Anda di halaman 1dari 18

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN


TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Rynaldo*, Eko Soponyono, Bambang Dwi Baskoro


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : sebayang_rynaldo@yahoo.co.id

Abstrak
Fenomena kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT merupakan suatu permasalahan
yang perlu mendapatkan perhatian karena terjadi dalam lingkup keluarga yang seharusnya dapat
memberikan rasa aman dan nyaman kepada setiap anggota keluarga. Kebijakan hukum pidana
dalam penanggulangan tindak pidana KDRT dapat dilihat dari Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP). Tindak-tindak pidana kekerasan dalam lingkup rumah tangga yang terdapat
dalam KUHP, pengaturannya hanya bersifat umum dan tidak dikelompokkan dalam kelompok
tindak pidana tersendiri. Dalam KUHP terdapat kelemahan-kelemahan dan untuk mengatasi
kelemahan tersebut, Pemerintah memberlakukan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Kata kunci : Kebijakan hukum pidana, kekerasan dalam rumah tangga

Abstract
Phenomenon of domestic violence is an issues that need attention because happened in a
family that shoukl give sense of security and comfortable to each member of a family. Criminal law
policy to threat domestic violence can refers to the book of Criminal Justice Act (KUHP).
Domestic violence in KUHP, it’s settings is general and not classified in group of special act.
There are many weakness in KUHP and to solve weakness in KUHP, Goverment of Indonesian
have released Act Number 23 about Abolition to Domestic Violence of 2004.
Keywords : Criminal law policy, domestic violence

I. PENDAHULUAN mendapatkan pelajaran yang


berharga yaitu menyadari, mengerti
Dalam kehidupan manusia, perasaan dan pengendalian emosi.
tindak pidana bisa terjadi di dalam Penyelesaian konflik secara sehat
lingkungan sosial yang terdekat terjadi bila masing-masing anggota
seperti lingkungan keluarga. Tindak keluarga tidak mengedepankan
pidana dapat dilakukan oleh siapa kepentingan pribadi, tetapi mencari
saja dan di mana saja tanpa akar permasalahan dan membuat
memandang batasan tempat dan solusi yang menguntungkan anggota
subjek pelakunya termasuk di dalam keluarga melalui komunikasi yang
lingkungan keluarga atau rumah baik dan lancar. Di sisi lain, apabila
tangga. konflik diselesaikan secara tidak
Setiap keluarga memiliki cara sehat maka konflik akan semakin
untuk menyelesaikan masalahnya sering terjadi dalam keluarga.
masing-masing. Apabila masalah Rumah tangga atau keluarga
diselesaikan dengan baik, maka merupakan tempat berlindung bagi
setiap anggota keluarga akan

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

seluruh anggota keluarga, akan tetapi Korban juga sering mendapatkan


pada kenyataannya justru banyak intimidasi maupun ancaman dari
rumah tangga menjadi tempat pelaku ataupun keluarga pelaku jika
penderitaan dan penyiksaan karena korban melaporkan kekerasan yang
terjadi tindak kekerasan. Semakin dialaminya. Hal ini menambah beban
banyak kasus kekerasan dalam psikologis dan tekanan yang dialami
rumah tangga (untuk selanjutnya oleh korban yang dapat membuat
disingkat KDRT) yang terjadi di korban semakin terpuruk. Dalam
masyarakat. Fakta tersebut terlihat praktiknya, korban juga kurang
dari berbagai pemberitaan di media mendapatkan perlindungan dari
massa dan kasus-kasus yang penegak hukum maupun masyarakat
ditangani lembaga-lembaga yang sekitar yang membuat korban takut
peduli terhadap perempuan.1 untuk melaporkan kasus yang
Banyaknya kasus KDRT yang dialaminya, sehingga akses keadilan
terjadi di Indonesia merupakan bagi korban KDRT sangat sulit untuk
cerminan gagalnya sebuah keluarga didapatkan.
membangun dan membina sebuah Pemeriksaan dan pembuktian
kondisi rumah tangga yang kondusif kasus KDRT juga cukup sulit karena
dan nyaman bagi setiap anggota pada umumnya korban tidak mau
keluarga yang berlindung di menjadi saksi dan tidak melaporkan
dalamnya. Beberapa kasus KDRT kekerasan yang dialaminya ataupun
yang terjadi merupakan wujud tidak mencabut laporannya karena merasa
diterapkannya nilai dan norma KDRT merupakan suatu aib atau
sebagai pembimbing dan penuntun rahasia keluarga yang bersifat pribadi
kehidupan di dalam masyarakat. (privat). Padahal keterangan dari
Pada umumnya, korban yang korban sangat diperlukan dalam
mengalami KDRT cenderung suatu pemeriksaan dan pembuktian
menutupi kekerasan yang terjadi perkara pidana karena korban yang
karena merasa malu ataupun secara langsung melihat, mendengar
beranggapan bahwa urusan rumah dan mengalami tindak pidana yang
tangga adalah hal yang bersifat terjadi.
privasi (privat). Hal ini menyebabkan Permasalahan yang muncul dari
sulitnya untuk memeriksa perkara kasus KDRT adalah bahwa dalam
KDRT yang dibawa ke jalur hukum. proses pemeriksaan kasus KDRT,
Korban memiliki peranan yang korban sering mencabut laporannya
sangat penting dalam memeriksa dan adanya keengganan seorang istri
perkara KDRT karena korbanlah (korban) yang menjadi korban
yang secara langsung melihat, kekerasan untuk melaporkan kepada
mendengar, dan mengalami pihak yang berwajib, dalam hal ini
kekerasan yang terjadi. Kepolisian. Hal tersebut dikarenakan
beberapa akibat yang dapat muncul
1 dari laporan tersebut adalah
Mohammad Taufik Makarao, Weny
Bukamo dan Syaiful Azri, Hukum perceraian, kehilangan nafkah hidup
Perlindungan Anak dan Penghapusan karena suami masuk penjara
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, (Jakarta : (ketergantungan ekonomi), masa
Rineka Cipta, 2013), halaman 191.

