Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA

ENZIM DALAM DIAGNOSTIK, TERAPETIK, DAN METABOLISME

DOSEN PEMBIMBING
Elva Aasmiati, M.Clin.Pharm., Apt

DISUSUN OLEH
KELOMPOK I

1. Dayang Nur’aini Marjuki 201810410311052


2. Catur Salsa Bella Julianti 201810410311073
3. Faizatul Khasanah 201810410311076
4. Aldhenia Amara Rosali 201810410311082
5.
6. Akhmad Aldy Rahman Miandi 201810410131088
7.
8. Karina Aulia Firdasya 201810410311096
9. Dayang Rashya Salwa A. 201810410311102

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
MALANG
2019
A. Pemanfaatan enzim sebagai alat diagnosis

Pemanfaatan enzim untuk alat diagnosis secara garis besar dibagi dalam tiga
kelompok :

1. Enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau


organ akibat penyakit tertentu.

Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan


mengikuti prinsip bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak
terlacak di cairan ekstrasel dalam jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya
selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan ekstrasel. Keberadaan ini
diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan isinya
(enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikit dan tetap.
Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar
dari yang seharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan,
maka dapat diperkirakan terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat
pecahnya membran) sel secara besar-besaran. Kematian sel ini dapat diakibatkan
oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang merusak tatanan lipid
bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus), berkurangnya
aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-
enzimnya, atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak
mampu lagi mengenali sel-sel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya menyerang
sel tubuh (penyakit autoimun) dan mengakibatkan kebocoran membran.

Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan


adalah sebagai berikut :

a. Peningkatan aktivitas enzim renin menunjukkan adanya gangguan


perfusi darah ke glomerulus ginjal, sehingga renin akan
menghasilkan angiotensin II dari suatu protein serum yang berfungsi
untuk menaikkan tekanan darah.
b. Peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga
mencapai seratus kali lipat (normal 1-23 sampai 55U/L)
menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis, peningkatan sampai dua
puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa,
sedangkan peningkatan pada kadar yang lebih rendah terjadi pada
keadaan alkoholisme.
c. Peningkatan jumlah tripsinogen I (salah satu isozim dari tripsin)
hingga empat ratus kali menunjukkan adanya pankreasitis akut, dan
lain-lain.
2. Enzim sebagai suatu reagensia diagnosis.

Sebagai reagensia diagnosis, enzim dimanfaatkan menjadi bahan untuk


mencari petanda (marker) suatu senyawa. Dengan memanfaatkan enzim,
keberadaan suatu senyawa petanda yang dicari dapat diketahui dan diukur berapa
jumlahnya. Kelebihan penggunaan enzim sebagai suatu reagensia adalah
pengukuran yang dihasilkan sangat khas dan lebih spesifik dibandingkan dengan
pengukuran secara kimia, mampu digunakan untuk mengukur kadar senyawa
yang jumlahnya sangat sedikit, serta praktis karena kemudahan dan ketepatannya
dalam mengukur. Contoh penggunaan enzim sebagai reagen adalah sebagai
berikut :

 Uricase yang berasal dari jamur Candida utilis dan bakteri Arthobacter
globiformis dapat digunakan untuk mengukur asam urat.
 Pengukuran kolesterol dapat dilakukan dengan bantuan enzim
kolesterol-oksidase yang dihasilkan bakteri Pseudomonas fluorescens.
 Pengukuran alcohol, terutama etanol pada penderita alkoholisme dan
keracunan alcohol dapat dilakukan dengan menggunakan enzim
alcohol dehidrogenase yang dihasilkan oleh Saccharomyces
cerevisciae, dan lain-lain.

3. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.

Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan


memperlihatkan reagensia lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak.
Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali bukan substrat yang khas bagi
enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawa memiliki enzimnya,
terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan terhadap substrat
dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim berfungsi dalam
memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen. Contoh
penggunaannya adalah sebagai berikut :

 Pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent


Assay), antibodi mengikat senyawa yang akan diukur, lalu antibodi
kedua yang sudah ditandai dengan enzim akan mengikat senyawa yang
sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu direaksikan
dengan substrat enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapat
diperoleh dengan cara imunosupresi biasa. Zat berwarna ini dapat
digunakan untuk menghitung jumlah senyawa yang direaksikan.
Enzim yang lazim digunakan dalam teknik ini adalah peroksidase,
fosfatase alkali, glukosa oksidase, amilase, galaktosidase, dan asetil
kolin transferase.
 Pada teknik EMIT (Enzim Multiplied Immunochemistry Test), molekul
kecil seperti obat atau hormon ditandai oleh enzim tepat di situs
katalitiknya, menyebabkan antibodi tidak dapat berikatan dengan
molekul (obat atau hormon) tersebut. Enzim yang lazim digunakan
dalam teknik ini adalah lisozim, malat dehidrogenase, dan gluksa-6-
fosfat dehidrogenase.
B. Enzim Sebagai Terapetik

Enzim yang berpotensi secara medis (digestif dan metabolik) dapat


digunakan baik secara bersamaan dengan enzim lain maupun tanpa kehadiran
enzim lain dalam mengatasi penyakit tertentu. Enzim ini mempunyai dua fitur
utama yaitu biasanya terikat dan bekerja pada target dengan spesifisitas dan
afinitas tinggi dan mempunyai aktivitas katalitik yang tinggi serta mampu
mengubah berbagai macam substrat menjadi produk yang diinginkan. Kedua fitur
ini menjadikan enzim sebagai target utama untuk pengobatan penyakit tertentu.
Untuk dapat berfungsi secara efektif sebagai agen terapi, terdapat beberapa
persyaratan utama, yaitu:

1. Enzim harus stabil untuk memastikan enzim dapat bekerja dalam waktu
tertentu selama proses pengobatan.
2. Tersedia dalam bentuk terlarut sehingga memungkinkan untuk pengobatan
melalui intravena, intramuskular, dan subkutaneus.
3. Dalam bentuk murni sehingga efek samping yang tidak diinginkan yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi seperti endotoksin mikroba,
pirogen, atau material berbahaya lainnya.
4. Mampu bekerja pada bagian tertentu dari organ yang dituju.

Namun demikian penggunaan enzim sebagai agen terapi tentu harus


melalui serangkaian uji dari badan yang berwenang sehingga dapat dipastikan
bahwa enzim membawa kebermanfaatan dan dapat meminimalisir efek samping
yang ditimbulkan terutama komplikasi imunologi.

SUMBER DAN PRODUKSI ENZIM

Selama bertahun-tahun enzim umumnya diisolasi dari berbagai sumber seperti


bakteri, jamur, dan hewan untuk tujuan terapi. Oleh karena imunogenitasnya
enzim-enzim ini hanya dapat digunakan untuk aplikasi eksternal. Berkaitan dalam
hal ini dosis, kemurnian dan sumber dari enzim bukan menjadi pertimbangan
utama. Pemurnian enzim dari sumber manusia dalam jumlah yang cukup untuk
diaplikasikan ke pasien paling tidak untuk tujuan uji coba masih menjadi
tantangan bagi para peneliti.

1. Produksi dari sel manusia lebih menjanjikan karena modifikasi


menyerupai keadaan aslinya, tetapi kontaminasi dari virus bisa menjadi
masalah serius.
2. Produksi dari sel mamalia (umunya dari hewan coba hamster). Glikosilasi
yang terjadi pada sel inang mamalia memiliki kemiripan dengan pola
glikosilasi pada manusia.
3. Produksi dari yeast (Saccharomyces cerevisiae) menghasilkan modifikasi
post translasional yang berbeda dengan pola modifikasi pada manusia,
tetapi proteinyang dihasilkan dari yeast telah lama digunakan.
4. Produksi dari Escherichia coli menghasilkan produk nonglikosilasi.
Padaprinsipnya sistem produksi bakteri memilki beberapa keuntungan
dibandingkan sistem ekspresi yang lain, dari segi biaya, kemudahan, dan
ketiadaan kontaminasi virus. Bagaimanapun protein eukariotik biasanya
tidak dapat mengalami folding dengan baik pada bakteri, sehingga
berpotensi terjadinya badan inklusi dan membutuhkan adanya refolding.
Ini dapat dilakukan pada skala besar namun membutuhkan proses optimasi
yang panjang untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
5. Produksi dari tanaman transgenik: sistem produksi ini masih dalam tahap
pengembangan untuk mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi khususnya untuk protein yang dibutuhkan dalam jumlah besar dan
komplek.

