Anda di halaman 1dari 17

Penjelasan Mendikbud Nadiem Tentang Penyederhanaan RPP

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim


mengatakan, penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dalam kebijakan Merdeka Belajar didedikasikan untuk para guru.
Nadiem ingin meringankan beban administrasi guru. RPP yang
sebelumnya terdiri dari belasan komponen, kini disederhanakan menjadi
tiga komponen inti yang dapat dibuat hanya dalam satu halaman.
“Jadi yang tadinya ada belasan komponen, kita bikin jadi tiga komponen
inti, yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau
penilaian pembelajaran,” ujar Nadiem, Jumat (20/12).
Selanjutnya, Kemendikbud akan memberikan beberapa contoh RPP
singkat yang cukup dikerjakan dalam satu halaman tetapi tetap
berkualitas. Hal yang penting dalam sebuah RPP, lanjut Mendikbud
Nadiem, bukan tentang penulisannya, melainkan tentang proses refleksi
guru terhadap pembelajaran yang terjadi. Sebenarnya esensi RPP atau
lesson plan adalah proses refleksi dari guru itu.
"Pada saat dia menulis suatu RPP, dia laksanakan di kelas besoknya, lalu
dia kembali pada RPP itu untuk melakukan refleksi. Tercapai enggak, apa
yang dia maksudkan? Dari situlah pembelajaran terjadi. Jadi bukan
dengan menulis 10 halaman sekadar buat administrasi,” tuturnya.

Dia pun meminta para kepala dinas pendidikan mensosialisasikan


kebijakan ini kepada pengawas sekolah di wilayahnya masing-masing agar
mereka mengerti esensi dari RPP. Agar RPP dilakukan tetapi tidak
menjadi beban terlalu berat. Sebab, esensinya adalah proses yang terjadi.
"Itu yang penting," tegasnya.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar


Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP
dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD).
Dengan adanya kebijakan baru tentang penyederhanaan RPP ini, guru
bebas membuat, memilih, mengembangkan, dan menggunakan RPP
sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada murid. Efisien
berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak menghabiskan
banyak waktu dan tenaga.
Efektif berarti penulisan RPP dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berorientasi pada murid berarti penulisan RPP dilakukan
dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan kebutuhan belajar
murid di kelas. Guru dapat tetap menggunakan format RPP yang telah
dibuat sebelumnya, atau bisa juga memodifikasi format RPP yang sudah
dibuat.(esy/jpnn)
4 Kebijakan Baru Mendikbud Nadiem Makarim, Guru & Orang Tua Siswa
Harus Tahu
Tahun 2020, Berikut 4 Kebijakan Baru Mendikbud Nadiem Makarim, Guru
dan Pemda Harus Beradaptasi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, memiliki beberapa
gebrakan baru usai dilantik sebagai Mendikbud oleh Presiden Joko
Widodo.
Beberapa di antaranya adalah mengganti Ujian Nasional (UN) dengan
sistem penilaian baru dan mengubah konsep pilihan ganda di Ujian
Sekolah.

Selain itu, kebijakan soal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan


Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Melalui kebijakan yang disebutnya dengan "Merdeka Belajar", Menteri
Nadiem akan menyederhanakan penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
Beberapa komponen pun akan dipangkas.
Guru akan memiliki kebebasan dalam memilih, membuat, menggunakan,
dan mengembangkan format RPP.
Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan asesmen.
2. Ubah sistem zonasi PPDB
Selain itu, Nadiem juga mengubah sistem zonasi yang selama ini kerap
menimbulkan masalah.
Walaupun diubah, Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi saat
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang lebih fleksibel.
Nantinya komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa menimal 50
persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal
5 persen.
Sedangkan jalur prestasi atau sisanya sebesar 0-30 persen lainnya
disesuaikan dengan kondisi daerah.
Untuk merealisasikan sistem zonasi tersebut, Nadiem menyatakan akan
menyerahkan kepada kebijakan peraturan di daerah.
Kemendikbud hanya menyiapkan kisi-kisinya.
3. Ubah konsep ujian sekolah
Nadiem juga ingin merubah konsep pilihan ganda di Ujian Sekolah.
Nadiem mengatakan, dengan mempertahankan sistem Ujian Sekolah
dengan pilihan ganda, nantinya akan menutup pengembangan diri siswa.
Namun, sekolah lah yang berinovasi untuk mengubah konsep Ujian
Sekolah di program Merdeka Belajar.
Ia mempersilakan bagi sekolah yang telah siap, untuk melakukan konsep
penilaian Ujian Sekolah baru.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa masing-masing sekolah yang
menentukan kesiapan untuk merubah konsep penilaian berbasis pilihan
ganda.
Selain itu, perubahan ini menurutnya risikonya sangatlah rendah. Dengan
demikian, guru-guru dapat melakukan introspeksi diri.

4. Tunjangan Khusus Guru Terdampak Bencana


Ini Kabar Gembira untuk Guru dari Nadiem Makarim, Selain Tunjangan
Profesi Kini Ada Tambahan Tunjangan Lain, Ketum Ikatan Guru Indonesia
(IGI) Ramli Rahim merespon positif.
Tapi ada syaratnya.
Salah satu berita terpopuler tribun-timur.com edisi Sabtu (4/12020) adalah
tambahan tunjangan dari Menteri Pendidikan Nadiem Makarim kepada
para guru.
Menteri Nadiem Makarim akan memberi tambahan tunjangan lagi
berupa tunjangan khusus kepada para guru yang terdampak banjir.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim
merespon positif pemberian tunjangan khusus guru ini dan berharap
realisasi secepatnya.
IGI mendukung sepenuhnya kebijakan Mendikbud Nadiem Makarim yang
akan memberikan tunjangan khusus kepada guru-guru yang terdampak
bencana terutama bencana banjir.
Hal ini pernah dilakukan kemendikbud saat Bencana Palu-Donggala.

"Namun IGI menitip pesan agar kemendikbud


memberikan tunjangan secara merata kepada seluruh guru terdampak
bencana di seluruh Indonesia karena Indonesia bukan hanya Jakarta atau
hanya Jabodetabek saja," kata Ramli Rahim via keterangan tertulis
Minggu (5/1/2020)
IGI juga menitipkan agar selain guru berdampak bencana, pemerintah juga
lebih serius mendorong pemerintah daerah agar
memperhatikan guru honorer yang sudah lama menderita karena bencana
pendapatan rendah.
Selain itu pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga mesti memikirkan
anak didik yang senin besok 6 Desember 2020 akan mengakhiri masa
liburnya dan kembali ke bangku sekolah.
Dampak banjir juga bisa berpengaruh pada peralatan sekolah terutama
dalam menghadapi Ujian Nasional 2020
Yup, selain tunjangan profesi, sejumlah guru di Indonesia juga bakal
terima tunjangan khusus.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ( Kemendikbud ) akan
memberikan tunjungan khusus kepada para guru terdampak banjir yang
melanda di berbagai wilayah Indonesia.
Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim.
"Kemendikbud juga sedang melakukan pendataan untuk pemberian
tunjangan khusus bagi para guru terdampak banjir yang akan diberikan
selama 3 bulan," kata Nadiem Makarim
"Tunjangan profesi bagi guru terdampak banjir juga tetap akan
dibayarkan," katanya.
Kemendikbud belum merinci prosedur pencairan dana tunjangan khusus
untuk guru yang terdampak banjir di sejumlah wilayah ini.

Pernah Dilakukan saat Bencana Tsunami


Alokasi dana tunjangan khusus untuk guru yang terdampak bencana juga
pernah dilakukan Kemendikbud dalam penanganan bencana di Sulawesi
Tengah tahun 2018.
Kemendikbud telah mengalokasikan Rp 246,5 miliar untuk penanganan
bencana di Sulteng.
Selain untuk bantuan pembangunan sekolah darurat, anggaran tersebut
juga dialokasikan untuk bantuan berupa tunjangan khusus kepada guru
terdampak bencana di Sulteng, serta pemulihan kegiatan belajar.

Bantuan tersebut merupakan penyesuaian Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara (APBN) Kemendikbud tahun 2018.

Terus Melakukan Pendataan


Tim Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sedang
melakukan peninjauan dan pendataan sekolah terdampak banjir di wilayah
DKI Jakarta, Kota Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Depok, dan
Bogor, serta Kabupaten Bekasi, Bogor, Lebak, dan Bandung Barat.
"Selain sekolah, tim juga melakukan pendataan siswa, guru, dan tenaga
kependidikan terdampak bencana banjir," kata Nadiem Makarim.
Sekretariat Nasional Satuan Pendidikan Aman Bencana (Seknas SPAB)
Kemendikbud mencatat (per 3 Januari 2020) terdapat 290 sekolah
terdampak banjir di wilayah DKI Jakarta, yaitu 201 terendam banjir,
sedangkan 89 sekolah mengalami gangguan pada akses menuju sekolah.
Seknas SPAB juga melaporkan 8.420 siswa di DKI Jakarta terdampak
banjir.
Sementara itu, dari Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dilaporkan 12
sekolah mengalami kerusakan akibat banjir.
Dua puluh orang guru dan tenaga kependidikan terdampak banjir bandang
yang merendam rumah mereka.
"Tim dari Direktorat Pembinaan SMP dan LPMP Banten sudah turun ke
lapangan memberikan bantuan awal," ujar Mendikbud.

Bantuan Seragam
Kemendikbud memastikan akan memberikan bantuan seragam sekolah
bagi siswa sekolah terdampak musibah banjir yang terjadi di berbagai
tempat di Jakarta, Bekasi, Bogor, Tangerang, dan Banten.
“Benar (bantuan seragam sekolah) 100,” ujar Pelaksana Tugas Direktur
Pendidikan Anak Usia Dini, Dasar, dan Menengah, Harris Iskandar saat
dihubungi wartawan, Jumat (3/1/2020).
Menurut Harris, pihak Kemendikbud sedang berkoordinasi dengan dinas
pendidikan di daerah yang terkena bencana banjir.
Ia belum bisa memastikan berapa jumlah bantuan seragam yang akan
diberikan.
“Sedang dikonsolidasikan,” ujarnya.
Meski demikian, Kemendikbud belum memberi tahu pelaksanaan
pemberian bantuan seragam sekolah untuk anak-anak korban banjir.
Sebelumnya, banjir melanda sejumlah daerah di Jakarta, Bogor, Bekasi,
Tangerang, dan Banten.
Air merendam rumah hingga ketinggian mencapai 4 meter di beberapa
titik.
Banjir juga merusak dan menghanyutkan barang-barang milik warga tak
terkecuali perlengkapan sekolah.
Hingga saat ini belum ada penjelasan resmi dirilis pihak terkait tentang
berapa sekolah dan siswa terkena dampak banjir yang terjadi di beberapa
wilayah Jabodetabek beberapa hari terakhir ini.

Ganti UN Mulai 2021


Melansir Kompas.com, Mendikbud Nadiem Makarim akan mengganti ujian
nasional atau UN dengan asesmen kompetensi dan survei karakter.
Penghapusan UN efektif berlaku 2021 mendatang.
Namun sejumlah hal baru dalam sistem UN 2020 mulai diterapkan.
Hal itu diungkapkan Nadiem dalam rapat bersama Komisi X DPR di DPR,
Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019).
Kedua penilaian tersebut imbuhnya, sebagai penyederhanaan dari UN.
Dengan demikian, format UN per mata pelajaran mengikuti kelengkapan
silabus daripada kurikulum yang akan dihapus.
Lebih lanjut, Nadiem juga menjelaskan terdapat tiga alasan mengapa UN
diganti dengan kedua penilaian tersebut.
Di antaranya adalah UN dinilai terlalu fokus pada kemampuan menghafal
dan membebani siswa, orang tua dan juga guru.
Lalu, UN juga dinilai tidak menyentuh kemampuan pengembangan kognitif
dan karakter siswa.

Klarifikasi Nadiem Makarim: UN Tidak Dihapus, Hanya Diganti


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem mengklarifikasi
sejumlah pemberitaan yang menyebutkan dirinya mewacanakan
menghapus Ujian Nasional ( UN) pada tahun 2021. Ia menegaskan, kata
yang lebih tepat bukanlah menghapus UN, melainkan mengganti UN
dengan sistem penilaian baru. "Beberapa hal agar tidak ada mispersepsi,
UN itu tidak dihapuskan. Mohon maaf, kata dihapus itu hanya headline di
media agar diklik, karena itu yang paling laku. Jadinya, UN itu diganti jadi
asesmen kompetensi," kata Nadiem dalam rapat bersama Komisi X DPR
di DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (12/12/2019)
Selain dengan asesmen kompetensi, UN juga akan diganti dengan survei
karakter. Menurut Nadiem, kedua penilaian itu merupakan
penyederhanaan dari UN. Ia pun menegaskan sekali lagi bahwa bahasa
yang tepat bukanlah menghapus UN, melainkan mengganti sistem UN.
"Yang dihapus itu adalah format seperti yang sekarang. Yang dihapus itu
adalah format per mata pelajaran mengikuti kelengkapan silabus daripada
kurikulum," papar dia.
"Diganti, tapi dengan asesmen kompetensi minimum, yaitu hampir mirip-
mirip seperti PISA, yaitu literasi, numerasi, plus ada satu survei karakter,"
sambung Nadiem. Mengenai asesmen kompetensi minimum dan survei
karakter itu, Nadiem telah menjelaskannya dalam rapat kerja dengan
Komisi X DPR RI. Terdapat tiga alasan UN perlu diganti dengan kedua
pola penilaian tersebut. UN dinilai terlalu fokus pada kemampuan
menghafal dan membebani siswa, orang tua, serta guru.
Selain itu, UN juga dinilai tidak menyentuh kemampuan pengembangan
kognitif dan karakter siswa. "Untuk menilai aspek kognitif pun belum
mantap. Karena bukan kognitif yang dites, tapi aspek memori. Memori dan
kognitif adalah dua hal yang berbeda," kata Nadiem di DPR, Senayan,
Jakarta, Kamis (12/12/2019). "Bahkan tidak menyentuh karakter, values
dari anak tersebut yang saya bilang, bahkan sama penting atau lebih
penting dari kemampuan kognitif," lanjut dia.

Aturan Baru Nadiem Makarim: Ini Syarat Anak Masuk TK, SD, SMP
dan SMA
Setelah heboh keputusan ujian nasional (UN) dihapus tahun 2021, terbit
lagi aturan baru dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Nadiem Makarim. Aturan ini mengenai syarat anak untuk
masuk sekolah tingkat TK, SD, SMP, dan SMA atau SMK.
Tahun ajaran baru 2020/2021 memang baru akan dimulai Juli mendatang.
Namun Bunda dan Ayah wajib tahu nih beberapa syarat jika anak ingin
mulai bersekolah atau melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Persyaratan tersebut tertuang dalam Peraturan Mendikbud Nomor 44


Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Pada Taman
Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK).
Syarat Masuk TK, SD, SMP, dan SMA atau SMK
Berikut syarat masuk sekolah TK, SD, SMP, dan SMA atau SMK sesuai
Permendikbud Nomor 44 Tahun 2019:
Syarat Masuk TK
 Berusia 5 tahun atau paling rendah 4 tahun untuk TK Kelompok A
 Berusia 6 tahun atau paling rendah 5 tahun untuk TK Kelompok B.
Syarat Masuk SD (Kelas 1)
 Berusia 7 tahun sampai 12 tahun
 Paling rendah berusia 6 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan
 Sekolah wajib menerima siswa yang berumur 7-12 tahun
 Diperbolehkan masuk SD pada usia minimal 5 tahun 6 bulan pada tanggal
1 Juli tahun berjalan bila siswa atau anak memiliki potensi kecerdasan
atau bakat istimewa dan kesiapan psikis yang dibuktikan dengan
rekomendasi tertulis dari psikolog profesional
 Jika tidak ada rekomendasi dari psikolog, bisa diperoleh melalui dewan
guru sekolah.
Syarat Masuk SMP (Kelas 7)
 Berusia maksimal 15 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan
 Memiliki ijazah SD/sederajat atau dokumen lain yang menjelaskan siswa
telah menyelesaikan kelas 6 SD
Syarat Masuk SMA atau SMK (Kelas 10)
 Berusia maksimal 21 tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan
 Memiliki ijazah SMP/sederajat atau dokumen lain yang menjelaskan telah
menyelesaikan kelas 9 SMP.
 Untuk SMK dengan bidang keahlian, program keahlian, atau kompetensi
keahlian tertentu dapat menetapkan tambahan syarat khusus dalam
penerimaan siswa baru kelas 10.
Syarat Masuk Siswa Penyandang Disabilitas
Buat Bunda dan Ayah yang punya buah hati berkebutuhan khusus atau
penyandang disabilitas, jangan berkecil hati. Siswa penyandang disabilitas
dikecualikan dari syarat usia dan ijazah atau dokumen lain seperti tertera
di atas.

Syarat Lain
 Untuk masuk TK, SD, SMP, SMA atau SMK adalah melampirkan akta
kelahiran atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan oleh pihak
berwenang
 Akta kelahiran atau surat lahir tersebut dilegalisir lurah atau kepala desa
atau pejabat setempat lain yang berwenang sesuai dengan domisili siswa
 Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus, pendidikan layanan
khusus, serta berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar boleh
menetapkan syarat usia lebih tinggi dari yang sudah disebutkan di atas
 Buat calon siswa WNI atau WNA Kelas 7 SMP atau Kelas 10 SMA/SMK
yang berasal dari sekolah di luar negeri, selain harus memenuhi syarat
masuk SMP dan SMA/SMK, wajib pula menyerahkan surat keterangan
dari direktur jenderal yang menangani bidang pendidikan dasar dan
menengah
 Untuk calon siswa WNA wajib ikut matrikulasi pendidikan Bahasa
Indonesia paling singkat 6 bulan yang diselenggarakan oleh sekolah.

Penerimaan Murid Baru Lewat 4 Jalur


Penerimaan murid baru (PPDB) tahun depan dapat melalui 4 jalur atau
sistem:

1. PPDB Jalur Zonasi


Penerimaan calon siswa yang bertempat tinggal pada radius zona terdekat
dari sekolah. Kuotanya minimal 50% dari daya tampung sekolah. Pada
jalur zonasi, sekolah juga wajib menerima siswa yang tidak mampu dan
penyandang disabilitas.

“Zonasi sangat penting untuk mengatur pemerataan kualitas sekolah dan


peserta didik. Selain itu, menitikberatkan peran dan komposisi guru di
suatu daerah,” kata Nadiem dalam keterangan resminya di Jakarta, baru-
baru ini.

2. PPDB Jalur Afirmasi


Buat siswa yang berasal dari keluarga ekonomi tidak mampu, ada PPDB
jalur afirmasi. Tidak lagi pakai syarat Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM), tapi sekarang cukup melampirkan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Kuota penerimaan siswa melalui jalur afirmasi minimal 15% dari kapasitas
sekolah.

3. PPDB Jalur Perpindahan Tugas Orangtua/Wali


Ada lagi PPDB lewat jalur perpindahan tugas orangtua atau wali. Kuota
yang disediakan maksimal 5% dari kapasitas sekolah. Diperuntukkan bagi
siswa yang harus pindah tempat tinggal karena orangtua atau walinya
dipindah tugas ke daerah lain. Syarat pendaftaran melalui jalur ini
menyerahkan bukti surat penugasan dari instansi atau kantor tempat
orangtua atau walinya bekerja.

4. PPDB Jalur Prestasi


Siswa berprestasi dan ingin melanjutkan pendidikan di sekolah negeri
favorit, dapat menggunakan jalur prestasi. Tentu saja syaratnya
melampirkan hasil UN atau USBN, penghargaan di bidang akademik dan
non-akademik, baik tingkat nasional maupun internasional. Kuota
penerimaan siswa di jalur ini maksimal 30%.

Siapkan Tabungan Pendidikan


Begitu masuk tahun ajaran baru, biasanya orangtua pusing 7 keliling
memikirkan atau menyiapkan biaya pendidikan anak. Semakin tinggi
jenjangnya, makin mahal pula dananya. Tak jarang orangtua gali lubang
atau berutang untuk membayar biaya pendidikan anak.

Oleh karenanya, ayah dan bunda mulai menyiapkan tabungan pendidikan.


Menyisihkan minimal 20% dari gaji bulanan untuk tabungan pendidikan
anak. Ini adalah solusi aman untuk menutup biaya pendidikan yang selalu
naik setiap tahun. Ingat, masa depan anak ada di tangan Anda sebagai
orangtua.

Ini Contoh Soal Asesmen Pengganti UN Menurut Nadiem Makarim

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem


Makarim memberikan contoh soal dalam asesmen kompetensi atau ujian
pengganti ujian nasional (UN). Asesmen kompetensi dan survei karakter
bakal dimulai pada 2021.
Nadiem menyebut nantinya asesmen kompetensi akan berdasarkan
numerasi (matematika), literasi (bahasa) dan survei karakter.

"Contoh ada paragraf yang menjelaskan mengenai berbagai macam


alasan kenapa climate change itu terjadi. Lalu ada diagram chart yang
menjelaskannya. Lalu ada pertanyaan Ini masih pilihan ganda, tetapi beda
sifat," kata Nadiem dalam RDP dengan Komisi X, di Kompleks Parlemen
Senayan, Kamis (12/12).

Nadiem menyebut meski nantinya soal asesmen masih ada pilihan ganda,
namun berbeda dengan pilihan ganda UN saat ini.

"Untuk bisa menjawab pilihan ganda tersebut, anak itu harus bisa
memahami paragraf. Memahami argumen dan juga membaca diagram itu
untuk mengerti hal yang dimaksudkan dari visual display diagram itu. Ini
dari PISA bapak-bapak ibu-ibu," jelas Nadiem.
Contoh Soal

Sementara contoh soal matematika, Nadiem mencontohkan bagaimana


menganalisis buah apel.

"Contoh Matematika, dia mengukur menggunakan prinsip-prinsip


matematika yang tidak rumit sebenarnya, basic, tetapi harus diaplikasikan
dalam suatu konteks, di sini adalah tanaman buah apel misalnya yang
digambar," ujarnya.

"Ini masih standar tesnya, Bisa secara komputer, tentunya assismen kita
akan melalui komputer," tambahnya.

Mantan CEO Gojek ini kembali menegaskan, asesmen yang akan


diterapkan ini bukan buatan atau karangan Mendikbud sendiri, melainkan
melalui berbagai survei.

"Ini sekadar menjelaskan ini bukan buatan-buatan kita sendiri, ini sudah
berdasarkan 20 tahun analisa berbagai macam assement di seluruh dunia
di mana kita dibantu oleh PISA, World Bank, untuk menciptakan suatu
assesment kompetensi yang berkelas dunia. Tentunya harus kita adaptasi
menggunakan kearifan lokal konteksnya," ia menandaskan.

Konsep Asesmen Kompetensi, Nadiem Analogikan Murid Berenang


ke Pulau

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim


menjelaskan Ujian Nasional (UN) diganti menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter. Nadiem menjelaskan perbedaan antara
kompetensi dan mengakses informasi.

Nadiem menyampaikan hal ini dalam acara diskusi soal 'Pendidikan


Berbasis Standar: Sekarang dan Masa Depan' yang diadakan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Hotel Century Park, Jalan Pintu
Senayan Satu, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2019). Dia pun memberikan
analogi orang berenang saat menjelaskan konsep kompetensi yang ada
dalam asesmen pengganti UN. "Bayangkan kalau murid-murid kita itu
harus berenang kepada suatu pulau. Saat ini untuk mengetes kemampuan
dia berenang kepada pulau itu. Dia ditanya dan dilatih tahu nggak gaya
katak seperti apa? Tahu nggak gaya bebas seperti apa? Air itu apa?
Berenang itu apa?" tanya Nadiem kepada peserta.

Nadiem mengatakan saat ini sistem pendidikan Indonesia masih


menggunakan metode demikian. "Itu adalah sekarang metodenya yang
kita gunakan untuk mengetahui apa dia bisa berenang kepada pulau,"
ucap Nadiem.
Menurut Nadiem, apabila seseorang ingin bisa berenang, seharusnya
langsung dilatih untuk bisa berenang. Nadiem pun menjelaskan perbedaan
kompetensi dan mengakses informasi dengan analogi berenang.

"Kalau asesmen informasi 'tahu nggak apa itu berenang?' atau 'tahu nggak
apa itu gaya katak', 'tahu nggak gaya bebas'. Kalau kompetensi adalah
bisa berenang nggak? Langsung diceburin ke dalem laut, bisa berenang
atau tidak," ucap Nadiem. Nadiem juga mengatakan konsep UN saat ini
lebih kepada mengakses informasi sehingga banyak murid yang hanya
menghafal. Hal ini pun membuat banyak anak sekolah yang tidak bisa
berenang saat mereka terjun ke dunia kerja. "Pada saat anak-anak kita
keluar dunia nyata setelah mereka lulus SMA atau lulus perguruan tinggi.
Mereka nggak akan bisa berenang, karena pada saat itu mereka
langsung nyemplung laut dunia nyata. Dan mereka akan tenggelam. Dan
itulah yang terjadi sekarang di berbagai macam area di Indonesia," jelas
Nadiem.