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

depan anak-anak terancam dan lain- tentang Penghapusan Kekerasan


lain. Dalam Rumah Tangga (untuk
Pengetahuan masyarakat selanjutnya disebut UU PKDRT).
mengenai KDRT, baik dari segi UU PKDRT mulai digunakan
prosedur hukumnya ataupun sebagai payung hukum dalam
perlindungan korban masih sangat penyelesaian kasus-kasus KDRT.
kurang. Sosialisasi tentang prosedur UU PKDRT dianggap sebagai salah
penanganan kasus dan penerapan satu peraturan yang melakukan
perlindungan saksi serta korban terobosan hukum karena terdapat
seperti yang diamanatkan dalam beberapa pembaharuan dan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun kebijakan hukum pidana yang belum
2014 tentang Perubahan Atas pernah diatur sebelumnya seperti
Undang-Undang Nomor 13 Tahun adanya perluasan ruang lingkup
2006 tentang Perlindungan Saksi dan keluarga, perluasan bentuk-bentuk
Korban dan Undang-Undang Nomor kekerasan yang dapat terjadi dalam
23 Tahun 2004 tentang Penghapusan lingkup keluarga atau rumah tangga
Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan lain sebagainya.
menjadi sesuatu yang sangat penting Pada Pasal 15 UU PKDRT
dan berguna bagi masyarakat. Hal mengatur mengenai peran serta dari
tersebut untuk memberikan masyarakat dalam penanggulangan
pengetahuan kepada masyarakat tindak pidana KDRT, seperti
tentang prosedur hukum terhadap memberikan perlindungan kepada
tindak pidana KDRT dan mendorong korban, memberikan pertolongan
keberanian korban maupun saksi darurat dan membantu proses
untuk melaporkan tindak pidana pengajuan permohonan penetapan
KDRT yang terjadi di perlindungan.
lingkungannya. Adanya terobosan dalam Pasal
Adanya kesulitan-kesulitan 15 UU PKDRT tersebut terkait
dalam pemeriksaan perkara KDRT dengan peran serta masyarakat,
dan tingginya angka KDRT yang masih belum dirasakan dampaknya
terjadi dimasyarakat merupakan oleh korban. Hal tersebut
suatu fenomena yang layak menjadi dikarenakan masih adanya penolakan
perhatian. Hal tersebut menuntut laporan masyarakat oleh Kepolisian
adanya kebijakan hukum pidana karena beranggapan masalah
yang dapat menanggulangi tindak keluarga merupakan ranah privat
pidana KDRT yang terjadi dan dapat yang dapat diselesaikan oleh anggota
memberikan akses yang mudah keluarga. Selain itu, masyarakat juga
dalam pemeriksaan perkara KDRT cenderung tidak peduli dengan
agar korban mendapatkan akses lingkungan sekitarnya. Misalnya,
keadilan dan pelakunya dapat dijerat seseorang yang tidak bersedia
dengan pidana, sehingga angka menjadi saksi terhadap kasus KDRT
KDRT yang terjadi dimasyarakat yang diketahuinya dikarenakan takut
dapat diminimalisir. mendapatkan ancaman dari pelaku
Dalam perkembangannya, ataupun takut untuk mencampuri
Pemerintah mengeluarkan Undang- urusan rumah tangga orang lain.
Undang Nomor 23 Tahun 2004

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Kehidupan masyarakat lebih Dengan suatu metodologi, peneliti


cepat berkembang daripada hukum akan menemukan, menganalisis
karena kehidupan masyarakat suatu masalah tertentu untuk
bersifat dinamis. Adanya hal tersebut menemukan suatu kebenaran karena
membutuhkan kebijakan hukum pada prinsipnya metode merupakan
pidana yang dapat menanggulangi pedoman pada Ilmuwan untuk
tindak pidana yang terjadi saat ini mempelajari, menganalisis serta
dan di masa yang akan datang dalam memahami persoalan yang dihadapi.
upaya penanggulangan suatu
kejahatan. A. Metode Pendekatan
Dari uraian di atas,
permasalahan yang dapat disusun Penelitian ini menggunakan
antara lain : metode penelitian yuridis normatif.
1. Bagaimana kebijakan hukum Penelitian hukum yuridis normatif
pidana saat ini dalam upaya dilakukan dengan meletakkan hukum
penanggulangan tindak pidana sebagai sebuah bangunan sistem
kekerasan dalam rumah tangga norma. Sistem norma yang dimaksud
(KDRT) ? adalah mengenai asas-asas, norma,
2. Bagaimana kebijakan hukum kaidah dari peraturan perundangan,
pidana di masa yang akan datang putusan pengadilan serta doktrin
dalam upaya penanggulangan (ajaran). Penelitian hukum normatif
tindak pidana kekerasan dalam selalu mengambil isu dari hukum
rumah tangga (KDRT) ? sebagai sistem norma yang
digunakan untuk memberikan
justifikasi preskriptif tentang suatu
II. METODE
Penelitian adalah merupakan peristiwa hukum.3
proses yang dilakukan dengan Penelitian yuridis normatif
sistematis dengan meliputi disebut juga dengan penelitian
pengumpulan dan analisis data dan hukum doktrinal (doctrinal
informasi dalam upaya research). Penelitian hukum
meningkatkan pengertian mengenai doktrinal (doctrinal research) adalah
fenomena yang telah menjadi penelitian yang bertujuan untuk
perhatian maupun hal yang diminati. memberikan eksposisi yang bersifat
Penelitian hukum adalah suatu proses sistematis mengenai aturan hukum
untuk untuk menemukan aturan yang mengatur bidang hukum
hukum, prinsip-prinsip hukum, tertentu, menganalisis hubungan
maupun doktrin-doktrin hukum antara aturan hukum yang satu
hukum guna menjawab isu hukum dengan yang lain, menjelaskan
yang dihadapi.2 bagian-bagian yang sulit untuk
Dalam dunia ilmu pengetahuan, dipahami dari suatu aturan hukum,
suatu penelitian akan mendapatkan bahkan mungkin juga mencakup
hasil yang diharapkan jika didukung prediksi perkembangan suatu aturan
dengan metode yang tepat dan benar.
3
Mukti Fajar dan Yulianto Achmad,
2
Peter Mahmud Marzuki, “Penelitian “Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan
Hukum”, (Jakarta: Prenadamedia Group, Empiris”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), halaman 35. 2013), halaman 36.

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

hukum tertentu pada masa C. Metode Pengumpulan Data


mendatang.4
Penelitian yang dilakukan adalah Metode pengumpulan data yang
dengan cara mengkaji peraturan digunakan dalam penelitian ini
perundang-undangan yang berkaitan adalah studi kepustakaan yang
dengan tindak pidana KDRT seperti : dilakukan dengan penelaahan
1. Wetboek van Strafrecht voor terhadap buku-buku, literatur-
Nederlandsch-Indie (Staatsblad literatur, catatan-catatan, dan
Tahun 1915 No 732) laporan-laporan yang ada
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun hubungannya dengan permasalahan
1946 tentang Peraturan Hukum yang diteliti. Studi kepustakaan
Pidana dilakukan dengan menginventarisir
3. Undang-Undang Nomor 73 Tahun bahan-bahan yang berhubungan
1958 tentang Menyatakan dengan masalah yang diteliti,
Berlakunya Undang-Undang kemudian dilakukan pendalaman
Nomor 1 Tahun 1946 Republik terhadap bahan-bahan tersebut.
Indonesia tentang Peraturan Pengumpulan data adalah hal
Hukum Pidana Untuk Seluruh yang perlu diperhatikan dalam
Wilayah Republik Indonesia dan pelaksanaan penelitian ilmiah.
Mengubah Kitab Undang-Undang Pengumpulan data dalam penelitian
Hukum Pidana ini diperoleh melalui :
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1. Bahan Hukum Primer
2004 tentang Penghapusan Bahan hukum primer merupakan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga bahan yang sifatnya mengikat
5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun terhadap masalah-masalah yang
1999 tentang Hak Asasi Manusia. diteliti. Dalam penelitian ini,
. perundang-undangan yang akan
digunakan antara lain adalah :
B. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian yang a. Wetboek van Strafrecht voor
digunakan dalam penelitian ini Nederlandsch-Indie (Staatsblad
adalah deskriptif analitis. Deskriptif Tahun 1915 No 732)
mengandung arti bahwa penelitian b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun
ini bertujuan untuk memberikan 1946 tentang Peraturan Hukum
gambaran secara rinci, menyeluruh Pidana
dan sistematis mengenai obyek c. Undang-Undang Nomor 73 Tahun
penelitian ini beserta segala hal yang 1958 tentang Menyatakan
terkait dengannya. Sedangkan Berlakunya Undang-Undang
bersifat analitis mengandung makna Nomor 1 Tahun 1946 Republik
menganalisa dan membandingkan Indonesia tentang Peraturan
peraturan perundang-undangan yang Hukum Pidana Untuk Seluruh
berkaitan dengan permasalahan yang Republik Indonesia dan
diteliti. Mengubah Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun
4
Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi,
2004 tentang Penghapusan
“Penelitian Hukum Legal Research”, Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(Jakarta: Sinar Grafika, 2014), halaman 11.

