TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Pada penelitian ini jenis konstruksi perkerasan jalan yang diteliti adalah
perkerasan jenis fleksible pavement.
- Aspal cair cepat mantap (RC = rapid curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal
jenis ini biasanya bensin
- Aspal cair mantap sedang (MC = medium curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan
pada aspal jenis ini biasanya minyak tanah.
- Aspal cair lambat mantap (SC = slow curing), yaitu aspal cair yang
bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal
jenis ini biasanya solar.
C. Aspal emulsi (emulsified asphalt)
Aspal emulsi merupakan campuran dari aspal keras, cair, dan emulsifier.
Aspal ini digunakan dalam keadaan dingin atau pada penyemprotan dingin.
antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras.
Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan
memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang
dibuat dengan aspal keras. Persentase penambahan bahan tambah (additive)
pada pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian
laboratorium.
B. Aspal Polymer Plastomer
Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan polymer
plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat
rheologi baik pada aspal keras dan sifat fisik campuran beraspal. Jenis
polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah EVA
(Ethylene Vinyl Acetate), polypropilene dan polyethilene. Persentase
penambahan polymer ini ke dalam aspal keras juga harus ditentukan
berdasarkan pengujian laboratorium karena sampai dengan batas tertentu
penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran
tetapi penambahan yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang
negativ.
Pada penelitian ini jenis aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70
yang dimodifkasi dengan substitusi Lateks (Getah Karet). Getah karet merupakan
salah satu polimer jenis elastomer. Oleh karenanya getah karet dapat dijadikan
bahan substitusi pada campuran aspal (Rizky Pradana Trisilvana). Persyaratan
aspal penetrasi 60/70 berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 adalah
sebagi berikut:
11
2.4.3 Agregat
Agregat adalah material berbutir keras dan kompak, yang termasuk
didalamnya antara lain batu bulat, batu pecah hasil pemecahan oleh stone crusher,
abu batu dan pasir. Agregat merupakan komponen utama dan memiliki peranan
yang sangat penting pada lapisan perkerasan jalan. Agregat memiliki proporsi
terbesar dalam campuran, umumnya berkisar antara 90% - 95% agregat
berdasarkan persentase berat atau 75% - 85% agregat berdasarkan volume
(Sukirman,1999).
Pemilihan jenis agregat yang sesuai untuk digunakan pada konstruksi
perkerasan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu gradasi, kekuatan, bentuk butir,
tekstur permukaan, kelekatan terhadap aspal serta kebersihan dan sifat kimia.
Jenis dan campuran agregat sangat mempengaruhi daya tahan atau stabilitas suatu
perkerasan jalan (Kerbs and Walker,1971)
A. Gradasi rapat (Dense Graded) adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran
dari agregat kasar sampai halus, sehingga biasa disebut gradasi menerus atau
biasa disebut gradasi bagus (well graded) hal tersebut mengakibatkan jumlah
rongga dalam mineral agregat relative sedikit. Sifat perkerasan yang
dihasilkannya adalah stabilitas tinggi , kurang kedap air, sifat drainase jelek
dan berat volume besar.
B. Gradasi senjang (Gap Graded) adalah gradasi diman ukuran agregat yang ada
tidak lengkap atau fraksi yang sangat sedikit sekali sehingga gradasi ini
disebut gradasi jelek (poorly graded)
C. Gradasi Terbuka (Open Graded) adalah gradasi agrgat dengan ukuran yang
hamper sama sehingga terdapat banyak rongga /ruang kosong antar agregat.
Gradasi ini bersifat porous atau memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas
rendah dan memiliki berat isi yang kecil.
volume pori dalam beton aspal jika seluruh selimut aspal ditiadakan dinyatakan
dalam persentase.