Beberapa jenis enzim yang umum digunakan sebagai agen terapi di bidang
kesehatan antara lain:

1. Kolagenase

Kolagenase merupakan matrik metaloprotein yang memutuskan ikatan


peptida dalam kolagen dan pertama kali diidentifikasi pada tahun 1942
(Gross et al., 1962). Mikroorganisme patogen, terutama C. histolyticum
telah dilaporkan sebagai penghasil kolagenase (Bauer et al., 2013). Ada
beberapa tipe enzim kolagenase, kolagenase tipe pertama dihasilkan oleh
beberapa mikroorganisme seperti C. histolyticum, organisme ini mampu
memproduksi kolagenase yang dapat mendegradasi rantai polipetida pada
kolagen pada banyak sisi dan menghidrolisis kolagen pada ujung C
(Schalage et al., 2015). Kolagen tipe dua adalah yang disintesis dari
mamalia. Kolagenase tipe ini dapat memutus tripel helik pada kolagen dari
titik tertentu dan menghasilkan molekul tropokolagen. Kolagenase tidak
bersifat merusak membran sel sehingga digunakan untuk dispersi sel,
pemisahan jaringan, dan kultur sel. Sebagai contoh, Clostridium
histolycum (C. histolycum) telah mendapatkan persetujuan dari Food and
Drug Administration untuk digunakan sebagai penyembuh luka.
Kolagenase lebih sering digunakan untuk pemisahan sel jaringan untuk
tujuan medis. Umumnya digunakan untuk memindahkan dan merelokasi
kelenjar insulin untuk penderita diabetes (Maimets et al., 2015).
Kolagenase juga dapat digunakan untuk mengisolasi sel lemak, adrenal,
dan parenkim liver (Tuohetahuntila et al., 2015). Kolagenase juga
digunakan untuk teknik G-banding untuk mempelajari kromosom manusia
(Peak et al., 2015). Dewasa ini kolagenase digunakan untuk pengobatan
beberapa jenis penyakit mengingat berkurangnya kolagen dalam tubuh
dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dari tubuh.

2. Enzim pankreas

Berkurangnya asupan enzim pankreas dapat mengakibatkan berkurangnya


absorpsi lemak, protein dan karbohidrat, sehingga mengakibatkan
defisiensi nutrisi serta berkurangnya berat badan dan gangguan pada
pencernaan. Kondisi ini dikenal dengan istilah defisiensi pankreas
eksokrin yang disebabkan oleh pankreatitis akut, cystic fibrosis dan kanker
pankreas. Terapi enzim pankreas mulai mendapat perhatian mengingat
perannya dalam meningkatkan penyerapan lemak dan nitrogen (Sikkens et
al., 2010). Uji efikasi dan keamanan untuk terapi enzim pankreas dalam
mengatasi cystic fibrosis telah dilaporkan oleh Somaraju & Solis-Moya
(2014). Meskipun dibutuhkan uji lebih lanjut untuk mengetahui dosis yang
tepat untuk tingkat keparahan yang berbeda. Kombinasi enzim lipase,
protease dan amilase merupakan komposisi enzim pankreas yang umum
digunakan dan dikenal dengan istilah pankreatin. Enzim pankreas juga
dapat digunakan sebagai suplemen untuk mengatasi masalah pencernaan
dan konstipasi (Kaur & Sekhon, 2010).

3. Lipase

Lipases mengkatalisis hidrolisis triasilgliserol dan fosfolipid dan


merupakan enzim pencernaan yang dapat diisolasi dari bakteri, jamur dan
dari sumber hewani (Hasan et al., 2005). Lipase diketahui dapat digunakan
untuk pengobatan tumor karena kemampuannya untuk mengaktivasi faktor
nekrosis tumor. Acinetobacter haemolyticus TA106 yang diisolasi dari
kulit pada manusia menunjukkan kemampuan untuk memproduksi enzim
lipase pada kondisi media yang sudah dioptimasi (Jagtap et al., 2010).
Sementara itu lipase dari Candida rugosa memproduksi lovastatin yang
mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolesteol serum. Lipase
yang diperoleh dari mikroba menunjukkan aktivitas lipolitik yang
signifikan dan stabil pada terhadap aktivitas proteolitik. Lipase juga
digunakan untuk dispepsia, gangguan gastrointestinal, alergi, dan berbagai
jenis infeksi (Matsumae et al., 1993).