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

e. Undang-Undang Nomor 39 Tahun lebih paham akan sebuah teori dan


1999 tentang Hak Asasi Manusia juga mengembangkan yang sudah
ada.
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder III. HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan bahan yang sifatnya tidak A. Kebijakan Hukum Pidana
mengikat, tetapi menjelaskan Saat Ini Dalam Upaya
mengenai bahan hukum primer dan Penanggulangan Tindak
dapat membantu menganalisis bahan Pidana Kekerasan Dalam
hukum primer, yang terdiri dari Rumah Tangga
buku-buku yang berkaitan dengan
aspek hukum dalam tindak pidana 1. Kitab Undang-Undang
KDRT. Bahan hukum sekunder Hukum Pidana
dalam penulisan hukum ini juga Di dalam KUHP, tindak-tindak
berasal dari dokumen dan jurnal pidana kekerasan dalam rumah
hukum dari internet. tangga tidak dikelompokkan dalam
kelompok tindak pidana tersendiri,
3. Bahan Hukum Tersier bahkan pengaturannya bersifat
Bahan hukum tersier adalah umum, meskipun ada tindak-tindak
bahan hukum yang mendukung pidana tertentu yang dilakukan
bahan hukum primer dan sekunder terhadap anak, istri dan lain-lain,
dengan memberikan pemahaman dan seperti dalam Pasal 305 KUHP yang
pengertian atas bahan hukum berbunyi sebagai berikut,
lainnya. Bahan hukum tersier terdiri “Barangsiapa menempatkan anak
dari : yang umurnya belum tujuh tahun
a. Kamus Hukum untuk ditemu, atau meninggalkan
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia anak itu, dengan maksud untuk
(KBBI) melepaskan diri darinya, diancam
c. Ensiklopedia dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan”. Dalam
D. Metode Analisis Data Pasal 307 KUHP juga mengatur
Metode analisis data yang adanya pemberatan pidana dengan
digunakan dalam penelitian ini ditambah sepertiga jika yang
adalah kualitatif. Penelitian kualitatif melakukan kejahatan tersebut adalah
menekankan pada aspek pemahaman bapak atau ibu dari anak itu.
secara mendalam terhadap suatu Secara umum, tindak pidana
masalah daripada melihat terhadap tubuh atau fisik seseorang
permasalahan untuk penelitian pada KUHP disebut dengan
generalisasi. Dalam penelitian penganiayaan. Dibentuknya
kualitatif, dilakukan teknik analisis pengaturan tentang kejahatan
secara mendalam dengan terhadap tubuh manusia ini
menganalisis permasalahan- ditujukan bagi perlindungan
permasalahan yang diteliti. Penelitian kepentingan hukum atas tubuh dari
kualitatif dilakukan untuk perbuatan-perbuatan berupa
mengembangkan sebuah konsep dan penyerangan atas tubuh atau bagian
bertujuan untuk membuat seseorang dari tubuh yang mengakibatkan rasa

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sakit atau luka, bahkan karena luka merupakan suatu perkembangan atau
pada tubuh dapat menimbulkan dinamika yang terjadi di masyarakat
kematian. karena kehidupan di masyarakat
Hukum pidana materiil yang bersifat dinamis.
terdapat dalam KUHP tidak Dalam Pasal 89 KUHP
mengenal istilah kekerasan dalam dinyatakan bahwa “Membuat orang
rumah tangga (KDRT). KUHP hanya pingsan atau tidak berdaya
mengenal istilah penganiayaan disamakan dengan menggunakan
seperti yang diatur dalam Pasal 351 kekerasan”. Dalam KUHP, tidak
sampai dengan Pasal 355 KUHP. dijelaskan bagaimana cara membuat
Penganiayaan yang diatur di dalam orang tidak berdaya tersebut.
KUHP menitikberatkan pada adanya Kekerasan yang terdapat dalam
klasifikasi perbuatan penganiayaan rumusan teks KUHP, dipersempit
berdasarkan akibat yang ditimbulkan melalui pengertian yang diberikan
dari perbuatannya. melalui teks yang ada di dalam Pasal
KDRT tidak hanya dapat 89 KUHP dan dimaknai seolah-olah
dilakukan secara fisik, akan tetapi tidak ada lagi pengertian kekerasan
juga dapat dilakukan secara psikis. lain selain daripada yang telah
Kekerasan psikis ini dapat dilakukan dirumuskan di dalam teks Pasal 89
dengan tindakan merendahkan, KUHP tersebut. Pembakuan
memarahi, menghina, mengancam pengertian kekerasan di dalam suatu
yang dapat mengakibatkan teks yang baku juga telah
korbannya takut, trauma, stres, dan menyebabkan dimaknainya
kerugian-kerugian lainnya. pengertian kekerasan atas suatu
Kekerasan psikis tidak diatur dalam makna tunggal dengan melakukan
KUHP karena KUHP lebih penyeragaman atas segala bentuk
menekankan kepada adanya kekerasan yang ada dan melakukan
perbuatan dan akibat secara fisik. pengabaian atas kenyataan pluralitas
Sedangkan terhadap kekerasan makna kekerasan.6
psikis, akibat yang ditimbulkannya Kekerasan terhadap perempuan
tidak dapat secara langsung dilihat seperti yang terdapat dalam Pasal
tetapi harus diuji melalui penelitian 285 sampai dengan Pasal 288 KUHP
psikologi. dan Pasal 297 dimasukkan ke dalam
Kekerasan terhadap perempuan kategori kejahatan kesusilaan
yang ditemui pengaturannya dalam meskipun dalam perumusannya
KUHP hanya meliputi kekerasan pasal-pasal tersebut berkaitan sangat
fisik saja dan belum meliputi erat dengan adanya perbuatan
kekerasan dalam bentuk lainnya. kekerasan. Hal tersebut dapat dilihat
Sementara dalam kenyataannya, dengan dirumuskannya perkataan
masih ada konsep kekerasan lain kekerasan, ancaman kekerasan,
yang berakibat pada perempuan menimbulkan luka bahkan
sebagai korban.5 Hal tersebut menimbulkan kematian dalam
beberapa pasal tersebut.7
5
Niken Savitri, “HAM Perempuan Kritik
Teori Hukum Feminis Terhadap KUHP”,
6
(Bandung: PT Refika Aditama, 2008), Ibid, halaman 67.
7
halaman 49. Ibid, halaman 104.

