambar 2.1 Vektor Diagram Arus
Gambar 1 menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan
seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya l R , IS ,
I T adalah sama dengan nol sehingga tidak muncul arus netral (I N ).
Sedangkan pada Gambar 1 (b) menunjukkan vektor diagram arus yang
tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya
I R , I S , I T tidak sama dengan sehingga m uncul sebuah besaran yaitu
arus netral (I N ) yang besarnya bergantung dari seberapa besar faktor
ketidakseimbangannya.
2.1.3 Beban Tiga-Fasa Seimbang Terhubung Bintang (Y)
Untuk sumber dan beban yang tersambung bintang (star) atau Y, hubungan
antara besaran listriknya adalah sebagai berikut:
Vline
Vdelta =
3 (2.1)

Istar = Iline (2.2)

Vstar V
Zstar =  line
I star 3I line (2.3)

2
Vline
Sstar = 3xVstar X Istar = 3Vline x Iline = = I2linex Zstar
Z star (2.4)

10
P = S cos  (2.5)

Q = S sin  (2.6)

2.1.4 Beban Tiga-Fasa Tidak Seimbang Terhadap Bintang (Y)


Untuk beban tiga fasa tidak seimbang, impedansi beban adalah sebagai
berikut:

Z a  Z a a (2.7)

Zb  Zb b (2.8)

Zc  Zc c

(2.9)

Jika tegangan dianggap seimbang, maka diperoleh besarnya arus sebagai


berikut:

V a 00
Ia   I a a
Z a a (2.10)

V b 1200
Ib   I b 120b  b
Zb b (2.11)

V c 2400
Ic   I c 2400  c
Zc c (2.12)

11
Karena beban tidak seimbang maka akan menimbulkan arus di netral sistem
sebesar:

I n  I a   a  Ib 1200  b  I c 2400  b  0 (2.13)

2.1.5 Rugi-rugi Daya (Power Losses)


Rugi-rugi daya atau hilang daya (power losses) penyaluran didefinisikan
sebagai selisih daya aktif yang dikirim dari sumber pada ujung kirim dikurangi daya
aktif yang diterima beban pada ujung terima, maka diperoleh:

PLoss =PS -PR (2.14)


Atau,
I2R =PS – PR (2.15)

Untuk sistem tiga fasa seimbang, rugi-rugi daya adalah:

PLoss = 3I2 R (2.16)

Untuk sistem tiga fasa tidak seimbang, rugi-rugi daya adalah:

PLoss = I12 R  I 22 R  I 32 R (2.17)

Jika dinyatakan dalam persentase, maka diperoleh:

Ps  PR
PLoss (%) = 100%
PS (2.18)

Efisiensi (efficiency) penyaluran daya sistem tenaga listrik, dalam hal ini
sistem distribusi adalah sebagai berikut:

12
PR
 (%)  x100% (2.19)
PS (2.19)

2.1.6 Arduimo Uno


Arduino uno adalah sebuah board dengan minimum sistem mikrokontroler
yang bersifat open source yang mampu men-support mikrokontroller dan dapat
dikoneksikan dengan komputer menggunakan kabel USB. Didalam rangkaian
board arduino unoterdapat mikrokontroler AVR seri ATMega 328 yang merupakan
produk dari Atmel, juga memiliki 14 pin input/output yang mana 6 pin dapat
digunakan sebagai output PWM, 6 analog input, crystal osilator 16 MHz, koneksi
USB, jack power, ICSP, dan tombol reset.

Gambar 2.2 Bentuk Fisik Tipe Arduino Uno

Sumber: https://projectbangokky.files.wordpress.com/2014/11/arduino_uno_2.jpg

Arduino memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan board


mikrokontroler yang lain selain bersifat open source, arduino mempunyai bahasa
pemrogramanya sendiri berupa bahasa C/C++yang sudah disederhanakan dan
dimodifikasi. Untuk mengirimkan hasil kompilasi dalam pengontrolan arduino
digunakan Software Arduino.

Gambar 2.3 Tampilan software arduino

13
Board arduinouno sendiri sudah terdapat loader berupa USB sehingga
memudahkan pengguna ketika ingin memprogram mikrokontroler didalam arduino.
Port USB tersebut selain untuk loader ketika memprogram, bisa juga difungsikan
sebagai port komunikasi serial.
Berikut spesifikasi dari Arduino Uno:

 Mikrokontroler ATmega328.