4. Kitinase

Kitin merupakan komponen dinding sel yang dapat ditemukan pada


banyak organisme patogen, meliputi jamur, protozoa dan cacing serta
merupakan target untuk antimikroba. Dinding sel dari Streptococcus
pneumonia, Clostridium perfringens, dan Bacillus anthracis, menjadi target
enzim litik yang diturunkan dari bakteriophage (Zimmer et al., 2002).
Kitinase dapat digunakan untuk zat aditif pada krim antijamur dan juga
digunakan sebagai penguat tulang pada osteoporosis (Ratanaparavon et al.,
2009), dan sebagai agen antibakteri (Rhoades et al., 2006). Kitinase dapat
mendegradasi kitin menghasilkan kitooligosakarida seperti kitoheksaosa
dan kitoheptaosa, keduanya dilaporkan memiliki aktivitas antitumor.
Kitinase juga diketahui menurunkan kadar glukosa serum pada penderita
diabetes (Lee et al., 2003).

5. Lakase

Lakase dikenal juga sebagai enzim oksigen oksidoreduktase dan umumnya


berwarna biru. Enzim ini mengkatalisis senyawa organik umumnya
senyawa fenolik dan beberapa senyawa non fenolik dengan bantuan
mediator (Giardina et al., 2010). Lakase pertama kali diisolasi dari jamur
Rhus vernicifera oleh peneliti dan termasuk ke dalam famili
Anancardiaceae. Hanya ada sedikit enzim yang mampu mengkatalisis
reaksi redoks yang sama seperti yang dikatalisis oleh lakase, seperti
sitokrom-c okidase, bilirubin okidase, phenoxazinon sinthase, L-askorbat
oksidase (Baldrian et al., 2006). Lakase mempunyai spesifitas substrat
yang luas dan setiap jenis lakase mempunyai aktivitas terhadap susbtrat
yang berbeda-beda (Giardina et al., 2010). Lakase mempunyai aplikasi
yang luas di bidang bioteknologi dan pengolahan limbah. Pada tahun 2006
lakase yang diekstrak dari jamur Funalia trogii (atau dikenal juga sebagai
Trametes trogii) dan Coriolus versicolor (juga dikenal sebagai Trametes
versicolor), dilaporkan memiliki aktivitas terhadap sel kanker (Zhao et al.,
2014). Studi lanjutan menunjukkan bahwa lakase dengan berat molekul
berbeda dari jamur Basidiomycetes memiliki aktivitas antikanker terhadap
sel kanker MCF-7 and liver (Rashid et al., 2011). Lakase telah diisolasi
dari bakteri seperti Azospirilum lipoferum, Bacillus subtilis, Streptomyces
lavendulae, S. Cyaneus dan Marinomonas mediterranea. Lakase yang
diisolasi dari bakteri ini berperan dalam produksi pigmen, melindungi dari
pengaruh radiasi UV, dan efek buruk dari hidrogen peroksida (Robert et
al., 2002).

C. Enzim Metabolisme

Metabolisme merupakan totalitas proses kimia di dalam tubuh. Metabolisme


meliputi segala aktivitas hidup yang bertujuan agar sel tersebut mampu untuk
tetap bertahan hidup, tumbuh, dan melakukan reproduksi. Semua sel penyusun
tubuh makhluk hidup memerlukan energi agar proses kehidupan dapat
berlangsung. Sel-sel menyimpan energi kimia dalam bentuk makanan kemudian
mengubahnya dalam bentuk energi lain pada proses metabolisme.
Proses metabolisme di dalam sel melibatkan aktivitas sejumlah besar katalis
biologik yang disebut enzime. Tanpa katalis enzim tak akan proses metabolisme
berjalan dengan baik, mudahnya nggak ada aktivitas yang ada ditubuh yang
akan berjalan baik tanpa melibatkan enzim . Enzim ditubuh itu akan membantu
proses metabolisme baik proses katabolisme seperti Respirasi maupun sintesis
sintesis dalam anabolisme

1. Reaksi Katabolisme
Adalah reaksi yang sifatnya memecah ikatan kimia yang kompleks
menjadi ikatan kimia yang lebih sederhana. pada waktu ikatan putus dan
molekul terpecah terjadi pembebasan energi (reaksi exergonik). Contoh
reaksi katabolisme adalah proses respirasi (termasuk aerob dan anaerob).

