telusuri
OCT
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan sistem endokrin merupakan suatu gangguan sistem tubuh yang melibatkan banyak aspek. Hal
ini disebabkan sistem endokrin dipertimbangkan sebagai salah satu sistem tubuh yang kompleks.
Diabetes Melitus sebagai salah satu gangguan sistem endokrin disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan antara persediaan dan kebutuhan insulin. Ada beberapa jenis DM, tetapi umumnya
hanya dua kategori yang dikenal yaitu Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM, Tipe I) dan Non Insulin
Independent Diabetes Melitus) (NIDDM, Tipe II). Kemajuan ilmu dan teknologi telah memberikan
dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Salah satu dampak negatif tersebut adalah
meningkatnya jumlah klien dengan DM akibat perubahan pola hidup. Di USA, jumlah klien DM telah
meningkat tajam dimana terdapat 8 juta orang mengalami NIDDM, dan 1 juta orang mengalami IDDM
serta kemungkinan lebih dari 4 juta orang yang belum terdiagnosa (Golemon dan Gurin 1993). Menurut
Black dan Matassarin Jacob (1997) jumlah keseluruhan klien dengan DM adalah 114 juta, tetapi separuh
dari jumlah itu belum terdiagnosa. Peningkatan ini juga diyakini telah terjadi di Indonesia.
Perawat berada pada posisi tepat untuk terlibat dalam berbagai aspek pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien DM. Perawat perlu berpartisipasi secara aktif dari sejak pengkajian sampai
dengan evaluasi tindakan. Oleh karena itu, peran tenaga keperawatan dalam memberikan keperawatan
pada klien ini menjadi sangat penting terutama setelah diagnosis ditegakkan agar komplikasi yang serius
tidak terjadi, seperti salah satu contoh gangguan saraf tepi dengan gejala berupa kesemutan, terutama
pada kaki di waktu malam sehingga mengganggu tidur, selain itu juga disertai gangguan penglihatan dan
kelainan kulit berupa gatal/bisul.
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk memperdalam pengertian dan pengetahuan tentang proses keperawatan pada pasien
dengan DM.
2. Mengamati secara adekuat dan memberikan asuhan keperawatan secara holistik pada pasien
dengan DM.
3. Meningkatkan kemampuan perawat dalam menciptakan hubungan yang terapeutik dengan pasien
dan keluarga.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan kasus ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap pasien yang
meliputi: wawancara, observasi maupun catatan yang dilengkapi dengan studi kepustakaan yang ada
hubungannya dengan penyakit DM.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar dan daftar isi, kemudian dilanjutkan dengan Bab I
Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
Bab III Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep medik, yang terdiri dari definisi, klasifikasi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik, komplikasi dan
penatalaksanaan medik, konsep asuhan keperawatan terdiri atas: pengkajian, diagnosa, perencanaan,
discharge planning, patoflowdiagram. Bab III memuat pengamatan kasus, yang berisikan pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab IV Pembahasan kasus, Bab V Kesimpulan dan
diakhiri dengan daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIK
1. Definisi
Diabetes Melitus adalah merupakan penyakit metabolik kronik yang terjadi akibat kurangnya produksi
insulin dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. (Medical Surgical Nursing,
Brunner and Suddarth, 1998).
Diabetes Melitus adalah sekumpulan penyakit genetik dan gangguan heterogen yang secara klinis
ditandai dengan ketidaknormalan dalam keseimbangan kadar glukosa yaitu hiperglikemia (Lewis, 2000,
hal. 1367).
2. Klasifikasi
- Disebut juga Juvenile Diabetes, berkembang pada masa kanak-kanak dan sebelum usia 30 tahun.
- Memerlukan therapi insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi insulin atau produksinya
sangat sedikit.
- Terjadi resistensi terhadap kerja insulin normal karena interaksi insulin dengan reseptor. Insulin
pada sel kurang efektif sehingga glukosa tidak dapat masuk sel dan berkurangnya produksi insulin relatif.
4. Etiologi
DM Tipe I :
a. Faktor genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit Antigen) yang merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas transplantasi dan proses imun.
b. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. (Masih
dalam proses penelitian).
c. Faktor imunologi
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
DM Tipe II :
b. Faktor usia: resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun.
c. Obesitas: berkaitan dengan resistensi insulin, maka kemungkinan besar terjadi gangguan toleransi
glukosa.
5. Patofisiologi
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta di pulau langerhans. Insulin diproduksi terus
menerus sesuai tingkat kadar glukosa dalam darah. Pada penderita DM produksi insulin terganggu atau
tidak diproduksi. Defisiensi insulin mengakibatkan glukosa tidak dapat masuk sel melalui siklus krebs dan
akan mengakibatkan sel mengakomodasi protein dan lemak dari jaringan adipose untuk dipakai sebagai
sumber energi. Pemecahan ini akan menghasilkan zat sisa berupa urea dan keton sehingga menimbulkan
ketoasidosis.
Pada DM Tipe I (IDDM) adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dan gejala yang pada
akhirnya menuju pada proses tahap kerusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin, yaitu
kerusakan pada sel langerhans sehingga terjadi penurunan sekresi atau defisiensi insulin sehingga
metabolisme insulin menjadi terganggu. Bila sekresi insulin berkurang atau tidak ada, maka konsentrasi
glukosa dalam darah akan meningkat (hiperglikemia), keadaan hiperglikemia menyebabkan tekanan
extra sel meningkat, karena peningkatan tekanan ini sehingga cairan dari ekstrasel ditarik ke dalam darah
sehingga terjadi gangguan reabsorbsi pada ginjal sehingga kemampuan reabsorbsi melebihi batas
ambang ginjal dan akan tampak glukosuria akibat dari ginjal tidak dapat menyaring semua glukosa yang
keluar, ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin. Ekskresi ini akan disertai dengan
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik) sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia). Pasien mengalami penurunan berat badan akibat defisiensi insulin menyebabkan gangguan
metabolisme protein dan lemak. Oleh karena menurunnya simpanan kalori pasien mengalami banyak
makan (polifagia). Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glukogenolisis (pemecahan glukosa
yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) yang dapat menyebabkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang akan mengakibatkan peningkatan
produksi keton dengan tanda dan gejala : nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau
aseton, bila tidak ditangani dapat mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan kematian. Pemecahan
lemak yang tidak sempurna akan menyebabkan peningkatan asam lemak bebas dan menimbulkan
aterosklerosis yang memvasokonstriksi pembuluh darah yang membuat tahanan perifer meningkat
akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Aterosklerosis menyebabkan aliran darah ke seluruh tubuh
terganggu, pada organ ginjal akan terlihat adanya proteinuria, hipertensi mencetuskan hilangnya fungsi
ginjal dan terjadi insufisiensi ginjal. Pada organ mata terjadi pandangan kabur. Sirkulasi ekstremitas
bawah yang buruk mengakibatkan neuropati perifer dengan gejala antara lain : kesemutan, parastesia,
baal, penurunan sensitivitas terhadap panas dan dingin. Akibat lain dari gangguan sirkulasi ekstremitas
bawah yaitu lamanya penyembuhan luka karena kurangnya O2 dan ketidakmampuan fagositosis dari
leukosit yang mengakibatkan gangren. DM Tipe II (NIDDM) terjadi resistensi insulin dan gangguan
sirkulasi insulin yang secara normal akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu reaksi dalam metabolisme glukosa
dalam sel. Resistensi insulin pada tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
DM Tipe I :
a. Poliuria, polidipsia terjadi akibat konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan yang disebut diuresis
osmotik.
b. Polifagia : akibat menurunnya simpanan kalori dan defisiensi insulin mengganggu metabolisme
protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan.
d. Nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton, perubahan kesadaran, koma
bahkan kematian yaitu akibat dari ketoasidosis, yang merupakan asam yang mengganggu keseimbangan
asam basa tubuh bila jumlahnya berlebihan.
DM Tipe II :
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lama dan progresif maka DM Tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi dengan gejala ringan seperti :
a. Kelelahan
b. Iritabilitas
c. Poliuria
d. Polidipsia
g. Infeksi vagina
7. Pemeriksaan Diagnostik
- HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa dengan Hb. (Normal :
3,8-8,4 mg/dl).
- Urinalisa : glukosuria dan keton uria.
8. Komplikasi
DM Tipe I
- DKA (Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolik yang berat, ditandai dengan adanya
hiperglikemia, hiperosmolaritas dan asidosis metabolik terjadi akibat lipolisis yang hasil metabolisme
akhirnya adalah badan keton.
DM Tipe II :
Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi, memungkinkan resiko terjadinya koma. Dehidrasi terjadi
akibat hiperglikemia, sehingga cairan intrasel berpindah dan ke ekstrasel. Juga karena diuresis osmotik
(konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjal) dapat terjadi kehilangan cairan dan elektrolit dalam
jumlah yang besar.
a. Perubahan makrovaskuler
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri besar. Penderita
NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada penderita IDDM. Insulin memainkan
peranan utama dalam metabolisme lemak dan lipid. Selain itu, diabetes dianggap memberikan peranan
sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen
pembuluh darah besar membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan
ischemia jaringan, dengan akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner,
stenosis arteri renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
b. Perubahan mikrovaskuler
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering terjadi pada
penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
1) Nefropati
Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis
lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular yang
ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai dengan beratnya penyakit.
2) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis atau sistim
saraf pusat.
Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau
baal) dan rasa terbakar terutama pada malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap
postur serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan
penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-
huyung, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami
cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
3) Retinopati diabetik
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati, penderita
diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi yang
berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
a. Diet
Ditujukan pada pengaturan jumlah kalori dan KH yang dimakan setiap hari. Jumlah kalori yang dianjurkan
tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan mengurangi atau mencegah obesitas.
b. Latihan, berfungsi :
· Jangan menggunakan sepatu yang sempit, karena luka sekecil apapun menimbulkan komplikasi
yang parah.
c. Obat
Bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan yang tersimpan.
2) Insulin
Reseptor insulin mempunyai 2 fungsi utama :
· Pembentukan kompleks reseptor insulin akan merangsang rangkaian kejadian intraseluler yang
kemudian mengarah terjadinya efek insulin yang karakteristik.
- Polifagia
- Polidipsi
- Mual, muntah
c. Pola eliminasi
- Poliuria
- Kurang olahraga
- Kram otot.
- Pusing/hipotensi.
- Nyeri abdomen.
- Pandangan kabur.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya faktor insulin dan insulin yang
resisten.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran daerah arterial.
h. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah
serebral yang disebabkan adanya aterosklerosis.
i. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan sistemik berhubungan dengan peningkatan tahanan perifer,
aterosklerosis.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Hipoglikemi dan hiperglikemi berhubungan dengan tidak adekuatnya faktor insulin dan insulin yang
resisten.
- Kadar gula darah dalam batas normal : GDS < 140 mg/dl, Gula darah 2 jam PP < 200 mg/dl.
Intervensi :
Rasional : Untuk melihat atau indikasi terjadinya hipoglikemi bila makanan yang dihidangkan tidak
habis.
3. Amati dan kaji tanda dan gejala hipo/hiperglikemi : pucat, keringat dingin, sakit kepala, gemetaran,
cenderung tidur,
Rasional : Reaksi insulin dapat terjadi secara tiba-tiba yaitu hipo/ hiperglikemi yang dapat berakibat
fatal.
b. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah arterial.
Klien menunjukkan kesadaran tentang faktor-faktor keamanan/perawatan kaki yang tepat, permukaan
kulit utuh.
Intervensi :
1. Tinggikan kaki saat duduk di kursi, hindari periode penekanan yang lama pada kaki yang cedera.
2. Anjurkan pasien untuk menghindari baju atau kaos kaki yang ketat dan sepatu yang sempit.
Rasional : Gangguan sirkulasi dan penurunan sensasi nyeri dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
3. Kaji tanda dehidrasi, pantau intake dan output cairan, anjurkan cairan peroral.
Rasional : Glukosuria dapat mengakibatkan dehidrasi yang menurunkan volume sirkulasi dan
selanjutnya mengakibatkan perubahan perfusi perifer.
Rasional : Daerah insisi yang bersih dan kering mengurangi resiko infeksi sehingga mempercepat proses
penyembuhan luka.
Pengetahuan klien meningkat dalam waktu 1 hari dengan kriteria klien dapat menjelaskan kembali
tentang perawatan luka operasi, dan pencegahan-pencegahan yang harus dilakukan.
Intervensi :
1. Beri penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti sesuai latar belakang pendidikan klien.
Tidak ada kemerahan di sekitar kulit, luka jahitan bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Rasional : Pengkajian terus menerus secara berkesinambungan memudahkan deteksi awal jika terjadi
gangguan dalam proses penyembuhan luka.
Rasional : Daerah operasi yang bersih dan kering mengurangi resiko infeksi sehingga mempercepat
proses penyembuhan luka.
Rasional : Mencegah infeksi silang dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada luka operasi.
Nyeri berkurang dalam waktu 3 hari dengan kriteria ekspresi wajah tampak rileks, tidak kesakitan, klien
dapat beristirahat.
Intervensi :
1. Kaji keluhan dan karakteristik nyeri (intensitas dan lokasi) dan skala 0-10.
Klien tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ditandai dengan : mukosa lembab, TTV dalam batas
normal. TD. 120/80 mmHg, Sh. 36-37 oC.
Intervensi :
3. Kaji tanda-tanda hipovolemik glukosa darah kurang atau sama dengan 60 mg/dl.
Rasional : mendeteksi tanda hipoglikemia : pucat, takikardia, lapar, palpitasi, lemah, gemetar,
pandangan kabur.
Intervensi :
Rasional : sirkulasi perifer bisa terjadi yang menempatkan klien pada resiko terjadinya kerusakan pada
kulit dan infeksi.
4. Discharge Planning
a. Memotivasi pasien untuk mematuhi diet yang sudah ditetapkan yakni rendah lemak, rendah glukosa,
tinggi serat sebagai cara efektif untuk mengendalikan lemak darah, gula darah dan kolesterol.
b. Menjelaskan tanda-tanda hipoglikemia (kadar gula darah turun) seperti mengantuk, bingung, lemas,
keringat dingin, mual, muntah.
c. Menjelaskan pentingnya merawat kaki dan mencegah luka seperti tidak memakai sepatu yang
sempit, harus memakai alas kaki, hindari kulit yang lembab.
- Anjurkan/jelaskan pada k lien dan keluarga untuk membersihkan kaki dengan sabun terutama di
sela-sela setiap jari.
- Potong kuku jari kaki mengikuti lekungan jari kaki, jangan memotong kuku berbentuk lurus pada
tepinya karena dapat menyebabkan tekanan pada jari-jari yang berdekatan.
- Hati-hati saat mengikir tepi kuku yang kasar untuk mencegah kerusakan kuku.
- Pakai kaos kaki yang terawat dari bahan yang berkualitas baik.
- Periksa sepatu setiap hari dari benda asing, bagian yang kasar.
PENGAMATAN KASUS
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Klien bernama Ny. L umur 57 tahun. Sudah menikah, beragama islam, suku bangsa betawi. Pendidikan
terakhir SLTP, bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa indonesia, pekerjaan ibu di rumah
tangga, Alamat CBA Rt 03/Rw 03 No.126, sumber biaya dirumah sakit adalah ASKES.
2. Resume
Klien tiba di ruang SYIFA kamar 5 dari Intalasi Gawat Darurat pada tanggal 14 februari 2012 pukul 13
WIB dengan diagnosa Diabetes Militus. Keadaan umum lemah kesadaran compos mentis, klien
mengeluh lemas, mual,dan muntah serta ada luka di kaki sebelah kanan. Dilakukan pemeriksasan tanda
– tanda vital, hasil TD 150/60 mmhg, ND 100x/ menit. Rr: 20 x/ menit, S 39 C, pemeriksaan labolatorium
Hb :6,8 Gr/ dl (12-14 gr/dl), laekusit 18.600/ul (5000- 10 000./ ul), hematokrit : 21 % (37-43 %),
Trombosit : 397.000 (150.000- 450.000/ul), ureum : 66 mg/dl (10-50 mg/dl ), creatinin : 1,5 mg/dl
( 0,5- 1,5 mg/dl ), GDS : 524 mg/dl (<200 mg/dl) terapi yang di berikan adalah IV asering 16 tetes/ menis
sesuai intruksi dari dokter . inj Ceftriakson 2x1 gr. PCT 3x500 mg, inj rantin 2x1 amp, antasid sirup 3x1 ,
cek GDS, diet DM :1700 kal. Masalah keperawatan yang timbul adalah gangguan keseimbangan cairan
dan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Tindakan keperawatan yang
yang telah di lakukan adalah Obs. Tanda- tanda vital, mengkaji intake dan Output, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat dan pemberian cairan pariental. Evaluasi keperawatan, tujuan belum
tercapai, tindakan keperawatan di lanjutkan.
3. Riwayat keoerawatan :
Klien di rawat dengan keluhan lemas, dan ada luka pada kaki sebalah kanan, faktor pencetusnya
peningkatan glukosa dalam darah. timbulnya keluhan bertahap kurang lebih selama 5 tahun (DM) .
Upaya mangatasi adalah dengan pergi kerumah sakit.
Klien tidak memiliki masalah alergi. Pernah dirawat di rumah sakit sebelum ini. Klien mempunyai riwayat
penyakit diabetes sejak 5 tahun yang lalu.
Orang yang terdekat dengan klien adalah anak-anak klien dan suami klien. Interaksi dalam keluarga baik,
klien mengikuti kegiatan kemasyarakatan, jika klien mempuyai maslah, hal yang dilakukan klien adalah
mencoba untuk menyelesaikannya dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga menjadi
cemas. Dan klien ingin cepat sembuh.
Klien mengerti dengan panyakit yang di derita. Hal dirasakan saat ini klien merasa lemas. Makaanisme
kopping terhadap stres dengan cara memecahkan maslah. Dan klien optimis ingin cepet pulang.
6. Sistem nilai kepercayaan.
Tidak ada nilai- nilai yang berkesehatan pada klien aktivitas agama yang di lakukan klien, klien banyak-
banyak berdoa.
a. Nutrisi.
Pola nutrisi baik makan 3x sehari, nafsu makan baik, tidak ada alergi terhadap makanan atau pantangan.
Dan tidak ada makann yang tidak di sukai.
b. Pola eleminasi.
Pola buang air kecil 7x/ hari, berwarna kuning jernih. Todak ada keluhan menggunakan dan tidak
menggunakan alat bantu.
Mandi frekwensi 2x sehari dan menggunakan sabun. Oral hygiene frekwensi 2x sehari. Waktunya pagi
sore. Cuci rambut 3x seminggu manggunakan shampoo.
Sebelum saklin klien biasa tidur siang 1 jam/ hari. Tidur malam kurang lebih 8 jam/ hari
e. Pola aktivitas
Klien adalah ibu rumah tangga, klien tidak pernah barolahraga. Dan kegiatan waktu luang klien adalah
beristirahat.
Klien tidak pernah merokok dan minum-minuman keras.serta tidak tergantung obat.
a. Pola nutrisi
Pola nurtrisi tidak baik. Makan 3x sehari nafsu makan tidak baik makan habis 1/2 posri, tidak ada makan
yang tidak di sukai, tidak ada alergi terhadap makanan atau pantangan.diet DM makan biasa 1700 kalori.
Lama tidur kurang lebih 8 jam klien melakukan tidur siang kurang lebih 1 jam.
d. Pola aktifitas.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti buang air kecilklien dibantu oleh anaknya.
4. Pengkajian fisik
Pola pemeriksaan fisik umum tidak di temukan kelainan. Berat badan klien 59 kg. Tinggi badan klien 155
cm. Keadaan umum sakit sedang dan tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris. Kelopakmata normal, pergerakan mata normal konjungtiva ananemis. Skela mata
anikterik. Pupil isokor. Otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan kurang baik, klien tidak
manggunakan kaca mata.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal tidak sakit, cairan dalam telinga tidak ada darah, perasaan penuh dalam telinga
tidak ada tinitus tidak ada pendengaran normal. Tidak menggunakan alat bantu dengar.
d. Sistem pernapasan
Tidak ada kelainan dalam pola napas. Frekwensi napas 20 x/ menit. Irama teratur,kadalaman dalam,
suara napas vesikuler. Keadaan dada simetris.
e. Sistem kadiovaskular.
Tekanan darah : 180/110 mmhg, iram Teratur, nadi : 88 x/ menit. Tempratur kulit hangat, pengisian
kapiler 3 detik. Klien mengalami edema di area wajah. Tangan dan kaki tidak ada kelainan. pada sirkulasi
jantung. Kecepatan denyut apikal 80 x / menit.irama teratur. Tidak ada kelainan bunyi jantung, klien
tidak mengeluh sakit pada dada.
f. Sistem hematologi.
Klien tidak pucat dan tidak mengalami perdarahan. Hasil labolatorium : Hb 11,0 g/dl. Leukosit 11.500 /ul
(5000- 10000/ul) hematokrit 35 % (37 -43%) trombosit 370.000 (150.000- 450.000 /ul).
h. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan klien di dapat bahwa gigi klien tampak bersih, tidak ada karies gigi. Tida
manggunakan gigi palsu.saliva normal. Klien tidak mengalami muntah dan tidak nyeri pada daerah
perut.bising usus 12 x/ menit.tidak mengalami diare, warna feses kuning konsistensi lembek.hepar tidak
teraba.
i. Sisitem endokrin.
Napas tidak berbau keton tidak terjadi poliuri, polidipsi dan poliphagi, terdapat luka ulkus di kaki
kanan.warna kulit sekitar luka terlihat kehitaman.
j. Sistem Urogenital.
BAK berwarna kuning jernih. Balance cairan intake 2855 ml output 2495 ml. Terjadi perubahan pola
berkemih.klien sedang buang air kecil. Tidak ada keluhan sakit pinggang.
k. Sisitem integument
Sistem integument, turgor kulit buruk, temperature hangat, warna kulit kehitaman, keadaan adanya
ulkus di kaki sebelah kanan kondisi cukup baik, kondisi kulit di daerah pemasangan infuse baik dan tidak
ada tanda – tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor, fungsiolesa), infuse dipasang datangan sebelah
kanan RL 20 tetes/menit sejak dua hari yang lalu, tekstur rambut baik, kebersihan rambut kurang.
l. Sistem musculoskeletal
Tidak ada kelainan pergerakkan, tidak ada fraktur, keadadan tonus otot normal, kekuatan otot
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium darah, Hb : 11,0 g/dl (N 12 – 14 g/dl), leukosit : 11.500 / µl ( N 5000 –
1000 /µl ), Hematokrit : 35 % ( 37 – 43 % ) Trombosit : 370.000
( 150.000 -450.000). dalakukan pemeriksaan GDS hasilnya GDS : 289 (<200mg/dl)
6. Penatalaksanaan
Terapi yang didapatkan IV RL 20 tetes/menit dilengan sebelah kanan, Paracetamol 3x500 mg, Antacid
syrup 3x1, Captropil 3x12,5 mg, OMZ 2x1Capsul, Clindamycin 2x300 mg, diit DM makan biasa 1700 kalori
7. Data fokus
Data subyektif
Data Obyektif
- klien mengatakan bengkak pada wajah serta kedua tangan dan kaki
- kesadaran composmetis
- diameter luka 3 cm
- kedalaman luka 1 cm
- paracetamol 3x500 mg
- Captropil 3x12,5 mg
- Clindamycin 2x300 mg
Analisa Data
No.
Data
Masalah
Etiologi
DS.:
DO : - Terdapat oedem
- Intake : 2855 ml
- Output 2495 ml
- Balance : 360 ml
- Hasil lab:
- Hasil Lab 03 Juni 2010 Haemoglobin : 11,0 g/dl(N 12-14 ) Leukosit : 11.500 /µl (N
5000 – 10000 /µl ), Hematokrit : 35% (37 -43 % ) Trombosit : 370.000
(150.000 – 450.000) Obs. TTV TD : 180/110 mmHg
ND : 88X/menit SH : 37,5◦C RR : 20 x/menit
Kelebihan
volume cairan
DS :
DO : - Obs.TTV
-ND : 88 x/menit
-SH : 37,5◦C
- RR : 20 x/menit
DS : Klien mengatakan ada luka pada kaki kanan yang belum sembuh
- Diameter luka : 3 cm
- Kedalaman luka : 1 cm
Bardasarkan data di atas maka dapat di rumuskan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral.
Kecukupan insulin atau status hipermetabolik
4. Resiko tinngi perluasan luka infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
C. Perencanaan, Pelaksanaan
Data subyektif : -
Data obyektif : terdapat oedem, intake 2885 ml, output 2495ml, balance 360 ml, lingkar perut
114 cm . hasil lab gds 289 mg/dl (<200 mg/dl),hasil lab albumin 2,5 g/dl (3,5- 5,2 g/dl) hasil lab Hb 11,0
g/dl (N 12- 14 g/dl ) leukosit 11.500/ul (N 5000-10.000/ul ) Ht 35 % (37-43 %) Tr 370.000 (150.000-
450.000)
Kreteria hasil : intak output seimbang,Gds normal tidak ada oedem lingkar perut normal,
albumin dalam batas normal.
Intervensi :
Pelaksanaan Keperawatan
Pukul 10.00 Mengambil darah vena sebanyak 5 cc untuk pemeriksaan protein, globulin, albumin.
Hasil : TD : 130/80 mmhg , Nadi : 80x/ menit, Suhu : 37◦C , Rr : 20x/ menit.
Hasil : Protein 5,7 (6,0-8,7 g/dl), Albumin 2,5 (3,5-5,2 g/dl), Globulin 3,2 (2,5-3,1 mg/dl), GDS : 197 (<200
mg/dl).
Data Subyektif :
Data Obyektif : Obs. TTV TD 180/110 mmhg, Nadi 88x/menit, Suhu 37,5◦C, Rr 20x/menit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Penurunan
curah jantung tidak terjadi.
Pelaksanaan Keperawatan
3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukkan
oral,ketidakcukupan insulin atau status hipermetabolik
Data Obyektif : Tampak makan habis ½ porsi, BB sebelum sakit 59 kg, setelah sakit menjadi 53 kg, BB
ideal 49,5 kg
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisi teratasi.
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet DM (MB 1700 kalori)
Pelaksanaan Keperawatan
Data Subyektif : Klien mengatakan ada luka pada kaki kanan yang belum sembuh
Data Obyektif : Ada Ulkus pada kaki kanan, Diameter luka : 3 cm, Kedalaman luka : 1
cm,Keadaan luka : basah,Terdapat pus,Warna merah dan putih pada jaringan, Hasil pemeriksaan
laboratorium darah pada tanggal 3 februari 2012 , Hb : 11,0 g/dl, leukosit : 11.500/ul, Hematokrit : 35%,
Trombosit : 370.000. Pada tanggal 15 februari 2012 dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu,
hasilnya : GDS : 289(<200 mg/dl).
Intervensi :
Pelaksanaan Keperawatan
Subyektif :
Obyektif : Observasi TTV TD 130/80 mmhg, Nadi 80x/ menit , Rr 20x/ menit, Suhu 37◦C, hasil Lab
Protein 5,7(6,0-8,7g/dl), Albumin 2,5(3,5-5,2 g/dl), Globulin 3,2(2,5-3,1 mg/dl). GDS 197(<200 mg/dl),
lingkar perut 103 cm.
Subyektif :
Obyektif : obs. TTV TD:130/80 mmhg , Nadi 80x/menit , Suhu 37◦C, Rr 20x/menit
3. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukkan
oral,ketidakcukupan insulin atau status hipermetabolik
- Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet DM (MB: 1700 Kal)
4. Resiko tinggi perluasan luka infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
Subyektif : Klien mengatakan ada luka pada kaki kanan yang belum sembuh
Data Obyektif : Ada Ulkus pada kaki kanan, Diameter luka : 3 cm, Kedalaman luka : 1 cm,Keadaan
luka : basah,Terdapat pus,Warna merah dan putih pada jaringan.
( Clindamycin 2x300 mg )
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat di peroleh dari asuhan keperawatan pada Ny. L dengan diabetes militus
adalah.
1. Pengkajian keperawatan
Dalam tahap pengkajian klien dengan diabetes militus tipe Iipada manisfestasi klinis di dapat poli uria,
poliphagia, polidisi, penurunan berat badan, kesemutan sedangkan pada kasus hal ini tidak terjadi, klien
tidak memperlihat kan danya polidipsi karena pada saat pengkajian klien hanya minum 800 cc, klien juga
tidak memperlihatkan adanya poliphagiakarena pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan mual,
makan klien hanya habis ½ porsi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ada pada kasusu sesuai teori diagnosa yaitu, perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masa oral, ketidak adekuatan insulin atau setatus
hipermetabolik,resiko tinggi perluasan luka infeksi barhubungan dengan kadar glukosa tinggi. Sedangkan
ada diagnosa yang ada pada kasus tapi tidak terdapat pada teori.kelebihan volume cairan berhubungan
dengan penurunan protein plasma. Penurunan curah jantung berhubungan kontraktilitas tekanan darah
tinggi.
3. Perencanaan Keperawatan
Prioritas masalah keperawatan pada kasus Ny. L. Sesuai dengan prioritas pada masalah yang ada pada
teori dan sesuai dengan kondisi klien saat dilakukan pengkajian.
4. Pelaksanaan Peperawatan
Tidakan keperawatan dilakukan berdasrkan rencana tindakan yang telah dibuat antara lain mengobsevasi
tanda- tanda vital. Menciptakan lingkungan yang nyaman.melakukan perawatan luka,menghidangkan
makanan dalam keadaan yang hangat. Karena tebatas oleh waktu.dalam melakukan asuhan
keperawatan yang belum terlaksanan maka penulis mempalidasi dengan senior ruangan
5. Evaluasi
kami memuliskan hasil evaluasi dalam asuhan ini didasarkan oleh waktu selama 3 hari dan di
mengevaluasi pada hari ke 4. Berdasarkan hasil dari intervensi yang telah di laksanakan .
B. Saran
1. Untuk Perawat
Saran yang perlu di sampaikan kepada perawat, yaitu harus mendokumentasikan setiap tindakan yang
telah di lakukan. Serta menambah ilmu pengetahuan.tentang berbagai macam penyakit, dalam khusus
nya Diabetes militus agar perawat dapat melakukan implementasi sesuai dengankebutuhan klien
2. Untuk Penulis
Kami memahami segala kekurangan yang ada pada karya tulis kami sehingga kami sangat meng
harapkan kritik dan masukan yang memebangun guna dalam penulisan karya tulis selanjutnya kami
dapat membuat kaya tulis dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. M.S.N (1997). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuity of Care,
(Fifth Edition). Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi kedelapan). Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall (2000). Diagnosa Keperawatan, (Edisi keenam). Jakarta : Penerbit EGC.
Ignatavicius, Donna D. (1991). Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach W.B Saunders
Company.
Luckman and Sorensens (1997). Medical Surgical Nursing, A Psychophysiology Approach. Fourth Edition.
W.B. Saunders.
Lewis, Sharon Mantik, R.N. FAAN (2000). Medical Surgical Nursing, (Fifth Edition), St. Louis, Missouri :
Mosby Inc.
Price, Sylvia Anderson, Ph.D, R.N (1995). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, (Edisi
keempat), Jakarta : EGC.
1 Lihat komentar
Good
Balas
Memuat