 Catu Daya 5V.

 Teganan Input (rekomendasi) 7-12V.

 Teganan Input (batasan) 6-20V.

 Pin I/O Digital 14 (of which 6 provide PWM output).

 Pin Input Analog 6.

 Arus DC per Pin I/O 40 Ma.

 Arus DC per Pin I/O untuk PIN 3.3V 50 Ma.

 Flash Memory 32 KB (ATmega328) dimana 0.5 KB digunakan oleh

bootloader.

 SRAM 2 KB (ATmega328).

 EEPROM 1 KB (ATmega328).

 ClockSpeed 16 MHz

2.1.7 LCD (Liquid Crystal Display)


LCD yang digunakan adalah jenis LCD M1632, yang merupakan modul

LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya rendah. Modul tersebut

dilengkapi dengan desain mikrokontroler yang didesain khusus untuk

mengendalikan LCD.Mikrokontroler HD44780 buatan Hitachi yang berfungsi

14
sebagai pengendali LCD memiliki CGROM, CGRAM, dan DDRAM.Berikut

bagian-bagian dari LCDM1632.

1. DDRAM (Display data Random Accsee Memory) merupakan memori tempat

karakter yang ditampilkan berada. Contoh untuk karakter ‘L’ atau 4CH yang

ditulis pada alamat 00, karakter tersebut akan tampil pada baris pertama dan

kolom pertama dari LCD. Apabila karakter tersebut ditulis pada alamat 40,

maka karakter tersebut akan tampil pada baris kedua kolom pertama dari LCD.

2. CDRAM (Character Generator Random Acces Memory) merupakan memori

untuk menggambarkan pola sebuah karakter di mana bentuk dari karakter dapat

diubah-ubah sesuai keinginan. Namun, memori akan hilang saat power supply

tidak aktif sehingga pola karakter akan hilang.

3. CGROM (Character Generator Read Only Memory) merupakan memori untuk

menggambarkan pola sebuah karakter di mana pola tersebut sudah ditentukan

secara permanent dari HD44780 sehingga pengguna tidak dapat mengubahnya

lagi. Namun, oleh karena ROM bersifat permanent, pola karakter tersebut tidak

akan hilang walaupun power supply tidak aktif (www.lcd-module.de).

Untuk keperluan antarmuka suatu komponen elektronik dengan


mikrokontroler, perlu diketahui fungsi dari setiap kaki pada LCD.Pada Gambar 2.4
memperlihatkan modul LCD karakter 2x16.

15
Gambar 2.4 Modul LCD karakter 2x16

Dari Gambar 2.4, dapat dijelasakan fungsi dari setiap kaki pada LCD, sebagai

berikut :

1. Kaki 1 (VCC)

Kaki ini dihubungkan dengan tegangan +5 Volt yang merupakan tegangan

untuk sumber daya dari HD44780

2. Kaki 2 (GND)

Kaki ini dihubungkan dengan tegangan 0 volt (ground) dan modul LCD

3. Kaki 3 (VEE/VLCD)

Tegangan pengatur kontras LCD, kaki ini terhubung pada V5

4. Kaki 4 (RS)

Register Select, kaki pemilih register yang akan diakses. Untuk akses ke

register data, logika dari kaki ini adalah 1 dan untuk akses ke register perintah,

logika dari kaki ini adalah 0.

5. Kaki 5 (R/W)

Logika 1 pada kaki ini menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode

pembacaan dan logika 0 menunjukkan bahwa modul LCD sedang pada mode

penulisan.Untuk aplikasi yang tidak memerlukan pembacaan data pada modul

LCD, kaki ini dapat dihubungkan langsung ke ground.

6. Kaki 6 (E)

Enable Clock LCD, kaki ini mengaktifkan clock LCD. Logika 1 pada kaki ini

diberikan pada saat penulisan atau pembacaan data.

7. Kaki 7-14 (D0-D7)

16
Data bus, kedelapan kaki modul LCD ini adalah bagian di mana aliran data

sebanyak 4 bit atau 8 bit mengalir saat proses penulisan maupun pembacaan

data.

8. Kaki 15 (Anoda)

Berfungsi untuk tegangan positif dari backlight modul LCD sekitar 4,5 Volt.