2. Reaksi Anabolisme
Adalah reaksi pembentukkan, yaitu pembentukkan molekul sederhana
menjadi molekul kompleks. reaksi anabolisme merupakan reaksi sintesis
karena adanya transformasi energi yang disimpan dalam bentuk ikatan
kimia, oleh sebab itu reaksi anabolisme disebut juga reaksi yang
membutuhkan energi (endergonik). Contoh reaksi anabolisme adalah
sintesis (termasuk fotosintesisi dan kemosintesis)

1) Molekul-molekul yang terkait dengan proses metabolism


1. ATP

Merupakan molekul berenergi tinggi. Molekul ini merupakan ikatan


adenosin yang mengikat tiga gugusan pospat, dengan ikatan yang lemah /
labil sehingga mudah melepaskan ikatan pospatnya pada saat mengalami
hidrolisis.

Reaksinya: ATP --> ADP --> AMP (reaksi tersebut meruapak reaksi bulak
balik) perubahan ATP menjadi ADP di ikuti dengan pembebasan energi
sebesar 7,3 kalori/mol ATP.

2. Enzim

Enzim merupakan senyawa organik jenis protein yang dihasilkan oleh


sel dan berperan sebagai katalisator (pemercepat suatu reaksi kimia)
sehingga disebut Biokatalisator.

Reaksi metabolisme dalam sel sangat membutuhkan keberadaan enzim.


Seluruh reaksi kimia yang membangun proses metabolisme merupakan
reaksi enzimatis. Enzim mengatur kecepatan dan kekhususan ribuan
reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel. Walaupun enzim di buat di
dalam sel, tetapi untuk bertindak sebagai katalis tidak harus selalu di
dalam sel.

2) Komponen penyusun enzim

Berdasarkan senyawa pembentuknya yaitu protein enzim dibedakan


atas 2 bagaian yaitu:

a. enzim sederhana, enzim dengan seluruh komponen penyusunnya adalah


protein

b. Enzim kompleks / Enzim konjugasi / Haloenzim, Enzim yang


komponen penyusunnya tidak hanya terdiri atas protein

Apoenzim merupakan bagian dari enzin konjugasi yang berupa


protein, prostetik merupakan bagian dari protein konjugasi yang bukan
senyawa protein

Gugus prostetik yang terbuat dari senyawa logam disebut kofaktor.


Gugus prostetik yang terbuat dari bahan organik seperti vitamin disebut
ko enzim

3) Kerja Enzim

Ada 2 teori yang mengungkapkan cara kerja enzim yaitu:

1. Teori kunci dan anak kunci (Lock and key)

Teori ini dikemukakan oleh Emil Fisher yang menyatakan kerja


enzim seperti kunci dan anak kunci, melalui hidrolisis senyawa gula
dengan enzim invertase, sebagai berikut:

1. Enzim memiliki sisi aktivasi, tempat melekat substrat

2. hubungan antara enzim dan substrat terjadi pada sisi aktivasi

3. Hubungan antara enzim dan substrat membentuk ikatan yang lemah

4. Enzim + substrat -- Kompleks enzim substrat -- Hasil akhir + Enzim


2. Teori kecocokan induksi (induced fit theory)

• Bukti dari kristalografi sinar x, diketahui bahwa sisi aktif enzim


bukan merupakan bentuk yang kaku, tapi bentuk yang fleksibel

• Ketika substrat memasuki sisi aktif enzim, bentuk sisi aktif akan
termodifikasi menyesuaikan bentuk substrat, sehingga terbentuk
kompleks enzim substrat

• Ketika substrat terikat pada enzim, sisi aktif enzim mengalami


beberapa perubahan sehingga ikatan yang terbentuk antara enzim dan
substrat menjadi menjadi lebih kuat.

• Interaksi antara enzim dan substrat disebut Induced fit.