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Jika mengacu kepada UU tahun untuk ditemu, atau


PKDRT yang memasukkan meninggalkan anak itu, dengan
penelantaran rumah tangga sebagai maksud untuk melepaskan diri
bentuk dari KDRT, maka KUHP darinya, diancam dengan pidana
juga mengenal penelantaran rumah penjara paling lama lima tahun enam
tangga yang disebut dengan istilah bulan.”
menelantarkan orang yang perlu Dalam Pasal 305 KUHP tersebut
ditolong untuk mengatur perbuatan terdapat rumusan kata menempatkan
yang bersifat menelantarkan. anak, yang mengandung makna
Pasal 304 KUHP menyatakan meninggalkan anak kecil yang belum
bahwa “Barangsiapa dengan sengaja berumur tujuh tahun di suatu tempat
menempatkan atau membiarkan sehingga dapat ditemui oleh orang
seorang dalam keadaan sengsara, lain dengan tujuan supaya tidak
padahal menurut hukum yang diketahui siapa orang tuanya, dengan
berlaku baginya atau karena maksud untuk melepaskan tanggung
persetujuan, dia wajib memberi jawab terhadap anak tersebut. Pada
kehidupan, perawatan atau Pasal 305 KUHP tersebut juga
pemeliharaan kepada orang itu, terdapat rumusan kata meninggalkan,
diancam dengan pidana penjara yang dapat diartikan secara
paling lama dua tahun delapan bulan gramatikal dengan menelantarkan.
atau denda paling banyak tiga ratus Jika pelaku yang melakukan
rupiah”. perbuatan sebagaimana yang
Dalam Pasal 304 KUHP dirumuskan dalam Pasal 305 KUHP
tersebut, terdapat unsur hubungan tersebut adalah bapak atau ibu dari
antara si pembuat (yang anak tersebut, maka pidananya dapat
menempatkan atau membiarkan ditambah dengan sepertiga. Hal
orang dalam keadaan sengsara) tersebut diatur dalam Pasal 307
dengan orang yang ditempatkan KUHP. Dalam hal ini, terdapat
dalam keadaan sengsara. Unsur pemberatan pidana jika perbuatan
hubungan tersebut adalah berupa penelantaran terhadap anak tersebut
suatu kewajiban hukum bagi si dilakukan oleh orang tua dari anak
pelaku terhadap orang yang tersebut.
dibiarkan dalam keadaan sengsara.
Kewajiban hukum tersebut berupa, 2. Undang-Undang Nomor 23
kewajiban untuk memberi Tahun 2004 tentang
kehidupan, perawatan atau Penghapusan Kekerasan
pemeliharaan. Pada lingkup rumah Dalam Rumah Tangga
tangga atau keluarga, suami yang
mempunyai kewajiban hukum Konsep keluarga inti dianut oleh
tersebut kepada istri dan anak- UU PKDRT yaitu terdiri dari ayah,
anaknya. ibu dan anak, tetapi UU PKDRT juga
Penelantaran terhadap anak menggunakan konsep keluarga batih
diatur di dalam Pasal 305 KUHP dimana hal ini awam ditemukan
yang menyatakan bahwa dalam keluarga di Indonesia,
“Barangsiapa menempatkan anak termasuk di dalamnya mertua,
yang umurnya belum tujuh belas menantu, besan, ipar, anak tiri, anak

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

angkat, paman, bibi, dan lain-lain. hilangnya rasa percaya diri,


UU PKDRT memperluas ruang hilangnya kemampuan untuk
lingkup keluarga seperti mempunyai bertindak, rasa tidak berdaya,
hubungan darah, perkawinan, dan/atau penderitaan psikis berat
persusuan, pengasuhan, dan juga pada seseorang. KDRT tidak selalu
perwalian. hanya kekerasan fisik semata.
UU PKDRT mengatur bentuk- Banyak kasus khususnya kasus
bentuk dari KDRT, yaitu kekerasan KDRT, di mana pelaku tidak pernah
fisik, psikis, seksual dan melakukan pemukulan dan kekerasan
penelantaran rumah tangga. fisik, namun akibat dari perbuatan
Kekerasan fisik diartikan pelaku, korban mengalami
sebagai perbuatan yang penderitaan yang berat seperti
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, kekerasan psikis.
atau luka berat (Pasal 6 UU Dalam UU PKDRT tidak ada
PKDRT). Kekerasan fisik pengertian normatif dari akibat
menunjukkan pada cedera yang kekerasan psikis, penegak hukum
ditemukan dan cedera tersebut adalah hanya diberi sarana untuk
hasil dari pemukulan dengan benda mengkonstruksikan akibat kekerasan
atau beberapa penyerangan. Bentuk- psikis tersebut dengan menggunakan
bentuk kekerasan fisik dapat berupa keterangan ahli dalam bentuk visum
dicubit, dicekik, didorong, diikat, et repertum psichiatricum. Hal ini
dibanting, ditusuk, diinjak, tampak dalam Pasal 8 ayat (5)
ditendang, dibacok, dikeroyok dan Peraturan Pemerintah Nomor 4
lain sebagainya. Tahun 2006 tentang
Dalam hal terjadinya kekerasan Penyelenggaraan dan Kerja Sama
fisik, korban yang mengalami KDRT Pemulihan Korban Kekerasan Dalam
akan terlihat lebam ataupun luka di Rumah Tangga yang menyatakan
tubuhnya. Luka tersebut kemudian bahwa “Untuk keperluan penyidikan,
akan diperiksa oleh pihak rumah tenaga kesehatan yang berwenang
sakit dan mengeluarkan visum et harus membuat visum et repertum
repertum nantinya. Pada dan/atau visum et repertum
pemeriksaan kasus perlukaan atau psichiatricum atau membuat surat
korban yang mengalami kekerasan keterangan medis”. Dalam
fisik, maka Dokter akan menentukan penjelasan pasalnya disebutkan
jenis luka yang ada pada tubuh visum et repertum dibuat oleh dokter
korban, dan dari jenis luka tersebut, yang memeriksa korban dan visum et
maka Dokter kemudian dapat repertum psichiatricum dibuat oleh
mengetahui jenis kekerasan yang dokter spesialis kesehatan jiwa.8
menyebabkan luka atau alat apa yang Kekerasan seksual juga diatur
digunakan oleh pelaku untuk melukai dalam UU PKDRT. Menurut Pasal 8
korbannya. UU PKDRT, kekerasan seksual
Salah satu bentuk KDRT adalah meliputi pemaksaan hubungan
kekerasan psikologis, atau dalam
Pasal 7 UU PKDRT disebut sebagai 8
Guse Prayudi, “Berbagai Aspek Tindak
kekerasan psikis, yaitu perbuatan Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga”,
yang mengakibatkan ketakutan, (Yogyakarta: Merkid Press, 2008), halaman
69.