9. Kaki 16 (Katoda)

Tegangan negatif backlight modul LCD sebesar 0 Volt.

2.1.8 I2C LCD Backpack


Inter Integrated Circuit atau sering disebut I2C adalah standar

komunikasiserial dua arah menggunakan dua saluran yang didesain khusus untuk

mengirim maupun menerima data. I2C merupakan bus standar yang didesain oleh

Philips pada awal tahun 1980-an untuk memudahkan komunikasi antar komponen

pada suatu rangkaian.

Fungsi I2C LCD Backpackadalah modul LCD yang dikendalikan secara serial

sinkron dengan protokol I2C/IIC Inter Integrated Circuit atau TWI (Two Wire

Interface).

Gambar 2.5 I2C LCD Backpack


Adapun I2C LCD Backpack ini bertujuan untuk mengurangi jumlah pin yang

digunakan pada koneksi antara arduino (atau microcontroller lainnya) dengan

character LCD. Berikut ini tabel konfigurasi I2C LCD Backpack :

17
Tabel 2.1 Konfigurasi I2C LCD Backpack
LCD I2C Backpack Mikrokontroler
GND GND
VCC 5v
SDA Analog Input
SCL Analog Input

2.1.9 Light Emiting Diode (LED)


LED merupakan sejenis dioda semikonduktor istimewa. Seperti sebuah

dioda normal, LED terdiri dari sebuah chip bahan semikonduktor yang diisi penuh,

atau di-dop, dengan ketidakmurnian untuk menciptakan sebuah struktur yang

disebut p-njunction.Pembawa muatan elektron dan Hole (lubang) mengalir ke

junction dari elektrode dengan tegangan berbeda.Ketika elektron bertemu dengan

lubang, dia jatuh ke tingkat energi yang lebih rendah dan melepas energi dalam

bentuk photon (Tooley, Mike. 2002). Gambar 4 memperlihatkan bentuk fisik

komponen LED.

Gambar 2.6 Bentuk fisik komponen LED.


Warna (emisi cahaya) LED, tergantung dari selisih pita energi dari bahan yang

membentuk p-n junction.Warna LED yang biasa dijumpai adalah merah, hijau dan

kuning.(Tooley, Mike. 2002).

Tak seperti lampu pijar dan neon, LED mempunyai kecenderungan

polarisasi.ChipLED mempunyai kutub positifdan negatif (p-n) dan hanya akan

18
menyala bila diberikan arus maju. Ini dikarenakan LED terbuat dari bahan

semikonduktor yang hanya akan mengisinkan arus listrik mengalir ke satu arah dan

tidak ke arah sebaliknya. Bila LED diberikan arus terbalik, hanya akan ada sedikit

arus yang melewati chipLED. Ini menyebabkan chip LED tidak akan mengeluarkan

emisi cahaya.

2.1.10 Resistor
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai penahan arus

yang mengalir dalam suatu rangkaian dan berupa terminal dua komponen

elektronik yang menghasilkan tegangan pada terminal yang sebanding dengan arus

listrik yang melewatinya sesuai dengan hukum Ohm (V =IR). Sebuah resistor tidak

memiliki kutub positif dan negatif, tapi memiliki karakteristik utama yaitu resistansi

dan toleransi. Dengan adanya resistor menyebabkan arus listrik dapat disalurkan

sesuai dengan kebutuhan juga untuk membangkitkan frekuensi tinggi dan rendah

dengan bantuan transistor dan kapasitor.

Gambar 2.7 Resistor.


2.1.11 Kabel Jumper
Kabel jumperadalah suatu istilah kabel yang ber-diameter kecil yang di

dalam dunia elektronika digunakan untuk menghubungkan dua titik ataupun lebih

dan dapat untuk menghubungkan dua komponen atau lebih yaitu komponen

elektronika.

19
Gambar 2.7 Kabel Jumper

Jenis – jenis kabel jumper yang biasa di gunakan adalah jenis jenis kabel jumper
dengan konekor male to male, male to female, female to female.