𝐺𝑚𝑏 𝑥 𝑃𝑠
VMA = 100 - ….……………………....………………..…(2.3)
𝐺𝑠𝑏
Dimana:
VMA = Rongga udara pada mineral agrgat presentase dari volume total
(%)
Gsb = Berat jenis bulk agregat (gr/cc)
Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran,(%)
Gmb = Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
Jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat agregat, maka VMA
dihitung dengan persaman sebagai berikut:
𝐺𝑚𝑏 100
VMA = 100 - x100+𝑃𝑏 x 100………….……………...…………(2.4)
𝐺𝑠𝑏
Dimana:
Pb = Kadar aspal, persen total campuran (%)
Gmb = Berat jenis campuran stelah pemadatan (gr/cc)
Gsb = Berat jenis bulk agregat (gr/cc)
Dimana:
VIM = Rongga udara setelah pemadatan presentase dari volume total(%)
Gmb = Berat jenis campuran setelah dipadatkan (gr/cc)
Gmb = Berat jenis campuran setelah pemadatan (gr/cc)
20
Dimana:
VFA = Rongga udara yang terisi aspal, persentase dari VMA (%)
VMA = Rongga udara pada mineral agrgat presentase dari volume total
(%)
VIM = Rongga udara setelah pemadatan presentase dari volume total
(%)
dilakukan pengujian dan perhitungan Marshall, CL, dan AFD untuk mendapatkan
KAO. Setelah KAO diperoleh, dibuat benda uji pada KAO dan variasi ± 0,5 dari
nilai KAO dengan variasi substitusi gondorukem sebesar 2%, 4%, 6%, dan 8%.
Berdasarkan hasil penelitian KAO terbaik pada 5,56% dengan substitusi 8%
gondorukem, dimana semua parameternya telah memenuhi spesifikasi yang
disyaratkan AAPA (2004). Penambahan gondorukem berpengaruh terhadap nilai
karakteristik Marshall, CL, dan AFD, dimana meningkatkan nilai stabilitas, VIM,
CL, dan AFD seiring dengan peningkatan persentase gondorukem. Pada KAO
terbaik diperoleh nilai stabilitas sebesar 554,81 kg, nilai VIM sebesar18,04%,
nilai CL sebesar 20,66%, dan nilai AFD sebesar 0,28%. Pada penelitian ini
menggunakan gradasi agregat maksimum 14mm dan menyarankan untuk
penelitian selanjutnya menggunakan agradasi agregat maksimum 10 mm.
B. Referensi Penelitian 2
(Suci Cahya Ferdilla dkk, Universita Riau) Melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Penambahan Bahan Alami lateks (Getah Karet) Terhadap
Karakteristik Beton Aspal Lapis pengikat dengan Pengujian Marshall. Variasi
penggunaan getah karet berdasarkan persentase variasi kadar aspal yang akan
ditentukan kemudian. Variasi getah karet yang akan digunakan adalah 0%; 4%;
6% dan 8% dari persentase kadar aspal. Getah karet memiliki beberapa
keunggulan, seperti daya elastis yang baik, plastisitas yang tinggi, mudah dalam
pengolahannya, harga yang ekonomis dibandingkan harga aspal, tidak mudah aus
(tidak mudah habis karena gesekan) dan tidak mudah panas. Selain itu, getah karet
alami juga memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan, tahan hentakan
yang berulang-ulang, serta daya lengket yang tinggi terhadap berbagai bahan.
Sehingga getah karet dapat menambah stabilitas pada perkerasan jalan. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan getah karet sebagai pengganti sebagian aspal membuat
perubahan pada sifat-sifat dan karakteristik campuran beraspal Laston
Lapis Pengikat AC-BC diantaranya sebagai berikut:
a. Peningkatan nilai berat isi campuran beraspal pada variasi getah karet.
25
Hal ini menunjukkan pengaruh butiran halus dan getah karet yang
mengisi rongga-rongga dalam campuran sehingga campuran menjadi
semakin padat.
b. Nilai flow yang semakin meningkat seiring bertambahnya variasi getah
karet. Hal ini disebabkan oleh sifat karet yang elastis, sehingga
membuat aspal menjadi lembek.
c. Nilai Marshall Quotient yang semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
nilai stabilitas dan flow mengalami peningkatan.
d. Nilai stabilitas menjadi lebih tinggi dibandingkan aspal tanpa getah
karet, hal ini menunjukkan bahwa getah karet dapat meningkatkan
kekuatan aspal.
e. Nilai VIM yang meningkat akibat ditambahkan nya lateks kedalam
campuran aspal. Hal ini menunjukkan bahwa rongga yang terdapat
dalam campuran semakin mengecil akibat ditambahnya lateks kedalam
campuran, sehingga menyebabkan ketahanan aspla terhadap air
meningkat dan proses oksidasi dapat dikurangi.
f. Nilai VMA yang semakin meningkat, hal ini disebabkan karena aspal
yang biasa menyelimuti agregat sebagian digantikan oleh lateks. Sifat
lateks yang lebih encer dibandingkan aspal, akan membuat lateks cepat
meresap kedalam agregat sehingga lapisan yang menyelimuti aspal
menjadi tipis yang menyebabkan rongga didalam agregat menjadi
kasar.
g. Nilai VFA yang mengalami peningkatan dan penurunan. Penurunan
nilai VFA disebabkan oleh kurang padatnya aspal karena pembuatan
aspal dilakukan secara manual dengan tenaga manusia, selain itu
penurunan nilai VFA dapat terjadi karena jumlah aspal efektif yang
mengisi rongga-rongga antar butir agregat sedikit sehingga rongga
udara besar. Sedangkan peningkatan nilai VFA menunjukkan
penambahan getah karet dapat meningkatkan rongga terisi aspal.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penambahan getah karet
optimum yang dapat digunakan dalam campuran adalah 6% dari berat
26
aspal dengan nilai KAO sebesar 5,99%. Variasi getah karet 6% memiliki
stabilitas yang paling tinggi dan nilai VIM yang paling rendah, nilai
stabilitas yang tinggi mengindikasikan tingkat kekuatan laston lapis
pengikat ACBC terhadap kemampuan dalam menerima beban. Sedangkan
nilai VIM yang rendah mengindikasikan ketahanan aspal terhadap air.
Getah karet dengan variasi 8% tidak dapat digunakan karna nilai flow
tidak memenuhi spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3.
C. Referensi Penelitian 3
(Riky Pradana Trisilvana dkk, Universitas Brawijaya) Melakukan
penelitian yang berjudul: Pengaruh Penambahan Bahan Alami Lateks (Getah
Karet) Terhadap Kinerja Marshall Aspal Porus. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan gradasi maksimum 14mm sesuai dengan Australian Asphalt
pavement Association (AAPA) dengan variasi kadar aspal 4%, 5%, 6%, dan 7%
dari berat benda uji. Dan kadar lateks 0%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dimana kadar
lateks 0% dijadikan acuan untuk pengaruh kadar lateks terhadap campuran aspal
porus. Dengan masing masing varian dibuat 3 benda uji. Pelaksanaan penelitian
ini dilaksanakan di Laboraturium Perkerasan Jalan Raya Pendidikan Teknik Sipil
universitas Brawijaya. Tahapan Pelaksanaan meliputi pemeriksaan aspal AC
60/70, pemeriksaan agregat (agregat halus dan agregat kasar), pembuatan benda
uji campuran aspal porus dan karet lateks dan pengujian Marshall Hasil uji kinerja
karakteristik marshall yang optimum didapat pada kadar aspal 4% dan dkadar
lateks 2% dengan suhu perendaman 60°C dengan waktu perendaman selama 30
menit.
Hasil yang didapatkan dari nilai Stabilitas 616,39 kg, nilai Flow
(kelelehan) 3 mm, nilai VIM (Void In Mix) 21,5%, dan nilai Marshall Quotient
(MQ) 212,8 kg/mm. Penambahan karet lateks berpengaruh terhadap nilai
karakteristik Marshall Stabilitas, VIM, Flow dan MQ. Pengaruh suhu pada
penambahan karet lateks terhadap aspal porus menigkatkan nilai karakteristik
marshall. Pada kadar aspal 4,03% dan kadar lateks 6% mengalami peningkatan
optimum denga indeks kekuatan sisa 1,33% dan memenuhi syarat diamana tidak
27
ada pengurangan lebih dari 25% dan memenuhi untuk syarat yang diisyaratkan.
Pada penambahan bahan additif lateks dengan aspal porus pada campuran aspal
4% dan lateks 2% mendapatkan nilai optimasi untuk nilai stabilitas yaitu 616,39
kg. Nilai optimasi ditentukan dari tinggi nilai stabilitas dengan kadar campuran
aspal dan lateks terendah.