Mendikbud Nadiem Luncurkan 4 Kebijakan Kampus


Merdeka, Ini Penjelasannya
Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengeluarkan
empat kebijakan Merdeka Belajar di lingkup pendidikan tinggi bernama “ Kampus
Merdeka”. Kebijakan Kampus Merdeka merupkan langkah awal dari rangkaian
kebijakan untuk perguruan tinggi. “Pendidikan tinggi di Indonesia harus menjadi ujung
tombak yang bergerak tercepat. Karena dia begitu dekat dengan dunia pekerjaan,” ujar
Nadiem dalam rapat koordinasi pendidikan tinggi di Kemendikbud, Jakarta, Jumat,
(24/1/2020). Adapun kebijakan Kampus Merdeka ini adalah hasil dari diskusi dari
berbagai elemen pendidikan seperti perguruan tinggi, industri, asosiasi, dan lingkup
pendidikan lain.
Tujuan dari kebijakan Kampus Merdeka, lanjut Nadiem adalah untuk mempercepat
inovasi di bidang pendidikan tinggi. “Kita ingin menciptakan dunia baru. Di mana S-1.
itu hasil gotong royong dari berbagai aspek masyarakat,” ujar Nadiem. Kebijakan
Kampus Merdeka ini sudah dituangkan dalam bentuk Peraturan Menteri. Nadiem
menyebutkan pelaksanaan kebijakan Kampus Merdeka bisa segera dilaksanakan.
Berikut empat pokok kebijakan Kampus Merdeka. 1. Otonomi Pembukaan Prodi Baru
Kemendikbud memberikan otonomi bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan
Perguruan Tinggi (PTS) untuk melakuan pembukaan atau pendirian Program Studi
(Prodi) baru.
Otonomi ini diberikan jika PTN dan PTS tersebut memiliki akreditasi A dan B, dan telah
melakukan kerja sama dengan organisasi dan/atau universitas yang masuk dalam QS
Top 100 World Universities. “Pengecualian berlaku untuk prodi kesehatan dan
pendidikan,” kata Nadiem Makarim. Nadiem menjelaskan kerja sama dengan
organisasi akan mencakup penyusunan kurikulum, praktik kerja atau magang, dan
penempatan kerja bagi para mahasiswa. Kemudian, Kemendikbud akan bekerja sama
dengan perguruan tinggi dan mitra prodi untuk melakukan pengawasan. “Tracer study
wajib dilakukan setiap tahun. Perguruan tinggi wajib memastikan hal ini diterapkan,"
ujar Nadiem. 2. Re-akreditasi otomatis dan sukarela Nadiem menjelaskan kebijakan
Kampus Merdeka yang kedua adalah program re-akreditasi yang bersifat otomatis
untuk seluruh peringkat dan bersifat sukarela bagi perguruan tinggi dan prodi yang
sudah siap naik peringkat. Ke depan, tahapan akreditasi yang sudah ditetapkan Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) tetap berlaku selama 5 tahun tetapi
akan diperbaharui secara otomatis. "Pengajuan re-akreditasi PT dan prodi dibatasi
paling cepat 2 tahun setelah mendapatkan akreditasi yang terakhir kali. Untuk
perguruan tinggi yang berakreditasi B dan C bisa mengajukan peningkatan akreditasi
kapanpun," tutur Nadiem. Nadiem menyebutkan Akreditasi A akan diberikan kepada
perguruan tinggi yang berhasil mendapatkan akreditasi internasional.
Daftar akreditasi internasional yang diakui untuk akreditasi akan ditetapkan dengan
Keputusan Menteri. Nadiem mengatakan evaluasi akreditasi akan dilakukan BAN-PT
jika ditemukan penurunan kualitas yang meliputi pengaduan masyarakat dengan
disertai bukti yang konkret, serta penurunan tajam jumlah mahasiswa baru yang
mendaftar dan lulus dari prodi ataupun perguruan tinggi. 3. Mempermudah syarat
Kampus jadi PTN BH Kebijakan Kampus Merdeka yang ketiga terkait kebebasan bagi
PTN Badan Layanan Umum (BLU) dan Satuan Kerja (Satker) untuk menjadi PTN
Badan Hukum (PTN BH). Kemendikbud akan mempermudah persyaratan PTN BLU
dan Satker untuk menjadi PTN BH tanpa terikat status akreditasi. Nadiem menyebut
Kemendikbud akan memastikan banyak PTN BH agar bisa berkompetisi di tingkat
dunia. “Di Indonesia baru 11 PTN BH. Sisanya Satuan Kerja dan Badan Layanan
Umum (BLU),” ujarnya. 4. Kebebasan untuk mahasiswa belajar lintas prodi Sementara
itu, kebijakan Kampus Merdeka yang keempat akan memberikan hak kepada
mahasiswa untuk mengambil mata kuliah di luar prodi dan melakukan perubahan
definisi Satuan Kredit Semester (sks). “Dalam 8 semester itu, kami sebagai
kementerian membijakkan untuk perguruan tinggi yaitu tiga semester bisa belajar di
luar prodi. Kalau mahasiswa 100 persen ingin di belajar di luar prodi, itu kebebasan
mahasiswa. Tapi kewajiban bagi perguruan tinggi memberikan kebebasan,” ujar
Nadiem.
Selain itu, mahasiswa juga dapat mengambil sks di prodi lain di dalam kampusnya
sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh. “Ini tidak berlaku
untuk prodi kesehatan," Di sisi lain, Kemendikbud juga mendorong mahasiswa untuk
mencari pengalaman baru di luar kampus. Oleh karena itu, Kemendikbud memberikan
kebebasan untuk kampus menentukan bobot SKS. “Kementerian dan rektor berhak
menyetujui program di luar kampus. Ada magang, mengajar di sekolah, studi
independen mahasiswa bersama dosen, penelitian membantu S2 dan S3, proyek desa,
pertukaran pelajar dan lainnya,” ujar Nadiem.
Keluarkan 4 Program Merdeka Belajar,
Nadiem: Ini Baru Langkah Awal
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah
mengeluarkan empat inisiatif program 'Merdeka Belajar'. Nadiem
mengungkapkan empat hal ini adalah langkah awal mencapai
kemerdekaan belajar.

"Apa itu cukup, sudah jelas tidak cukup. Itu baru step pertama kita untuk
mencapai kemerdekaan belajar," kata Nadiem di Diskusi Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) di Hotel Century Park, Jalan Pintu Satu
Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2019).

Nadiem menegaskan empat kebijakan yang telah dikeluarkan adalah


langkah pertama menuju kemerdekaan belajar. Kemudian dia pun
menyinggung beberapa isu yang belum dikaji, seperti soal
penyederhanaan kurikulum hingga kesejahteraan guru.
"Belum ngomongin kompetensi guru, bagaimana meningkatkannya, belum
membicarakan kesejahteraan guru, belum membicarakan
penyederhanaan kurikulum, penyederhanaan kompetensi dasar dan lain
lain, itu belum kita... ini baru step pertama saja," ungkap Nadiem.

Menurutnya, proses pembelajaran terjadi dengan ada empat kebijakan


baru ini. "Pada saat guru-guru ini dibebaskan, dibebaskan tapi juga
dipaksakan untuk berpikir untuk pertama kalinya, di sinilah proses
pembelajaran baru dimulai sekarang," tutur Nadiem.
Seperti diketahui, Nadiem mengungkapkan empat kebijakan strategisnya
adalah soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional
(UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Zonasi.
Menurutnya, perubahan kebijakan ini adalah langkah pertama dalam
menciptakan kemerdekaan belajar di Indonesia.
"Dengan adanya perubahan di sistem asesmen kita, yaitu ujian sekolah
dikembalikan lagi kepada sekolah. Ujian nasional tidak mengukur
penguasaan materi, tapi penguasaan kompetensi, RPP disederhanakan
jadi satu halaman, dan zonasi masih bisa mengakomodasi anak-anak
berprestasi. Kita memberi langkah pertama kemerdekaan belajar di
Indonesia," kata Nadiem dalam rapat koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi
dan Kabupaten/Kota Se-Indonesia di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto,
Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (11/12/2019).
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah
mengeluarkan empat inisiatif program 'Merdeka Belajar'. Nadiem ungkap
empat hal ini adalah langkah awal mencapai kemerdekaan belajar.

"Apa itu cukup, sudah jelas tidak cukup. Itu baru step pertama kita untuk
mencapai kemerdekaan belajar," kata Nadiem, di Diskusi Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), di Hotel Century Park, Jalan Pintu Satu
Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (13/12/2019).

Nadiem menegaskan empat kebijakan yang telah dikeluarkan adalah


langkah pertama menuju kemerdekaan belajar. Kemudian dja pun
menyinggung beberapa isu yang masih belum dikaji, seperti soal
penyederhanaan kurikulum hingga kesejahteraan guru.

"Belum ngomongin kompetensi guru, bagaimana meningkatkannya, belum


membicarakan kesejahteraan guru, belum membicarakan penyederhanaan
kurikulum, penyederhanaan kompetemsi dasar dan lain lain, itu belum kita..
ini baru step pertama saja," ungkap Nadiem.
Menurutnya proses pembelajaran terjadi dengan ada empat kebijakan baru
ini. "Pada saat guru-guru ini dibebaskan, dibebaskan tapi juga dipaksakan
untuk berpikir untuk pertama kalinya, di sini lah proses pembelajaran baru
di mulai sekarang," tutur Nadiem, dilansir dari Detik.com.
Seperti diketahui, Nadiem mengungkapkan empat kebijakan strategisnya,
yaitu soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN),
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Zonasi. Menurutnya
perubahan kebijakan ini adalah langkah pertama dalam menciptakan
kemerdekaan belajar di Indonesia.
"Dengan adanya perubahan di sistem asesmen kita yaitu ujian sekolah
dikembalikan lagi kepada sekolah. Ujian nasioanal tidak mengukur
penguasaan materi tapi penguasaan kompetensi, RPP disederhanakan jadi
satu halaman, dan zonasi masih bisa mengakomodir anak-anak berprestasi.
Kita memberi langkah pertama kemerdekaan belajar di Indonesia," kata
Nadiem, di dalam Rapat Koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi dan
Kabupaten/Kota se-Indonesia, di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto,
Tebet, Jakarta Selatan,

Anda mungkin juga menyukai