2.1.12 Sensor Arus ACS712


Sensor arus dari keluarga ACS712 adalah solusi untuk pembacaan arus
didalam dunia industri, otomotif, komersil dan sistem-sistem komunikasi.Sensor ini
biasanya digunakan untuk mengontrol motor, deteksi beban listrik, switched-mode
power supplies dan proteksi beban berlebih.Sensor ini memiliki pembacaan dengan
ketepatan yang tinggi, karena didalamnya terdapat rangkaian low-offset linear Hall
dengan satu lintasan yang terbuat dari tembaga. Cara kerja sensor ini adalah arus
yang dibaca mengalir melalui kabel tembaga yang terdapat di dalamnya yang
menghasilkan medan magnet yang ditangkap oleh integrated Hall IC dan diubah
menjadi tegangan proporsional. Ketelitian dalam pembacaan sensor dioptimalkan
dengan cara pemasangan komponen yang ada di dalamnya antara penghantar yang
menghasilkan medan magnet dengan hall transducer secara berdekatan. Persisnya,
tegangan proporsional yang rendah akan menstabilkan Bi CMOS Hall IC yang telah
dibuat untuk ketelitian yang tinggi oleh pabrik, di mana titik tengah output sensor
sebesar (>VCC/2) saat peningkatan arus pada penghantar arus yang digunakan
untuk pendeteksian. Hambatan dalam penghantar sensor sebesar 1,5mΩ dengan
daya yang rendah. Ketebalan penghantar arus didalam sensor sebesar 3x kondisi
overcurrent. Sensor ini telah dikalibrasi oleh pabrik (data book ACS712). Bentuk
fisik IC sensor arus ACS712 dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.
Konfigurasi kaki dari IC sensor arus ACS 712 :

20
1. Kaki nomor 1 dan 2 merupakan terminal masukan arus IP+.
2. Kaki nomor 3 dan 4 merupakan terminal masukan arus IP-.
3. Kaki nomor 5 merupakan terminal untuk groud.
4. Kaki nomor 6 merupakan terminal filter yang berfungsi sebagai pengaturan
bandwidth.
5. Kaki nomor 7 merupakan terminal keluaran sinyal analog dari sensor.
6. Kaki nomor 8 merupakan terminal catu daya untuk IC.

1 8

2 7

3 6

4 5

Gambar 2.7 Sensor Arus ACS712

Adapun spesifikasi dari sensor arus ACS 712 adalah sebagai berikut :
1. Berbasis ACS712 dengan fitur:
a. Rise time output = 5 μs.
b. Bandwidth sampai dengan 80 kHz.
c. Total kesalahan output 1,5% pada suhu kerja TA = 25°C.
d. Tahanan konduktor internal 1,2mΩ.
e. Tegangan isolasi minimum 2,1kV RMS antara pin 1-4 dan pin 5-8.
f. Sensitivitas output 185 mV/A.
g. Mampu mengukur arus AC atau DC hingga 5 Ampere.
h. Tegangan output proporsional terhadap input arus AC atau DC.
2. Tegangan kerja 5 Vdc.
Untuk menentukan besarnya tegangan pada kaki output yaitu dengan menggunakan
persamaan :
VOutput= 2.5 ± ( 0.185 x I ) ………………………………………….. (1)
Di mana I adalah arus yang terdeteksi dalam satuan ampere (data book ACS712).

Pada penelitian ini, sensor arus ACS712 digunakan untuk membaca data arus
peralatan penyejuk udara. Keluaran dari sensor arus yang berbentuk sinyal analog

21
tersebut akan dikonversi ke bentuk sinyal digital oleh rangkaian ADC yang berada
pada mikrokontroler, kemudian diolah menjadi data Wh dan Harga Bayar dalam
Rupiah.

