Abstrak
Fenomena kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT merupakan suatu permasalahan
yang perlu mendapatkan perhatian karena terjadi dalam lingkup keluarga yang seharusnya dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada setiap anggota keluarga. Kebijakan hukum pidana
dalam penanggulangan tindak pidana KDRT dapat dilihat dari Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Tindak-tindak pidana kekerasan dalam lingkup rumah tangga yang terdapat
dalam KUHP, pengaturannya hanya bersifat umum dan tidak dikelompokkan dalam kelompok
tindak pidana tersendiri. Dalam KUHP terdapat kelemahan-kelemahan dan untuk mengatasi
kelemahan tersebut, Pemerintah memberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Kata kunci : Kebijakan hukum pidana, kekerasan dalam rumah tangga
Abstract
Phenomenon of domestic violence is an issues that need attention because happened in a
family that shoukl give sense of security and comfortable to each member of a family. Criminal law
policy to threat domestic violence can refers to the book of Criminal Justice Act (KUHP).
Domestic violence in KUHP, it’s settings is general and not classified in group of special act.
There are many weakness in KUHP and to solve weakness in KUHP, Goverment of Indonesian
have released Act Number 23 about Abolition to Domestic Violence of 2004.
Keywords : Criminal law policy, domestic violence
1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
sakit atau luka, bahkan karena luka merupakan suatu perkembangan atau
pada tubuh dapat menimbulkan dinamika yang terjadi di masyarakat
kematian. karena kehidupan di masyarakat
Hukum pidana materiil yang bersifat dinamis.
terdapat dalam KUHP tidak Dalam Pasal 89 KUHP
mengenal istilah kekerasan dalam dinyatakan bahwa “Membuat orang
rumah tangga (KDRT). KUHP hanya pingsan atau tidak berdaya
mengenal istilah penganiayaan disamakan dengan menggunakan
seperti yang diatur dalam Pasal 351 kekerasan”. Dalam KUHP, tidak
sampai dengan Pasal 355 KUHP. dijelaskan bagaimana cara membuat
Penganiayaan yang diatur di dalam orang tidak berdaya tersebut.
KUHP menitikberatkan pada adanya Kekerasan yang terdapat dalam
klasifikasi perbuatan penganiayaan rumusan teks KUHP, dipersempit
berdasarkan akibat yang ditimbulkan melalui pengertian yang diberikan
dari perbuatannya. melalui teks yang ada di dalam Pasal
KDRT tidak hanya dapat 89 KUHP dan dimaknai seolah-olah
dilakukan secara fisik, akan tetapi tidak ada lagi pengertian kekerasan
juga dapat dilakukan secara psikis. lain selain daripada yang telah
Kekerasan psikis ini dapat dilakukan dirumuskan di dalam teks Pasal 89
dengan tindakan merendahkan, KUHP tersebut. Pembakuan
memarahi, menghina, mengancam pengertian kekerasan di dalam suatu
yang dapat mengakibatkan teks yang baku juga telah
korbannya takut, trauma, stres, dan menyebabkan dimaknainya
kerugian-kerugian lainnya. pengertian kekerasan atas suatu
Kekerasan psikis tidak diatur dalam makna tunggal dengan melakukan
KUHP karena KUHP lebih penyeragaman atas segala bentuk
menekankan kepada adanya kekerasan yang ada dan melakukan
perbuatan dan akibat secara fisik. pengabaian atas kenyataan pluralitas
Sedangkan terhadap kekerasan makna kekerasan.6
psikis, akibat yang ditimbulkannya Kekerasan terhadap perempuan
tidak dapat secara langsung dilihat seperti yang terdapat dalam Pasal
tetapi harus diuji melalui penelitian 285 sampai dengan Pasal 288 KUHP
psikologi. dan Pasal 297 dimasukkan ke dalam
Kekerasan terhadap perempuan kategori kejahatan kesusilaan
yang ditemui pengaturannya dalam meskipun dalam perumusannya
KUHP hanya meliputi kekerasan pasal-pasal tersebut berkaitan sangat
fisik saja dan belum meliputi erat dengan adanya perbuatan
kekerasan dalam bentuk lainnya. kekerasan. Hal tersebut dapat dilihat
Sementara dalam kenyataannya, dengan dirumuskannya perkataan
masih ada konsep kekerasan lain kekerasan, ancaman kekerasan,
yang berakibat pada perempuan menimbulkan luka bahkan
sebagai korban.5 Hal tersebut menimbulkan kematian dalam
beberapa pasal tersebut.7
5
Niken Savitri, “HAM Perempuan Kritik
Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP”,
6
(Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Ibid, halaman 67.
7
halaman 49. Ibid, halaman 104.
7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
9
Maidin Gultom, “Perlindungan Hukum
Terhadap Anak Dan Perempuan”, 10
Sudarto, Hukum Pidana I, (Semarang:
(Bandung: PT Refika Aditama, 2012), Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Undip
halaman 17. Semarang, 2009), halaman 96.
10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
11
Rika Saraswati, “Perempuan Dan
Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah
Tangga”, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
12
2009), halaman 65. Ibid, halaman 68.
11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
12
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
14 15
Rika Saraswati, Op.cit, halaman 79. Maidin Gultom, Op.cit, halaman 3.
13
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
(tiga) tahun atau pidana denda paling perlindungan sementara dan prosedur
banyak Kategori IV.” perlindungan bagi pelaku dan
Pada umumnya, kekerasan korban.
ekonomi dilakukan berupa suami Dalam hal ruang lingkup KDRT
tidak lagi memberi nafkah di Malaysia, diatur dalam Bagian I
disebabkan suami tidak bekerja atau Permulaan Akta 521 Tahun 2004
tidak mau bekerja. Selain itu, dapat Akta Keganasan Rumah Tangga
juga berupa tindakan suami memeras yang menerangkan mengenai ruang
korban, mengeksploitasi penghasilan lingkup keluarga atau rumah tangga
korban, menghabiskan harta korban, adalah istri atau suaminya, istri atau
atau menyuruh korban melunasi suami yang menikah secara adat
utang-utang pelaku.16 maupun mengikuti agama
perkawinan, bekas istri atau suami,
2. Kajian Perbandingan anak-anak, orang dewasa yang tidak
berkemampuan, anggota lain dalam
Di Malaysia, terdapat suatu rumah tangga, laki-laki atau
peraturan perundang-undangan yang perempuan dewasa, ibu dan bapak,
mengatur mengenai KDRT yaitu kakak atau adik.
Akta Keganasan Rumah Tangga Menurut Akta Keganasan
yang mengatur mengenai Rumah Tangga, yang dimaksud
perlindungan sementara dan prosedur KDRT adalah perbuatan-perbuatan
perlindungan bagi pelaku dan yang dengan sengaja menempatkan
korban. Peraturan ini pada awalnya atau mencoba untuk menempatkan
dirancang untuk memberikan korban dalam ketakutan akan adanya
pertolongan kepada warga sipil dan penderitaan fisik, menyebabkan
pertolongan bagi korban yang penderitaan fisik pada korban atau
mengalami KDRT. Pertolongan perbuatan-perbuatan yang diketahui
terhadap masyarakat sipil termasuk dapat menyebabkan penderitaan
didalamnya adalah perlindungan, fisik, dengan paksaan (fisik)
pengamanan, dan perceraian. meminta korban untuk melakukan
Kanun Kesesakan atau Kitab perbuatan atau tindakan-tindakan,
Undang-Undang Hukum Pidana termasuk tindakan seksual atau yang
Malaysia (penal code) yang berisi lainnya yang tidak dikehendaki oleh
semua tindak pidana mengatur korban, merampas kemerdekaan
mengenai kategorisasi tindak pidana, korban dan perbuatan yang
ancaman dan sanksi pidananya, menyebabkan kerusakan atau
begitu juga orang yang termasuk kehancuran pada harta benda.
dalam kategori lingkup KDRT akan Dalam Akta Keganasan Rumah
dikenakan sanksi berdasarkan pasal- Tangga, tindak pidana KDRT yang
pasal dalam Kitab Undang-Undang dimaksud dalam perundang-
Hukum Pidana (penal code) undangan tersebut adalah tindak
Malaysia. Sedangkan Akta pidana kekerasan fisik, kekerasan
Keganasan Rumah Tangga secara seksual, paksaan atau ancaman,
khusus hanya mengatur mengenai mengurung atau menahan korban,
berkhianat atau merusakkan harta
16
benda. Istilah keganasan rumah
Loc.cit.
14
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
15
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
16
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
diberi kesempatan untuk sedikit lebih ditambah alat bukti lainnya dan lain
aktif selain sebagai saksi.18 sebagainya.
Dengan diberi kesempatannya Kebijakan hukum pidana di
korban untuk bisa lebih aktif, akan masa yang akan datang dalam
memudahkan pemeriksaan terhadap penanggulangan tindak pidana
tindak pidana KDRT yang terjadi di KDRT dapat dikaji dari Rancangan
Kanada. Ketetangan korban dalam Kitab Undang-Undang Hukum
tindak pidana KDRT merupakan Pidana (RUU KUHP) yang
suatu hal yang penting karena KDRT memperluas bentuk-bentuk KDRT
terjadi diranah yang privat (pribadi) yaitu tidak hanya kekerasan fisik,
yang memungkinkan tidak adanya tetapi juga kekerasan psikis, seksual
saksi lain selain korban itu sendiri. dan ekonomi. Di dalam RUU KUHP
Korban merupakan pihak yang juga terdapat rumusan pengertian
mengetahui tentang tindak pidana kekerasan dan kriteria dari luka berat
yang terjadi karena korban itu lah yang dapat memberikan pemahaman
yang secara langsung melihat, dalam mengidentifikasi tindak
mendengar dan mengalami tindak pidana KDRT.
pidana yang terjadi secara langsung. Dalam kajian perbandingan
hukum dengan negara lain, dapat
IV. KESIMPULAN diketahui bahwa beberapa negara
mengatur masalah KDRT dalam UU
Pengaturan tindak pidana KDRT tersendiri, seperti Malaysia yang
yang diatur dalam KUHP bersifat memberlakukan Akta Keganasan
umum dan tidak digolongkan dalam Rumah Tangga Tahun 2004, Filipina
kelompok tindak pidana tersendiri. yang memberlakukan Anti-Violence
Dalam pengaturannya di dalam Against Women and Their Children
KUHP, tidak dikenal istilah KDRT Act of 2004 dan Kanada pada
tetapi KUHP mengenal istilah Provinsi Manitoba yang
penganiayaan. Penganiayaan yang memberlakukan Domestic Violence
diatur dalam KUHP tidak menunjuk and Stalking Act.
kepada perbuatan tertentu, tetapi
hanya menunjuk kepada akibat yang
ditimbulkan dari penganiayaan. V. DAFTAR PUSTAKA
Dalam perkembangannya,
Pemerintah mengeluarkan Undang- Fajar, Mukti, dkk, Dualisme
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Penelitian Hukum Normatif dan
tentang Penghapusan Kekerasan Empiris, Pustaka Pelajar,
Dalam Rumah Tangga (UU Yogyakarta, 2013.
PKDRT), yang di dalamnya terdapat Gultom, Maidin, Perlindungan
kebijakan-kebijakan penanggulangan Hukum Terhadap Anak Dan
tindak pidana KDRT, seperti bentuk- Perempuan, PT Refika Aditama,
bentuk kekerasan dalam lingkup Bandung, 2012.
rumah tangga diperluas, ketentuan
pembuktian yang berdasar pada Makarao, Mohammad Taufik, dkk,
keterangan saksi korban dengan Hukum Perlindungan Anak dan
Penghapusan Kekerasan Dalam
18
Ibid, halaman 79.
17
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/
18