9
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

seksual yang dilakukan terhadap dapat juga didukung dengan alat


orang yang menetap dalam rumah bukti visum et repertum
tangga, pemaksaan hubungan seksual psichiatrikum untuk melihat keadaan
terhadap salah seorang dalam psikologis dan kejiwaan korban
lingkup rumah tangganya dengan terhadap kekerasan seksual yang
orang lain untuk tujuan komersial terjadi kepadanya.
dan/atau tujuan tertentu. Bentuk KDRT yang juga diatur
Kekerasan seksual menunjuk dalam UU PKDRT adalah
kepada setiap aktivitas seksual, penelantaran rumah tangga. Menurut
bentuknya dapat berupa penyerangan Pasal 9 ayat (1) UU PKDRT,
atau tanpa penyerangan. Kategori penelantaran rumah tangga adalah
penyerangan menimbulkan perbuatan setiap orang yang
penderitaan berupa cedera fisik. menelantarkan orang dalam lingkup
Kategori kekerasan seksual tanpa rumah tangganya, padahal menurut
penyerangan menderita trauma hukum yang berlaku ia wajib
emosional.9 memberikan kehidupan, perawatan,
Dalam membuktikan adanya atau pendidikan kepada orang
kekerasan seksual dalam tindak tersebut. Penelantaran rumah tangga
pidana KDRT, juga dapat dilihat dari juga termasuk perbuatan setiap orang
hasil pemeriksaan visum et repertum. yang mengakibatkan ketergantungan
Adanya kekerasan seksual tersebut ekonomi dengan cara membatasi
dapat mengakibatkan luka pada dan/atau melarang bekerja yang
tubuh korban. Luka yang terdapat layak di dalam atau di luar rumah
pada tubuh korban dapat menjadi sehingga korban berada di bawah
suatu bukti permulaan adanya tindak kendali orang tersebut (Pasal 9 ayat 2
pidana kekerasan. Kekerasan seksual UU PKDRT).
dapat mengarah kepada penderitaan Menelantarkan rumah tangga
secara seksual dan fisik kepada orang merupakan suatu delik omisionis.
lain. Dengan adanya visum et Delik omisionis yaitu delik yang
repertum dapat membuktikan adanya berupa pelanggaran terhadap
kekerasan seksual yang terjadi. perintah, ialah tidak melakukan
Kekerasan seksual dapat sesuatu yang diperintahkan atau yang
dilakukan dengan ancaman diharuskan.10 Dalam hal ini,
kekerasan, intimidasi, tekanan, dan memberikan kehidupan kepada
tanpa keinginan pihak perempuan. orang-orang yang berada di bawah
Hal tersebut dapat mengakibatkan kendalinya adalah merupakan
suatu penderitaan secara emosional perintah undang-undang, sehingga
yang berupa tertekan, depresi, dan bila ia tidak memberikan sumber
gangguan jiwa ataupun stress kepada kehidupan tersebut kepada orang-
pihak perempuan. Untuk orang yang menjadi tanggungannya,
membuktikan adanya kekerasan berarti ia telah melalaikan suruhan
seksual dalam tindak pidana KDRT, atau tidak berbuat sehingga

9
Maidin Gultom, “Perlindungan Hukum
Terhadap Anak Dan Perempuan”, 10
Sudarto, Hukum Pidana I, (Semarang:
(Bandung: PT Refika Aditama, 2012), Yayasan Sudarto Fakultas Hukum Undip
halaman 17. Semarang, 2009), halaman 96.

10
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dikategorikan telah melakukan yang terjadi di wilayah yang privat


tindak pidana. (pribadi).
Upaya hukum secara perdata Dalam masalah pembuktian, UU
maupun pidana dapat dilakukan PKDRT tidak memberikan bab
terkait dengan tindakan penelantaran tersendiri. UU PKDRT meletakkan
rumah tangga ini. Secara perdata masalah pembuktian dalam
dapat dilakukan upaya hukum karena ketentuan lain-lain yang bagiannya di
ada hak-hak keperdataan yang akhir sebelum Pasal 56 UU PKDRT
dilanggar yaitu tidak memberikan yang merupakan pasal terakhir.
sumber kehidupan atau nafkah Peletakan di akhir dan tidak
kepada orang-orang yang menjadi memberikan bab khusus
tanggungannya. Secara pidana dapat menunjukkan bagaimana pembentuk
dilakukan upaya hukum karena telah undang-undang kurang
terjadi tindak pidana berupa tindak memperhatikan hal satu ini yang
pidana KDRT dalam wujud sebenarnya sangat memegang peran
penelantaran rumah tangga seperti penting untuk membela hak-hak
yang diatur di dalam UU PKDRT. korban KDRT dipersidangan.12
UU PKDRT tangga mengatur Dalam Pasal 50 UU PKDRT
tentang ketentuan pembuktian dalam diatur mengenai pidana tambahan
tindak pidana KDRT yaitu yang dapat dijatuhkan kepada pelaku
ditegaskan dalam Pasal 55 UU tindak pidana KDRT, yaitu
PKDRT yang menyatakan bahwa pembatasan gerak pelaku, baik yang
“Sebagai salah satu alat bukti yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku
sah, keterangan seorang saksi korban dari korban dalam jarak dan waktu
saja sudah cukup untuk tertentu, maupun pembatasan hak-
membuktikan bahwa terdakwa hak tertentu dari pelaku. Pidana
bersalah, apabila disertai dengan tambahan yang juga dapat dijatuhkan
suatu alat bukti yang sah lainnya”. adalah penetapan pelaku mengikuti
Dalam kasus-kasus KDRT, program konseling dibawah
untuk menghadirkan saksi yang pengawasan lembaga tertentu.
melihat pemukulan atau Pidana tambahan tersebut
penganiayaan merupakan suatu merupakan bagian tambahan dari
kendala karena biasanya pemukulan pidana pokok yang dapat dijatuhkan.
terjadi di ruang yang tertutup. Jika Adanya pidana tambahan tersebut
ada yang mengetahui, biasanya akan merupakan salah satu bentuk
takut untuk bersaksi, misalnya anak- intervensi atau campur tangan
anak dan pekerja rumah tangga. 11 terhadap pelaku kekerasan dengan
Oleh karena itu, UU PKDRT maksud untuk melakukan pembinaan
mengatur masalah pembuktian di dalam rangka memelihara keutuhan
dalamnya untuk mengatasi kesulitan rumah tangga yang harmonis dan
pembuktian tindak pidana KDRT sejahtera.

11
Rika Saraswati, “Perempuan Dan
Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah
Tangga”, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,
12
2009), halaman 65. Ibid, halaman 68.

11
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

B. Kebijakan Hukum Pidana Di fisik. Rumusan Pasal 186 RUU


Masa Yang Akan Datang KUHP tersebut juga memasukkan
Dalam Upaya Penanggulangan rumusan akibat-akibat dari kekerasan
Tindak Pidana Kekerasan yang harus dipenuhi untuk terjadinya
Dalam Rumah Tangga suatu kekerasan.
Kekerasan fisik dalam KDRT
1. Rancangan Undang-Undang diatur dalam Pasal 599 RUU KUHP.
Kitab Undang-Undang Dalam Pasal 599 ayat (1) RUU
Hukum Pidana KUHP dinyatakan bahwa “Setiap
Rancangan Kitab Undang- orang yang melakukan perbuatan
Undang Hukum Pidana (untuk kekerasan fisik dalam lingkup rumah
selanjutnya disebut RUU KUHP) 13 tangga dipidana dengan pidana
memasukkan semua ketentuan penjara paling lama 5 (lima) tahun
pidana yang tersebar di luar KUHP atau pidana denda paling banyak
yang berlaku sekarang ini ke dalam Kategori IV.”
RUU KUHP, termasuk di dalamnya Dalam Pasal 599 ayat (2) dan (3)
pengaturan mengenai tindak pidana RUU KUHP dapat dinyatakan bahwa
KDRT. Dalam RUU KUHP jika kekerasan fisik tersebut
Rancangan Tahun 2014, KDRT menimbulkan akibat berupa korban
dimasukkan ke dalam kelompok jatuh sakit atau luka berat atau yang
tindak pidana penganiayaan. menimbulkan akibat matinya korban,
Pengertian kekerasan menurut maka tindak pidana tersebut
Pasal 186 RUU KUHP yaitu merupakan suatu delik biasa. Untuk
“Kekerasan adalah setiap perbuatan kekerasan fisik yang mengakibatkan
secara melawan hukum dengan atau luka berat atau matinya korban,
tanpa menggunakan kekuatan fisik aparat penegak hukum dapat bersifat
yang menimbulkan bahaya bagi aktif dan dapat langsung melakukan
badan atau nyawa, mengakibatkan proses hukum tanpa menunggu
penderitaan fisik, seksual, atau adanya aduan dari korban ataupun
psikologis, dan merampas keluarga korban.
kemerdekaan, termasuk menjadikan Ketentuan yang berbeda terdapat
orang pingsan atau tidak berdaya”. dalam Pasal 599 ayat (4) RUU
Dari rumusan Pasal 186 RUU KUHP yang menyatakan bahwa
KUHP tersebut dapat diketahui kekerasan fisik yang dilakukan oleh
bahwa kekerasan tidak hanya dapat suami terhadap istri atau sebaliknya
dilakukan dengan kekuatan fisik, yang tidak menimbulkan penyakit
tetapi juga dapat dilakukan tanpa atau halangan untuk menjalankan
kekuatan fisik. Ketentuan ini pekerjaan jabatan atau mata
mengandung makna adanya pencaharian atau kegiatan sehari-
kekerasan tanpa kekuatan fisik, hari, maka perbuatan tersebut
seperti kekerasan psikis yang juga digolongkan ke dalam delik aduan.
dapat menimbulkan akibat-akibat RUU KUHP juga
yang berbahaya seperti kekerasan mengakomodir adanya kekerasan
psikis dalam rumah tangga yang
diatur dalam Pasal 600 ayat (1) RUU
13
Peneliti menggunakan RUU KUHP Tahun KUHP, yang menyatakan bahwa
2014 sebagai bahan acuan penulisan ini

12
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

“Setiap orang yang melakukan penuntutan kecuali atas pengaduan


perbuatan kekerasan psikis dalam suami atau istri.
lingkup rumah tangga dipidana Kata memaksa dalam Pasal 602
dengan pidana penjara paling lama 3 RUU KUHP tersebut tidak hanya
(tiga) tahun atau pidana denda paling mengandung makna memaksa secara
banyak Kategori IV.” fisik seperti adanya unsur secara
Adanya kekerasan psikis dalam tindakan atau verbal, tetapi memaksa
KDRT yang diatur dalam RUU bisa juga dilakukan dalam tataran
KUHP merupakan perwujudan psikis seperti berada dibawah
diakomodirnya kekerasan non fisik, tekanan sehingga korban tidak bisa
seperti kekerasan psikis. KDRT melakukan penolakan apapun.
dapat dilakukan dengan berbagai Pembuktian terhadap Pasal 602 RUU
perbuatan dan tidak selalu dilakukan KUHP tersebut tidak dapat dibatasi
secara fisik, tetapi juga dapat hanya kepada bukti-bukti secara
dilakukan secara psikis. Pada fisik, tetapi juga bisa dibuktikan
umumnya, kekerasan emosional atau melalui kondisi psikis yang dialami
psikologis dilakukan dengan oleh korban.
memojokkan dengan kata-kata, Kekerasan seksual (sexual
mengeluarkan kata-kata yang tidak abuse) menunjuk kepada setiap
senonoh, sering membohongi aktivitas seksual, bentuknya dapat
korban, menjadikan korban merasa berupa penyerangan atau tanpa
tidak berguna dan tidak berdaya. 14 penyerangan. Kategori penyerangan
Kekerasan secara seksual dalam jika menimbulkan penderitaan
lingkup rumah tangga juga berupa cedera fisik. Kategori
diakomodir oleh RUU KUHP. Pasal kekerasan seksual tanpa penyerangan
601 RUU KUHP menyatakan bahwa jika menimbulkan trauma secara
“Setiap orang yang melakukan emosional.15
perbuatan kekerasan seksual Kekerasan yang terjadi dalam
terhadap orang yang menetap dalam rumah tangga juga dapat terjadi
lingkup rumah tangganya dipidana secara ekonomi, RUU KUHP
dengan pidana penjara paling lama menyebutnya sebagai tindak pidana
12 (dua belas) tahun atau pidana menelantarkan orang. Hal tersebut
denda paling banyak Kategori VI.” diatur dalam Pasal 536 RUU KUHP
Dalam RUU KUHP, kekerasan yang menyatakan bahwa ”Setiap
secara seksual menuntut adanya orang yang mengakibatkan atau
aduan dari suami atau istri yang membiarkan orang dalam keadaan
menjadi korbannya (delik aduan). terlantar, sedangkan menurut hukum
Ketentuan tersebut diatur dalam yang berlaku baginya atau karena
Pasal 602 RUU KUHP yang perjanjian yang diadakannya wajib
menyatakan bahwa tindak pidana memberi nafkah, merawat, atau
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memelihara orang yang dalam
yang dilakukan oleh suami terhadap keadaan terlantar tersebut, dipidana
istri atau sebaliknya, tidak dilakukan dengan pidana penjara paling lama 3

14 15
Rika Saraswati, Op.cit, halaman 79. Maidin Gultom, Op.cit, halaman 3.

13
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

(tiga) tahun atau pidana denda paling perlindungan sementara dan prosedur
banyak Kategori IV.” perlindungan bagi pelaku dan
Pada umumnya, kekerasan korban.
ekonomi dilakukan berupa suami Dalam hal ruang lingkup KDRT
tidak lagi memberi nafkah di Malaysia, diatur dalam Bagian I
disebabkan suami tidak bekerja atau Permulaan Akta 521 Tahun 2004
tidak mau bekerja. Selain itu, dapat Akta Keganasan Rumah Tangga
juga berupa tindakan suami memeras yang menerangkan mengenai ruang
korban, mengeksploitasi penghasilan lingkup keluarga atau rumah tangga
korban, menghabiskan harta korban, adalah istri atau suaminya, istri atau
atau menyuruh korban melunasi suami yang menikah secara adat
utang-utang pelaku.16 maupun mengikuti agama
perkawinan, bekas istri atau suami,
2. Kajian Perbandingan anak-anak, orang dewasa yang tidak
berkemampuan, anggota lain dalam
Di Malaysia, terdapat suatu rumah tangga, laki-laki atau
peraturan perundang-undangan yang perempuan dewasa, ibu dan bapak,
mengatur mengenai KDRT yaitu kakak atau adik.
Akta Keganasan Rumah Tangga Menurut Akta Keganasan
yang mengatur mengenai Rumah Tangga, yang dimaksud
perlindungan sementara dan prosedur KDRT adalah perbuatan-perbuatan
perlindungan bagi pelaku dan yang dengan sengaja menempatkan
korban. Peraturan ini pada awalnya atau mencoba untuk menempatkan
dirancang untuk memberikan korban dalam ketakutan akan adanya
pertolongan kepada warga sipil dan penderitaan fisik, menyebabkan
pertolongan bagi korban yang penderitaan fisik pada korban atau
mengalami KDRT. Pertolongan perbuatan-perbuatan yang diketahui
terhadap masyarakat sipil termasuk dapat menyebabkan penderitaan
didalamnya adalah perlindungan, fisik, dengan paksaan (fisik)
pengamanan, dan perceraian. meminta korban untuk melakukan
Kanun Kesesakan atau Kitab perbuatan atau tindakan-tindakan,
Undang-Undang Hukum Pidana termasuk tindakan seksual atau yang
Malaysia (penal code) yang berisi lainnya yang tidak dikehendaki oleh
semua tindak pidana mengatur korban, merampas kemerdekaan
mengenai kategorisasi tindak pidana, korban dan perbuatan yang
ancaman dan sanksi pidananya, menyebabkan kerusakan atau
begitu juga orang yang termasuk kehancuran pada harta benda.
dalam kategori lingkup KDRT akan Dalam Akta Keganasan Rumah
dikenakan sanksi berdasarkan pasal- Tangga, tindak pidana KDRT yang
pasal dalam Kitab Undang-Undang dimaksud dalam perundang-
Hukum Pidana (penal code) undangan tersebut adalah tindak
Malaysia. Sedangkan Akta pidana kekerasan fisik, kekerasan
Keganasan Rumah Tangga secara seksual, paksaan atau ancaman,
khusus hanya mengatur mengenai mengurung atau menahan korban,
berkhianat atau merusakkan harta
16
benda. Istilah keganasan rumah
Loc.cit.

14
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

tangga meliputi unsur menyebabkan ketakutan akan adanya penderitaan


cedera fisik dengan perbuatan yang fisik, mencoba memaksa korban
diketahui atau sepatutnya diketahui untuk berbuat atau tidak berbuat
akan mengakibatkan cedera fisik. sesuatu yang diinginkan, atau dengan
Penyelesaian ataupun prosedur kekerasan atau ancaman kekerasan
hukum terhadap tindak pidana membatasi kebebasan bergerak,
KDRT di Malaysia sifatnya adalah melakukan atau mencoba melakukan
delik aduan, sebagaimana yang kekerasan fisik dengan tujuan untuk
diatur dalam Pasal 5 Akta Keganasan mengendalikan perbuatan atau
Rumah Tangga. Dalam hal ini, aparat keputusan korban, dengan kekerasan
penegak hukum di Malaysia hanya atau ancaman kekerasan
dapat melakukan proses hukum menyebabkan atau mencoba
terhadap tindak pidana KDRT jika menyebabkan korban melakukan
terdapat aduan dari korban. aktivitas seksual yang tidak termasuk
Filipina juga melakukan perkosaan, perbuatan yang
pengaturan terhadap tindak pidana menyebabkan tekanan emosional dan
KDRT dalam Act No. 9262 tentang menyebabkan korban mengalami
An Act Defining Violence Against penderitaan mental yang berat.
Women And Their Children, Sanksi pidana yang dapat
Providing For Protective Measures dikenakan kepada pelaku KDRT
For Victims, Prescribing Penalties mengacu kepada sanksi pidana yang
Therefore, And For Other Purposes terdapat dalam Kitab Undang-
atau yang lebih dikenal dengan Anti- Undang Hukum Pidana (penal code)
Violence Against Women and Their Filipina. Dalam Kitab Undang-
Children Act of 2004. Undang Hukum Pidana Filipina,
Ruang lingkup KDRT menurut terdapat penggolongan sanksi pidana
Act No. 9262 adalah istri, mantan yaitu prison mayor, prison
istri, teman kencan, pacar, coreectional dan arresto mayor.
perempuan dengan siapa pelaku Prison mayor adalah pidana penjara
memiliki anak dan anak dari untuk waktu antara 6 tahun 1 hari
perkawinan yang sah atau tidak sah sampai dengan 12 tahun. Prison
baik yang tinggal dalam satu rumah correctional adalah pidana penjara
dengan pelaku maupun tidak, untuk waktu antara 6 bulan 1 hari
Jenis-jenis kekerasan terhadap sampai dengan 6 tahun. Arresto
perempuan dan anak dalam lingkup mayor adalah pidana untuk waktu
rumah tangga adalah kekerasan fisik, selama 1 bulan 1 hari sampai dengan
psikis, seksual dan ekonomi. 6 bulan.
Pasal 5 Act No. 9262 Negara selanjutnya yang
merumuskan kejahatan kekerasan melakukan pengaturan terhadap
terhadap perempuan dan anak terdiri tindak pidana KDRT adalah Kanada.
dari perbuatan yang menyebabkan Aturan hukum yang berkaitan
penderitaan fisik, perbuatan yang dengan KDRT yang dikeluarkan oleh
mengancam penderitaan fisik, pemerintah provinsi di Kanada antara
percobaan perbuatan yang lain, Provinsi Alberta membuat
menyebabkan penderitaan fisik, Protection Against Family Violence
menempatkan korban dalam Act, Provinsi Saskatchewan membuat

15
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Victims of Domestic Violence Act, pemerintahan di Kanada, pemerintah


Provinsi Manitoba membuat provinsi tidak mempunyai
Domestic Violence and Stalking Act, kewenangan atau kekuasaan untuk
Provinsi Prince Edward Island’s membuat aturan-aturan hukum yang
membuat Victim’s of Family berkaitan dengan pemidanaan karena
Violence Act dan Provinsi Yukon kewenangan atau kekuasaan seperti
membuat Family Violence itu ada pada pemerintah federal.
Prevention Act. Dengan demikian, ancaman sanksi
Untuk tujuan perbandingan pidana terhadap terhadap pelaku
aturan hukum mengenai kekerasan KDRT menunjuk pada ancaman
yang dilakukan di dalam rumah sanksi pidana dalam Kitab Undang-
tangga akan dibandingkan salah satu Undang Hukum Pidana (Criminal
dari undang-undang tersebut, yaitu Code) Kanada.17
Domestic Violence and Stalking Act Pada umumnya, ancaman sanksi
yang berlaku di Provinsi Manitoba. pidana terhadap tindak pidana KDRT
Ruang lingkup KDRT menurut adalah pidana penjara, baik penjara
Domestic Violence and Stalking Act seumur hidup maupun penjara untuk
yang berlaku di Provinsi Manitoba sementara waktu. Hal menarik dari
adalah istri/suami atau pasangan ketentuan mengenai pemidanaan
intim, anggota keluarga baik yang dalam Kitab Undang-Undang
tinggal satu rumah maupun tidak, Hukum Pidana Kanada (Part XXIII
pacar atau tunangan meskipun tidak tentang Sentencing) adalah
tinggal bersama, anak baik anak ditentukan adanya pembebanan
kandung maupun anak angkat. restitusi terhadap pelaku untuk tindak
Menurut Domestic Violence and pidana tertentu, termasuk dalam hal
Stalking Act, KDRT adalah ini adalah restitusi untuk korban
perbuatan yang dengan sengaja, KDRT.
kurang hati-hati atau perbuatan yang Dalam proses peradilan pidana di
mengancam atau kelalaian yang Kanada, peran utamanya adalah
menyebabkan penderitaan pada negara dan pelaku. Berdasarkan
tubuh atau kerusakan pada harta Pasal 722 Kitab Undang-Undang
benda, perbuatan yang dengan Hukum Pidana Kanada, korban
sengaja, kurang hati-hati atau diberi kesempatan hadir di
perbuatan yang mengancam atau Pengadilan untuk memberikan
kelalaian yang menyebabkan keterangan mengenai penderitaan
katakutan/kecemasan akan adanya yang ia alami sebagai akibat dari
penderitaan pada tubuh atau tindak pidana yang terjadi.
kerusakan pada harta benda, Keterangan korban tersebut dapat
perbuatan yang menyebabkan dipertimbangkan oleh Hakim dalam
penderitaan psikis atau batin, membuat putusan pemidanaan
perampasan kemerdekaan dan terhadap pelaku. Dalam proses
kekerasan seksual. peradilan pidana di Kanada, korban
Domestic and Violence Act
Kanada secara khusus tidak 17
G. Widiartana, “Kekerasan Dalam Rumah
merumuskan ancaman sanksi pidana. Tangga Perspektif Perbandingan Hukum”,
Hal ini dikarenakan menurut tata (Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya
Yogyakarta, 2009), halaman 67.

16
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

diberi kesempatan untuk sedikit lebih ditambah alat bukti lainnya dan lain
aktif selain sebagai saksi.18 sebagainya.
Dengan diberi kesempatannya Kebijakan hukum pidana di
korban untuk bisa lebih aktif, akan masa yang akan datang dalam
memudahkan pemeriksaan terhadap penanggulangan tindak pidana
tindak pidana KDRT yang terjadi di KDRT dapat dikaji dari Rancangan
Kanada. Ketetangan korban dalam Kitab Undang-Undang Hukum
tindak pidana KDRT merupakan Pidana (RUU KUHP) yang
suatu hal yang penting karena KDRT memperluas bentuk-bentuk KDRT
terjadi diranah yang privat (pribadi) yaitu tidak hanya kekerasan fisik,
yang memungkinkan tidak adanya tetapi juga kekerasan psikis, seksual
saksi lain selain korban itu sendiri. dan ekonomi. Di dalam RUU KUHP
Korban merupakan pihak yang juga terdapat rumusan pengertian
mengetahui tentang tindak pidana kekerasan dan kriteria dari luka berat
yang terjadi karena korban itu lah yang dapat memberikan pemahaman
yang secara langsung melihat, dalam mengidentifikasi tindak
mendengar dan mengalami tindak pidana KDRT.
pidana yang terjadi secara langsung. Dalam kajian perbandingan
hukum dengan negara lain, dapat
IV. KESIMPULAN diketahui bahwa beberapa negara
mengatur masalah KDRT dalam UU
Pengaturan tindak pidana KDRT tersendiri, seperti Malaysia yang
yang diatur dalam KUHP bersifat memberlakukan Akta Keganasan
umum dan tidak digolongkan dalam Rumah Tangga Tahun 2004, Filipina
kelompok tindak pidana tersendiri. yang memberlakukan Anti-Violence
Dalam pengaturannya di dalam Against Women and Their Children
KUHP, tidak dikenal istilah KDRT Act of 2004 dan Kanada pada
tetapi KUHP mengenal istilah Provinsi Manitoba yang
penganiayaan. Penganiayaan yang memberlakukan Domestic Violence
diatur dalam KUHP tidak menunjuk and Stalking Act.
kepada perbuatan tertentu, tetapi
hanya menunjuk kepada akibat yang
ditimbulkan dari penganiayaan. V. DAFTAR PUSTAKA
Dalam perkembangannya,
Pemerintah mengeluarkan Undang- Fajar, Mukti, dkk, Dualisme
Undang Nomor 23 Tahun 2004 Penelitian Hukum Normatif dan
tentang Penghapusan Kekerasan Empiris, Pustaka Pelajar,
Dalam Rumah Tangga (UU Yogyakarta, 2013.
PKDRT), yang di dalamnya terdapat Gultom, Maidin, Perlindungan
kebijakan-kebijakan penanggulangan Hukum Terhadap Anak Dan
tindak pidana KDRT, seperti bentuk- Perempuan, PT Refika Aditama,
bentuk kekerasan dalam lingkup Bandung, 2012.
rumah tangga diperluas, ketentuan
pembuktian yang berdasar pada Makarao, Mohammad Taufik, dkk,
keterangan saksi korban dengan Hukum Perlindungan Anak dan
Penghapusan Kekerasan Dalam
18
Ibid, halaman 79.

17
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Rumah Tangga, Rineka Cipta,


Jakarta, 2013.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian
Hukum, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2007.
Prayudi, Guse, Berbagai Aspek
Tindak Pidana Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, Merkid Press,
Yogyakarta. 2008.
Saraswati, Rika, Perempuan Dan
Penyelesaian Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2009.
Savitri, Niken, HAM Perempuan
Kritik Teori Hukum Feminis
Terhadap KUHP, PT Refika
Aditama, Bandung, 2008.
Sudarto, Hukum Pidana I, Yayasan
Sudarto Fakultas Hukum Undip
Semarang, Semarang, 2009
Susanti, Dyah Ochtorina, dkk,
Penelitian Hukum Legal
Research, Sinar Grafika, Jakarta,
2014.
Widiartana, G, Kekerasan Dalam
Rumah Tangga Perspektif
Perbandingan Hukum, Penerbit
Universitas Atmajaya
Yogyakarta, Yogyakarta, 2009.

18

Anda mungkin juga menyukai