2.1.13 Driver Relay


Penggunaan relay sering menjadi pilihan karena relay mudah untuk
dikontrol, di mana didalam aplikasinya relay dapat diberi beban yang besar baik
beban AC maupun DC, dan sebagai isolator yang baik antara rangkaian beban
dengan rangkaian kendali. Rangkaian interface relay dapat dibangun menggunakan
konsep transistor sebagai saklar (Tooley, Mike. 2002). Transistor yang digunakan
untuk driver relay dapat dikonfigurasikan dengan transistor darlington. Transistor
bipolar merupakan komponen yang bekerja berasarkan ada atau tidaknya arus pada
kaki basis yang berfungsi sebagai pemicu dari transistor tersebut. Pada aplikasi
driver relay ini transistor berfungsi sebagai saklar, di mana jika tidak ada arus yang
mengalir pada kaki basis dari transistor C1, maka transistor berada dalam keadaan
off sehingga relay tidak bekerja. Tetapi jika terdeteksi ada arus yang mengalir pada
kaki basis dari transistor C1, maka transistor C1 akan memicu kerja dari transistor
C2 sehinggga relay bekerja. Pada umumnya dalam sebuah rangkaian pengendali
relay digunakan sebuah dioda yang diparalel dengan coil. Dioda diperlukan, guna
menghubung singkatkan tegangan induksi yang mucul disaat saklar menuju posisi
off. Penghubung singkatan disini bertujuan untuk menghilangkan tegangan induksi
yang dihasilkan oleh koil relai ketika arus tiba - tiba jatuh. Hal ini diperlukan karena
relai merupakan beban yang bersifat induktif. Sehingga dengan demikian dapat
menyelamatkan transistor tersebut. Teknik interface antara relay dengan rangkaian
digital atau rangkaian mikrokontroler dapat dilihat pada Gambar 6.

22
VCC

A1

A2
RB
V IN C1

C2

Gambar 2.8 Driver Relay


Guna mengaktifkan relai dibutuhkan sinyal Vcc dan ground yang terhubung
dengan coil pada relay tersebut. Untuk mengetahui besarnya arus relay dan arus
basis yaitu dengan menggunakan persamaan :
𝑉𝑐𝑐
IRelay = ………………………………………………..…… (2)
𝑅𝑅𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑉𝑐𝑐−𝑉𝐵𝐸
IB = ………………………………………………..…… (3)
𝑅𝑏

Di mana :
IRelay = Arus relay
VCC = Tegangan masukkan
IB = Arus basis
RRelay = Tahanan relay
VBE = Tegangan base-emitor

23
2.1.14 Tinjauan Penelitian Terdahulu:

1). Fanny Jouke Doringin, Tesis, UNHAS, 2010


Judul : Sistem Kendali Penyeimbang Beban Tiga Fasa Di Jaringan Distribusi
Hasil Yang Diperoleh :
Dari hasil pengujian sistem diperoleh perbedaan putaran per satu putaran antara
fasa normal dan satu fasa hilang untuk beban 550 Watt adalah 60 putaran
sedangkan perbedaan waktu adalah 70 sekon ini menunjukan bahwa ketika salah
satu fasa pengukuran hilang maka ada 9,9 Watt. Dari hasil pengujian hilangnya dua
fasa pengukuran mengakibatkan hilangnya daya sebesar 16,47 watt dan putaran
untuk beban induktif adalah nol.

2). Stephy Beatrix Walukow, Tesis UNHAS, 2010


Judul : Sistem Kendali Jalur Fasa Pada KWH Meter Pelangan Listrik Daya
Besar.
Hasil Yang Diperoleh :
Dari hasil pengujian sistem diperoleh fasa hilang akibat factor human error, agar
terjadi penurunan tarif listrik. Diperoleh kerugian listrik dari pihak PLN hamper
60% dari pemakaian energi listrik.

3). I Wayan Suwardana, I Putu Sutawinaya dan I Ayu Rai Wulandari, Jurnal,
2014
Judul : Studi Analisis Rugi-Rugi Daya pada Penghantar Netral Akibat Sistem
Tidak Seimbang di Jaringan Distribusi Gardu KA 1495 Penyulang Citraland
Menggunakan Simulasi Program ETAP 7.0.
Hasil Yang Diperoleh :
Rugi-rugi daya yang terjadi pada penghantar netral saluran induk mengacu pada
data hasil pengukuran adalah sebesar 56,5138 watt, sedangkan yang mengacu pada
data hasil simulasi ETAP adalah 56,9325 watt.

24
BAB III
PERANCANGAN SISTEM

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Manado
3.1.2 Waktu

3.2 Bahan dan Alat


Dalam penulisan proposal tugas akhir ini, penulis menggunakan alat dan
bahan sebagai berikut dan ada kemungkinan terjadi-nya perubahan penggunaan alat
dan bahan selama proses pembuatan, yaitu :

Hardware
1. Laptop
2. Arduino Uno
3. LCD (Liquid Crystal Display)
4. I2C LCD Backpac
5. Light Emiting Diode (LED)
6. Resistor
7. Kabel Jumper
8. Sensor Arus AXS712
9. Driver Relay

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai