Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN WILM’S TUMOR

OLEH :

1. I GUSTI NGURAH NYOMAN PUTRA WIRYAWAN (C2117144)


2. I KOMANG NGURAH ANJASMARA ( C2117146 )
3. I MADE DWIANTARA SAPUTRA ( C2117147 )
4. YULIANA SUPRAMANTI (C2117148)
5. NI PUTU WIJAYANTI PARIANA ( C2117149)
6. IDA RATNAWATI ( C2117150)
7. ENNY HERAWATI DWI HANDAYANI ( C2117151)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR WILMS

1. DEFINISI

Tumor Wilms (Nefroblastoma) adalah tumor ganas ginjal yang tumbuh dari sel embrional
primitive di ginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang
dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor
Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak dan tumbuh
dengan cepat (progesif).

Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk
dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (Kamus
Kedokteran Dorland)

Tumor wilms adalah tumor padat intraabdomen yang paling sering dijumpai pada anak.
Tumor ini merupakan neoplasma embrional dari ginjal, biasanya muncul sebagai massa
asimtomatik di abdomen atas atau pinggang. Tumor sering ditemukan saat orang tua
memandikan atau mengenakan baju anaknya atau saat dokter melakukan pemeriksaan fisik
terhadap anak yang tampak sehat. (Basuki,2011)

2. ETIOLOGI

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms
berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu, seperti :

• WAGR syndrome :

- Genitourinary malformation - Retardasi mental

- Aniridia – bayi lahir tanpa iris

• Deny-Drash Syndrome

Sindrom ini menyebabkan kerusakan ginjal sebelum umur 3 tahun dan sangat langka.
Didapati perkembangan genital yang abnormal. Anak dengan sindrom ini berada dalam resiko
tinggi terkena tipe kanker lain, selain Tumor Wilms.

• Beckwith- Wiedemann Syndrome

Bayi lahir dengan berat badan yang lebih tinggi dari bayi normal, lidah yang besar,
pembesaran organ – organ.
Tumor wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya
stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang
berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi
pada umur kehamilan 8-34 minggu. Beberapa kasus disebabkan karena defek genetik yang
diwariskan dari orang tua. Ada dua gen yang ditemukan mengalami defek yaitu Wilms Tumor 1
atau Wilms Tumor 2. Dan juga ditemukan kelainan mutasi di kromosom lain

Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga
menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda
dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan secara autosomal
dominan.

3. KLASIFIKASI

1. Penyebaran tumor wilms menurut TNM sebagai berikut :

T : Tumor primer

 T1 : Unilateral permukaan ( termasuk ginjal ) < 80 cm

 T2 : Unilateral permukaan > 80 cm

 T3 : Unilateral ruptur sebelum penanganan

 T4 : Bilateral

N : Metastasis limfa

 No : Tidak ditemukan metastasis

 N1 : Ada metastasis limfa

M : Metastasis jauh

 Mo : Tidak ditemukan

 M+ : Ada metastasis jauh

2. The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi lima stadium tumor Wilms, yaitu :

 Stadium I : tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor
ini dapat direseksi dengan lengkap.

 Stadium II : Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal
dan sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar limfe
para-aortal. Tumor masih dapat di reseksi dengan lengkap.
 Stadium III : Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke
hepar, peritoneum, dll.

 Stadium IV : Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,


otak, tulang.

4. PATOFISIOLOGI

Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenkim ginjal. Tumor tersebut tumbuh dengan cepat di
lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor tersebut akan meluas atau
menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas berupa glomerulus dan tubulus yang
primitif atau abortif dengan ruangan bowman yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi
stroma sel kumparan.

Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di invasi oleh sel
tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih atau keabu-abuan
homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan ikat). Tumor tersebut akan menyebar atau
meluas hingga ke abdomen dan di katakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada
abdominal dengan di lakukan palpasi.

Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi pada gen
supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen suppressor tumor yang
menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua adalah inaktivasi alel kedua dari gen
tumor supresor spesifik.

Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel blastema ginjal dan
epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua ginjal merupakan lokasi asal
terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1 meningkat pada saat lahir dan menurun ketika ginjal
telah makin matur. WT1 merupakan onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang
terjadi hanya pada 1 atau 2 alel telah dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada
kromosom 11p15 tetap terisolasi tidak terganggu.

Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema dan stroma.
Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik tumor Wilms dapat
dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu tumor risiko rendah (favourable), dan tumor risiko
tinggi (unfavourable)

Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan embrio dan akan tumbuh dengan
cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau pembuluh vena renal dan
menyebar ke organ lain
5. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut dan
hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal sedangkan
hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim pelveokalises. Demam dapat
terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor dan gejala lain yang bisa muncul
adalah :

1. Hipertensi diduga karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-pembuluh darah
yang mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang
pelepasan renin atau tumor sendiri mengeluarkan renin

2. Anemia

3. Penurunan berat badan

4. Infeksi saluran kencing

5. Malaise

6. Anoreksia

7. Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama kelainan kongenital lainnya, seperti aniridia,
hemihiperttofi, anomali saluran kemih atau genitalia dan retardasi mental.

6. PEMERIKSAN PENUNJANG

Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen. Pada 10-
25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan tumor ginjal.

a. IVP → Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan bentuk
sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui fungsi
ginjal.

b. Foto thoraks merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke


paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan tumor Wilms
bilateral

c. Ultrasonografi → USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan


tumor solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor
Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat digunakan sebagai
pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian ginjal yang terdapat tumor
akan tampak mengalami pembesaran, lebih predominan digambarkan sebagai massa
hiperechoic dan menampakkan area yang echotekstur heterogenus.
d. CT-Scan → memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor wilms. Ini
meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya menyingkirkan
neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan tumor, termasuk
keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal yang lain. Pada gambar CT-
Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4 tahun dengan massa di abdomen.

 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan metastasis hepar


multiple.

 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis hepar
multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.

e. Magnetic resonance imaging (MRI) → MRI dapat menunjukkan informasi penting


untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke
daerah intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan hipointensitas (low
density intensity) dan hiperintensitas (high density intensity)

f. Laboratorium → Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang untuk


tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl mandelic
acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat menunjukkan bukti hematuria,
LED meningkat, dan anemia dapat juga terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan
subkapsuler. Pasien dengan metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada
analisa serum.

7. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan tumor wilms adalah mengusahakan penyembuhan dengan komplikasi


dan morbiditas serendah mungkin. Biasanya dianjurkan kombinasi pembedahan, radioterapi dan
kemoterapi. Dengan terapi kombinasi ini dapat diharapkan hasil yang memuaskan. Jika secara
klinis tumor masih berada dalam stadium dini dan ginjal di sebelah kontra lateral normal,
dilakukan nefrektomi radikal.

Ukuran tumor pada saat datang menentukan cara pengobatan. masing-masing jenis
ditangani secara berbeda, tetapi tujuannya adalah menyingkirkan tumor dan memberikan
kemoterapi atau terapi radiasi yang sesuai. Apabila tumor besar maka pembedahan definitive
mungkin harus di tunda sampai kemoterapi atau radiasi selesai. Kemoterapi dapat memperkecil
tumor dan memungkinkan reaksi yang lebih akurat dan aman.

 Penatalaksanaan Medis :

a. Farmakologi

1) Kemoterapi
Tumor Wilms termasuk tumor yang paling peka terhadap obat kemoterapi. Prinsip dasar
kemoterpai adalah suatu cara penggunaan obat sitostatika yang berkhasiat sitotoksik tinggi
terhadap sel ganas dan mempunyai efek samping yang rendah terhadap sel yang normal.

Terapi sitostatika dapat diberikan pra maupun pasca bedah didasarkan penelitian sekitar 16-
32% dari tumor yang mudah ruptur. Biasanya, jika diberikan prabedah selama 4 – 8 minggu.
Jadi tujuan pemberian terapi adalah untuk menurunkan resiko ruptur intraoperatif dan
mengecilkan massa tumor sehingga lebih midah direseksi total.

Ada lima macam obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms,
yaitu Aktinomisin D, Vinkristin, Adriamisin, Cisplatin dan siklofosfamid. Mekanisme kerja obat
tersebut adalah menghambat sintesa DNA sehingga pembentukan protein tidak terjadi akibat
tidak terbentuknya sintesa RNA di sitoplasma kanker, sehingga pembelahan sel-sel kanker tidak
terjadi.

1. Aktinomisin D

Golongan antibiotika yang berasal dari spesies Streptomyces, diberikan lima hari berturut-
turut dengan dosis 15 mg/KgBB/hari secara intravena. Dosis total tidak melebihi 500
mikrogram. Aktinomisin D bersama dengan vinkristin selalu digunakan sebagai terapi
prabedah.

2. Vinkristin

Golongan alkaloid murni dari tanaman Vina rossa, biasanya diberikan dalam satu dosis 1,5
mg/m2 setiap minggu secara intravena (tidak lebih dari 2 mg/m 2). Bila melebihi dosis dapat
menimbulkan neurotoksis, bersifat iritatif, hindarkan agar tidak terjadi ekstravasasi pada waktu
pemberian secara intravena. Vinkristin dapat dikombinasi dengan obat lain karena jarang
menyebabkan depresi hematologi, sedangkan bila digunakan sebagai obat tunggal dapat
menyebab relaps.

3. Adriamisin

Golongan antibiotika antrasiklin diisolasi dari streptomyces pencetius, diberikan secara


intravena dengan dosis 20 mg/m2/hari selama tiga hari berturut-turut. Dosis maksimal 250
mg/m2. obat ini tidak dapat melewati sawar otak dapat menimbulkan toksisitas pada miokard
bila melebihi dosis. Dapat dikombinasi dengan Aktinomisin D.

4. Cisplatin

Dosis yang umum digunakan adalah 2-3 mg/KgBB/hari atau 20 mg/m 2/hari selama lima
hari berturut-turut.
5. Siklofosfamid

Dari nitrogen mustard golongan alkilator. Dosis 250 – 1800 mg/m 2/hari secara intravena
dengan interval 3-4 mg. Dosis peroral 100-300 mg/m2/hari.

b. Non Farmakologi

1) Pembedahan

Keperawatan perioperatif

Karena banyak anak dengan tumor wilms mungkin mendapat obat kemoterapi kardiotoksik,
maka mereka harus diperiksa oleh ahli onkologi dan di izinkan untuk menjalani operasi.
Mereka perlu menjalani pemeriksaan jantung yang menyeluruh untuk menentukan status fungsi
jantung. Tumor wilms jangan di palpasi untuk menghindari rupture dan pecahnya sel-sel tumor.
Pasien di letakkan dalam posisi telentang dengan sebuah gulungan di bawah sisi yang terkena.
Seluruh abdomen dan dada di bersihkan.

Hasil akhir pada pasien pascaoperatif

Pasien tumor wilms menerima kemoterapi dan terapi radiasi yang sesuai dengan lesi.
Gambaran histologik lesi merupakan suatu indicator penting untuk prognosis, karena gambaran
tersebut menentukan derajat anaplasia. Anak yan histologiknya relative baik. Maka memiliki
prognosis baik. Sedangkan anak yang gambaran histologiknya buruk, maka memilii prognosis
buruk. Terapi dibuat sespesifik mungkin untuk masing-masing anak, karena terapi yang lebih
sedikit menghasilkan kualitas hidup yang lebih baik dengan lebih sedikit efek sampingnya.

Nefrektomi radikal dilakukan bila tumor belum melewati garis tengah dan belum
menginfiltrasi jaringan lain. Pengeluaran kelenjar limfe retroperitoneal total tidak perlu
dilakukan tetapi biopsi kelenjar di daerah hilus dan paraaorta sebaiknya dilakukan. Pada
pembedahan perlu diperhatikan ginjal kontralateral karena kemungkinan lesi bilateral cukup
tinggi. Apabila ditemukan penjalaran tumor ke vena kava, tumor tersebut harus diangkat.

2) Radioterapi

Tumor Wilms dikenal sebagai tumor yang radiosensitif, tapi radioterapi dapat mengganggu
pertumbuhan anak dan menimbulkan penyulit jantung, hati dan paru. Karena itu radioterapi
hanya diberikan pada penderita dengan tumor yang termasuk golongan patologi prognosis
buruk atau stadium III dan IV. Jika ada sisa tumor pasca bedah juga diberikan radioterapi.
Radioterapi dapat juga digunakan untuk metastase ke paru, otak, hepar serta tulang.
 Penatalaksanaan Keperawatan

1. Meredakan kecemasan yang dihadapi pasien dan keluarga

2.Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan.

3. Mengalihkan rasa nyeri yang dihadapi pasien

4. Melakukan kompres untuk menurunkan suhu pasien

5. Membantu aktivitas pasien karena sebagian besar terganggu dengan adanya tumor
diperut

6. Melakukan pemasangan infus untuk menjaga keseimbangan cairan pasien

9. PENCEGAHAN

1.Pencegahan Primer

Pencegahan primer ini merupakan upaya untuk mempertahankn orang yang sehat agar tetap
sehat atau mencegah agar tidak sakit. Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor
resiko terhadap kejadian tumor wilms. Upaya yang dilakukan adalah:

a. Rutin melakukan imunisasi seperti : BCG satu kali (pada usia 0-11 bulan), campak satu
kali (usia 9-11 bulan), DPT (Dhipteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali (Usia 2-11 bulan), dan
Hepatitis B sebanyak 3 kali (0-9 bulan). Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu

b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara pemberian ASI pada bayi neonatal sampai
berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada anak.

c. Hindari dari paparan merokok. Selalu coba untuk tidak merokok di rumah atau di sekitar
bayi, terutama jika bayi memiliki kelainan saluran napas atau jantung, sistem kekebalan yang
rendah, atau lahir prematur.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka
yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit (tertentu melalui
diagnosis dini (patogenesis awal)

Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum
timbul tanda/gejala sakit
Tujuan Pencegahan sekunder: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah
komplikasi. Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan (yang tepat). Pengobatan
yang cukup untuk menghentikan proses penyakit.

a. Pemberian obat sitostatika yang terbukti efektif dalam pengobatan tumor Wilms, yaitu
Aktinomisin D, vinkristin, adriamisin, cisplatin dan siklofosfamid.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk menguragi resiko keparahan kecacatan dan rehabilitasi.
Upaya yang dapat dilakukan adalah:

a. Pengobatan secara intensif sampai tuntas

b. Mematuhi setiap advis dari dokter

c. Rutin melakukan medical chek-up.


10. WOC

Kelainan genetik

Poliferasi patologi blastoma

Invasi tumor mengenai ginjal

Massa tumor membesar reaksi anafilaksis tubuh invasi menembus


terhadap protein tumor sis.palveokalisies
menginvasi ke volume abdomen
organ lain bertambah peningkatan suhu tubuh perdarahan
(abdomen)
mendesak gaster MK : Hipertermi hematuria
mendesak diafragma
volume gaster menurun anemia
ekspansi paru menurun
nafsu makan menurun O² ke jaringan
kompensasi (mual, muntah) menurun
RR meningkat
MK : Gangguan
MK : Ketidakseimbangan nutrisi perfusi jaringan
MK : kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan
metabolisme anaerob
pola nafas
gangguan tumbuh kembang
kerusakan pada glomerollus asam laktat meningkat
mendesak organ lain dan tubullus ginjal kelelahan
dan syaraf
MK : Intoleransi aktivitas
iskemia
MK : Nyeri
penurunan fungsi ginjal pembentukan hb terhambat

proteinuria angiotensin dalam fungsi sekresi produksi eritopuitin


tubuh dilepaskan menurun menurun
hipoalbumin uremia, amoniak tinggi
angiotensin I (hati) oliguri, anuri
tekanan onkotik ACE inhibitor gelisah dan mual, muntah
menurun angiotensin II (ginjal) penurunan kesadaran

MK : Kekurangan
retensi cairan sekresi aldosteron MK : Resti volume cairan
cidera
oedem retensi cairan dan garam

MK : Kerusakan
volume air meningkat,
integritas kulit
MK : Intoleransi aktivitas CO meningkat

Hipertensi
MK : Kelebihan
volume cairan

Metastase

Hematogen

paru hepar tulang otak

hepatomegali penurunan fungsi MK : Nyeri PTIK

obstruksi duktus koleducus pembentukan trombin metabolisme protein


protombin menurun MK : Resti
ikterus koagulasi lambat hipoalbumin cidera

MK : Kerusakan tekanan koloid menurun


integritas kulit
oedem
massa di paru
MK : Kerusakan integritas kulit
MK : Intoleransi aktivitas
ekspansi paru menurun

RR meningkat

MK : Ketidakefektifan pola nafas


Penatalaksanaan

radioterapi kemoterapi pembedahan

hiperpigmentasi ESO post operasi pre operasi

MK : Kerusakan insisi jaringan kurang informasi


integritas kulit
kulit rambut terputusnya kontinuitas
jaringan
MK : Ansietas

MK : Nyeri

masuknya kuman

MK : Resti infeksi

pertumbuhan rambut terhambat

mukosa rontok

viseral mulut usus alopesia MK : HDR


mual muntah kering, stomatitis
diare
nafsu makan menurun

depresi sumsum tulang belakang leukopeni

anemia trombositopenia imunosufisiensi

Hb O² menurun perdarahan
MK : Resti infeksi

MK : Gangguan
perfusi jaringan
Hospitalisasi

Orang tua anak

lingkungan baru,
kurang informasi tentang penyakit, prognosis menunggu di RS orang asing ,
tindakan invasive
MK : Ansietas MK : Resiko tinggi
perubahan peran fungsi MK : Cemas
dalam keluarga/masyarakat
BAB II
KONSEP ANAK

I. Epidemiologi

Insidensi Wilms Tumor adalah 0,8 kasus per 100.000 orang. Terdapat 500 kasus baru tiap
tahun di Amerika Serikat dan sebanyak 6% darinya melibatkan kedua ginjal. Resiko acak untuk
terkena Wilms Tumor adalah 1 diantara 10.000 kelahiran. Wilms Tumor terutama terjadi pada
anak di bawah usia 5 tahun. Insidensi tertinggi terjadi antara usia 1-3 tahun. Diperkirakan tumor
ini terjadi pada 7 diantara sejuta anak di Amerika Serikat dan lebih banyak mengenai ras Afro-
Amerika. Ratio penderita perempuan dan laki – laki hampir seimbang.

Di Indonesia, di RSUD Dr. Soetomo, jumlah pasien tumor Wilms yang didiagnosis dari
tahun 1989 sampai dengan 2003 sebanyak 70 kasus

2. Tahap Pertumbuhan Fisik Anak Umur 1-3 Tahun (todler)

Menurut Nugroho (2009) Peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap yang
menunjukkan karakteristik percepatan atau perlambatan pertumbuhan pada anak umur 1-3
tahun adalah sebagai berikut:

1. Tinggi Badan

Rata-rata tinggi badan batita bertambah tinggi sekitar 7,5 cm pertahun. Rata-rata tinggi anak
usia 2 tahun sekitar 86,6 cm. Tinggi badan pada usia 2 tahun adalah setengah dari tinggi dewasa
yang diharapkan.

2. Berat Badan

Rata-rata pertambahan berat badan batita adalah 1,8 atau 2,7 kg pertahun. Rata-rata berat
badan batita umur 2 tahun adalah 12,3 kg. Pada usia 2,5 tahun berat badan batita mencapai 4
kali berat badan lahir.

3. Lingkar Kepala

Pada usia 1-2 tahun ukuran lingkar kepala sama dengan lingkar dada. Total laju peningkatan
lingkar kepala pada tahun kedua adalah 2,5 cm kemudian berkurang menjadi 1,25 cm pertahun
sampai umur 5 tahun.

3. Tahap Perkembangan Anak usia 1-3 Tahun (todler)

Tahap perkembangan anak menurut Indiarti (2009) adalah sebagai berikut:

1. Umur 13-14 bulan


Pemahaman akan kata-kata umumnya dimulai saat bayi berusia delapan bulan. Bayi
menghasilkan kata-kata pertamanya pada umur 10-20 bulan. Namun, bayi hanya akan berbicara
pada konteks tertentu yang mudah dipahami, mudah diucapkannya dan sudah diketahui oleh
bayi. Kata-kata yang diucapkan merujuk pada kejadian secara keseluruhan, misalnya
mengucapkan “bapak” saat ia melihat bapaknya. Secara aktif, bayi sudah memperluas arti
sebuah kata untuk menerima perhatian ibunya dan bayi merasa yakin bahwa ibunya paham apa
yang dimaksudkan.

2. Umur 15-17 bulan.

Dalam usia ini bayi akan senang melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Menyimak adegan di TV.

b. Melaksanakan instruksi sederhana, seperti segera memberikan mainan yang dipegang jika
ibu memintanya.

c. Mengucapkan kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata misalnya “dah bis” (sudah
habis).

d. Menyebutkan tiga anggota tubuhnya seperti mata, rambut, dan telinga.

3. Umur 18-20 Bulan

Perkembangan aktivitas dan motorik anak 18-20 bulan antara lain yaitu :

a. Berjalan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah tanpa bantuan.

b. Menyusun 2-3 kotak.

c. Mampu mengatakan 5-10 kata.

d. Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa saing.

4. Umur 20-24 Bulan

Sementara pada umur 20-24 bulan perkembangan aktivitas dan motorik yang terjadi pada
anak adalah sebagai berikut:

a. Mampu menyusun dua kata.

b. Menaruh minat pada apa yang dikerjakan orang dewasa.

c. Naik dan turun tangga.


d. Menunjuk mata dan hidungnya.

e. Belajar makan sendiri.

f. Menggaris di kertas atau pasir.

g. Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil.

5. Umur 24 -36 bulan

Saat memasuki umur tiga tahun anak terus mengalami perkembangan aktivitas dan motorik
antara lain sebagai berikut:

a. Belajar meloncat, memanjat, serta melompat dengan satu kaki.

b. Mempergunakan kata-kata “saya”, “bertanya” serta mengerti kata-kata yang ditujukan


kepadanya.

c. Mampu menggambar lingkaran.

d. Bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar
keluarganya.

e. Mampu membuat jembatan dengan tiga kotak.

f. Mampu menyusun kalimat.

Yang Perlu Diperhatikan

Perkembangan setiap anak memang berbeda-beda, namun bisa dikonsultasikan ke dokter


apabila si kecil:

 Belum bisa berjalan

 Tidak mengerti kegunaan dari barang-barang yang sering dia lihat

 Tidak mengucapkan setidaknya 6 kata

 Tidak mengikuti ucapan dan aksi orang sekitarnya

 Tidak mengikuti instruksi yang mudah

 Melupakan kemampuan yang baru dia pelajari dengan mudah

4. Reaksi Hospitalisasi pada anak


Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alas an yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal di RS, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah.Perasaan yang sering muncul pada anak : Cemas, marah,
sedih, takut dan rasa bersalah (Wong, 2000).
Timbul Karena :
1. Menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialaminya.
2. Rasa tidak aman dan nyaman
3. Perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan sesuatu yang dirasakan
menyakitkan

Reaksi Hospitalisasi anak umur 1-3 tahun (todler)


Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunkan bahasa yang memadai dan
pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga
perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang terdekat bagi diri anak
dan lingkungan yang dikenal serta akan mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas.
Disebutkan bahwa sumber stress utama pada anak yaitu akibat perpisahan (usia 15-30 bulan).
Anxietas perpisahan disebut juga “Analitic Depression”
Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu :
a) Tahap Protes (Protest)
Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan memanggil ibunya
atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin
ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang lain.
b) Tahap Putus Asa (Despair)
Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang, tidak aktif, kurang minat untuk
bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis.
c) Tahap menolak (Denial/Detachment)
Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima perpisahan, membina hubungan
dengan orang lain serta kelihatan mulai menyukai lingkungan.
Toddler telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengontrol dirinya dengan
mempertahankan kegiatan rutin seperti makan, tidur, mandi, toileting dan bermain. Akibat
sakit dan dirawat di Rumah Sakit, anak akan kehilangan kebebasan dan pandangan
egosentrisnya dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan menimbulkan regresi.
Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak akan bereaksi terhadap
ketergantungan dengan negatifistik dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam jangka
waktu lama (karena penyakit kronik) maka anak akan berespon dengan menarik diri dari
hubungan interpersonal.

4. Dampak Tumor Wilms Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Anak dapat mengalami berbagai macam masalah terkait dengan penyakit dan
pengobatan. Terutama degan metode kemoterapi dapat memberikan efek pada fisik,
psikologis anak dan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas
hidup anak (Hockenberry & Wilson, 2007)

a. Dampak Fisik

Pada umumnya efek samping agen kemoterapi antara lain infeksi, perdarahan,
anemia, mual dan muntah, gangguan nutrisi, ulserasi mukosa serta alopesia. Efek samping
lain misalnya diare, konstipasi, nyeri, kerusakan integritas kulit, ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit, toksik ginjal, neurotoksik, kelemahan kardiotoksik dan ototoksik terutama
pada karboplastin dan cisplatin (Muscari, 2005).

Efek samping dari Cisplatin terdiri atas mual dan muntah, penurunan nafsu makan
dan kebotakan. Selain itu cisplatin juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit
pada anak yang terdiri atas hipomagnesemia, hipokalemi dan hiperkalsemi. Efek samping
serius dari cisplatin adalah nefrotoksik, neuropati perifer, penekanan sumsum tulang dan
ototoksik (Cameron & Allen, 2009).

Kemoterapi yang signifikan dapat diprediksi menyebabkan terjadinya toksisitas,


dimana hal ini menjadi lebih serius apabila gejala toksisitas berkembang pada waktu pasien

19
berada dirumah diantara siklus pengobatan. Kemoterapi dapat menyebabkan terjadinya sepsis
neutropeni yang berakibat fatal apabila pengobatannya terlambat dan tidak tepat (Lennan, et
al. 2010).

b. Dampak Psikologis

Anak dengan tumor wilms dapat mengalami kecemasan dan depresi akibat penyakit
yang diderita. Hal ini merupakan keadaan yang normal, namun sebagian anak membutuhkan
intervensi psikologis dalam menjalani pengobatan tumor wilms (Shell & Kirsch dalam Otto,
2001). Kecemasan dan depresi merupakan respon yang paling umum terjadi pada anak
dengan tumor wilms dan menjalani pengobatan.

Secara normal, kecemasan dapat terjadi sebagai bagian dari penyakit dan pengobatan
pada penderita kanker. Kecemasan dapat reaktif dan situasional berhubungan dengan
ketakutan setelah terdiagnosa penyakit dan selama menjalani pengobatan. Tanda-tanda
kecemasan seperti menangis , stress, gangguan perasaan dan gangguan tidur. Nyeri, perasaan
mual dan muntah yang tidak terkendali, hipoksia, dan menolak pengobatan juga merupakan
tanda-tanda kecemasan (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).

Kecemasan kronik yang timbul sebelum diagnosis dapat berkembang menjadi


gangguan kecemasan, fobia dan gangguan panik. Peranan perawat yang terpenting terhadap
anak adalah berespon terhadap gejala psikologis pada anak dengan rasa empati, peduli dan
tidak menyalahkan serta mendukung kekuatan keluarga dalam menghadapi krisis (Shell &
Kirsch dalam Otto, 2001).

Depresi (depression) merupakan respon psikologis pada anak. Walaupun perasaan


kesedihan dan perasaan yang hampa merupakan reaksi yang normal pada anak, namun hal ini
dapat berkembang menjadi depresi. Depresi biasanya terjadi pada anak selama proses
penyakit dan pengobatan. Penyebab timbulnya depresi sulit untuk ditentukan. Umumnya
depresi terjadi karena stres terhadap penyakit, perubahan biologis, dan karena pengobatan.
Kejadian depresi meningkat pada anak yang mendapatkan pengobatan dan yang mengalami
efek samping dari pengobatan (Shell & Kirsch dalam Otto, 2001).

Kegagalan anak dalam beradaptasi dengan kondisi fisik dan pengobatan dapat
mempengaruhi fungsi psikososial anak. Penelitian yang dilakukan oleh Enskar dan Von
Essen (2008) menunjukkan bahwa pada umumnya anak yang sedang menjalani kemoterapi
menunjukkan distress psikososial yang mempengaruhi kepuasan anak dalam berpartisipasi
terhadap kehidupan sosialnya.

Selain masalah psikososial, anak yang lebih besar akan memperlihatkan gejala depresi
dan berbagai perubahan perilaku akibat dari penyakit dan regimen terapi. Fatique, mual dan

20
muntah serta gangguan tidur yang apabila terjadi bersama-sama berupa suatu kumpulan
gejala yang dapat menimbulkan gejala depresi dan perubahan perilaku pada remaja, namun
pada anak gejala fatigue saja dapat mengakibatkan timbulnya gejala depresi dan perubahan
perilaku. Kluster gejala ini secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup anak (Hockenbery
et al.2010).

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson, Behrman, Kliegman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak (Textbook of Pediatrics).


Edisi 15. Jakarta : EGC

2. J.Crowin, elizabeth . 2000 . Buku Saku patofisiologi . Jakarta : Penerbit Buku


kedokteran EGC

3. Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja TB.
Wilms’ tumor: An update. Indian Journal of Urology. October 2007.

4. Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. Management of Wilms’


Tumor in Department of Urology Soetomo Hospital : report of 70 cases. Jurnal Ilmu
Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 Januari-Maret 2005.1-5

5. Christian Nordgvist. What is a Wilm’s Tumor. Edisi 2007. Diunduh dari URL
http://www.medicalnewstoday.com/articles/188130.php.

6. Acor.org.Wilm’s Disease. Edisi 2005. Diunduh dari URL http://www.acor.org/ped-


onc/diseases/wilms.html.

7. Bambang Permono, Mia Ratwita. Tumor Wilms. Edisi 2008. Diunduh dari URL
http://www.pediatrik.com/isi03.php?
page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-
ybwd242.htm. Pada tanggal 29 Oktober 2010

8. WDiagnosis. Wilm’s Tumor Treatment. Edisi 2005. Diunduh dari URL


http://www.wrongdiagnosis.com/w/wilms_tumor/treatments.htm.

9. Asuhan Keperawatan. Laporan Pendahuluan Tumor Wilms (Neprhoblastoma). Edisi


2008. Diunduh dari URL http://kornelizsiki.blogspot.com/p/laporan-pendahuluan-
tumor-wilms.html.

10. Zul Aldryansah. Tumor Wilms. Edisi 2009. Diunduh dari URL http://zul-
adhariansyah.blogspot.com/2009/04/tumor-wilms.html.

11. Klik Dokter. Neuroblastoma. Edisi 2010. Diunduh dari URL


http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/195/neuroblastoma.

12. Ferguson MO. Pathology: Rhabdomyosarcoma. Diunduh dari URL


http://www.emedicine.com.

13. Dorland, W A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland ed 29. Jakarta : EGC. 2000

22

Anda mungkin juga menyukai