4) Komponen Enzim
Enzim merupakan protein, berdasarkan senyawa penyusunnya, enzim

dibedakan atas:

Enzim sederhana komponen utama penyusun tubuhnya adalah protein

• Enzim konjugasi / halo enzim merupakan enzim yang tersusun atas


senyawa protein dan senyawa selain protein

• Bagian dari enzim konjugasi yang berupa protein disebut Apoenzim,


sedangkan bagian yang bukan protein disebut prostetik

• Struktur prostetik yang terbuat dari logam disebut kofaktor, sedangkan


yang terbuat dari bahan organik seperti protein disebut ko enzim

5) Jenis-jenis enzim

Enzim dalam metabolisme dibedakan menjadi 6 golongan yaitu:

1. Oksido-reduktase yaitu enzim yang bekerja pada reaksi oksidasi dan


reduksi

2. Transferase bekerja untuk memindahkan gugus kimia

3. Hidrolase bekerja mengubah bentuk kimia tanpa menambah atau


mengurangi unsur

4. Hidrolase bekerja pada reaksi yang menggunakan air

5. Ligase bekerja pada reaksi penggabungan dua senyawa atau lebih

6. Liase bekerja pada reaksi pemutusan senyawa

6) Sifat Enzim

1. Sebagai Biokatalisator Enzim adalah senyawa organik, yaitu senyawa


protein yang dihasilkan oleh sitoplasma sel dan berperan sebagai
katalisator, yang disebut biokatalisator Katalisator adalah zat yang dapat
mempercepat atau memperlambat reaksi kimia , tetapi zat itu sendiri tidak
ikut dalam reaksi. Enzim mempengaruhi kecepatan reaksi, tetapi tidak
terpengaruh atau dipengaruhi oleh reaksi tersebut Enzim mengatur
kecepatan dan kekhususan ribuan reaksi kimia yang berlangsung dalam
sel, dan bertindak tidak harus selalu dalam sel

2. Enzim menurunkan energi aktivasi Enzim mengkatalis reaksi dengan


meningkatkan kecepatan reaksi, dengan cara menurunkan energi aktivasi
(energi yang diperlukan untuk memulai suatu reaksi)

3. Enzim merupakan protein

• Enzim merupakan protein, sehingga sifat-sifat enzim sama dengan


protein, yaitu dipengaruhi oleh suhu dan pH

• Pada suhu rendah dan tinggi enzim akan mengalami kerusakan


koagulasi (penggumpalan), yang akhirnya akan terdenaturasi enzim akan
terdenaturasi

4. Enzim bekerja spesifik

• Enzim bekerja spesifik satu enzim hanya khusus untuk satu substrat.
Contoh enzim maltase hanya dapat memecah maltosa menjadi glukosa

7) Aktifitas enzim

a). Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim

1. Suhu Reaksi yang dikatalisis oleh enzim akan meningkat seiring


dengan kenaikan suhu 0 - 35 derajad celcius. Secara umum kenaikan 10
derajad celcius maka kecepatan reaksi menjadi dua kali lipatnya dalam
batas suhu yang wajar. Suhu ideal kerja enzim adalah 30 – 40 oC,
dengan suhu optimum 36 oC. Dibawah atau diatas suhu tersebut kerja
enzim lemah bahkan mengalami kerusakan. Enzim akan menggumpal
(denaturasi) dan hilang kemampuan katalisisnya jika dipanaskan.
2. Logam berat Logam berat seperti Ag, Zn, Cu, Pb dan Cd, menyebabkan
enzim menjadi tidak aktif.

3. Logam Aktivitas enzim meningkat jika bereaksi dengan ion logam jenis
Mg, Mn, Ca, dan Fe.

4. PH Enzim bekerja pada pH tertentu, enzim hanya dapat bekerja pada pH


yang ideal. Enzim Ptialin hanya dapat bekerja pada pH netral, enzim
pepsin bekerja pada pH asam sedangkan enzim tripsin bekerja pada pH
basa.

5. Konsentrasi

• Semakin tinggi konsentrasi enzim maka kerja waktu yang dibutuhkan


untuk suatu reaksi semakin cepat, sedangkan kecepatan reaksi dalam
keadaan konstan

• Semakin tinggi konsentrasi substrat, semakin cepat kerja enzim, tapi jika
kerja enzim telah mencapai titik maksimal, maka kerja enzim berikutnya
akan konstans.

