9. Siswa mengumpulkan
buku latihan agar dikoreksi
oleh guru.
Kepala Sekolah
Jurnal Pengamatan
TANGGUNG
PERCAYA DIRI TELITI
NO NAMA JAWAB
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Rani
2 Renata
3 Sinta
4 Tiolina
Lampiran 2
Meneladani sikap para pahlawan bangsa
sikap yang mencerminkan nilai-nilai kepahlawanan adalah cinta tanah air. Sikap cinta tanah air
dapat di wujudkan dengan melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa.
Sifat pahlawan
Meski demikian, Soekarno pantang mundur dan juga tidak kenal menyerah untuk membebaskan
Indonesia dari penjajahan kolonialisme.Merupakan salah satu pahlawan nasional yang memiliki
nilai kepahlawanan berupa sikap jiwa dan semangat ikhlas dalam berkorban, pantang menyerah,
teguh dalam pendirian, memilki keberanian yang kuat, membela kebenaran serta memilki moral
dan perilaku yang mengandung suri tauladan.
PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945 telah melalui
proses yang sedianya tidak mudah. Diawali oleh upaya Sekutu menjatuhkan bom atom di kota
Hiroshima pada 6 Agustus 1945 serta kota Nagasaki 3 hari kemudian, akhirnya Kaisar Hirohito
menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945
Dengan cepat, golongan muda yang mengetahui kabar tersebut dari siaran Radio BBC milik
Inggris mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memanfaatkan situasi dengan menyatakan
proklamasi
Namun dwitunggal menolak karena belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Jepang.
Golongan tua berpendapat, lebih baik menunggu sampai 24 Agustus, yakni tanggal yang
ditetapkan Marsekal Terauchi untuk waktu kemerdekaan Indonesia, ketika menerima Soekarno-
Hatta-Radjiman di Dalat.
15 Agustus 1945. Para pemuda dibawah pimpinan Sukarni, Chairul Saleh, Wikana bersepakat
untuk mengamankan dwitunggal bersama Ibu Fatmawati dan Guntur ke Rengasdengklok,
dengan harapan agar mereka menuruti keinginan para pemuda. Namun, sepanjang hari 16
Agustus 1945 itu, tidak tercapai kesepakatan apapun hingga sorenya, Ahmad Soebardjo datang
dan berusaha membujuk para pemuda untuk melepaskan dwitunggal. Akhirnya mereka bersedia
dengan jaminan oleh Soebardjo bahwa proklamasi akan terjadi esok hari.
Malam itu juga, rombongan berangkat ke Jakarta, menuju rumah Laksamana Maeda di Meiji
Dori No. 1 untuk membahas masalah tersebut. Setibanya disana, tuan rumah menjelaskan
permasalahan dan informasi yang sebenarnya terjadi. Maeda lalu mempersilakan ketiga tokoh
menemui Gunseikan (Kepala Pemerintah Militer) Jenderal Moichiro Yamamoto untuk
membahas upaya tindaklanjut yang akan dilakukan. Namun, setibanya di Markas Gunseikan di
kawasan Gambir, mereka bertiga mendapat jawaban yang mengecewakan karena Jenderal
Nishimura yang mewakili Gunseikan melarang segala bentuk upaya perubahan situasi yang
dilakukan. Mereka diharuskan menunggu Sekutu datang terlebih dahulu.
Ketiga tokoh bersepakat bahwa Jepang tidak dapat diharapkan lagi dan kemerdekaan harus
segera dirancang secepatnya. Anggota PPKI yang menginap di hotel Des Indes segera dikawal
oleh Sukarni dan kawan-kawan menuju rumah Maeda.
17 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, naskah proklamasi disusun oleh Soekarno, Hatta dan
Soebardjo di ruang makan Maeda. Naskah sebanyak dua alinea yang penuh dengan pemikiran
tersebut lalu selesai dibuat 2 jam kemudian. Naskah kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik
untuk diketik. Tanpa waktu lama, Sayuti Melik didampingi BM Diah lalu mengetik naskah
proklamasi. Setelah itu, naskah diserahkan kembali kepada Soekarno untuk ditandatangani.
17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB, di halaman rumah Soekarno di Jl. Pegangsaan Timur No.
56, naskah proklamasi dibacakan dalam suasana khidmat. Prosesi yang sebenarnya tanpa
protokol nyatanya tidak menghalangi gelora euforia rakyat dalam merayakan dan
menyebarluaskan berita luar biasa ini.
Peran para pewarta sangat penting dalam peristiwa ini, antara lain Frans dan Alex Mendoer dari
IPPHOS yang mengabadikan momen pembacaan proklamasi, BM Diah dan Jusuf Ronodipuro
yang membantu penyebaran berita proklamasi lewat berbagai cara, seperti radio, surat kabar,
telegram, serta melalui lisan
Gambar dibawah ini merupakan peristiwa atau kegiatan-kegiatan positif dalam rangka mengisi
kemerdekaan
peristiwa gambar 1 adalah ibu guru yang sedang mengajar kelas V dengan penuh senyum dan
ramah terhadap siswa-siswanya. Bagi siapa yang dapat menjawab pertanyaan bu guru agar
mengangkat tangan kanan terlebih dahulu dengan tertib dan sopan. terlihat tiga orang siswa
mengangkat tangan dan satu orang menoleh temannya.
Peristiwa 2 adalah para pekerja yang sedang menyelesaikan tahap pembangunan gedung
bertingkat yang dikerjakan dengan hati-hati supaya tidak terjadi kecelakan. Setiap pekerja
terlihat mengenakan helm sebagai pelindyng kepala. para pekerja saling bantu membantu dalam
menyelesaikan tugasnya supaya cepat selesai.
Peristiwa 3 adalah para pemuda Indonesia yang merasa bahagia sekali karen mennag dalam
pertandingan bulu tangkis. Mereka sangat bangga atas prestasi yang didapatkan karena bisa
membawa nama baik Indonesia dimata dunia
Peristiwa 4 adalah orang yang sedang belajar tentang kesenian daerah wayang agar tidak punah
karena merupakan warisan kebudayaan dari para nenek moyang terdahulu. Sudah sepatutnyalah
kita harus melestarikannya untuk generasi berikutnya.