Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATA KULIAH

AKUNTANSI KEPERILAKUAN
(ASPEK KEPERILAKUAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN LABA)
Dosen: Luh Gede Krisna Dewi, S.E, M.Si, Ak.

Disusun Oleh:

KELOMPOK VII
1. I Gusti Ayu Agung Sintia Utami (1707532009)
2. I Gusti Agung Ayu Laksmi Devi (1707532018)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2019/2020
A. Fungsi Perencanaan dan Anggaran Laba
Beberapa fungsi anggaran yaitu antara lain :
1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan.
2. Anggaran merupakan cetak biruperusahaan untuk bertindak yang mencerminkan prioritas
manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi
3. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan beragam
departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lain dan dengan
manajemen puncak
4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria yang dapat diukur, anggaran berfungsi sebagai
standar terhadap hasil operasi aktual dapat dibandingkan.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk
menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan.
6. Anggaran mencoba untuk memengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun karyawan
untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efesien
serta selaras dengan tujuan organisasi.
B. Perilaku Penyusunan Anggaran
Berikut tiga tahapan utama dalam proses penyusunan Anggaran :
a. Tahap Penetapan Tujuan
Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi yang luas ke
dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus. Untuk menyusun rencana yang realistis dan
menciptakan anggaran yang praktis, interaksi yang ekstensif diperlukan antara manajer lini dan
manajer staf organisasi. Pengontrol dan direktur perencanaan memainkan peranan kunci dalam
proses manusia dari penyusunan anggaran ini. Namun jika sesuai dengan struktur organisasi
dan gaya kepemimpinan, maka manajer tingkat bawah dan para karyawan sebaiknya diberikan
kesempatan untuk berpartisipasi dalam penetapan tujuan, karena mereka akan lebih mungkin
menerima tujuan yang turut mereka formulasikan.

b. Tahap implementasi
Pada tahap implementasi , rencana formal tersebut digunakan untuk mengomunikasikan
tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi.
Hal ini dicapai dengan menyediakan target kinerja terperinci bagi mereka yang
bertanggugjawab mengambil tindakan. Agar rencana tersebut berhasil, rencana itu harus
dikomunikasikan secara efektif.

c. Tahap Pengendalian dan Evaluai Kinerja


Setelah diimplementasikan , anggaran tersebut berfungsi sebagai elemen kunci dalam
sistem pengendalian. Anggaran yang menjadi tolok ukur terhadap kinerja aktual dibandingkan
dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk melakukan manajemen berdasarkan pengecualian.
Kebijakan, sikap, dan tindakan manajemen dalam evaluasi kinerja dan tindak langsung atas
varians memiliki konsekuensi keperilakuan, yang dapat meniadakan keberhasilan dari seluruh
proses perencanaan dan pengendalian jika tidak dipahami dan dikendalikan.

Untuk menyusun suatu anggaran atau rencana laba, terdapat langkah-langkah tertentu yang
perlu diambil:
1. Manajemen puncak harus memutuskan tujuan jangka pendek perusahaan dan strategi mana
yang akan digunakan untuk mencapainya.
2. Tujuan harus ditetapkan dan sumber daya dialokasikan.
3. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian disetujui
oleh manajemen puncak. Setelah disetujui, anggaran harus dikomunikasikan kepada
penyelia dan karyawan yang kinerjanya dikendalikan.
4. Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menentukan bidang-bidang masalah
dalam organisasi tersebut dengan membandingkan hsil kinerja aktual dengan tujuan yang
telah dianggarkan secara periodik.

Konsekuensi disfungsional dari proses penyusunan anggaran


Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengendalian, dan mekanisme
evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti :
Rasa tidak percaya.
Suatu anggaran terdiri atas seperangkat tujuan tertentu. Walaupun anggarann tersebut dapat
disesuaikan untuk kejadian-kejadian yang tidak diantisipasi, anggaran menampilkan rasa tidak
percaya, rasa pertumbuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun.
Alasan dari rasa tidak percaya ini didasarkan pada keyakinan penyelia:
1. Anggaran cenderung terlalu mnyederhanakan situasi “riil” dan gagal untuk memungkinkan
dimasukannya variasi dalam faktor internal.
2. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif.
3. Anggaran hanya mengonfirmasikan hal yang telah diketahui oleh penyelia.
4. Anggaran sering kali digunakan untuk memanipulasi penyelia sehingga ukuran kinerja
yang diindikasikan dicurigai.
5. Laporan anggaran menekankan pada hasil, bukan pada alasan.
6. Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan penyelia.
7. Anggaran cenderung menekankan kegagalan.