6. Faktor dalam (faktor internal)

• Vitamin dan hormon berpengaruh terhadap aktivitas kerja enzim.

• Hormon tiroksin merupakan hormon yang mempengaruhi proses


metabolisme tubuh. semakin tinggi konsentrasi hormon tiroksi yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid, makan semakin cepat proses
metabolisme dalam tubuh, demikian sebaliknya.

• Vitamin dalam tubuh berfungsi sebagai alat pengaturan seluruh proses


fisiologi dalam tubuh.

7. keberadaan Aktivator dan inhibitor

• Aktivaor merupakan molekul yang mempermudah ikatan enzim antara


enzim dengan dan substrat.
• inhibitor merupakan molekul yang menghambat ikatan antara enzim
dengan substrat.

Ada dua macam inhibitor yaitu:

1. Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang kerjanya bersaing dengan


substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim.

2. Inhibitor non kompetitif adalah inhibitor yang melekat pada tempat selain
sisi aktif sehingga bentuk enzim berubah dan substrat tidak dapat melekat
pada enzim.

8) Contoh-contoh kerja enzim dalam proses metabolisme sebagai berikut.


a. Enzim katalase Enzim katalase berfungsi membantu pengubahan
hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen.
b. Enzim oksidase Enzim oksidase berfungsi mempergiat penggabungan
O2 dengan suatu substrat yang pada saat bersamaan juga mereduksikan
O2, sehingga terbentuk H2O.
c. Enzim hidrase Enzim hidrase berfungsi menambah atau mengurangi air
dari suatu senyawa tanpa menyebabkan terurainya senyawa yang
bersangkutan. Contoh: fumarase, enolase
d. Enzim dehidrogenase Enzim dehidrogenase berfungsi memindahkan
hydrogen dari suatu zat ke zat yang lain.
e. Enzim transphosforilase Enzim transphosforilase berfungsi
memindahkan H3PO4 dari molekul satu ke molekul lain dengan
bantuan ion Mg2+.
f. Enzim karboksilase Enzim karboksilase berfungsi dalam pengubahan
asam organic secara bolak-balik. Contoh pengubahan asam piruvat
menjadi asetaldehida dibantu oleh karboksilase piruvat.
g. Enzim desmolase Enzim desmolase berfungsi membantu dalam
pemindahan atau penggabungan ikatan karbon. Contohnya, aldolase
dalam pemecahan fruktosa menjadi gliseraldehida dan
dehidroksiaseton.
2. Enzim peroksida Enzim peroksida berfungsi membantu mengoksidasi
senyawa fenolat, sedangkan oksigen yang dipergunakan diambil dari
H2O2.

KESIMPULAN

Terapi enzim merupakan salah satu metode alternatif untuk penanangan masalah
kesehatan terutama terkait penyakit jantung, kanker, gangguan pencernaan, infeksi
virus dan bakteri serta penyakit keturunan. Optimasi kondisi yang bertujuan untuk
menurunkan biaya produksi serta menghindari efek samping yang mungkin
ditimbulkan oleh penggunaan enzim telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang
diikuti seiring dengan meningkatnya perkembangan bioteknologi. Teknologi
terbaru dengan mengkombinasikan enzim dengan obat-obatan tertentu menjadi
target penelitian-penelitian terbaru. Kombinasi ini diharapkan akan membuat kerja
obat dan enzim menjadi lebih efektif karena kerja sinergis dari keduanya.
Metabolisme dalam tubuh dibantu oleh protein sebagai pengatur nya proses dalam
bentuk enzim dan hormon.
DAFTAR PUSTAKA

Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, Edisi 6,


EGC, Jakarta, 2007.
Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson, Tinjauan Klinis Hasil
Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11, EGC, Jakarta, 2004.
E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik,
Edisi 2, Karisma Publishing Group, Tangerang, 2008.
Dr. H. Mohamad Sadikin, DSc, Biokimia Enzim, Cetakan I, Jakarta Widya
Medika, 2002
H. Herman Rachman S.Pd.,M.Kes dan Herdiana Herman, S.ST.,M.Kes, Penuntun
Praktikum Kimia Klinik II, Makassar 2011.
https://ppjp.ulm.ac.id Enzim sebagai agen kesehatan dalam terapetik.

Anda mungkin juga menyukai