Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA AUDITOR INSPEKTORAT PROVINSI JAWA


TIMUR DENGAN MOTIVASI AUDITOR SEBAGAI
VARIABEL MODERATING

Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Akuntansi dan Bisnis


Dosen : Dr. Umi Muawanah, M.Si., Ak., CA

Oleh :

YUDHA HARY WIJAYANTO


NIM. 18024027

UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG


2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tata kelola penyelenggaraan otonomi daerah dan perimbangan keuangan

pusat dan daerah, diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintahan pusat dan daerah, kedua undang-undang tersebut merupakan era

baru dalam hubungan antara pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia dalam

rangka mewujudkan pelaksanaan desentralisasi dalam bentuk otonomi daerah.

Untuk menjamin lancar dan berjalan dengan baiknya pelaksanaan desentralisasi

tersebut, maka perlu diadakan suatu pengawasan. Pengawasan bersifat membantu

agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, dan secara dini

menghindari terjadinya penyimpangan pelaksanaan, penyalahgunaan wewenang,

pemborosan dan kebocoran anggaran (Sukriah dkk, 2009).

Seorang auditor internal pemerintah dalam menjalankan tugasnya harus

berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Asosiasi Auditor Intern

Pemerintah Indonesia (AAIPI). Dalam standar umum disebutkan bahwa

penugasan audit intern harus dilakukan dengan kompetensi dan kecermatan

professional. Seorang auditor dituntut harus mempunyai pendidikan, pengetahuan,

keahlian dan keterampilan, pengalaman, serta kompetensi lain yang diperlukan

untuk melaksanakan tanggungjawabnya.


Salah satu Aparat Pengawas Intern Pemerintah di daerah adalah

Inspektorat Provinsi. Inspektorat Provinsi memiliki peran dan posisi yang sangat

strategis dalam pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah

daerah karena Inspektorat Provinsi menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas

sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sebagai Aparat Pengawas Intern Pemerintah di daerah, Inspektorat

Provinsi yang bekerja dalam organisasi pemerintah daerah tugas pokoknya adalah

menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh Kepala Daerah

telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau tidaknya

pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan efektivitas

prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah pentingnya

adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai unit/satuan

kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah Daerah. Dari

penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai pengawas

internal memiliki karakteristik yang spesifik, dan ia memiliki ciri antara lain

adalah:

1. Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi quality

assurance.

2. Pengguna laporan pengawas internal adalah Kepala Daerah dalam organisasi

Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

3. Dalam pelaksanaan tugas menggunakan prosedur pemeriksaan yang jelas.


4. Kegiatan pemeriksaan bersifat preaudit atau build-in sepanjang proses

kegiatan berlangsung.

Gustati (2011) beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja Aparat

Pengawas Intern Pemerintah adalah standar umum Aparat Pengawas Intern

Pemerintah, motivasi, dan komitmen organisasi. Sedangkan Slamet (2009)

pelatihan dan pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

kinerja aparat inspektorat, sampai tingkat mana seseorang berhasil pada

pekerjaannya, berpartisipasi aktif dan beranggapan bahwa kinerja merupakan hal

yang penting dan berkaitan dengan harga dirinya, oleh karena itu pelatihan dan

pengalaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja, dan

Mulyono (2009) faktor yang mempengaruhi kinerja aparat inspektorat adalah latar

belakang pendidikan, kompetensi teknik, sertifikasi jabatan, pendidikan dan

pelatihan berkelanjutan.

Kinerja Aparat Pengawas Intern Pemerintah menggunakan Standar Audit

Intern Pemerintah Indonesia yang telah dipaparkan pada konferensi AAIPI di

Kementerian Keuangan pada tanggal 27 Agustus 2013. Standar Audit Intern

Pemerintah Indonesia ini mengatur mengenai kegiatan audit intern yang dapat

dilakukan oleh auditor sesuai dengan mandat serta kedudukan, tugas, dan fungsi

audit dengan tujuan tertentu, reviu, evaluasi, monitoring (pemantauan), dan

kegiatan pengawasan lainnya, serta pemberian jasa konsultasi (Consulting

Activities).

Kinerja auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan

yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu. Kinerja (prestasi
kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah

berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah

hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan ketepatan waktu

adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007).

Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh Aparat Pengawas Intern

Pemerintah sebaiknya disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi yang

dilaksanakan, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Standar Audit Intern

Pemerintah Indonesia tanggal 27 Agustus 2013 poin 2011 tentang standar umum

dijelaskan bahwa latar belakang pendidikan auditor harus mempunyai tingkat

pendidikan formal yang diperlukan.

Berdasarkan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia tanggal 27

Agustus 2013 poin 2013 tentang Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan serta.

Pelatihan berkelanjutan, antara lain sebagai berikut auditor harus mempunyai

sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan/atau sertifikat lain di bidang

pengawasan intern pemerintah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan

profesional berkelanjutan (continuing professional education). Untuk itu aparat

pengawas intern pemerintah wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi

jabatan fungsional auditor yang sesuai dengan jenjangnya.

Independensi merupakan standar umum nomor dua dari tiga standar

auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang menyatakan

bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi

dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Artinya auditor seharusnya

berada dalam posisi yang tidak memihak siapapun karena ia melaksanakan


pekerjaanya untuk kepentingan umum. Independensi dapat juga diartikan adanya

kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya

pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan

dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2009).

Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.

Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki

akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai

pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Dalam rangka memenuhi persyaratan

sebagai seorang professional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup.

Pelatihan tersebut berupa kegiatan – kegiatan seperti seminar, simposium,

lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya.

Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar

dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui (Putri dan

Bandi, 2002). Pengetahuan auditor yang berkenaan dengan bukti relevan dan tidak

relevan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor

ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor itu sendiri. Dengan demikian

maka kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah

pengalaman serta pengetahuannya.

Bouman dan Bradley, 1997 dalam Masrizal (2010) menyatakan bahwa

“pengalaman kerja auditor dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi

kinerja auditor. Banyak orang percaya bahwa semakin pengalaman seseorang

dalam pekerjaannya, maka hasil pekerjaannya pun akan semakin bagus Auditor

yang berpengalaman menunjukkan proyeksi error yang lebih baik dari pada level
junior”. Beberapa auditor menyatakan bahwa pengalaman yang dimilikinya sangat

membantu dalam tugasnya.

Inspektorat Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu bagian/biro di

Pemerintahan Provinsi Jawa Timur yang mempunyai potensi daerah cukup tinggi.

Dengan adanya Otonomi Daerah, maka pemerintah pusat memberikan

kewenangan di dalam pengelolaan keuangan kepada pemerintah daerah. Oleh

karena itu, maka didalam pelaksaannya Inspektorat Provinsi Sumatera diharapkan

lebih meningkatkan fungsi pengawasan atas penyelenggaraan fungsi pemerintah

dan pembangunan agar efektif dan efisien dengan orientasi pada kepentingan

masyarakat.

Namun pada faktanya kinerja Aparat Pengawas Intern Pemerintah dalam

hal ini Inspektorat Provinsi Jawa Timur dalam melakukan pemeriksaan dan

pengawasan terhadap instansi pemerintah di Provinsi Jawa Timur saat ini masih

menjadi sorotan, karena masih banyaknya temuan hasil pemeriksaan yang tidak

terdeteksi oleh aparat inspektorat, akan tetapi ditemukan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK).

Pada tahun 2014 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan Jawa

Timur merekomendasikan agar Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprovsu)

membenahi kinerja Inspektorat Pemprovsu dengan menyusun standard sarana dan

prasarana kerja demi menunjang kinerja pengawasan internal pemerintah

(www.surabaya.bpk.go.id). Hal ini terungkap saat penyerahan laporan hasil

pemeriksaan keuangan (LHPK) Pemprovsu oleh BPK RI perwakilan Jawa Timur,

di aula BPK RI Perwakilan Jatim, Jalan Raya Juanda, Gedangan, Sidoarjo,


Provinsi Jawa Timur. Adanya temuan sesuai hasil pengauditan yang telah

dilakukan oleh APIP merupakan faktor utama pembenahan kinerja Inspektorat

Pemprovsu ini.

Selain itu, juga terdapat adanya temuan terhadap ketidakpatuhan dalam

menjalankan peraturan terhadap perundang-undangan, sehingga Kepala Badan

pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Jawa Timur, Pemerintah Provinsi Jawa

Timur melalui Inspektorat agar lebih meningkatkannya kinerjanya dalam

mengawasi dan melakukan pengendalian (www,surabaya.bpk.go.id). Adanya

beberapa temuan di atas, menunjukkan bahwa kinerja Aparat Pengawas Intern

Pemerintah pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur belum maksimal.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih

lanjut dan melakukan penelitian dengan judul “Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur dengan

motivasi auditor sebagai variabel moderating”. Adapun yang dipandang menjadi

faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pengaruh tingkat pendidikan, pendidikan

berkelanjutan, independensi, pengalaman dan pengetahuan yang diduga

mempengaruhi kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya,

maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :


1. Apakah tingkat pendidikan, pendidikan berkelanjutan, independensi,

pengalaman dan pengetahuan berpengaruh secara simultan dan parsial

terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur?

2. Apakah motivasi auditor dapat memoderasi hubungan antara tingkat

pendidikan, pendidikan berkelanjutan, independensi, pengalaman dan

pengetahuan dengan kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan, pendidikan berkelanjutan,

independensi, pengalaman dan pengetahuan secara simultan dan parsial

terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur.

2. Untuk menganalisis motivasi auditor sebagai pemoderasi hubungan antara

tingkat pendidikan, pendidikan berkelanjutan, independensi, pengalaman dan

pengetahuan dengan kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Jawa Timur.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah:

1. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan dan pemahaman mengenai kinerja auditor.

2. Bagi akademis/ peneliti selanjutnya, sebagai pertimbangan untuk melakukan

penelitian selanjutnya mengenai kinerja auditor.


3. Bagi Pemerintah Kota Surabaya diharapkan bisa memberikan kontribusi

dalam mengevaluasi pelaksanaan kinerja auditor serta dapat menjadi masukan

dalam mengambil keputusan terkait kinerja auditor.

Anda mungkin juga menyukai