Resistensi
Walaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat didukung,
anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu organisasi. Karena anggaran
menandai dan membawa perubahan sehingga merupakan suatu ancaman terhadap status quo.
Pada proses anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang besar. Manajer atau penyelia
mungkin merasa terlalu terbebani dengan permintaan yang ekstensif atas waktu dan tanggung
jawab rutin mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin terlibat dalam proses penyusunan
anggaran.
Konflik internal
Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari laporan kinerja yang
membandingkan satu departemen dengan departemen lain. Gejala-gejala umum dari konflik
adalah ketidak mampuan mencapai kerja sama antar pribadi dan antar kelompok selama proses
penyusunan anggaran.
Efek samping lain yang tidak diinginkan
Anggaran akan menghasilkan pengaruh lain yang tidak diinginkan. Salah satu pengaruh
lainnya adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal kecil yang menentang tujuan
anggaran. Kelompok-kelompok ini biasanya dibentuk untuk melawan konflik internal dan
tekanan yang diciptakan oleh anggaran tersebut. Pengaruh lainnya adalah penekanan yang
berlebihan pada kinerja departemental dan kurang menekankan pada kinerja organisasi secara
keseluruhan. Dengan memfokuskan perhatian secara eksklusif pada kinerja departemental,
ketergantungan dan ekonomi antar departemen yang penting dapat terabaikan.
C. KONSEKUENSI DISFUNGSIONAL DARI PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN
Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan suatu tujuan, pengedalian, dan mekanisme
evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti :

a. Rasa Tidak Percaya


Suatu anggaran terdiri atas seperangkat tujuan-tujuan tertentu. Walaupun anggaran tersebut
dapat disesuaikan untuk kejadian-kejadian yang tidak diantisipasi, anggaran menampilkan rasa
tidak percaya, rasa pertumbuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun.

b. Resistensi
Pada proses anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang besar. Manajer atau penyelia
mungkin merasa terlalu terbebani dengan permintaan yang ekstensif atas waktu dan tanggung
jawab rutin mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ingin terlibat dalam proses penyusunan
anggaran.

c. Konflik Internal
Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi ini, atau sebagai akibat dari
laporan kinerja yang membandingkan satu departemen dengan departemen lain. Gejala-gejala
umum dari konflik adalah ketidakmampuan mencapai kerja sama antar-pribadi dan antar-
kelompok selama prosesn penyusunan anggaran.

d. Efek Samping Lain yang Tidak Diinginkan


Anggaran akan menghasilkan pengaruh lain yang tidak diinginkan. Salah satu pengaruh lainnya
adalah terbentuknya kelompok-kelompok informal kecil yang menentang tujuan anggaran.
Kelompok-kelompok ini biasanya dibentuk untuk melawan konflik internal dan tekanan yang
diciptakan oleh anggaran tersebut. Pengaruh lainnya adalah penekanan yang berlebihan pada
kinerja departemental dan kurang menekankan pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Dengan
memfokuskan perhatian secara eksklusif pada kinerja departemental, ketergantungan dan ekonomi
antar-departemen yang penting dapat terabaikan.
D. RELEVANSI KONSEP ILMU KEPRILAKUAN DALAM LINGKUNGAN
PERENCANAAN
a. Dampak dari lingkungan perencanaan
Pada dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, pola-pola interaksi
dalam penetapan kerja. Hal tersebut kadang kala disebut dengan budaya atauu iklim organisasi.

b. Ukuran dan struktur organisasi


Ukuran dan strutur pada organisasi mempengaruhi prilaku manusia dan pola interaksi dalam
tahap penetapan tujuan, implementasi, dann pengendalian serta evaluasi terhadap proses
perencanaan.

c. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan perencanaan organisas. Teori
X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secara ketat,
dimana kebutuhan efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial tersebut untuk
berurusan dengan bawahannya. Berbeda dengan Teori Y yang dikemukakan oleh McCregor dan
gaya kepemimpinan Likert mendorong tingkat keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam
penentuan tujuan dan pengembilan keputusan.

d. Stabilitas lingkungan organisasi


Faktor lingkungan eksternal juga mempengaruhi lingkungan perencanaan yang meliputi iklim
politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan, struktur industri yang melayani organisasi, hakikat
persaingan, dll.

REFERENSI
Arfan Ikhsan Lubis. 2010. Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai