Anda di halaman 1dari 218

PENGARUH MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH

TERHADAP EFEKTIVITAS ANGGARAN

DI MTSN 21 JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tifa Mufida Fitriatul Hayati

1113018200065

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017
1.I'.hlllAR l'ENfi USA llAN SKltll'

E1*EKT1VITAS ANGG tHAN DI 81’PS NEG ER1 21 JA KA R’

Skripsi

Diajiiknn sebagai s‹tlnli satu syarat untuk memenuhi persyaratan mencapa i gelar
Saqana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Manajelncn Pendidik an
Fakultas flmu Tarbiyah dan Kcguruari

Oleh:
Tifa âlufida Fitriatul Ilaviiti
NIM. 1113018200065

Di bawah biinbingan,

Pembimbing I I'embiinbin

Dr. Sita Ratnaningsih, SLPd Tri awat


NIP. NIDN. 20141

JURUSAN MANAJEMEN PENDID IKAN


FAKULTAS ILMU TARBIYAR DAN KEGURDAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIP HIDAYATULL A£t
JAKARTA
2017
RI
SU RA’P I'En NYA"I’AAN KARYA S ENDI

Nama : 4’it’a Mofida Fitflatul flayoii


NIM 11130 18200065
Junisail Manajemen Pendidikan
Alamat Bintara Jaya VIII Rt.04/Rw. 0S No:83 Bekasi Bnra t

8IENYATAKAN DENGAN SESU NGGUH NYA

Bahwa skripsi yang betjudul Pengaruh Manajemen Keua nga R S0koi• li terhadap
Efektivitas Anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta adalah benar hasil ka y£l Sgll din di bawah
bimbingan dosen

Nama Pem bimbing 1 Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd


NIP
Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Nama Pembimbing II : Tri Harjawati, M.Si
NIDN : 201411801
Dosen Fakultas Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

en.ikian .surat pcrnyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima
konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

)Hkftk, 05 Septembe r 2017

Yang Menyatakan

BA’

ayiaa Mufi t Ha at
LEMBAR PENGESAHAN UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan l P engaru$


dalam penulisan skripsi ini berjudu
**>Jemen Ke uangan Sekolah terhadap Efekti vit as Anggar«ll MTg

Negeri 21 Fitriatul Hayati


Jakarta disusun oleh Tifa Mufida
NIM• 1 30] 8200065. Jurusgn Manajemen Pendidikan, F6k›< t Jjmu Tarbiyah

dan Kegtlrjj tf l, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah ta. Telah diuji
kebenaraljjjya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal 05 September 2017

Jakarta, ti5 September 2017

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing 11

Dr. Sila Ratnaningsih, M.Pd iawati 'Si


NIP. NIDN. 2014118001
ABSTRAK

Tifa Mufida Fitriatul Hayati (NIM 1113018200065). Pengaruh Manajemen


Keuangan Sekolah Terhadap Efektivitas Anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta,
Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh manajemen keuangan sekolah
terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan asosiatif kuantitatif dengan menggunakan analisis data
Regresi Linear Sederhana untuk mengetahui pengaruh antara kedua variabel
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah manajemen keuangan sekolah
sebagai variabel independen dan efektivitas anggaran sebagai variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara manajemen
keuangan sekolah terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta. Hal ini
dibuktikan dengan perolehan nilai bahwa Thitung (5,329) > Ttabel (2,017) sedangkan
hasil pengujian menggunakan regresi linear sederhana diperoleh bahwa Y = 35,188
+ 0,571 X, karena nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian
dapat dikatakan bahwa manajemen keuangan sekolah berpengaruh positif terhadap
efektivitas anggaran.
Kata kunci : Manajemen Keuangan Sekolah, Efektivitas Anggaran

i
ABSTRACT

Tifa Mufida Fitriatul Hayati (NIM 1113018200065). The Effect of School


Financial Management on Budget Effectiveness in MTs Negeri 21 Jakarta,
Department of Education Management, Faculty of Tarbiyah and Teaching
Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
This research is to know the influence of school financial management on budget
effectiveness in MTs Negeri 21 Jakarta. This research uses quantitative associative
approach by using Simple Linear Regression data to know the influence between
the two variables. The variables are used in this research are school financial
management as independent variable and budget effectiveness as dependent
variable.

The results showed that there is an influence between school financial management
on the effectiveness of the budget at MTs Negeri 21 Jakarta. This is evidenced by
the acquisition value of Thitung (5,329)> Ttable (2.017) whereas the test result using
simple linear regression found that Y = 35,188 + 0.571 X, because the value of the
regression coefficient is positive (+), So it can be said that financial management
schools have a positive effect on the effectiveness of the budget.

Keywords: School Financial Management, Budget Effectivity

ii
KATA PENGANTAR

“ Bismillahirrohmanirrohim ”

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan hidup, kebahagiaan, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya.
Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada nabi besar kita Muhammad SAW,
beserta keluarga dan sahabatnya yang telah mengantarkan umatnya dari jaman
kegelapan hingga jaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, atas izin Allah SWT penulis dapat


menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Manajemen Keuangan Sekolah
Terhadap Efektivitas Anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta “ yang disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Jurusan Manajemen Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak


mendapatkan motivasi, bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dra. Nurdelima Waruwu, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada penulis.
5. Dr. Sita Ratnaningsih, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan motivasi, arahan, bimbingan, dan bantuannya dengan penuh
kesabaran dan ketulusan hatinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.

iii
6. Tri Harjawati, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
motivasi, arahan, bimbingan, dan bantuannya dengan penuh kesabaran dan
ketulusan hatinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Dra. Hj. Mahmudah, Kepala MTs Negeri 21 Jakarta yang memberikan izin
kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan juga atas bimbingan serta
arahannya selama penelitian berlangsung.
8. H. Nursetya Ahmadi, S.Pd.I, Kepala Tata Usaha MTs Negeri 21 Jakarta yang
telah bersedia menjadi responden dan juga atas bimbingan serta arahannya
selama penelitian berlangsung.
9. Siti Fajriah SE, Ahmad Zaki, selaku bendahara MTs Negeri 21 Jakarta yang
telah bersedia menjadi responden dan juga atas bimbingan serta arahannya
selama penelitian berlangsung.
10. Seluruh pegawai Tata Usaha MTs Negeri 21 Jakarta yang telah bersedia
menjadi responden.
11. Ayahanda Imam Muchlas dan Ibunda Siti Hamidah tersayang yang selalu
memberikan motivasi dan dukungannya dengan penuh kasih sayang serta
kesabaran dan ketulusan hatinya baik berupa moril maupun materil.
12. Kakakku Tia Mutiara Muchlas dan adikku Teddy Rahman Al-Hakim yang
selalu memberikan semangatnya kepada penulis.
13. Sahabatku “Princess Flamboyan” Pei, Ocha, Mega, Chacha, dan Latifah yang
selalu memberikan motivasi, dukungan, dan semangatnya kepada penulis dan
Windy, Ovie, Zaki, sebagai teman seperjuangan skripsi selama bimbingan
yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat dan bantuannya
kepada penulis.
14. Teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Pendidikan 2013 yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis.
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan di sini yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik, semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan masih minimnya ilmu yang dimiliki

iv
penulis. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat. Akhir kata,
penulis mengucapkan maaf apabila dalam penyajian skripsi ini terdapat kesalahan
dan kekurangan.

Jakarta, 24 Agustus 2017

Tifa Mufida Fitriatul Hayati

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah..................................................................................... 10

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 10

D. Rumusan Masalah........................................................................................ 10

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 11

F. Kegunaan Penelitian .................................................................................... 11

BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 13

A. Deskripsi Teoritik ........................................................................................ 13

1. Hakikat Manajemen .............................................................................. 13

a. Pengertian Manajemen ................................................................... 13

b. Fungsi Manajemen ......................................................................... 15

c. Proses Manajemen .......................................................................... 18

2. Manajemen Keuangan Sekolah ............................................................ 20

vi
a. Pengertian Manajemen Keuangan .................................................. 20

b. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah .................................... 21

c. Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah .......................................... 22

d. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Sekolah ............................. 25

e. Sumber-Sumber Keuangan Sekolah ............................................... 30

f. Perencanaan .................................................................................... 33

g. Pengorganisasian ............................................................................ 39

h. Pelaksanaan .................................................................................... 43

i. Pengawasan .................................................................................... 52

3. Efektivitas ...................................................................................................... 56

a. Pengertian Efektivitas ..................................................................... 56

b. Ukuran Efektivitas .......................................................................... 58

4. Anggaran .............................................................................................. 64

a. Pengertian Anggaran ...................................................................... 64

b. Fungsi Anggaran ............................................................................ 66

c. Pelaksanaan Anggaran.................................................................... 69

d. Penerapan Pendekatan Penganggaran ............................................ 71

e. Uraian Jenis Belanja ....................................................................... 71

B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 74

C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 78

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 81

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 82

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 82

B. Variabel Penelitian....................................................................................... 83

vii
C. Metode Penelitian ........................................................................................ 83

D. Populasi dan Sampel .................................................................................... 84

E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 86

F. Instrumen Pengumpulan Data...................................................................... 88

1. Variabel Manajemen Keuangan Sekolah (X / Variabel bebas) ............ 88

a. Definisi Konseptual ........................................................................ 88

b. Definisi Operasional ....................................................................... 88

2. Variabel Efektivitas Anggaran (Y / Variabel Terikat) ......................... 90

a. Definisi Konseptual ........................................................................ 90

b. Definisi Operasional ....................................................................... 90

G. Uji Coba Instrumen Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dan


Variabel Y (Efektivitas Anggaran) .................................................................... 91

1. Uji Validitas.......................................................................................... 91

2. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 93

H. Teknik Pengolahan Data .............................................................................. 94

I. Uji Asumsi Klasik........................................................................................ 95

J. Teknik Analisis Data ................................................................................... 97

K. Uji Hipotesis ................................................................................................ 98

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 100

A. Gambaran Umum MTs Negeri 21 Jakarta ................................................. 100

1. Profil Madrasah .................................................................................. 100

2. Visi dan Misi ...................................................................................... 101

3. Personil Madrasah .............................................................................. 102

B. Hasil Uji Instrumen Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dan

viii
Variabel Y (Efektivitas Anggaran) .................................................................. 105

1. Hasil Uji Validitas .............................................................................. 105

2. Hasil Uji Reliabilitas .......................................................................... 107

C. Hasil Data Penelitian Variabel Y (Efektivitas Anggaran) ......................... 108

1. Hasil Dokumentasi Variabel Y (Efektivitas Anggaran) ..................... 108

D. Deskripsi Data ........................................................................................... 110

1. Data Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dan hasil analisisnya....


............................................................................................................ 111

a. Data Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) ....................... 111

b. Hasil Analisis Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) ....... 113

2. Data Variabel Y (Efektivitas Anggaran) dan hasil analisisnya .......... 115

a. Data Variabel Y (Efektivitas Anggaran) ...................................... 115

b. Hasil Analisis Variabel Y (Efektivitas Anggaran) ....................... 118

c. Tingkat Efektivitas Anggaran ....................................................... 119

E. Uji Asumsi Klasik...................................................................................... 120

1. Uji Normalitas .................................................................................... 120

2. Uji Linearitas ...................................................................................... 121

3. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 122

F. Hasil Pengujian Statistik ............................................................................ 123

1. Uji Regresi Linear Sederhana ............................................................. 123

G. Hasil Uji Hipotesis..................................................................................... 125

1. Uji Parsial (Uji t) ................................................................................ 125

2. Koefisien Determinasi ........................................................................ 125

H. Interpretasi Data......................................................................................... 126

I. Pembahasan ............................................................................................... 128

ix
J. Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 130

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 131

a. Kesimpulan ................................................................................................ 131

b. Saran .......................................................................................................... 131

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 133


LAMPIRAN – LAMPIRAN ............................................................................. 138

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1: Format Buku Kas Umum Skontro ...................................................... 47


Tabel 2. 2 : Format Buku Pembantu Bank ............................................................ 48
Tabel 2. 3 : Format Buku Pembantu Kas Tunai .................................................... 49
Tabel 2. 4 : Format Buku Pengawas UYHD ......................................................... 49
Tabel 2. 5 : Format Buku Pembantu Pengawas Kredit ......................................... 50
Tabel 2. 6 : Format Buku Pembantu Pajak ........................................................... 51
Tabel 2. 7 : Format Buku Pembantu Panjar Kerja ................................................ 51
Tabel 2. 8 : Penelitian Terdahulu .......................................................................... 76

Tabel 3. 1 : Waktu Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 82


Tabel 3. 2 : Daftar Responden............................................................................... 85
Tabel 3. 3 : Bobot Nilai pada Skala Likert ............................................................ 87
Tabel 3. 4 : Dokumentasi ...................................................................................... 87
Tabel 3. 5 : Definisi Operasional .......................................................................... 89
Tabel 3. 6 : Definisi Operasional .......................................................................... 91

Tabel 4. 1 : Kepala Madrasah MTs Negeri 21 Jakarta ........................................ 103


Tabel 4. 2 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X) Manajemen Keuangan Sekolah 107
Tabel 4. 3 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Y) Efektivitas Anggaran................ 107
Tabel 4. 4 : Rincian Alokasi Anggaran MTs Negeri 21 Jakarta ......................... 108
Tabel 4. 5 : Rencana dan Realisasi Anggaran Per bulan MTs Negeri 21 Jakarta109
Tabel 4. 6 : Data Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) .......................... 111
Tabel 4. 7 : Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Manajemen Keuangan
Sekolah)............................................................................................................... 114
Tabel 4. 8 : Data Variabel Y (Efektivitas Anggaran) ......................................... 115
Tabel 4. 9 : Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Efektivitas Anggaran)....... 118
Tabel 4. 10 : Hasil Uji Normalitas dengan tabel Tests of Normality dengan uji
Kolmogorov-Smirnov .......................................................................................... 120

xi
Tabel 4. 11 : Hasil Uji Linearitas ........................................................................ 121
Tabel 4. 12 : Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana................................. 124
Tabel 4. 13 : Hasil Nilai R Square ...................................................................... 126

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 : Model Sistem Pengawasan ............................................................. 53


Gambar 2. 2 : Bagan Kerangka Berfikir ............................................................... 81

Gambar 4. 1: Tenaga Pendidik MTs Negeri 21 Jakarta ...................................... 103


Gambar 4. 2 : Tenaga kependidikan MTs Negeri 21 Jakarta .............................. 104
Gambar 4. 3 : Peserta Didik MTs Negeri 21 Jakarta .......................................... 105
Gambar 4. 4 : Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of Regression Standardized
Residual ............................................................................................................... 121
Gambar 4. 5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot ..................................... 123

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Definisi Operasional Manajemen Keuangan Sekolah (X)

Lampiran 2 Definisi Operasional Efektivitas Anggaran (Y)

Lampiran 3 Uji Instrumen Manajemen Keuangan Sekolah (X)

Lampiran 4 Uji Instrumen Efektivitas Anggaran (Y)

Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Manajemen Keuangan Sekolah (X)

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Efektivitas Anggaran (Y)

Lampiran 7 Angket Penelitian

Lampiran 8 Hasil Penelitian

Lampiran 9 Tenaga Pendidik dan Kependidikan PNS MTs N 21 Jakarta

Lampiran 10 Daftar Guru Honor Tetap MTs N 21 Jakarta

Lampiran 11 Anggaran Dipa MTs N 21 Jakarta

Lampiran 12 Rincian Alokasi Anggaran Tahun 2016

Lampiran 13 Rencana dan Realisasi Anggaran Tahun 2016

Lampiran 14 Buku Kas Umum

Lampiran 15 Buku Pengawasan Anggaran Belanja

Lampiran 16 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran 17 Surat Permohonan Izin Penelitian ke Kementerian Agama

Lampiran 18 Surat Permohonan Izin Penelitian MTs Negeri 21 Jakarta

Lampiran 19 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian

Lampiran 20 Uji Referensi

Lampiran 21 Biodata Penulis

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki aktivitas
yang sangat besar yang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang
ataupun negaranya. Untuk mencapai keberhasilan tersebut tentunya tujuan
pendidikan harus tercapai dengan baik. Untuk mencapai tujuan pendidikan
tidak lepas dari kegiatan Administrasi Pendidikan.
Administrasi Pendidikan mengandung arti administrasi dalam arti
luas yang bermakna “pengelolaan atau manajemen”, dimana didalamnya
terkandung administrasi dalam arti sempit yaitu pekerjaan tulis menulis,
seperti pendaftaran peserta didik/siswa baru, mengisi buku induk, mengisi
buku rapor, membuat laporan keuangan, dan sebagainya. Tujuan
Administrasi Pendidikan adalah memberikan sistematika kerja dalam
mengelola pendidikan, sehingga tugas-tugas operasional kependidikan
dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien menuju sasaran atau tujuan
yang telah ditetapkan.1
Dengan tujuan tersebut para pengelola pendidikan, khususnya para
kepala sekolah dapat dengan mudah menguasai bidang tugasnya dan dapat
meningkatkan keterampilannya dalam mengarahkan sekolah yang
dipimpinnya.
Dari beberapa kegiatan administrasi pendidikan, kegiatan yang
menjadi salah satu unsur penting adalah Administrasi Anggaran/Biaya
Pendidikan. Karena Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen
masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan (disekolah). Dalam setiap upaya pencapaian
tujuan pendidikan, baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif maupun

1
Ary H. Gunawan, ADMINISTRASI SEKOLAH (Administrasi Pendidikan Mikro),
(Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996) hlm. 2-3

1
2

kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan.


Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya,
sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan (disekolah)
tidak akan berjalan.
Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni
semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat
dihargakan dengan uang). Dalam pengertian ini, misalnya iuran siswa
adalah jelas merupakan biaya, tetapi sarana fisik, buku sekolah dan guru
juga adalah biaya. Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan, diperoleh,
dialokasikan, dikelola merupakan persoalan pembiayaan atau pendanaan
pendidikan (educational finance).2
Mekanisme pembiayaan dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah
pendekatan sistem, yaitu pendekatan yang berorientasi pada tujuan,
alternative, dan efektivitas. Pendekatan sistem dalam pembiayaan
pendidikan dimulai dengan penerapan PPBS (Planning Programming
Budgeting Systems) pada awal tahun 1980-an yang selanjutnya dikenal
dengan istilah Sistem Penyusunan Program dan Anggaran (SIPPA) atau
Sistem Penyusunan Program dan Anggaran (SP3).3
Sehingga diperlukanlah Manajemen Keuangan Sekolah untuk
mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, mengelola,
menjalankan, melaksanakan, dan memimpin Administrasi Anggaran/Biaya
Pendidikan di Sekolah.
Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajemen
sekolah yang akan turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di
sekolah. Sebagaimana yang terjadi di substansi manajemen pendidikan pada
umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

2
Dedi Supriadi, SATUAN BIAYA PENDIDIKAN, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2006), h.4
3
Matin, Manajemen Pembiayaan Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014),
h.1
3

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian pengawasan


atau pengendalian.
Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan
menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana, pelaporan,
pemeriksaan dan pertanggungjawaban (Lipham, 1985; Keith, 1991).
Sedangkan menurut Depdiknas (2000) bahwa manajemen keuangan
merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan.
Adapun tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk memperoleh dan
mencari peluang sumber-sumber pendanaan bagi kegiatan sekolah, agar
bisa menggunakan dana secara efektif dan tidak melanggar aturan, dan
membuat laporan keuangan yang transparan dan akuntabel.
Disinilah peran seorang manager sekolah atau kepala sekolah untuk
mengelola keuangan dengan sebaik mungkin dengan memperdayakan
sumber daya manusia yang ada di lingkungan sekolah. Melalui kegiatan
manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat
direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan
digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif
dan efisien.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala


sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan
bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggungjawaban
keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.4

Manajemen keuangan sekolah perlu memperhatikan sejumlah


prinsip. Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 48 menyatakan bahwa
pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,

4
M.A Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan
Mahasiswa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Ilmu, 1992), h. 18
4

transparansi, dan akuntabilitas publik.5 Disamping itu prinsip efektivitas


juga perlu mendapat penekanan.

Namun kenyataannya, masih banyak sekolah yang belum


melaksanakan manajemen keuangan sekolah secara efektif yang sesuai
dengan prinsip dan tata cara pengelolaan keuangan yang telah ditetapkan
sehingga berakibat pada buruknya kualitas sekolah. Permasalahan yang
terjadi di sekolah terkait dengan manajemen keuangan sekolah adalah
sumber dana yang terbatas, sistem manajemen keuangan sekolah yang
belum optimal, pengelolaan anggaran yang belum maksimal, pembiayaan
program yang meleset dari perencanaan bahkan terkadang serampangan,
yang tidak sesuai dengan visi, misi dan kebijakan yang tertulis dalam
perencanaan yang telah dibuat.

Jika hal tersebut terjadi, maka akan berdampak pada efektivitas


anggaran di sekolah tersebut yang terdiri dari input dan output yang tidak
sesuai. Karena efektivitas anggaran berbicara tentang bagaimana
menggunakan input sekecil mungkin untuk menghasilkan output secepat
mungkin. Yang artinya menyelesaikan kegiatan tepat pada waktunya dan
didalam batas anggaran yang tersedia sehingga dapat mencapai tujuan atau
sasaran yang telah direncanakan. Dari sinilah dapat dilihat apakah sekolah
atau lembaga tersebut berhasil atau gagal antara output dengan tujuan atau
sasaran yang harus dicapai.

Sektor pendidikan masih menjadi lahan empuk bagi praktik korupsi.


Besarnya anggaran pendidikan hingga Rp. 424,7 triliun pada 2016 juga
diikuti dengan meningkatnya penyelewengan penggunaan dana itu. 6

Berdasarkan data yang dimiliki Indonesia Corruption Watch (ICW),


setidaknya ada 425 kasus korupsi terkait anggaran pendidikan periode 2005

5
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Bagian Ketiga :
Pengelolaan Dana Pendidikan, Pasal 48
6
Ayu Rachmaningtyas, “ICW mencatat ada 425 kasus korupsi sepanjang 2005-2016”
www.kompas.com (Rabu 22 Maret 2017, Pukul 23.31)
5

- 2016 dengan kerugian negara Rp. 1,3 triliun dan nilai suap Rp. 55 miliar.
Pada umumnya modus korupsi para pelaku dalam kasus tersebut adalah
dengan melakukan penggelapan terhadap dana BOS (Bantuan Operasional
7
Sekolah) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). DAK mencapai kerugian
negara sebesar Rp. 265,1 miliar. Selain itu juga menurut ICW, korupsi di
daerah terjadi pada dana buku, sarana prasarana, Perguruan Tinggi, dana
pendidikan gratis, infrastruktur sekolah, gaji guru, dana operasional, sarana
dan prasarana sekolah, infrastruktur Disdik, dan APBD.8

Ade Irawan, dari Divisi Monitoring Pelayanan Umum ICW


mengatakan bahwa ICW mendesak pemerintah untuk mengawasi kepala
sekolah yang terindikasi sumber korupsi dana pendidikan. Empat koruptor
itu meliputi kepala sekolah, guru, komite sekolah, pejabat Dinas
Pendidikan, serta pejabat Departemen Pendidikan Nasional. Selama 2003 -
2004 ICW meneliti korupsi di sekolah dasar dan menengah. Pada 2003 riset
terhadap 50 sekolah di Jakarta. Tahun 2004 lebih dari 100 sekolah di
Jakarta, Garut dan Solo. ICW menemukan pola korupsi yang dilakukan
kepala sekolah yang dibantu oleh komite sekolah dan Dinas Pendidikan.
Ada tiga cara yang digunakan yaitu dengan cara membuat anggaran ganda
pada Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (APBS), penggelapan dana
APBS, dan pungutan liar kepada murid.9

Sayangnya korupsi di tingkat sekolah seringkali dibiarkan oleh


aparat penegak hukum, sebab jumlahnya tergolong kecil sedangkan para
aparat sedang berupaya menjaring korupsi yang golongannya besar. Padahal
korupsi di sekolah itu sangat merugikan negeri ini dalam jangka panjang,
karena sekolah adalah sebagai pencetak generasi penerus bangsa.

7
Angga Indrawan, “Korupsi Anggaran Pendidikan Didominasi Daerah”,
www.republika.co.id (Rabu 22 Maret 2017, Pukul 23.19)
8
“Datangi Kemendikbud, ICW CS Berikan PR untuk Anies Baswedan”,
www.DetikNews.com (Rabu 22 Maret 2017, Pukul 23.23)
9
Koran Tempo, 29 November 2004
6

Semestinya semakin besarnya anggaran pendidikan yang diberikan


pemerintah diikuti pula dengan kualitas pendidikan yang semakin baik.
Namun, yang terjadi saat ini malah sebaliknya yakni semakin banyak
penyimpangan yang dilakukan sehingga semakin memperburuk keadaan
pendidikan di Indonesia.

Data tersebut menunjukkan bahwa anggaran pendidikan menjadi


lahan empuk oleh oknum-oknum tertentu, seperti guru, kepala sekolah,
komite sekolah, pejabat dinas pendidikan, bahkan pejabat departemen
pendidikan nasional untuk melakukan penyalahgunaan. Selain itu, anggaran
pendidikan yang dialokasikan ke seluruh sekolah seharusnya perlu diawasi,
dengan melakukan pemeriksaan pada penyusunan / perencanaan keuangan
sekolah, pembukuan, dan penggunaan anggarannya di tiap-tiap sekolah.
Agar input yang diberikan sesuai dengan output yang dikeluarkan.

Manajemen keuangan sekolah yang tidak transparan menyebabkan


kecurigaan karena tidak dapat dipertanggungjawabkan yang berakibat pada
keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah, kurangnya
partisipasi pihak-pihak yang memberikan dana, seperti pemerintah, orang
tua, dan masyarakat dalam mengawasi manajemen keuangan sekolah
sehingga menimbulkan tindakan penyelewengan anggaran dan manipulasi
laporan.

Selain itu, masih banyak sekolah yang membelanjakan keuangan


yang tidak tepat guna, artinya rencana anggaran belanja setiap tahun tidak
diaplikasikan sesuai dengan perencanaannya. Masih banyak anggaran-
anggaran yang jumlahnya tidak terduga, padahal semestinya pengeluaran
anggaran belanja berpegang teguh pada rencana yang telah dibuat.

Keuangan merupakan masalah yang cukup mendasar dan krusial di


sekolah. Karena keuangan merupakan salah satu komponen instrumental
yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Sekolah yang
sudah merancang atau mendesain program sebaik mungkin untuk
7

pengembangan peserta didik hanya menjadi sebuah mimpi bila tidak


ditunjang dengan keuangan sekolah yang mencukupi. Hampir tidak ada
kegiatan dalam pendidikan yang dapat mengabaikan peranan keuangan,
sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa uang, proses pendidikan tidak akan
berjalan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang penulis lakukan,


dapat diketahui bahwa Madrasah Tsanawiyah Negeri 21 sebagai madrasah
dibawah pembinaan Kementerian Agama Republik Indonesia, dengan
keberadaan MTs Negeri 21 Jakarta memberikan kontribusi yang sangat
besar dan berpengaruh dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Berkat dukungan dari Kemenag RI, biaya sekolah di MTs Negeri 21 Jakarta
tidak dipungut biaya apapun.

Setiap tahun MTs Negeri 21 Jakarta menerima bantuan dana dari


DIPA (Dana Isian Pelaksanaan Anggaran). Berdasarkan sumber dana
tersebut maka pihak sekolah mengalokasikan ke berbagai sektor pendidikan
yang ada di sekolah tersebut. Walaupun terkadang dana yang diberikan
terlambat. dan bahkan dana yang diberikan tidak mencukupi seluruh
kebutuhan sekolah, apalagi MTs Negeri 21 Jakarta adalah sekolah yang
tidak membebankan biaya sekolah kepada peserta didik. Sehingga kepala
sekolah harus mampu memprioritaskan anggaran sekolah yang paling
dibutuhkan sekolah pada saat itu. Pihak yang bertanggung jawab dalam
kegiatan manajemen keuangan ini adalah kepala sekolah, bendaharawan,
dan pegawai tata usaha. Sementara pihak guru mata pelajaran tidak terlibat
dalam mengatur keuangan sekolah. Karena tugas-tugas ini demikian
banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, maka tugas-tugas
ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-masing orang-orang yang memiliki
keahlian di bidangnya. Pembagian tugas yang diberikan kepala sekolah
kepada bendaharawan dan pegawai tata usaha terkadang masih tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya, sehingga membuat tugas yang
diberikan tidak dapat berhasil dengan baik.
8

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor


105/PMK.02/2008 tentang petunjuk penyusunan dan penelaahan rencana
kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga dan penyusunan,
penelaahan, pengesahan dan pelaksanaan daftar isian pelaksanaan anggaran
tahun 2009, maka dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan anggaran di
MTs Negeri 21 Jakarta dibuat dengan menggunakan aplikasi online
Rencana Kerja Anggaran dan Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)
dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan jenis belanja
anggaran, yaitu : belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan
belanja bantuan sosial dan untuk proses pencairan dan pembukuan dibuat
pada aplikasi online Sistem Aplikasi Satker/Satuan Kerja (SAS) yang dibuat
oleh Direktorat Sistem Perbendaharaan (DSP) Ditjen Perbendaharaan,
Kementerian Keuangan.

Dengan menggunakan aplikasi RKA-KL dan SAS maka setiap


perencanaan, pencairan dan pembukuan langsung terhubung dengan
Kementerian Keuangan. Dengan aplikasi ini pihak yang berwenang
mengatur keuangan disekolah bertugas untuk memprediksi anggaran
sekolah setiap tahun untuk 2 (dua) tahun kedepan dengan menguraikan
secara detail biaya untuk masing-masing program atau kegiatan untuk tahun
anggaran yang direncanakan tersebut. Tetapi dengan perencanaan anggaran
yang diajukan tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mencukupi
kebutuhan sekolah. Karena apa yang diprediksi saat ini belum tentu sesuai
dengan apa yang dibutuhkan nantinya di tahun selanjutnya dan terkadang
APBN tidak bisa mencairkan seluruh anggaran yang dibutuhkan sekolah
sehingga anggaran yang telah diuraikan pada perencanaan anggaran harus
dirubah kembali agar sesuai dengan dana yang bisa dicairkan oleh APBN.

Penggunaan aplikasi RKA-KL dan SAS sedikit menyulitkan para


pihak yang berwenang dalam mengatur keuangan di sekolah, karna RKA-
KL dan SAS ini masih tergolong baru apalagi aplikasi ini sering melakukan
9

perubahan (upgrade) sehingga terus menerus membutuhkan pengenalan


dan pemahaman lagi dalam penggunaannya dan terkadang menimbulkan
masalah teknis yang membuat pekerjaan para penggunanya jadi terhambat.
Selain menggunakan aplikasi RKA-KL dan SAS, kepala sekolah,
bendahara, dan pegawai tata usaha juga melakukan pembukuan secara
manual dengan menggunakan buku besar.

Penggunaan aplikasi RKA-KL dan SAS ini selain sebagai


perencanaan, juga sebagai salah satu media pengawasan untuk memantau
kegiatan keuangan yang ada di sekolah. Selain itu, setiap bulannya
bendaharawan membuat laporan yang ditanda tangani oleh kepala sekolah,
pelaporan ini juga termasuk dalam pengawasan keuangan sekolah agar
dapat berjalan efektif sesuai dengan apa yang sudah disepakati bersama.

Jika hal tersebut terjadi maka akan berdampak pada efektivitas


anggaran di sekolah tersebut yang terdiri dari pemasukan (input) dan
pengeluaran (output) yang tidak sesuai. Manajemen keuangan tidak akan
tepat sasaran apabila dalam proses pelaksanaannya masih banyak
kekeliruan di dalamnya, sehingga pihak sekolah harus memperhatikan
proses pelaksanaan dari manajemen keuangan tersebut sehingga tujuan
yang sudah direncanakan tidak akan meleset dari sasaran. Untuk itulah
penulis ingin meneliti dan membuktikan, apakah ada hubungannya antara
manajemen keuangan yang dilakukan oleh sekolah dengan efektivitas
anggaran di sekolah tersebut.

Berdasarkan uraian mengenai manajemen keuangan dan efektivitas


anggaran, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang
kemudian akan dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah (skripsi) yang
berjudul “Pengaruh Manajemen Keuangan Sekolah Terhadap
Efektivitas Anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta”
10

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul, yaitu :
1. Faktor manajemen keuangan sekolah yang belum dilaksanakan
sepenuhnya dengan baik yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Faktor efektivitas anggaran yang belum memenuhi kriteria yang
meliputi input dan output.
3. Pelaksanaan manajemen keuangan sekolah belum sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen keuangan sekolah.
4. Pelaksanaan terkadang meleset dari apa yang sudah direncanakan.
5. Keterbatasan kemampuan sekolah dalam melaksanakan manajemen
keuangan sekolah sehingga berdampak pada efektivitas anggaran.
6. Pada proses pelaksanaan keuangan masih ada kekeliruan yang
mengakibatkan anggaran di sekolah tidak sesuai antara target dan
realisasinya.

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang
diteliti, maka penulis membatasinya dengan memfokuskan dan
mengoptimalkan pada permasalahan tentang “ Pengaruh manajemen
keuangan sekolah terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta)
“. Manajemen keuangan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan dan efektivitas anggaran yang meliputi input
dan output dari sekolah tersebut. Sedangkan pembatasan istilah sekolah
yang dimaksud adalah MTs Negeri 21 Jakarta.

D. Rumusan Masalah
Setelah membatasi masalah, penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini, yaitu :
11

1) Apakah terdapat pengaruh manajemen keuangan sekolah terhadap


efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta ?
2) Berapa besar pengaruh manajemen keuangan sekolah terhadap
efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta ?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut maka penulis memiliki
tujuan dari diadakannya penelitian ini, yaitu :

1) Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh manajemen keuangan


sekolah terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta.
2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh manajemen keuangan sekolah
terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta.

F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan dalam dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan
judul penelitian ini, diantaranya yaitu :
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan
fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan program studi manajemen
pendidikan untuk penelitian terkait atau sebagai contoh penelitian di
masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan pengaruh
manajemen keuangan terhadap efektivitas anggaran di sekolah.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola
pendidikan, baik kepala sekolah ataupun instansi yang terkait dalam
penyelenggaraan pendidikan untuk dapat meningkatkan sistem
manajemen keuangan terhadap efektivitas anggaran yang digunakan
12

dalam rangka meningkatkan prestasi siswa melalui pemenuhan


berbagai kebutuhan dalam menunjang berjalannya proses
pendidikan di sekolah tersebut.
b. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dalam menambah ilmu pengetahuan dan memberikan
jawaban mengenai penelitian yang dilakukan yaitu pengaruh
manajemen keuangan terhadap efektivitas anggaran di sekolah.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi lebih lanjut
mengenai sekolah yang bersangkutan.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Manajemen
a. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata
manus yang berarti tangan dan agree yang berarti melakukan. Kata-
kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya
menangani. Manager diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam
bentuk kata kerja to manage, dengan kata benda management dan
manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan.10
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4) sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (dalam
arti luas). Sedangkan manajemen dalam arti sempit adalah
manajemen sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program
sekolah/madrasah, pelaksanaan program sekolah/madrasah,
kepemimpinan kepala sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan
sistem informasi sekolah/madrasah.11
Menurut Terry dan Franklin (2003:4), Manajemen adalah
satu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan,
pengaturan, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan dan memenuhi sasaran hasil yang
diwujudkan dengan penggunaan manusia dan sumber daya
lainnya (Management is the process of designing and

10
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan (Edisi kedua),
(Yogyakarta: Bumi Aksara, 2008), h.4
11
Husaini Usman, Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan (Edisi Ketiga),
(Yogyakarta: Bumi Aksara, 2010), h.5

13
14

maintaining an environment in which individuals, working


together in groups, efficiently accomplish selected aims).
Manajemen terkait dengan kejelasan tujuan atau sasaran dan
kesiapan sumber daya serta bagaimana proses-proses
mewujudkan tujuan ini. Keempat aktivitas ini biasa disingkat
dengan POAC (Planning, Organizing, Actuating, and
Controlling).

Weihrich dan Koontz (2005:4), menulis bahwa:


“Manajemen adalah proses perencanaan dan pemeliharaan
lingkungan di mana individu, bekerja bersama dalam kelompok,
mencapai tujuan-tujuan terpilih secara efektif.”12
Sedangkan Dale mengutip beberapa pendapat ahli tentang
pengertian manajemen sebagai (1) mengelola orang-orang, (2)
pengambilan keputusan, (3) proses mengorganisasi dan memakai
sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan
(1973, h.4).13
Menurut Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen adalah ilmu dan
seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya yang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu.14
Setiap ahli memberi pandangan yang berbeda tentang
batasan manajemen, karena itu tidak mudah memberi arti universal
yang dapat diterima semua orang. Namun demikian dari pikiran-
pikiran ahli tentang definisi manajemen kebanyakan menyatakan
bahwa manajemen merupakan suatu proses mendayagunakan orang
dan sumber lainnya untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien.
Dalam praktiknya, melakukan manajerial dapat
menggunakan kemampuan atau keahlian dengan mengikuti suatu

12
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan (teori, kebijakan, dan praktik), (Jakarta:
Kencana, 2015), h.2
13
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 2-3
14
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2012), h.9
15

alur/prosedur keilmuan secara ilmiah dan ada juga krena


berdasarkan pengalaman dengan lebih menonjolkan kekhasan atau
gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang lain.
Dengan demikian, terdapat tiga fokus untuk mengartikan
manajemen yaitu :
a. Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang
selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi.
Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada
keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan
menjadi kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan
konseptual.
b. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah
yang sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.
c. Manajemen sebagai seni tercermin perbedaan gaya (style)
seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain
untuk mencapai tujuan.15
Dari beberapa uraian pengertian manajemen menurut para
ahli diatas, maka penulis mendefinisikan bahwa manajemen adalah
suatu proses yang terdiri dari aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang diwujudkan
dengan mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya
yang lain secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.

b. Fungsi Manajemen
Berdasarkan pendapat Weihrich dan Koontz (2005) dalam
Management: A global perspective menulis fungsi manajemen
menjadi lima bagian, Planning, Organizing, Staffing, Leading, and
Controlling (POSLC). Dalam bukunya Manajemen Program

15
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Alfabeta, 2012),
h.85,87
16

Pendidikan, Sudjana (2004), membaginya menjadi Planning,


Organizing, Motivating, Conforming (Pembinaan), Evaluating, and
Developing (POMCED).16

Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :

a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Actuating (pelaksanaan)
d. Controlling (pengawasan)

Sedangkan, menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi


manajemen, meliputi :

a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Commanding (pengaturan)
d. Coordinating (pengkoordinasian)
e. Controlling (pengawasan)

Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel


mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :

a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)
c. Staffing (penentuan staf)
d. Directing (pengarahan)
e. Controlling (pengawasan)

Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi


manajemen, yaitu :

a. Planning (perencanaan)
b. Organizing (pengorganisasian)

16 Musfah, op.cit., h.2-3


17

c. Staffing (penentuan staf)


d. Directing (pengarahan)
e. Coordinating (pengkoordinasian)
f. Repoting (pelaporan)
g. Budgeting (penganggaran)17

Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang


ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, Nanang Fattah
menjabarkan fungsi-fungsi manajemen yaitu: perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), pemimpinan (Leading),
dan pengawasan (Controlling).

a. Fungsi perencanaan antara lain menentukan tujuan atau


kerangka tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan
tertentu. Ini dilakukan dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan
organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan
strategi, kebijakan taktik dan program. Semua itu dilakukan
berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah.
b. Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan
dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam
fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas
tanggung jawab dan wewenang.
c. Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajer
mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana
orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan
menciptakan suasana yang menyenangkan untuk bekerja sama.
d. Fungsi pengawasan meliputi penentuan standar, supervise, dan
mengukur penampilan/pelaksanaan terhadap standar dan
memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai.

17
Daryanto dan Mohammad Farid, Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), Cet.1, h.160
18

Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan karena


melalui pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur.18

Berdasarkan beberapa fungsi manajemen diatas, maka dapat


disimpulkan bahwa fungsi manajemen yang paling utama adalah
Planning, Organizing, Leading dan Controlling. Seorang manajer
dituntut untuk mampu manjalankan keempat fungsi ini dengan baik
agar tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan baik.
Keempat fungsi ini merupakan rangkaian dari seluruh proses
pelaksanaan dalam manajemen yang saling berkaitan.

c. Proses Manajemen
Beberapa definisi menunjukkan bahwa manajemen
merupakan suatu proses yang sistematis dalam melakukan kegiatan
organisasi. Proses manajemen secara umum mengikuti langkah-
langkah merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan.
a. Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan
dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi
merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan
secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji
berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat.
b. Mengorganisasikan
Mengorganisasikan adalah proses mengatur, mengalokasikan,
dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya di
antara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Stoner (1996:11) menyatakan bahwa mengorganisasikan adalah
proses mempekerjakan dua orang atau lebih untuk bekerja sama

18
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2011), Cet.11, h.2
19

dalam cara terstruktur guna mencapai sasaran spesifik atau


beberapa sasaran.
c. Memimpin
Memimpin menurut Stoner (1996:11) adalah proses
memgarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan
dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh
organisasi.
Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila
ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan
yang senantiasa dapat menjadi pengarah yang didengar ide dan
pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak semata-
mata mereka cerdas membuat keputusan tetapi dibarengi dengan
memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri tauladan.
d. Mengendalikan
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Proses
pengendalian dapat melibatkan beberapa elemen yaitu : (1)
menetapkan standar kinerja, (2) mengukur kinerja, (3)
membandingkan unjuk kerja dengan standar yang telah
ditetapkan, (4) mengambil tindakan korektif saat terdeteksi
penyimpangan.19

Dari penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa


proses manajemen adalah proses kegiatan seorang manajer yang
dimulai dengan merencanakan target-target yang akan dicapai
kemudian melakukan pengorganisasian sumber daya yang ada lalu
mengarahkannya dan yang terakhir adalah mengendalikan seluruh
aktivitas agar sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

19 Engkoswara, op.cit., h. 94-96.


20

2. Manajemen Keuangan Sekolah


a. Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu
dan seni yang membahas, mengkaji dan menganalisis tentang
bagaimana seorang manajer keuangan dengan mempergunakan
seluruh sumberdaya perusahaan untuk mencari dana, mengelola
dana, dan membagi dana dengan tujuan mampu memberikan profit
atau kemakmuran bagi para pemegang saham dan suistainability
(keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.20
Menurut James C.Van Horne, Manajemen keuangan
berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan manajemen aset
dengan didasari beberapa tujuan umum.21
Sedangkan, menurut Suad Husnan (1992:4), Manajemen
keuangan adalah manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
Sedangkan fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus
dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang
tertentu. Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan dana
dan mendapatkan dana22
Manajemen keuangan secara sederhana bisa diartikan
sebagai suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan
dengan menggerakkan tenaga orang lain, dengan
mempertimbangkan aspek efektivitas dan efisiensi yang berkaitan
dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan
beberapa tujuan menyeluruh yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.23
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis
menyimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah kegiatan

20
Irham Fahmi, Pengantar Manajemen Keuangan,(Bandung, Alfabeta, 2013), h.2
21
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan,
Penerjemah: (Heru Sutojo. Jakarta: Salemba Empat, 1997), h.2
22
Tim Dosen Administasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.256
23
Sri Minarti, Manajemen Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 213
21

mengelola dana dan mengalokasikan dana yang dimulai dengan


melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai
dengan pengawasan. Sehingga, tujuan yang telah direncanakan
dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

b. Pengertian Manajemen Keuangan Sekolah


Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi
manajemen sekolah yang akan turut menentukan berjalannya
kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang terjadi di
substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan
manajemen keuangan dilakukan melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan, atau
pengendalian.
Manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai
“tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi
pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan
pelaporan” (Depdiknas,2002).
Menurut Bafadal (2004), manajemen keuangan sekolah
dapat diartikan sebagai “keseluruhan proses pemerolehan dan
pendayagunaan uang secara tertib, efisien, dan
dipertanggungjawabkan dalam rangka memperlancar pencapaian
tujuan pendidikan”.24
Manajemen keuangan sekolah adalah seluruh proses
kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan/diusahakan secara
sengaja dan sungguh-sunguh, serta pembinaan secara kontinu
terhadap biaya operasional sekolah sehingga kegiatan pendidikan

24
David Wijaya, “Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah Terhadap Kualitas
Pendidikan”, Reno Bastian, Jurnal Penabur Pendidikan - No.13/Tahun ke-8/Desember 2009, h. 82-
83
22

lebih efektif dan efisien serta membantu pencapaian tujuan


pendidikan.25
Dengan demikian, kegiatan manajemen keuangan dimulai
dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan
pengawasan.

Dari berbagai uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


manajemen keuangan sekolah dengan manajemen keuangan pada
umumnya memiliki pengertian yang sama, hanya saja perbedaannya
terletak pada ruang lingkupnya yaitu disekolah, oleh karena itu
manajemen keuangan sekolah adalah kegiatan dalam mencari dana,
mendayagunakan dana dan memanfaatkan dana untuk kepentingan
organisasi (sekolah), yang bertujuan mencapai tujuan organisasi
secara efisien melalui proses mengatur lalu lintas pendanaan. Proses
mengatur tersebut diawali dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan keuangan sekolah.

c. Fungsi Manajemen Keuangan Sekolah


Manajemen keuangan sekolah memiliki beberapa fungsi,
yaitu sebagai berikut :

1) Perencanaan Keuangan
Membuat rencana pemasukan dan pengeluaran serta
mengenai kegiatan-kegiatan yang lainnya dalam periode
tertentu.
2) Penganggaran Keuangan
Membuat detail pengeluaran dan pemasukan.
3) Pengelolaan Keuangan

25
Mulyono, Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h.181
23

Penggunaan dana perusahaan secara maksimal dengan


berbagai cara.
4) Pencaharian Keuangan
Mencari dan mengeksploitasi sumber dana yang digunakan
untuk operasional kegiatan perusahaan.
5) Penyimpanan Keuangan
Yakni dengan mengumpulkan dana perusahaan serta
menyimpan dan mengamankan dana tersebut.
6) Pengendalian Keuangan
Yakni dengan melakukan evaluasi dan perbaikan atas
keuangan dan sistem keuangan yang berlaku di perusahaan.
7) Pemeriksaaan Keuangan
Dengan melakukan audit internal mengenai keuangan
perusahaan yang ada untuk tidak adanya penyimpangan.
8) Pelaporan Keuangan
Adalah dengan menyediakan informasi tentang kondisi
keuangan perusahaan dan tentunya sebagai bahan evaluasi.26

Selain itu fungsi manajemen keuangan sekolah juga terdiri dari


:

1) Perencanaan
Perencanaan dalam manajemen keuangan adalah kegiatan
merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan
pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan. Perencanaan
dalam keuangan adalah merencanakan sumber dana untuk
menunjang kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan
pendidikan di sekolah.
2) Ketatausahaan Keuangan
Dalam pengaturan keuangan terdapat dua bagian, yaitu
penerimaan dan pengeluaran. Setiap penerimaan dan

26
www.artikelsiana.com (diakses pada Rabu, 12 April 2017 / Pukul: 11.54)
24

pengeluaran dilakukan transaksi dan pencatatan dalam


pembukuan. Setiap transaksi keuangan yang berpengaruh
terhadap pengeluaran atau pembayaran uang oleh
bendaharawan harus dicatat dalam buku kas umum dan kas
pembantu.
3) Pertanggungjawaban
Menurut E. Mulyasa dalam buku manajemen berbasis
sekolah, pertanggungjawaban keuangan adalah menyangkut
seluruh dana sekolah dalam kaitannya dengan apa yang telah
dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Proses
ini disebut evaluasi (evaluation involves auditing).
4) Pengawasan
Pertanggungjawaban sebagaimana yang telah diuraikan
diatas dapat mempermudah pengawasan, baik dalam
mencegah terjadinya penyimpangan terhadap kebijakan
keuangan maupun penindakan terhadap penyimpanan.
Pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah dan
secara eksternal oleh badan lain yang ditentukan oleh
pemerintah yaitu berupa berita acara.27

Jadi, fungsi manajemem keuangan sekolah adalah untuk


mencegah terjadinya kekeliruan dan sebagai dasar pengambilan
keputusan bagi pimpinan/kepala sekolah agar tujuan sekolah dapat
tercapai dengan efektif dan efisien. Yang dilakukan dengan melalui
beberapa tahap yaitu perencanaan, pembukuan/pelaksanaan dan
pengawasan.

27
Wahidin, Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul
Hijrah Jakarta Timur, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2016, h.18-19, tidak
dipublikasikan
25

d. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Sekolah


Manajemen keuangan perlu memperhatikan sejumlah
prinsip agar dapat berjalan dengan baik dan dapat
dipertanggungjawabkan. Seperti yang telah diungkapkan dalam
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Pasal 48 menyatakan bahwa
pengelolaan pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan,
efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik. Disamping itu
prinsip efektivitas juga perlu mendapat penekanan. Berikut ini
dibahas masing-masing dari prinsip tersebut, yaitu :
1) Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang
manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu
kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan
yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen
keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber
keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
Di samping itu, transparansi dapat menciptakan kepercayaan
timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, dan
warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai.
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang
lain karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas
untuk mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya.
Akuntabilitas didalam manajemen keuangan berarti penggunaan
uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Ada tiga pilar utama yang
menjadi prasyarat terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya
26

transparansi para penyelenggara sekolah dengan menerima


masukan dan mengikutsertakan berbagai komponen dalam
mengelola sekolah, (2) adanya standar kinerja disetiap institusi
yang dapat diukur dalam melaksanakan tugas, fungsi dan
wewenangnya, (3) adanya partisipasi untuk saling menciptakan
suasana kondusif dalam menciptakan pelayanan masyarakat
dengan prosedur yang mudah, biaya yang murah dan pelayanan
yang cepat.

3) Efektivitas
Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Garner mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi,
karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan
tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan
dengan pencapaian visi lembaga. Efektivitas lebih menekankan
pada kualitatif outcomes.
Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas
kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk
membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga
yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.28 Efektivitas juga diartikan untuk
menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan
yang terlebih dahulu ditentukan.29
Efektivitas adalah ukuran untuk menyatakan sejauh mana
sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam
bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi
hasil yang diharapkan. Sekolah yang efektif pada umumnya

28
Minarti, op.cit., h. 224-226
29
Pratama Arief Widodo, “Analisis Efisiensi dan Efektivitas Belanja Pendidikan”, Jurnal
Ilmiah, 2012, h.8
27

menunjukkan kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dan hasil


yang diharapkan.30

4) Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan dan
keluaran atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud
meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut
dapat dilihat dari dua hal :
a) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga, dan biaya
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu,
tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil
yang ditetapkan.
b) Dilihat dari segi hasil
Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan
waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil
sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.31
Robbins (1997:45) menjelaskan, Efisiensi adalah hubungan
input dan output. Jika dengan menggunakan input yang sama
didapat output yang lebih besar maka dikatakan bahwa
efisiensi meningkat, demikian pula jika didapat output yang
sama dengan menggunakan input yang lebih kecil. Efisiensi
berkaitan dengan seberapa baik berbagai input itu
dikombinasikan atau bagaimana pekerjaan dilaksanakan,
yaitu merupakan suatu cara untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik dari jumlah input yang paling minimum. Dan ini
berarti bagaimana mencapai suatu output tertentu yang

30
Minarti, op.cit., h. 172
31
Minarti, op.cit., h. 226-227
28

berkualitas tinggi dengan pemakaian sumber daya input


sekecil mungkin.32

Dalam hal ini, efektivitas dan efisiensi memiliki pengertian


yang berbeda. Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan
pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna) sedangkan
efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.33

Selain itu, ada 7 (tujuh) prinsip dalam manajemen keuangan yaitu :

1) Consistency (Konsistensi)
Consistency atau disebut juga dengan konsistensi ialah suatu
prinsip yang mana sebuah sistem dan kebijakan keuangan
perusahaan sesuai dengan apa yang direncanakan, tidak berubah
dari setiap periode, tetapi yang harus ditekankan bahwa sebuah
sistem keuangan bukan berarti tidak bisa dilakukan penyesuaian
ketika terdapat sebuah perubahan signifikan dalam perusahaan.
Pendekatan keuangan yang tidak konsisten menjadi tanda bahwa
adanya manipulasi pada suatu pengelolaan keuangan
perusahaan.
2) Accountability (Akuntabilitas)
Accountability atau disebut dengan akuntabilitas ialah suatu
kewajiban hukum dan juga moral yang dimana melekat untuk
setiap individu, kelompok ataupun sebuah perusahaan dalam
memberikan penjelasan bagaimana dana ataupun suatu
kewenangan yang telah diberikan oleh pihak ketiga
dipergunakan. Pada setiap pihak harus memberikan penjelasan
dalam mengenai penggunaan sumber daya dan apa yang telah
dicapai suatu bentuk pertanggung jawaban kepada suatu yang

32
Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21,
(Jakarta: Universitas Krisnadwipayana, 2012), h.192
33
Ariel Sharon Sumenge, “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran
Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) Minahasa Selatan”, Jurnal EMBA,
Vol. 1, No.3 September 2014, h.75-76
29

berkepentingan, agar semua tahu bagaimana kewenangan dan


dana yang dimiliki itu dipergunakan.
3) Transparancy (Transparansi)
Transparancy atau yang disebut dengan transparansi ialah suatu
prinsip yang mana setiap dalam suatu kegiatan manajemen harus
terbuka baik dalam memberikan sebuah informasi tentang
rencana dan segala aktivitas bagi yang berkepentingan, termasuk
pada laporan keuangan yang wajar, lengkap, tepat waktu, dan
akurat yang bisa diakses dengan mudah oleh yang
berkepentingan, jika tidak transparan maka akan berdampak
suatu penyelewengan dalam kegiatan perusahaan.
4) Viability (Kelangsungan Hidup)
Viability atau yang disebut dengan kelangsungan hidup ialah
suatu prinsip yang mana untuk menekankan pada kesehatan
keuangan perusahaan terjaga, semua pengeluaran operasional
ataupun di dalam tingkat yang strategi harus disesuaikan dengan
dana yang ada, kelangsungan hidup entitas ialah ukuran suaru
tingkat keamanan serta dalam keberlanjutan keuangan
perusahaan. Dalam manajemen keuangan harus menyusun
rencana keuangan yang dimana menunjukkan bagaimana sebuah
perusahaan bisa menjalankan rencana strategisnya guna untuk
memenuhi kebutuhan keuangan.
5) Integrity (Integritas)
Integrity atau yang disebut dengan integritas ialah pada setiap
individu wajib memiliki tingkat integritas yang memumpuni
dalam menjalankan sebuah kegiatan operasional. Tidak hanya
itu, dalam pencatatan dan laporan keuangan harus terjaga
integritasnya dengan kelengkapan dan tingkat keakuratan dalam
suatu pencatatan keuangan.
6) Stewardship (Pengelolaan)
30

Stewardship atau disebut dengan pengelolaan iala suatu prinsip


yang dimana bisa mengelola dengan baik dana yang telah
didapatkan dan dalam memberikan jaminan akan dana yang
diperolah tersebut untuk direalisasikan tujuan yang telah
ditetapkan, didalam prakteknya dilakukan dengan hati-hati
dengan membuat sebuah perencanaan strategis,
mengidentifikasi risiko keuangan yang ada serta untuk
menyusun dan membuat sistem pengendalian keuangan yang
sesuai.
7) Accounting Standards (Standar Akuntansi)
Accounting standards atau disebut dengan standar akuntansi
ialah sebuah sistem akuntansi keuangan yang harus sesuai
dengan sebuah prinsip-prinsip dan standar aturan akuntansi yang
berlaku yang bertujuan agar laporan keuangan yang dihasilkan
bisa dengan mudah dipahami dan dimengerti dari semua pihak
yang berkepentingan.34

Jadi, dalam melakukan manajemen keuangan sekolah perlu


memperhatikan beberapa prinsip agar manajemen keuangan dapat
berjalan dengan baik, yaitu dengan menerapkan prinsip keadilan,
transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisien.

e. Sumber-Sumber Keuangan Sekolah


Penerimaan sumber biaya pendidikan ditegaskan dapam
Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, disebutkan bahwa pendanaan pendidikan menjadi
tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.35

34
www.seputarilmu.com (diakses pada, 13 Oktober 2016 / Pukul : 16.50)
35
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN
2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN
31

Senada dengan hal ini, Umaedi menyatakan bahwa sumber


pembiayaan sekolah dapat bersumber dari : (1) pemerintah, (2)
masyarakat termasuk dana dari orang tua / masyarakat / dunia usaha,
dan (3) sumber lainnya, misalnya hibah atau pinjaman sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.36
Selain itu, sumber keuangan sekolah berasal dari enam
sumber yaitu :
1) Dana dari Pemerintah
Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran Rutin
dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada
semua sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim disebut
dana rutin. Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK
biasanya ditentukan berdasarkan jumlah siswa kelas I, II, dan III.
Mata anggaran dan besarnya dana untuk masing-masing jenis
pengeluaran sudah ditentukan Pemerintah di dalam DIK.
Pengeluaran dan pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana
rutin (DIK) harus benar-benar sesuai dengan mata anggaran
tersebut.
Selain DIK, Pemerintah sekarang juga memberikan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana ini diberikan secara
berkala yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan
operasional sekolah.
2) Dana dari Orang Tua Siswa
Pendanaan dari masyarakat ini dikenal dengan istilah iuran
Komite. Besarnya sumbangan dana yang harus dibayar oleh
orang tua siswa ditentukan oleh rapat Komite sekolah. Pada
umumnya dana Komite terdiri atas :

36
Dedi Koswara, Manajemen Keuangan Sekolah, www.wordpress.com (diakses pada,
Sabtu 15 April 2017 / Pukul: 15.34)
32

a) Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar


oleh orang tua setiap bulan selama anaknya menjadi siswa di
sekolah.
b) Dana incidental yang dibebankan kepada siswa baru yang
biasanya hanya satu kali selama tiga tahun menjadi siswa
(pembayarannya dapat diangsur).
c) Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua
siswa tertentu yang dermawan dan bersedia memberikan
sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.
3) Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak
mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang
menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu
sekolah. Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut
merupakan wujud dari kepeduliannya karena merasa terpanggil
untuk turut membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang
diterima dari perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan
ataupun dari badan usaha baik milik pemerintah maupun milik
swasta.
4) Dana dari Alumni
Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan mutu
sekolah tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-buku,
alat dan perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun oleh
sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela yang
tidak mengikat dari mereka yang merasa terpanggil untuk turut
mendukung kelancaran kegiatan-kegiatan demi kemajuan dan
pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima langsung
dari alumni, tetapi ada juga yang dihimpun melalui acara reuni
atau lustrum sekolah.
5) Dana dari Peserta Kegiatan
33

Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat


yang menikmati pelayanan kegiatan pendidikan tambahan atau
ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa
Inggris atau keterampilan lainnya.
6) Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk
mendapatkan dana. Dana ini merupakan kumpulan hasil
berbagai kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapat
dilakukan oleh staf sekolah atau para siswa, misalnya koperasi,
kantin sekolah, bazar tahunan, wartel, usaha fotokopi, dan lain-
lain.37

Dari penjelasan diatas, maka sumber-sumber keuangan


sekolah dapat dikelompokkan berdasarkan tiga sumber yaitu : (1)
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah, (2) orang tua, (3)
masyakarat.

f. Perencanaan
Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan merupakan
potensi yang sangat menentukan. Sekolah sebagai unit kerja yang
bertugas mengelola keuangan yang diperolehnya dari berbagai
sumber, memiliki kewenangan dalam penggunaannya untuk
berbagai kebutuhan seperti untuk membiayai proses belajar
mengajar, melengkapi sarana sekolah, meningkatkan kesejahteraan
pegawai sekolah, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, keuangan sekolah betul-betul menjadi urat
nadi dalam terlaksananya program pengajaran di suatu sekolah yang
menuntut terencananya keuangan yang profesional. Perencanaan
keuangan sekolah yang disusun secara baik akan sekaligus

37
Manahan Tampubolon, Perencanaan dan Keuangan Pendidikan, (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2015), h.231-233
34

merupakan kebijaksanaan penggunaannya di sekolah dan akan


mempermudah melaksanakan kegiatan pengawasannya.
Perencanaan dalam manajemen keuangan sekolah ialah
kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang kegiatan
pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah.
Perencanaan menghimpun sejumlah sumber daya yang diarahkan
untuk mencapai suatu tujuan berhubungan dengan anggaran sebagai
penjabaran suatu rencana ke dalam bentuk dana untuk setiap
komponen kegiatan.38
Pada tahap perencanaan, analisis kebutuhan pengembangan
sekolah dalam kurun waktu tertentu menjadi fokus utama yang perlu
diperhatikan. Kebutuhan dalam satu tahun anggaran, lima tahun,
sepuluh tahun, bahkan dua puluh lima tahun. Perencanaan dibuat
oleh kepala sekolah, guru, staf sekolah, dan pengurus komite
sekolah. Mereka mengadakan pertemuan untuk menentukan
kebutuhan dan menentukan kegiatan sekolah dalam kurun waktu
tertentu.
Berdasarkan analisis ini, diperoleh banyak kegiatan yang
perlu dilakukan sekolah dalam satu tahun, lima tahun, sepuluh
tahun, atau bahkan dua puluh lima tahun. Untuk itu, perlu diurutkan
tingkat kebutuhan kegiatan dari yang paling penting sampai kegiatan
pendukung yang mungkin bisa ditunda pelaksanaannya. Hal ini
terkait dengan tersedianya waktu, keberadaan tenaga, dan jumlah
dana yang tersedia atau yang bisa diupayakan ketersediaannya.39
Perencanaan adalah suatu proses yang rasional dan
sistematis dalam menetapkan langkah-langkah kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian tersebut mengandung unsur-unsur bahwa di dalam
perencanaan ada proses, ada kegiatan yang rasional dan sistematis,

38
Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h.159
39
Minarti, Op.cit., h.223-224
35

serta adanya tujuan yang akan dicapai. Perencanaan sebagai proses,


artinya suatu kejadian membutuhkan waktu, tidak dapat terjadi
secara mendadak. Perencanaan sebagai kegiatan rasional, artinya
melalui proses pemikiran yang didasarkan pada data rill dan analisis
yang logis, yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tidak
didasarkan pada ramalan yang intuitif. Perencanaan sebagai
kegiatan yang sistematis, berarti perencanaan meliputi tahap-tahap
kegiatan. Kegiatan yang satu menjadi landasan tahapan berikutnya.
Tahapan kegiatan tersebut dapat dijadikan panduan sehingga
penyimpangan dapat segera diketahui dan dilaksanakan tidak
menyimpang dari arah yang ditentukan.
Hal yang perlu diperhatikan di dalam perencanaan keuangan
sekolah antara lain menganalisis program kegiatan dan prioritasnya,
menganalisis dana yang ada, dan yang mungkin bisa diadakan dari
berbagai sumber pendapatan dari berbagai kegiatan.40
Dalam perencanaan, pembiayan mencakup dua kegiatan
yang sangat esensial, yaitu :
1) Penyusunan Anggaran Pembiayaan atau Anggaran Belanja
Sekolah (ABS). Hal ini biasanya dikembangkan dalam format
yang meliputi :
a) Sumber pendanaan (uang) yang harus
dipertanggungjawabkan, yakni dana pembangunan
pendidikan (DPP), operasi perawatan fasilitas (OPF), dan
lain-lain.
b) Pengeluaran untuk kegiatan pembelajaran, pengadaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana, bahan-bahan dan alat
pelajaran, honorium, dan kesejahteraan.
2) Pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS). Kegiatan ini sebagai lanjutan dari poin di

40
Ibid., h.228
36

atas (penyusunan anggaran belanja sekolah).41 RAPBS ini


memuat jenis dan besarnya pendapatan serta jenis dan besarnya
pengeluaran sekolah. Besarnya pengeluaran sekolah harus
berlandaskan kepada besarnya pendapatan yaitu pengeluaran
tidak boleh lebih besar dari penerimaan (asas anggaran
berimbang).42
RAPBS harus berdasarkan pada rencana pengembangan sekolah
dan merupakan bagian dari rencana operasional tahunan. Dalam
penyusunan RAPBS tersebut harus melibatkan kepala sekolah,
guru, komite sekolah, staf TU dan komunitas sekolah. RAPBS
perlu disusun pada setiap tahun ajaran sekolah dengan
memastikan bahwa alokasi anggaran bisa memenuhi kebutuhan
sekolah secara optimal.43
Pelibatan para guru dan pengurus komite sekolah ini akan
diperoleh rencana yang mantap, dan secara moral semua guru,
kepala sekolah, dan pengurus komite sekolah merasa
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan rencana tersebut.44
Prinsip penyusunan RAPBS, antara lain :
a) RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan
pembelajaran murid secara jujur, bertanggung jawab, dan
transparan.
b) RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas,
dan dipajang di tempat terbuka di sekolah.
c) Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara
saksama memprioritaskan pembelanjaan dana sejalan dengan
rencana pengembangan sekolah.

Proses penyusunan RAPBS meliputi :

41
Ibid, h.229
42
Matin, Op.cit., h.77
43
Tampubolon, Op.cit., h.234
44 Minarti, Op.cit., h.231
37

a) Menggunakan tujuan jangka menengah dan tujuan jangka


pendek yang ditetapkan dalam rencana pengembangan
sekolah.
b) Menghimpun, merangkum, dan mengelompokkan isu-isu
dan masalah utama ke dalam berbagai bidang yang luas
cakupannya.
c) Menyelesaikan analisis kebutuhan.
d) Memprioritaskan kebutuhan.
e) Mengonsultasikan rencana aksi yang ditunjukkan /
dipaparkan dalam rencana pengembangan sekolah.
f) Mengidentifikasi dan memperhitungkan seluruh sumber
pemasukan.
g) Menggambarkan rincian (waktu, biaya, orang yang
bertanggung jawab, pelaporan dan sebagainya), dan
mengawasi serta memantau kegiatan dari tahap perencanaan
menuju tahap penerapan hingga evaluasi.45

Jika dianalisis pembuatan perencanaan keuangan, dapat


dirumuskan sikuensi perencanaan keuangan yang strategis sebagai
berikut : (1) misi (mission), (2) tujuan jangka panjang (goals), (3)
tujuan jangka pendek (objectives), (4) program, layanan, aktivitas
(programs, services, activities), tujuan jangka panjang, tujuan
jangka pendek berdasarkan kondisi riil unit sekolah (site-based unit
goals and objectives), (5) target, baik output maupun outcomes, (6)
anggaran (budget), dan (7) perencanaan keuangan yang strategis
(strategic financial plan).

Analisis sumber-sumber dana dan jumlah nominal yang


mungkin diperoleh dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai
dengan hasil analisis yang dilakukan. Perpaduan analisis kegiatan
dan sumber dana serta menyangkut waktu pelaksanaannya ini sering

45
Tampubolon, Op.cit., h.234
38

menghasilkan apa yang dinamakan Rencana Anggaran Pendapatan


dan Belanja Sekolah (RAPBS). Setiap sekolah wajib menyusun
RAPBS sebagaimana diamanatkan di dalam pasal 53 Peraturan
Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
yaitu Rencana Kerja Tahunan hendaknya memuat rencana anggaran
pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja satu
tahun.

RAPBS merupakan rencana perolehan pembiayaan


pendidikan dari berbagai sumber pendapatan serta susunan program
kerja tahunan yang terdiri dari sejumlah kegiatan rutin serta
beberapa kegiatan lainnya disertai rincian rencana pembiayaannya
dalam satu tahun anggaran. Dengan demikian, RAPBS berisi ragam
sumber pendapatan dan jumlah nominalnya, baik rutin maupun
pembangunan, ragam pembelanjaan, dan jumlah nominalnya dalam
satu tahun anggaran. Proses penyusunan RAPBS perlu
memerhatikan asas anggaran antara lain, asas kecermatan, asas
terinci, asas keseluruhan, asas keterbukaan, asas periodik, dan asas
pembebanan.46

Karena kegiatan penyusunan/perencanaan keuangan sekolah


memerlukan data yang akurat dan lengkap agar kebutuhan sekolah
untuk masa yang akan datang dapat terpenuhi dengan anggaran yang
telah ditetapkan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan keuangan keuangan sekolah. Menurut Morphet
(1975) sebagai berikut :

1) Mengganti beberapa peraturan dan prosedur yang tidak efektif


sesuai dengan perkembangan kebutuhan masyarakat akan
pendidikan.

46Minarti, Op.cit., h.229-


231
39

2) Melakukan perbaikan terhadap peraturan dan input lain yang


relevan dengan merancang pengembangan sistem secara efektif.
3) Melakukan pengawasan dan penilaian terhadap proses dan hasil
secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai bahan
perencanaan tahap berikutnya.47

Berdasarkan penjelasan diatas, maka perencanaan keuangan


adalah kegiatan merencanakan sumber dana untuk menunjang
kegiatan pendidikan dan tercapainya tujuan tujuan pendidikan di
sekolah. Perencanaan keuangan mencakup dua kegiatan yaitu : (1)
Penyusunan Anggaran Pembiayaan atau Anggaran Belanja Sekolah
(ABS), (2) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS).

g. Pengorganisasian
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-
tugas pada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan. Karena
tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat diselesaikan oleh satu
orang saja, maka tugas-tugas ini dibagi untuk dikerjakan oleh masing-
masing organisasi.

Pengorganisasian menurut Gibson, at al (1982) meliputi semua


kegiatan manajerial yang dilakukan untuk mewujudkan kegiatan yang
direncanakan menjadi suatu struktur tugas, wewenang, dan menentukan
siapa yang akan melaksanakan tugas tertentu untuk mencapai tugas
yang diinginkan organisasi.

Dalam pengorganisasian bukan hanya mengidentifikasikan


jabatan dan menentukan hubungan, namun yang paling penting adalah
mempertimbangkan orang-orangnya dengan memperhatikan

47
Mulyono, Op.cit., h.163-164
40

kebutuhannya agar berfungsi dengan baik. Koontz, at al (1986)


mengemukakan pengorganisasian adalah penetapan struktur peranan
internal dalam suatu lembaga yang terorganisasi secara formal. Oleh
karena itu pengorganisasian yang efektif dapat membagi habis (merata)
dan menstrukturkan tugas-tugas kedalam sub-sub komponen
organisasi.

Menurut Sergiovanni (1987:315) : “Four kompeting


requirements for organizing that should be considered are legetimacy,
efficiency, effectiveness, and excelence”. Berdasarkan pendapat ini
bahwa ada empat syarat yang harus dipertimbangkan dalam
pengorganisasian, yaitu legitimasi (legetimacy), efisiensi (efficiency),
keefektifan (effectiveness), dan keunggulan (exelence).

Legitimasi sekolah memberikan respon dan tuntutan eksternal,


yaitu sekolah mampu menampilkan performansi organisasi yang dapat
meyakinkan pihak-pihak terkait akan kemampuan sekolah mencapai
tujuan melakukan tindakan melalui sasaran. Efisiensi dalam
pengorganisasian pengakuan terhadap sekolah pada penggunaan waktu,
uang, dan sumber daya yang terbatas dalam mencapai tujuannya, yaitu
menentukan alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, dana, dan
sumber daya sekolah.

Keefektifan dalam pengorganisasian sekolah menggambarkan


ketepatan pembagian tugas, hak, tanggung jawab, hubungan kerja
bagian-bagian organisasi, dan menentukan personel (guru dan non
guru) melaksanakan tugasnya. Sedangkan keunggulan dalam
pengorganisasian menggambarkan kemampuan organisasi dan kepala
sekolah melaksanakan fungsi dan tugasnya sehingga dapat
meningkatkan harga diri dan kualitas sekolah.

Quigley, Joseph V. (1993:41) mengemukakan ada lima


kesuksesan organisasi yakni : (1) kualitas (quality), yaitu organisasi
41

memberikan kualitas pelayanan yang tertinggi kepada pelanggan


(customers) untuk menjamin kepuasan mereka, (2) pertumbuhan
(growth), yaitu menjamin adanya pertumbuhan jangka panjang dan
pertumbuhan pasar secara kompetitif, (3) orang-orang (people), yaitu
menjamin bahwa pemerintah dan satuan pendidikan mempunyai orang-
orang yang diperlukan untuk mengemban misi, (4) tingkah laku etis
(ethical conduct) yaitu mengatur bisnis organisasi dalam tindakan yang
konsisten yang mengacu kepada kualitas pendidikan sebagai standar
pertumbuhan utama dari organisasi dan memaksimalisasi nilai-nilai
pencapaian misi, dan (5) keuangan (financial), yaitu kemampuan
memelihara dan mengelola keuangan atau anggaran secara konsisten
sebagai faktor utama pertumbuhan organisasi dan memaksimalkan nilai
para pemakainya.48

1) Langkah-langkah pengorganisasian
 Memahami tujuan institusional.
 Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam
usaha mencapai tujuan institusional.
 Kegiatan yang serumpun (sejenis) dikelompokkan dalam satu
unit kerja.
 Menetapkan fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab setiap
unit kerja.
 Menetapkan personal (jumlah dan kualifikasinya) setiap unit
kerja.
 Menentukan hubungan kerja antarunit kerja.
2) Prinsip-prinsip pengorganisasian
 Tujuan organisasi sebagai acuan dalam proses menstrukturkan
kerjasama.

48
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2013),
h.49-52
42

 Kesatuan tujuan, sasaran-sasaran unit kerja harus bermuara


pada tujuan organisasi.
 Kesatuan komando: struktur organisasi harus dapat
menggambarkan sumber kewenangan yang berhak
menentukan kebijakan.
 Span of control: harus memerhatikan batas kemampuan
manajer dalam mengoordinasikan unit kerja yang ada.
 Pelimpahan wewenang: keterbatasan kemampuan manajer
diatasi dengan melimpahkan wewenang kepada staf yang ada.
 Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab, makin berat
tanggung jawab yang diberikan makin besar wewenang yang
dilimpahkan.
 Bertanggung jawab: meskipun sudah melimpahkan tanggung
jawab kepada staf, manajer tetap bertanggung jawab kepada
apa yang dilimpahkannya.
 Pembagian kerja: manajer harus dapat membagi habis semua
pekerjaan yang ada.
 The right-man on the right-place: menetapkan personalia yang
sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
 Hubungan kerja: merupakan rangkaian hubungan fungsional
(horizontal) dan hubungan tingkat kewenangan (vertikal).
 Efisiensi: struktur organisasi mengacu pada pencapaian hasil
yang optimal.
 Koordinasi: rangkaian kerja sama perlu dikoordinasikan,
diintegrasikan, disederhanakan dan disinkronisasikan.49

Jadi, pengorganisasian adalah tingkat kemampuan pimpinan


sebagai pengambil kebijakan pada birokrasi pemerintah dan kepala
sekolah sebagai pimpinan kegiatan pembelajaran. Para pimpinan ini
melakukan semua kegiatan manajerial untuk mewujudkan hasil yang

49
Mulyono, Op.cit, h. 27-28
43

direncanakan dengan menentukan sasaran, menentukan struktur tugas,


wewenang dan tanggung jawab, dan menentukan fungsi-fungsi setiap
personel sehingga terlaksananya tugas pada berbagai unsur organisasi.
Pengorganisasian adalah tingkat kemampuan pimpinan dan juga kepala
sekolah menentukan sasaran, pembagian pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab, menentukan personel pelaksana tugas, menentukan
alat-alat yang diperlukan, pengalokasian waktu, mengalokasikan dan
menggunakan dana, dan pemanfaatan sumber daya sekolah. 50

h. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut atas
pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator, dan bendaharawan.
Otorisator adalah pejabat yang berwenang untuk mengambil tindakan
yang mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran anggaran. Ordonator
adalah pejabat yang berwenang melakukan pengujian dan
memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang dilakukan
berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan. Sementara, bendaharawan
adalah pejabat yang berwenang melakukan penerimaan, penyimpanan,
dan pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat
dinilai dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban.

Kepala sekolah, sebagai manajer berfungsi sebagai otorisator,


dan dilimpahi fungsi ordonator untuk memerintahkan pembayaran.
Namun, tidak dibenarkan melaksanakan fungsi bendaharawan karena
berkewajiban melakukan pengawasan. Bendaharawan, selain
mempunyai fungsi sebagai bendaharawan, juga dilimpahi fungsi
ordonator untuk menguji hak atas pembayaran.51

50
Sagala, Op.cit, h.52
51
Mulyono, Op.cit., h.161-162
44

Pembukuan adalah kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan


teknis akuntansi yaitu melakukan pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran transaksi-transaksi keuangan. Akuntansi selain
melakukan pembukuan, juga melakukan pemeriksaan, penyusunan
laporan keuangan, penafsiran laporan, dan lain sebagainya. Jadi,
akuntansi tidak lain merupakan kegiatan penatausahaan keuangan suatu
unit kerja. Pada pembukuan, dibicarakan “bagaimana cara mencatat”,
sedangkan pada akuntansi selain itu dibicarakan pula segala prosedur
yang berkaitan dengan ungkapan “mengapa” dan “untuk apa”.52

Pelaksanaan kegiatan pembelanjaan keuangan mengacu kepada


perencanaan yang telah ditetapkan. Mekanisme yang ditempuh di
dalam pelaksanaan kegiatan harus benar, efektif, dan efisien. Oleh
sebab itu, penggunaan anggaran memerhatikan asas umum pengeluaran
negara, yaitu manfaat penggunaan uang negara minimal harus sama
apabila uang tersebut dipergunakan langsung oleh masyarakat. Asas ini
tercermin dalam prinsip-prinsip yang dianut dalam pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), seperti prinsip efisien,
pola hidup sederhana, dan sebagainya. Setiap melaksanakan kegiatan
yang memberatkan anggaran belanja, ada ikatan-ikatan yang berupa
pembatasan-pembatasan, larangan-larangan, keharusan-keharusan, dan
prinsip-prinsip yang harus diperhatikan setiap petugas yang diberi
wewenang dan kewajiban mengelola uang negara.

Pelaksanaan pembiayaan/keuangan secara garis besar dapat


dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yaitu :

1) Penerimaan pembiayaan pendidikan sekolah dari sumber-sumber


dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang
selaras dengan ketetapan yang disepakati.

52
Matin, Op.cit., h.140
45

2) Pengeluaran, yakni dana yang sudah diperoleh dari berbagai sumber


perlu digunakan secara efektif dan efisien. Artinya, perolehan dana
dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan
yang telah disesuaikan dengan perencanaan pembiayaan pendidikan
di sekolah.

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah, perlu


adanya pengelolaan sumber daya yang terpadu antara sumber daya
manusia, sarana, dan prasarana serta dana. Ketiganya saling terkait satu
sama lain. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk mengatur
keuangan sekolah dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada kegiatan
yang semestinya mendapat prioritas pendanaan, tapi tidak memperoleh
anggaran.

Selanjutnya, bendaharawan sekolah dalam mengelola keuangan


hendaknya memerhatikan beberapa hal berikut ini :

1) Hemat dan sesuai dengan kebutuhan


2) Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana
3) Tidak diperkenankan untuk kebutuhan yang tidak menunjang
proses belajar mengajar, seperti ucapan selamat, hadiah, dan pesta.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diterapkan manajemen


yang tertib meliputi tertib program, tertib anggaran, tertib administrasi,
tertib pelaksanaan, dan tertib pengendalian dan pengawasan. Untuk
menunjang terlaksananya pengelolaan keuangan yang baik, kepala
sekolah hendaknya memerhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Perlengkapan administrasi keuangan, yaitu sekolah memiliki


tempat khusus untuk menyimpan perlengkapan administrasi
keuangan, memiliki alat hitung dan memiliki buku-buku yang
dibutuhkan.
2) RAPBS, yaitu sekolah memiliki RAPBS yang telah disahkan oleh
Kepala Sekolah, Komite Sekolah, serta pejabat yang berwenang,
46

misalnya Kepala Dinas Pendidikan setempat, serta memiliki


program penjabarannya sebagai acuan dalam setiap penggunaan
dan pelaporan keuangan sekolah.
3) Pengadministrasian keuangan, yaitu sekolah memiliki catatan
logistik (uang dan barang) sesuai dengan mata anggaran dan sumber
dananya masing-masing, sekolah memiliki buku setoran ke
bank/KPKN/yayasan, memiliki daftar penerimaan gaji/honor guru
dan tenaga kerja lainnya, dan yang terakhir sekolah memiliki
laporan keuangan triwulan dan tahunan.

Pada ranah ini, juga kepala sekolah bertindal sebagai manajer


keuangan sekolah yang berfungsi sebagai :

1) Menganalisis dan merencakan pembelanjaan sekolah


2) Mengelola penanaman modal dalam aktiva
3) Mengatur struktur finansial dan struktur modal

Untuk melaksanakan tugas tersebut, di tiap lembaga pendidikan


memiliki pengelola keuangan yang disebut “bendaharawan”.
Bendaharawan adalah orang yang diberi tugas penerimaan,
penyimpanan, dan pembayaran atau penyerahan uang atau kertas
berharga. Bendaharawan berkewajiban mengirimkan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang perhitungan mengenai pengurusan
yang dilakukan. Bendaharawan sekolah memiliki tugas menerima,
mencatat, dan mengeluarkan keuangan sesuai dengan anggaran yang
disetujui oleh kepala sekolah. Pengurusan kebendaharawanan yang
dilakukan oleh bendaharawan dalam bentuk perbuatan menerima,
menyimpan, dan membayar atau menyerahkan uang atau kertas
berharga, dan barang-barang, baik milik negara maupun milik pihak
ketiga yang pengurusannya dipercayakan pada negara.53

53
Minarti, Op.cit., h.239-243
47

Ada beberapa dasar hukum yang dipakai sebagai pedoman


dalam penyelenggaraan pembukuan keuangan pendidikan di Indonesia,
yaitu Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
KEP-332/MK/V/9/68 tanggal 26 September 1968, dan Nomor
217/KMK.03/1990 tanggal 22 Februari 1990; Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1984; Intruksi Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2/K/1982 tanggal 31 Maret 1982;
dan Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan
SE-39/A/1990 tanggal 14 Maret 1990.

Buku-buku yang dipakai untuk mencatat transaksi keuangan


pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
secara garis besar dibagi dua, yaitu buku kas umum skontro dan buku
kas umum tabelaris.54

1) Buku Kas Umum Skontro


Merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan pencatatan semua
bukti transaksi penerimaan dan pembayaran yang dilakukan oleh
bendaharawan dalam pengelolaan anggaran yang sudah disediakan.
Buku ini bersifat sederhana, belum dapat menunjukkan berapa
jumlah penerimaan, jumlah pembayaran, maupun saldo pada suatu
saat secara cepat dari salah satu mata anggaran pengeluaran. Semua
yang dicatat pada buku kas umum skontro merupakan data penting
untuk bahan pelaporan dan pemeriksaan.
Tabel 2. 1: Format Buku Kas Umum Skontro
Bulan : ........................
No Tgl Uraian No. Jmlh No Tgl Uraian No. Jmlh
SPM BE/BP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

54
Matin, Op.cit. h.140-141
48

Jumlah Jumlah
Penutupan Penutupan
Mengetahui/Menyetujui Saldo sebesar Rp. ........ ................................
Pimpinan terdiri dari : Bendaharawan
-uang tunai pada Kas : Rp. .....
-pada Rekening Bank : Rp. ......

NIP. NIP.

Karena bersifat sederhana, maka buku kas umum skontro harus


dilengkapi dengan buku pembantu, yaitu : buku pembantu bank,
buku pembantu kas tunai, buku pengawas uang yang harus
dipertanggungjawabkan, buku pembantu pengawasan kredit
permata anggaran pengeluaran, dan buku pembantu lainnya seperti
buku pajak dan buku panjar kerja.55

a) Buku Pembantu Bank


Buku ini digunakan untuk mencatat penyetoran dan
pengambilan atau pembayaran melalui bank. Dalam sistem
pembayaran baru, peranan bank menjadi semakin menonjol,
karena penerimaan bendaharawan yang disalurkan melalui
Kantor Perbendaharaan Kas Negara (KPKN) harus melalui
bank tempat bendaharawan membuka rekeningnya, mengingat
semua pembayaran yang dilakukan oleh KPKN berupa giral.56
Tabel 2. 2 : Format Buku Pembantu Bank
Bulan : ...................
No Tgl Uraian No. Penerimaan Pengeluaran Saldo
Bukti
1 2 3 4 5 6 7

55 Matin, Op.cit. h.141-142


56 Ibid, h.142-143
49

Jumlah saldo akhir


bulan ini
....................,...........
Bendaharawan

NIP.

b) Buku Pembantu Kas Tunai


Buku pembantu kas tunai digunakan untuk mencatat
penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan melalui kas tunai.

Tabel 2. 3 : Format Buku Pembantu Kas Tunai


Bulan : ...................
No Tgl Uraian No. Penerimaan Pengeluaran Saldo
Bukti
1 2 3 4 5 6 7

Jumlah saldo akhir


bulan ini
....................,...........
Bendaharawan

NIP.

c) Buku Pengawas UYHD (Uang Yang Harus


Dipertanggungjawabkan)
Buku ini digunakan untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran dana yang harus dipertanggungjawabkan yang
berasal dari KPKN.

Tabel 2. 4 : Format Buku Pengawas UYHD


50

Bulan : ...................
No Tgl Uraian No. Penerimaan Pengeluaran Saldo
Bukti
1 2 3 4 5 6 7

Jumlah saldo yang


dipindah
....................,...........
Bendaharawan

NIP.

d) Buku Pembantu Pengawas Kredit Per MAK (Mata Anggaran


Pengeluaran)
Buku ini digunakan untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran untuk satu jenis MAK, agar pengeluaran tidak
melampaui dana yang disediakan.57
Tabel 2. 5 : Format Buku Pembantu Pengawas Kredit
PAGU KREDIT ANGGARAN
MAK : Semula Revisi Revisi
Kode Kegiatan : I II

No Tgl BP/BK Perihal Pemba Sisa Cara Posisi


SPM yaran Kredit Pembayaran Penggantian
No. Keterangan
SPM- DU SPM- BLM-
LS GU GU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

57Ibid, h.144-
146
51

Jumlah
dipindah
kan

........................, .................
Bendaharawan

NIP

e) Buku Pembantu Lainnya (Buku Pajak dan Buku Panjar Kerja)


Buku ini digunakan untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran dana yang berasal dari sumber-sumber lainnya
yang berfungsi sebagai penunjang buku utama jika ada
kekeliruan pencatatan dapat dengan mudah melacaknya.
Banyaknya buku pembantu lainnya ini tergantung kepada ruang
lingkup tugas dari instansi yang bersangkutan. Buku-buku ini
digunakan untuk mencatat sesuai transaksi yang berkenaan
dengan jenisnya.58
Tabel 2. 6 : Format Buku Pembantu Pajak
Bulan : ................
No Tgl Uraian Penerimaan Jmlh No Tgl Uraian Pengeluaran Jmlh
PPN PPh PPN PPh
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tabel 2. 7 : Format Buku Pembantu Panjar Kerja


Bulan : ................
No Tanggal Uraian Pengembalian Pembayaran Keterangan

1 2 3 4 5 6

58Ibid, h.146-147
52

Jumlah

2) Buku Kas Umum Tabelaris


Merupakan buku yang digunakan untuk mencatat semua
penerimaan dan pengeluaran yang terdiri dari banyak kolom, yang
masing-masing kolom berfungsi sebagai buku pembantu seperti
buku kas umum skontro.59

Jadi, pembukuan adalah kegiatan yang berkaitan dengan


pelaksanaan teknis akuntansi yaitu pencatatan, penggolongan, dan
pengikhtisaran transaksi-transaksi keuangan.

i. Pengawasan
Pengawasan (controlling) adalah suatu kegiatan melihat,
memerhatikan, memonitor, memeriksa, menilai, dan melaporkan
pelaksanaan suatu program kerja yang telah direncanakan sebelumnya
dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ada dalam
perencanaan.
Membahas tentang pengawasan penggunaan anggaran
pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan mengenai konsep
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan rencana dan program pendidikan.
Efisiensi menunjuk kepada suatu rasio antara masukan dan keluaran
yaitu sistem dikatakan efisien jika sistem itu menghasilkan keluaran
yang cukup atau bahkan lebih dari yang ditargetkan dengan
menggunakan sumber daya yang minimal. Sementara efektivitas adalah

59Ibid, h.147
53

menunjuk kepada suatu rasio antara keluaran yang diinginkan dengan


keluaran yang ingin dicapai. Jika keluaran yang diinginkan cocok
dengan keluaran yang ingin dicapai, maka hal ini berarti tujuan tercapai
secara efektif. 60
Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari tiga kegiatan
pokok, yaitu :
1) Memantau (monitoring)
2) Menilai
3) Melaporkan hasil-hasil temuan, kegiatan atau monitoring dilakukan
terhadap kinerja aktual (actual perfomance), baik dalam proses
maupun hasilnya. Aktivitas yang sedang dan telah dilakukan
terhadap kinerja aktual (actual performance), baik dalam proses
maupun hasilnya.

Aktivitas yang sedang dan telah dilaksanakan diukur


berdasarkan kriteria-kriteria yang telah digariskan dalam perencanaan.
Apakah terdapat penyimpangan (deviasi) maka diusahakan adanya
perbaikan atau korelasi yang direkomendasikan kepada pimpinan
evaluasi.

Proses pengawasan yang dikemukakan Sriprinya Ramakomud


dapat digambarkan sebagai berikut :

Input Proses Output

Actual Performance Monitoring Indicative

Evaluasi Information

Reporting Recomendati

on

Gambar 2. 1 : Model Sistem Pengawasan


Dalam proses pengawasan terdapat berbagai unsur yang perlu
mendapat perhatian, yaitu :

60
Ibid, h. 185
54

1) Unsur proses, yaitu usaha yang bersifat kontinu terhadap suatu


tindakan yang dimiliki dari pelaksanaan suatu rencana sampai
dengan hasil akhir yang diharapkan.
2) Unsur adanya objek pengawasan, yaitu sesuatu yang menjadi
sasaran pengawasan, baik penerimaan maupun pengeluaran.
3) Ukuran atau standarisasi dari pengawasan.
4) Teknik-teknik pengawasan.

Langkah-langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam


proses pengawasan, yaitu :

1) Penetapan standar atau patokan yang dipergunakan berupa ukuran


kuantitas, kaulitas, biaya, dan waktu.
2) Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya
dengan standar yang telah ditetapkan.
3) Mengidentifikasikan penyimpangan (deviasi).
4) Menentukan tindakan perbaikan atau koreksi yang kemudian
menjadi materi rekomendasi.61

Pengawasan selain sebagai usaha untuk menjaga agar suatu


pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, tetapi juga dapat
berfungsi untuk memperkecil timbulnya hambatan-hambatan yang
terjadi dalam pelaksanaannya dengan cara melakukan tindakan-
tindakan perbaikan. Jika terjadi kesalahan atau penyimpangan maka
diusahakan segera dilakukan perbaikan supaya kesalahan tersebut
jangan terulang kembali.

Pengawasan penggunaan anggaran pendidikan dapat


dikategorikan ke dalam empat kategori, yaitu :

1) Pengawasan Melekat

61
Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2009), h.66-67
55

Adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh atasan langsung


kepada bawahannya atau pengawasan terhadap kinerja bawahan
dilaksanakan oleh atasan langsungnya bukan oleh pihak lain.
Atasan langsung meskipun tidak memiliki jabatan sebagai
pengawas, tetapi ia memiliki fungsi pengawasan yang melekat pada
jabatannya sebagai kepala bagian atau sebagai pimpinan suatu unit
kerja.
2) Pengawasan Fungsional
Adalah pengawasan yang dilaksanakan oleh aparat yang berfungsi
sebagai pengawas (pekerjaannya sebagai pengawas). Aparat
fungsional yang melakukan pengawasan keuangan di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ialah :
a) Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
beserta jajarannya.
b) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
c) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
d) Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan dan Industri serta
Pengawasan Pembangunan.
e) Tim Koordinasi Pengawasan yang dipimpin oleh Wakil
Presiden.
3) Pengawasan Legislatif
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh badan legislatif, yaitu oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terhadap pelaksanaan rencana
dan program kerja pemerintah.
4) Pengawasan Mayarakat
Adalah pengawasan yang dilakukan oleh anggota masyarakat baik
anggota masyarakat secara individual maupun berkelompok dengan
cara melihat, memerhatikan, memonitor, menilai, dan melaporkan
pelaksanaan kegiatan satuan unit kerja, terutama unit kerja
56

pemerintah melalui pengiriman surat pengaduan kepada pimpinan


kementerian atau melalui kotak pos.62

Jadi, pengawasan adalah suatu kegiatan melihat, memerhatikan,


memonitor, memeriksa, menilai, dan melaporkan pelaksanaan suatu
program kerja yang telah direncanakan sebelumnya dengan tujuan agar
kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan
apa yang telah direncanakan.

3. Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata efektivitas berasal
dari Bahasa Inggris, yaitu effective yang bermakna “1) ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya), 2) manjur atau mujarab
(tentang obat), 3) dapat membawa hasil, berhasil guna (tentang
usaha atau tindakan)”.63 Kamus ilmiah populer mendefinisikan
efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
menunjang tujuan.
Menurut Lipham dan Hoel (1987) yang dikutip E.Mulyasa
meninjau efektivitas suatu kegiatan dari faktor pencapaian
tujuan, yang memandang bahwa “efektivitas berhubungan
dengan pencapaian tujuan bersama bukan pencapaian tujuan
pribadi. Suatu organisasi dan lembaga, termasuk sekolah
dikatakan efektif jika tujuan bersama dapat dicapai, dan belum
bisa dikatakan efektif meskipun tujuan individu yang ada
didalamnya dapat dipenuhi.64

62
Ibid, h.188-192
63
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet.II, h.284
64
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.83
57

Efektivitas berkaitan dengan terlaksananya tugas pokok,


tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif
dari anggota.65
Menurut Halim (2007:240), efektivitas berkaitan erat dengan
tingkat keberhasilan suatu aktivitas, sehingga suatu kegiatan akan
dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut mempunyai pengaruh
yang besar terhadap kemampuan penyediaan layanan publik, yang
tidak lain merupakan pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan/direncanakan sebelumnya.66
Djumhana (2007:53) antara lain menjelaskan bahwa efektivitas
yaitu menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan
target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan
perbandingan outcomes dengan input. Demikian pula Haryanto
(2007:91) antara lain mengemukakan bahwa efektivitas berarti
bahwa penggunaan anggaran tersebut harus mencapai target-target
atau tujuan kepentingan publik.
Mardiasmo (2009:132) memberikan konsep bahwa efektivitas
pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target
kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran dengan tujuan-tujuan atau sasaran yang harus dicapai.
Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).
Dalam konsep value of money, efektivitas merupakan kaitan atau
hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan
tujuan sasaran yang harus dicapainya. Efektivitas dapat diartikan
penyelesaian kegiatan tepat pada waktunya dan didalam batas

65
Husnul Khotimah, Persepsi Kepala Sekolah Dasar Di Kecamatan Tanah Sareal Kota
Bogor Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2010, h.31
66
Ester Naftali, Malia Ulfa, dan Nurlatifah, “Analisis Anggaran Penjualan Obat Sebagai
Alat Ukur Efektivitas Kinerja Perusahaan Pada PT SINAR PRIMA LESTARI”, Jurnal Akuntansi
Politeknik PalComTech Palembang, 2011, h.3
58

anggaran yang tersedia, dapat berarti pula mencapai tujuan atau


sasaran seperti apa yang telah direncanakan.67
Efektivitas adalah ukuran untuk menyatakan sejauh mana
sasaran/tujuan (kuantitas, kualitas, waktu) telah dicapai. Dalam
bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil nyata dibagi hasil
yang diharapkan. Sekolah yang efektif pada umumnya menunjukkan
kedekatan/kemiripan antara hasil nyata dan hasil yang diharapkan.68
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan
dampak (outcome) dari keluaran atau output program dalam
mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output pada
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau
kegiatan.69
Dengan demikian, efektivitas adalah sejauhmana kegiatan-
kegiatan yang telah direncanakan dalam kurun waktu tertentu dapat
selesai tepat pada waktunya dan sesuai dengan anggaran yang
tersedia. Dengan membandingkan hasil nyata dengan hasil yang
diharapkan. Sehingga tingkat ukuran keberhasilan suatu organisasi
dapat terlihat apakah efektif atau tidak efektif.

b. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas keuangan bukanlah suatu hal yang sangat
sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut
pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta
menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas,
maka seorang kepala sekolah memberikan pemahaman bahwa
efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

67
Mahfiza, “Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Terhadap Efektivitas Penganggaran
pada Badan Layanan Umum (BLU) Universitas Negeri Gorontalo”, Jurnal Al-Buhuts, Vol.1,
2015, h. 4
68
Minarti, op.cit., h. 172
69
Julita, “Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja pada
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara”, Jurnal, h.4
59

Sekolah dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memproses


masukan (input) menjadi keluaran (output). Dalam melakukan
proses itu, pimpinan sekolah selalu berusaha agar keluaran yang
dihasilkan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada nilai masukan
yang dipakai. Dengan demikian, ada selisih nilai (keuntungan) yang
bisa digunakan untuk membiayai kegiatan sekolah selanjutnya.70
Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan
antara rencana awal yang telah dibuat dan disepakati bersama
dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau
hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga
menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan,
maka hal itu dikatakan tidak efektif.71
Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif
atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian, yaitu :
1) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan
supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran
yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.
2) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa
strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan
berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang
ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam
pencapaian tujuan organisasi.
3) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah
ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani
tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan
operasional.

70
Minarti, Op.cit., h.221
71 Affan Setiadi, Pengaruh Manajemen Keuangan Terhadap Efektivitas Anggaran (Studi
kasus pada SMK Negeri 20 Jakarta), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2015,
h. 11
60

4) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan


sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.
5) Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih
perlu dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang
tepat sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki
pedoman bertindak dan bekerja.
6) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indicator
efektivitas organisasi adalah kemampuan bekerja secara
produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan
mungkin disediakan oleh organisasi.
7) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya
suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan
efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai
sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin
didekatkan pada tujuannya.
8) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik,
mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas
organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan
pengendalian.72

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada


tiga pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan
oleh Martani dan Lubis, yakni :

1) Pendekatan Sumber (resource approach) yakni mengukur


efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya
keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik
fisik maupun nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

72
Universitas Hasanuddin, Konsep Efektivitas, 2014, h.3,
(http://www.repository.unhas.ac.id)
61

2) Pendekatan Proses (process approach) adalah untuk melihat


sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua
kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.
3) Pendekatan Sasaran (goals approach) dimana pusat perhatian
pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai
hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya, Steers dan Tangkilisan mengemukakan 5 (lima)


kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu :

1) Produktivitas
2) Kemampuan adaptasi kerja
3) Kepuasan kerja
4) Kemampuan berlaba
5) Pencapaian sumber daya73

Menurut Richard M. Steers (1995:47), ukuran untuk efektivitas


organisasi adalah sebagai berikut :

1) Efektivitas keseluruhan, yaitu sejauhmana organisasi


melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua
sasarannya.
2) Produktivitas, yaitu kuantitas atau volume dari produk atau jasa
pokok yang dihasilkan organisasi. Dapat diukur menurut tiga
tingkatan, yaitu : tingkat individual, kelompok dan keseluruhan
organisasi.
3) Efisiensi, yaitu sesuatu yang mencerminkan perbandingan
antara aspek unit terhadap biaya untuk menghasilkan prestasi
tersebut.
4) Laba, yaitu penghasilan atas penanaman modal yang dipakai
untuk menjalankan organisasi. Jumlah dari sumberdaya yang

73
Setiadi, op.cit.,h. 12-13
62

masih tersisa setelah semua biaya dan kewajiban dipenuhi,


kadang-kadang dinyatakan dalam persentase.
5) Pertumbuhan, yaitu penambahan dalam hal-hal seperti tenaga
kerja, fasilitas yang ada dalam organisasi, harga, penjualan, laba,
modal, bagian pasar, dan penemuan-penemuan baru. Suatu
perbandingan antara keadaan organisasi sekarang dengan
keadaan masa sebelumnya.
6) Stabilitas, yaitu pemeliharaan struktur, fungsi, dan sumberdaya
sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit.
7) Semangat kerja, yaitu kecenderungan anggota organisasi
berusaha lebih keras mencapai tujuan dan sasaran organisasi
yang meliputi perasaan terikat, kebersamaan tujuan, dan
perasaan memiliki.
8) Kepuasan, yaitu kompensasi atau timbal balik positif yang
dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam
organisasi.
9) Penerimaan tujuan organisasi, yaitu diterimanya tujuan-tujuan
organisasi oleh setiap pribadi dan oleh unit-unit dalam
organisasi. Kepercayaan mereka bahwa tujuan organisasi
tersebut adalah benar dan layak.
10) Keterpaduan, konflik-konflik, kekompakan, yaitu dimensi
berkutub dua. Yang dimakud kutub keterpaduan adalah fakta
bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain,
bekerjasama dengan baik, berkomunikasi sepenuhnya dan
secara terbuka, dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka.
Pada kutub yang lain terdapat organisasi penuh pertengkaran
baik dalam bentuk kata-kata maupun secara fisik, koordinasi
yang buruk, dan berkomunikasi yang tidak efektif.
11) Keluwesan adaptasi, yaitu kemampuan organisasi untuk
mengubah standar operasi prosedur (SOP) guna menyesuaikan
diri terhadap perubahan.
63

12) Penilaian oleh pihak luar, yaitu penilaian mengenai organisasi


atau unit organisasi oleh mereka (individu atau organisasi)
dalam lingkungannya, yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi
ini berhubungan.74

Sedangkan berdasarkan Jurnal yang dilakukan oleh Ariel Sharon


S, tingkat efektivitas bisa diukur dengan cara membandingkan
realisasi anggaran belanja dengan target anggaran belanja

Efektivitas = Realisasi Anggaran Belanja x 100%


Target Anggaran Belanja

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900 – 327 tahun


1996, kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja sebagai berikut :

1) Jika hasil perbandingan lebih dari 100%, maka anggaran


belanja dikatakan sangat efektif.
2) Jika hasil pencapaian antara 90% - 100%, maka anggaran
belanja dikatakan efektif.
3) Jika hasil pencapaian antara 80% - 90%, maka anggaran
belanja dikatakan cukup efektif.
4) Jika hasil pencapaian antara 60% - 80%, maka anggaran
belanja dikatakan kurang efektif.
5) Jika hasil pencapaian dibawah 60%, maka anggaran belanja
dikatakan tidak efektif.75

Dengan adanya kriteria dalam efektivitas anggaran maka


sekolah dapat mengukur tingkat keberhasilan organisasinya dalam
mencapai tujuan/sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

74
Jodenmot, Konsep Efektivitas dan Kinerja: Tolak Ukur Efektivitas dan Kinerja,
www.jodenmot.wordpress.com, (diakses pada Rabu, 19 April 2017 / Pukul: 21.19)
75
Sumenge, Op.cit., h.77
64

4. Anggaran
a. Pengertian Anggaran
Secara umum, anggaran diartikan sebagai rencana keuangan
yang mencerminkan pilihan kebijakan untuk suatu periode pada
masa yang akan datang yang disajikan dalam bentuk angka-angka.
Selain itu, anggaran (budget) dapat didefinisikan sebagai hasil
perencanaan yang berkaitan dengan bermacam-macam kegiatan
secara terpadu yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka
waktu tertentu.76
Menurut Munandar, “Budget (anggaran) ialah suatu rencana
yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang
berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang”.77
Julita dan Jufrizen (2012:9) mengatakan bahwa anggaran adalah
suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan program
yang telah disahkan.78
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan
secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun, Mulyadi
(dalam Halim, 2001:65).
Sedangkan anggaran menurut Supriyono (dalam Oktavia, 2009)
merupakan suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal
dalam ukuran kuantitatif untuk menunjukkan bagaimana sumber-
sumber akan diperoleh dan digunakan selama jangka waktu tertentu,
umumnya satu tahun.79

76
Indra Bastian, AKUNTANSI PENDIDIKAN Pengelolaan Organisasi Pendidikan, Edisi
Kedua, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2015), h. 381
77
M. Munandar, Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan
Kerja, edisi 1, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1985), h.1
78 Julita, op.cit., h.2
79 Mahfiza, op.cit., h.5
65

Menurut Mardiasmo (2009:61) anggaran merupakan pernyataan


mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.80
Anggaran adalah rencana kerja yang dituangkan dalam angka-
angka keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Perusahaan besar maupun kecil seyogyanya membuat anggaran,
karena penganggaran itu penting untuk membuat perencanaan dan
pengendalian. Perencanaan melihat ke masa depan, yaitu
menentukan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai sasaran dan tujuan suatu organisasi. Sedangkan
pengendalian melihat ke belakang, yaitu menilai hasil kerja dan
membandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Hasil
perbandingan ini melahirkan varian. Varian harus dianalisis dan
dicari sebabnya kemudian digunakan untuk memperbaiki
perencanaan, anggaran, dan pelaksanaan (pengendalian). 81
Anggaran (Budget) merupakan rencana operasional yang
dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk satuan uang yang
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam
anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
suatu lembaga.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran yang efektif
dan efisien, tahap persiapan/perencanaan anggaran merupakan salah
satu faktor penting dan menentukan keseluruhan siklus anggaran.82
Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan
bahwa anggaran adalah rencana keuangan yang disusun secara
sistematis yang disajikan dalam bentuk angka-angka selama periode

80 Sumenge, Op.cit., h.75


81
Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti, Akuntansi Manajemen, (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2009), h.111
82
Indrian Supheni, Efektivitas Anggaran Proyek Pemeliharaan DAM pada Kantor Dinas
Pengairan Daerah Kabupaten Nganjuk, 2014, h.1, (http://dharmapendidikan.blogspot.com)
66

waktu tertentu yang digunakan sebagai pedoman dalam


melaksanakan kegiatan-kegiatan. Sehingga apa yang sudah
direncanakan tidak akan meleset dari apa yang nantinya dihasilkan
karena dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

b. Fungsi Anggaran
Anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian, juga merupakan alat bantu bagi manajemen dalam
mengarahkan suatu lembaga untuk menempatkan organisasi dalam
posisi yang kuat atau lemah. Oleh karena itu, anggaran juga dapat
berfungsi sebagai tolak ukur keberhasilan suatu organisasi dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Di samping itu, anggaran
dapat pula dijadikan alat untuk mempengaruhi dan memotivasi
pimpinan atau manajer dan karyawan untuk bertindak efisien dalam
mencapai sasaran-sasaran lembaga.83
Anggaran sekolah biasanya disebut dengan anggaran biaya
pendidikan. Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang
berkaitan satu sama lain, yaitu anggaran penerimaan dan anggaran
pengeluaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Anggaran
penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh
sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur.
Sedangkan anggaran pengeluaran adalah jumlah uang yang
dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan
pendidikan di sekolah.84
Manajemen keuangan tidak terlepas dari fungsi penganggaran,
anggaran disamping sebagai alat untuk perencanaan dan
pengendalian manajemen, juga merupakan alat bantu bagi

83
Fattah, op.cit.,h. 47-49
84
Ibid, h.23-24
67

manajemen dalam mengarahkan suatu organisasi dalam posisi yang


kuat atau lemah, (Nanang Fattah, 2000:49).
Sementara menurut Deddy Nordiawan fungsi anggaran
(2006:48-49) adalah sebagai berikut :
1) Anggaran sebagai alat perencanaan
Dengan fungsi ini organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan
kearah mana kebijakan dibuat.
2) Anggaran sebagai alat pengendalian
Dengan adanya anggaran organisasi sector public dapat
menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar
(overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak
semestinya (misspending).
3) Anggaran sebagai alat kebijakan
Dengan adanya anggaran organisasi sector public dapat
menentukan arah atas kebijakan tertentu.
4) Anggaran sebagai alat politik
Dengan adanya anggaran dapat dilihat komitmen pengelola
dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan.
5) Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
Dengan dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian
atau unit kerja atau departemen dapat mengetahui apa yang harus
dilakukan dan apa yang akan dilakukan oleh masing-masing
bagian atau unit kerja lainnya.
6) Anggaran sebagai alat penilaian kerja
Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan
apakah suatu bagian/unit kerja telah memenuhi target baik
berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi
biaya.
7) Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan
menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target
68

pencapaian. Dengan catatan anggaran akan menjadi alat


motivasi yang baik jika memenuhi sifat menantang tetapi masih
mungkin dicapai.85

Menurut Nanang Fattah, bahwa fungsi anggaran mencakup hal-


hal berikut:

1) Sebagai alat penaksir


2) Sebagai alat otorisasi pengeluaran dana, dan
3) Sebagai alat efisiensi86

Penganggaran memaksa manajer membuat rencana artinya


manajer harus selalu berpikir proaktif tentang perubahan yang akan
terjadi di masa depan. Kemampuan memprediksi masa depan itu
dituangkan dalam bentuk angka-angka satuan fisik dan satuan uang
yang berorientasi pada kelangsungan hidup perusahaan.
Penganggaran sebagai tolak ukur mengevaluasi kinerja artinya
bahwa kinerja manajemen harus dibandingkan dengan anggaran.
Hasilnya adalan varian, varian dihitung dan dianalisis untuk koreksi
rencana, anggaran, dan pelaksanaan kerja. Penganggaran dapat
meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar manajer artinya
bahwa secara formal anggaran mengkomunikasikan rencana
organisasi kepada semua level manajemen. Selanjutnya, manajer
mengadakan koordinasi untuk merealisasikan rencana tersebut.
Penganggaran membantu pengambilan keputusan artinya bahwa
anggaran mengarahkan perhatian manajer untuk mengambil
keputusan.87

Didalam hal ini peneliti mengemukakan bahwa manajemen


keuangan yang efektif dalam sebuah sekolah adalah kemampuan

85
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Op.cit., h. 259-
260
86
Uhar Suhasaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010),
Cet.1, h.265
87
Prawironegoro, Op.cit., h.116-117
69

mencapai sasaran ataupun pemenuhan target yang sesuai dengan


anggaran yang telah direncanakan.

c. Pelaksanaan Anggaran
Secara teknis, pelaksanaan pengeluaran anggaran di sekolah
disesuaikan dengan sumbernya, yaitu dana rutin, BOS, komite
sekolah, dan sebagainya.88 Dengan mengacu pada amanat undang-
undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara secara tegas
telah dinyatakan bahwa pemerintah diwajibkan menyusun anggaran
dengan menggunakan pendekatan anggaran terpadu (unified
budget), kerangka pengeluaran jangka menengah/KPJM (medium
term expenditure framework/MTEF) dan penganggaran berbasis
kinerja/PBK (performance based budgeting). Disamping
menerapkan tiga pendekatan, dalam anggaran belanja negara,
pemerintah juga diwajibkan untuk menerapkan 3 (tiga) klasifikasi
yaitu : klasifikasi fungsi, klasifikasi organisasi, dan klasifikasi
ekonomi atas jenis belanja.
Ketiga pendekatan dan ketiga klasifikasi di atas selanjutnya
akan dituangkan dalam dokumen perencanaan penganggaran yang
lebih dikenal sebagai Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) dan dokumen pelaksanaan anggaran
yang lebih dikenal sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA).89
RKA-KL adalah salah satu dokumen penganggaran yang terdiri
dari rencana kerja K/L dan anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakan rencana kerja yang dimaksud. Pada bagian rencana
kerja berisikan informasi mengenai visi, misi, tujuan, kebijakan,
program, hasil yang diharapkan, kegiatan, serta output yang
diharapkan. Sedangkan pada bagian anggaran berisikan informasi

88
Minarti, Ibid, h.240
89
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
70

mengenai biaya untuk masing-masing program dan kegiatan untuk


tahun yang direncanakan yang dirinci menurut jenis belanja,
prakiraan maju untuk tahun berikutnya serta sumber dan sasaran
pendapatan K/L.90
Sedangkan, DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
disusun oleh Kementerian Negara/Lembaga dan disahkan oleh
Dirjen Perbendaharaan atau Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan
atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
(BUN).
DIPA berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban
APBN serta dokumen pendukung akuntansi pemerintah. DIPA
berlaku untuk satu tahun anggaran dan memuat informasi satuan-
satuan terukur yang berfungsi sebagai dasar pelaksanaan kegiatan
dan penggunaan anggaran. Selain itu, DIPA berfungsi sebagai alat
pengendali, pelaksanaan, pelaporan, pengawasan, dan sekaligus
merupakan perangkat akuntansi pemerintah. Pagu dalam DIPA
merupakan batas pengeluaran tertinggi yang tidak boleh dilampaui
dan pelaksanaannya harus dapat dipertanggungjawabkan.91
Dengan demikian, seluruh penyusunan anggaran dituangkan
dalam dokumen perencanaan penganggaran yang lebih dikenal
sebagai Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) dan dokumen pelaksanaan anggaran
yang lebih dikenal sebagai Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA).

90
Penyusunan RKA-KL, https://rafynang.wordpress.com/2013/12/30/penyusunan-rka-kl/
(Minggu, 13 Agustus 2017, Pukul 01.17)
91
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, www.wikiapbn.org (Minggu, 13 Agustus 2017,
Pukul 00.42)
71

d. Penerapan Pendekatan Penganggaran


1) Pendekatan Penganggaran Terpadu
Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling
mendasar bagi pelaksanaan elemen reformasi penganggaran
lainnya, yaitu Penganggaran Berbasis Kinerja/PBK, dan
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah/KPJM. Dengan kata
lain bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan kondisi
yang harus terwujud terlebih dahulu.

2) Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja/PBK


Penganggaran berbasis kinerja merupakan penyusunan
anggaran yang dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan
antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan,
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut.
Hal yang sangat penting dalam upaya menuju penganggaran
berbasis kinerja adalah sinkronisasi program dengan kegiatan.

3) Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka


Menengah/KPJM
Kerangka pengeluaran jangka menengah merupakan
pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan
pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran
dalam waktu lebih dari satu tahun anggaran.92

e. Uraian Jenis Belanja


Jenis belanja dan akun belanja yang digunakan dalam
penyusunan RKA-KL mengacu pada Peraturan Menteri Keuanga
tentang Bagan Akun Standar (BAS). Jenis-jenis belanja yang
digunakan dalam penyusunan RKA-KL adalah sebagai berikut :
1) Belanja Pegawai

92
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
72

Belanja pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang


maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah
(pejabat negara, pegawai negeri sipil, dan pegawai yang
dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS) yang
bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang
berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang
mempunyai output dalam kategori belanja barang.93 Belanja
pegawai, berupa :
a) Pengelolaan Belanja Gaji dan Honorarium94

2) Belanja Barang
Belanja barang yaitu pengeluaran atas pembelian barang dan
jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan.95 Belanja barang,
berupa :
a) Penyelenggaraan Operasional Perkantoran
b) Perawatan Gedung Kantor
c) Perawatan Sarana dan Prasarana Kantor
d) Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan
e) Penyusunan Program Kerja/Rencana Kerja
f) Pengembangan Sistem Apresiasi Keuangan
g) Penelitian dan Pengembangan Ilmu dan Teknologi
h) Peningkatan Tata Ketentuan dan SDM96

3) Belanja Modal
Belanja modal yaitu pengeluaran untuk pembayaran perolehas
asset dan/atau menambah nilai asset lainnya yang memberi

93
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
94
Minarti, Ibid., h.240
95
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
96
Minarti, Ibid., h.240
73

manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan melebihi batas


minimal kapitalisasi asset tetap/asset lainnya yang ditetapkan
pemerintah.97 Belanja modal, berupa :
a) Pembangunan Gedung Pendidikan
b) Pengelolaan Kendaraan
c) Penyediaan Sarana Prasarana
d) Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Unit Dasar98

4) Belanja Bantuan Sosial


Belanja bantuan sosial yaitu transfer uang atau barang yang
diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari
kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial dapat
langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau
lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.99
Belanja bantuan sosial, berupa :
a) Beasiswa
b) Peningkatan SDM100

Berdasarkan dari pengertian efektivitas dan anggaran yang telah


dijelaskan diatas, maka penulis mengambil kesimpulan dari kedua
pengertian tersebut. Bahwa, efektivitas anggaran adalah kegiatan-
kegiatan yang pada perencanaan keuangan yang telah disusun secara
sistematis selama periode waktu tertentu dapat terealisasi sesuai dengan
yang diharapkan, artinya kegiatan-kegiatan tersebut selesai tepat pada
waktunya dan sesuai dengan anggaran yang tersedia, maka anggaran
tersebut dikatakan efektif.

97
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
98
Minarti, Ibid., h.240
99
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
100
Minarti, Ibid., h.240
74

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Berdasarkan penelitian yang terdahulu, ada beberapa penelitian yang
memiliki relevansi dengan judul yang diteliti oleh penulis yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Wahidin (2016) dengan skripsi yang berjudul : “
Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren
Nurul Hijrah Jakarta Timur “, program Manajemen Pendidikan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Implementasi
Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren Nurul Hijrah belum
berjalan dengan baik, yaitu belum adanya petunjuk teknis dalam
penyusunan RAPBP, pelaksanaan keuangan yang belum sesuai dengan
aturan dan petunjuk teknis penggunaan dan pelaksanaan dengan
realisasinya. Perbedaannya adalah jenis penelitian, teknik penelitian, jenis
sekolah, dan lokasi sekolah.
Penelitian lain dilakukan oleh Affan Setiadi (2015) dengan skripsi yang
berjudul : “ Pengaruh Manajemen Keuangan Terhadap Efektivitas
Anggaran (Studi Kasus pada SMK Negeri 20 Jakarta) ”, program
Manajemen Pendidikan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan metode deskriptif survey. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa berdasarkan hasil perhitungan hipotesis dengan uji t antara
manajemen keuangan dengan efektivitas anggaran di SMK Negeri 20
Jakarta dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan
diterima, bahwa nilai t hitung > t tabel (5,335 > 1,685), dengan demikian
dapat diketahui bahwa manajemen keuangan berpengaruh secara signifikan
terhadap efektivitas anggaran di SMK Negeri 20 Jakarta. Perbedaannya
adalah jenis sekolah dan lokasi sekolah yang diteliti.
Penelitian lain dilakukan oleh Ariel Sharon Sumenge (2013), dengan
jurnal yang berjudul “ Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan
Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
75

Minahasa Selatan “, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Sam


Ratulangi Manado. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini menyatakan
secara keseluruhan dari tahun 2008 sampai tahun 2012, tingkat efektivitas
anggaran belanja BAPPEDA Kabupaten Minahasa Selatan memiliki tren
berubah-ubah, kadang mengalami peningkatan dan penurunan. Sedangkan,
tingkat efisiensi anggaran belanja BAPPEDA Kabupaten Minahasa Selatan
tahun 208 sampai tahun 2012 sudah efisien dengan tingkat efisiensi dibawah
60% pada tahun 2008 - 2011 yang masuk pada kategori sangat efisien, dan
hanya pada tahun 2012 tingkat efisiensi berada di kisaran 60% - 80% yang
memiliki kriterian efisien. Perbedaannya adalah penelitian jurnal, tempat
yang diteliti, lokasi, dan menganalisis efektivitas dan efisiensi pada
Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Minahasa Selatan.
Penelitian lain dilakukan oleh Bardiyah (2004) dengan skripsi yang
berjudul “ Hubungan Antara Manajemen Keuangan Terhadap Efektivitas
Program Sekolah di SDN Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara “,
program Manajemen Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode
deskriptif survey. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan hasil
uji normalitas variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan efektivitas
program sekolah yang menunjukkan Lhitung variabel X dan Y sebesar 0,0934
dan 0,0746 dimana Ltabel untuk N=55 dengan taraf signifikansi α = 0,05
adalah 0,119468216 yang artinya Lhitung lebih kecil dari Ltabel yang berarti
angket merupakan distribusi normal. Untuk uji linieritas diperoleh
Y=50,09+0,65X, diperoleh thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 3,89 > 1,67,
ini menunjukkan adanya hubungan yang linier antara manajemen keuangan
dengan efektivitas program sekolah sehingga pengujian korelasi dapat
dilakukan. Dari hasil pengujian hipotesis untuk uji keberartian korelasi
dengan koefisien korelasi sebesar 0,636, dk=53 (55-2) dan α=0,05.
Diperoleh thitung lebih besar dari ttabel yaitu 6,115 > 1,67, ini berarti hipotesis
76

nol (Ho) ditolak. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara manajemen keuangan dengan efektivitas
program sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara. Perbedaannya adalah jenis sekolah, lokasi sekolah, dan variabel (Y)
tentang efektivitas program sekolah.
Penelitian lain dilakukan oleh Naim (2003) dengan skripsi yang
berjudul “ Pengaruh Manajemen Keuangan Terhadap Prestasi Kerja Guru
SDN di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan “, program Manajemen
Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif survey.
Berdasarkan hasil pengujian instrumen pada variabel (X) yang dilakukan
terhadap 10 orang didapat validitas faktor 1 sebesar 0,817, faktor 2 sebesar
0,685, dan faktor 3 sebesar 0,866, serta nilai reliabilitas sebesar 0,869.
Sedangkan hasil pengujian terhadap instrumen variabel (Y) terdapat nilai
validitas faktor 1 sebesar 0,898, faktor 2 sebesar 0,831, faktor 3 sebesar
0,65, dan faktor 4 sebesar 0,865, serta nilai reliabilitas sebesar 0,836.
Berdasarkan analisis komparatif diperoleh thitung = 0,176 lebih besar
daripada thitung sebesar 1,68. Dengan demikian thitung > ttabel maka Ho ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara manajemen keuangan terhadap prestasi kerja guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Perbedaannya jenis
sekolah, lokasi sekolah, dan variabel (Y) tentang prestasi kerja guru.

Tabel 2. 8 : Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan dan Perbedaan


Peneliti /
Tahun
1 Wahidin / Implementasi Implementasi Manajemen Persamaan :
2016 Manajemen Keuangan Pendidikan di
Keuangan Pondok Pesantren Nurul Hijrah Variabel (X) tentang manajemen
Pendidikan di belum berjalan dengan baik. keuangan
Pondok Pesantren
77

Nurul Hijrah
Jakarta Timur
Perbedaan :

Jenis penelitian, Metode


penelitian, Jenis sekolah MTS
Negeri, Lokasi sekolah

2 Affan Setiadi / Pengaruh Manajemen keuangan Persamaan :


2015 Manajemen berpengaruh signifikan
Keuangan Terhadap terhadap efektivitas anggaran Jenis Kuantitatif , Metode
Efektivitas di SMK Negeri 20 Jakarta. deskiptif survey, Variabel (X)
Anggaran (Studi
Kasus pada SMK tentang manajemen keuangan
Negeri 20 Jakarta) dan Variabel (Y) tentang
efektivitas anggaran

Perbedaan :

Jenis sekolah MTS Negeri,


Lokasi sekolah

3 Ariel Sharon Analisis Efektivitas Tingkat kriteria efektivitas dan Persamaan :


Sumenge / dan Efisiensi efisiensi Pelaksanaan
2013 Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Jenis Kuantitatif, Metode
Anggaran Belanja Perencanaan Pembangunan deskriptif survey, Analisis
Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Minahasa
Pembangunan Selatan 2008 – 2012 bervariasi. efektivitas dan anggaran
Daerah
(BAPPEDA)
Minahasa Selatan
Perbedaan :

Penelitian jurnal, Tempat


penelitian, Lokasi penelitian

4 Bardiyah / Hubungan Antara Terdapat hubungan yang Persamaan :


2004 Manajemen positif antara manajemen
Keuangan Sekolah keuangan dengan efektivitas Jenis Kuantitatif, Metode
Dengan Efektivitas program sekolah di Sekolah deskriptif survey, Variabel (X)
Program Sekolah Dasar Negeri Kecamatan
Di Sekolah Dasar Tanjung Priok Jakarta Utara.
Negeri Kecamatan
78

Tanjung Priok tentang manajemen keuangan


Jakarta Utara sekolah

Perbedaan :

Jenis sekolah, Lokasi sekolah,


Variabel (Y) tentang efektivitas
program sekolah

5 Naim / 2003 Pengaruh Ada pengaruh yang signifikan Persamaan :


Manajemen antara manajemen keuangan
Keuangan Terhadap terhadap prestasi kerja guru Jenis Kuantitatif , Metode
Prestasi Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri di deskriptif survey, Variabel (X)
Sekolah Dasar Kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Negeri Di Selatan. tentang manajemen keuangan
Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta
Selatan
Perbedaan :

Jenis sekolah, Lokasi sekolah,


Variabel (Y) tentang prestasi
kerja guru

C. Kerangka Berpikir
Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang memiliki aktivitas
yang sangat besar yang berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang
ataupun negaranya. Untuk mencapai keberhasilan tersebut tentunya tujuan
pendidikan harus tercapai dengan baik yang tidak lepas dari kegiatan
administrasi pendidikan.
Tujuan administrasi pendidikan adalah memberikan sistematika kerja
dalam mengelola pendidikan, sehingga tugas-tugas operasional
kependidikan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien menuju sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan.101

101
Gunawan, op.cit., h.2-3
79

Salah satu unsur penting dalam kegiatan administrasi pendidikan adalah


administrasi anggaran/biaya pendidikan. Karena biaya pendidikan memiliki
peranan yang sangat menentukan, hampir tidak ada upaya pendidikan yang
dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa
biaya, proses pendidikan (sekolah) tidak akan berjalan.
Biaya pendidikan memiliki cakupan yang sangat luas yakni semua jenis
peneriman dan pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan, baik dalam bentuk uang, barang, dan tenaga.102 Sehingga
diperlukanlah Manajemen Keuangan Sekolah untuk mengurus, mengatur,
mengemudikan, mengendalikan, mengelola, menjalankan, melaksanakan
dan memimpin administrasi anggaran/biaya pendidikan di sekolah.
Menurut Sri Minarti, dalam bukunya Manajemen Sekolah, dijelaskan
bahwa manajemen keuangan secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu
proses melakukan kegiatan mengatur keuangan dengan menggerakkan
tenaga orang lain, dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan
efisiensi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan
aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh yang dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan pengawasan.103
Berdasarkan pengertian manajemen keuangan sekolah diatas, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa manajemen keuangan sekolah meliputi tiga
kegiatan yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan.
Dengan adanya manajemen keuangan sekolah, maka kegiatan dalam
mengatur keuangan harus dengan mempertimbangkan aspek efektivitas dan
efisiensi. Di dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pada aspek
efektivitas, peranan efektivitas dalam manajemen adalah sebagai salah satu
faktor yang paling penting dalam keberhasilan jangka panjang suatu
organisasi. Keberhasilan yang diukur dalam bentuk pencapaian sasaran.

102
Supriadi, op.cit., h.4
103
Minarti, op.cit., h.77
80

Untuk mengukur efektivitas bukanlah suatu hal yang sederhana, karena


efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada
siapa yang menilai dan menginterpretasikannya. Karena pentingnya
peranan efektivitas, maka efektivitas dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keberhasilan suatu organisasi, kinerja seseorang, maupun dalam
keuangan.
Anggaran adalah rencana keuangan yang disusun secara sistematis
yang disajikan dalam bentuk angka-angka selama periode waktu tertentu
yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan.
Untuk mengukur tingkat efektivitas pada anggaran di suatu sekolah
adalah dengan cara membandingkan antara input dengan output atau
realisasi anggaran dengan target anggaran berdasarkan 4 (empat) jenis
belanja, yaitu : belanja pegawai, belanja barang, belanja modal dan belanja
bantuan sosial. Dengan begitu, efektivitas anggaran adalah kegiatan-
kegiatan yang berdasarkan pada rencana keuangan yang telah disusun
secara sistematis selama periode waktu tertentu sudah terealisasi dan sesuai
dengan yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan pada pengaruh
manajemen keuangan selolah terhadap efektivitas anggaran. Berdasarkan
hasil telaah pustaka dan penelitian terdahulu. Maka penulis menyimpulkan
melalui bagan kerangka berfikir yang diajukan meliputi variabel
manajemen keuangan sekolah dan efektivitas anggaran.
81

Variabel X Variabel Y
Manajemen Keuangan Efektivitas Anggaran
Sekolah
1. Perencanaan 1. Input
2. Pengorganisasian 2. Output
3. Pelaksanaan
4. Pengawasan

Gambar 2. 2 : Bagan Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih terhadap masalah yang telah dirumuskan
dalam suatu penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, maka dapat dirumuskan suatu
hipotesis yang menyatakan bahwa :
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara manajemen keuangan sekolah
terhadap efektivitas anggaran

Ha : Terdapat pengaruh antara manajemen keuangan sekolah terhadap


efektivitas anggaran

Sedangkan hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

Ho : p = 0, ----- 0 berarti tidak terdapat pengaruh


Ha : p ≠ 0, ----- “tidak sama dengan nol”
berarti lebih besar atau kurang dari nol berarti terdapat pengaruh
P : nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di laksanakan di MTS Negeri 21 Jakarta yang beralamat
di Jalan Padat Raya N0.58, RT 08/RW 09, Pondok Kelapa, Duren Sawit,
Kota Jakarta Timur. Adapun waktu penelitian direncanakan selama 7 bulan
yaitu dari bulan Februari 2017 sampai dengan Agustus 2017. Dengan
rincian sebagai berikut :

Tabel 3. 1 : Waktu Pelaksanaan Penelitian


No Kegiatan Bulan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt

1 Revisi Proposal Skripsi

2 Penelitan ke lapangan

3 Pengambilan data

4 Pengolahan data

5 Penyusunan BAB IV dan


BAB V

6 Kelengkapan Lampiran

7 Sidang Munaqosah

8 Revisi Skripsi

82
83

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain maka macam-macam
variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel Independen, variabel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).
2. Variabel Dependen, variabel ini sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.104

Maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dikaji, yaitu
:
1. Variabel bebas yang disimbolkan dengan X (Independen Variabel)
yaitu “Manajemen Keuangan Sekolah”.
2. Variabel terikat yang disimbolkan dengan Y (Dependen Variabel) yaitu
“Efektivitas Anggaran”.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk
mendapatkan data yang objektif, valid, dan reliabel sehingga dapat
digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah
dalam bidang tertentu.105

104 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:


Alfabeta, 2006), h.42,43
105
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), h.97
84

Penelitian ini menggunakan pendekatan asosiatif kuantitatif, yaitu


penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggunakan
angka-angka yang dijumlahkan sebagai data yang kemudian dianalisis.
Jenis penelitian ini menggunakan analisis data Regresi Linear Sederhana
untuk mengetahui berapa pengaruh antara kedua variabel.
Metode pengumpulan data ini menggunakan field research yaitu
penelitian yang turun langsung ke lapangan dengan menggunakan metode
survei. Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan adanya
kontak dan hubungan antara peneliti dengan subyek (responden) penelitian
untuk memperoleh data yang diperlukan. Oleh karena itu, metode survei
merupakan metode pengumpulan data primer berdasarkan komunikasi
antara peneliti dengan responden yang menyatakan opini, sikap,
pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individual atau
secara kelompok.106

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.107
Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
obyek/subyek itu. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah tenaga pendidik dan kependidikan di
MTS Negeri 21 Jakarta.

106
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
& Manajemen, Edisi Pertama, (Yogyakarta: PT. BPFE Yogyakarta, 1999), h.152
107
Sugiyono, Op.cit., h.89
85

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.108 Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu.
Mengutip pendapat Arikunto (2008), apabila populasi penelitian
berjumlah kurang dari 100 maka sampel yang diambil adalah semuanya,
namun apabila populasi penelitian berjumlah lebih dari 100 maka sampel
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa ukuran sampel yang diterima
akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya, jika penelitiannya
korelasional maka sampel minimumnya adalah 30 subjek. Tidak jauh
berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga memberikan penjelasan
dalam menentukan ukuran sampel, yaitu untuk ukuran sampel lebih dari 30
dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik penentuan sampel yang digunakan adalah
sampling purposive, yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan pada
tujuan tertentu dengan memperhatikan ciri-ciri dan karakteristik populasi,
yang menjadi kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu
orang yang terlibat dalam proses manajemen keuangan sekolah, mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan di MTs
Negeri 21 Jakarta.
Berdasarkan pendapat tersebut yang menjadi sampel penelitian ini
adalah seluruh tenaga pendidik dan kependidikan di MTs Negeri 21 Jakarta,
yang sudah memenuhi kriteria yaitu sebanyak 45 orang.

Tabel 3. 2 : Daftar Responden

No Keterangan Jumlah

1 Tenaga Pendidik 33

108
Ibid, h.90
86

2 Tenaga Kependidikan 12

Total 45

E. Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang akurat tentang penelitian ini maka
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1) Angket
Kuesioner disebut juga angket atau daftar pertanyaan, merupakan
salah satu alat pengumpul data. Angket adalah teknik pengumpulan
data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk
diisi oleh responden. Angket dapat dipandang sebagai suatu teknik
penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara,
kecuali dalam pelaksanaannya, yaitu angket dilaksanakan secara
tertulis sedangkan wawancara dilaksanakan secara lisan. Oleh karena
itu, angket sering disebut juga dengan wawancara tertulis.109
Skala pengukuran angket menggunakan Skala Likert yang
merupakan metode yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradiasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang
dapat berupa kata-kata antara lain :110

109
Mahmud, Op.cit., h.177
110
Sugiyono, Op.cit., h.104
87

Tabel 3. 3 : Bobot Nilai pada Skala Likert

Positif Bobot Nilai Negatif

Sangat Setuju 5 Sangat Tidak Setuju

Setuju 4 Tidak Setuju

Ragu-ragu 3 Ragu-ragu

Tidak Setuju 2 Setuju

Sangat Tidak Setuju 1 Sangat Setuju

2) Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.
Dokumen adalah catatan tertulis yang isinya merupakan pernyataan
tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan
pengujian suatu peristiwa dan berguna bagi sumber data, bukti,
informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan, dan
membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap
sesuatu yang diselidiki. Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3. 4 : Dokumentasi
No Dokumentasi yang Ada Tidak Keterangan
diperlukan ada
1 Rincian alokasi anggaran √ Tahun 2016

2 Rencana dan realisasi √ Tahun 2016


serapan anggaran
3 Rencana Anggaran √ -
Pendapatan dan Belanja
Sekolah (RAPBS)
88

F. Instrumen Pengumpulan Data


1. Variabel Manajemen Keuangan Sekolah (X / Variabel bebas)
a. Definisi Konseptual
Manajemen keuangan sekolah adalah kegiatan dalam mencari
dana, mendayagunakan dana dan memanfaatkan dana untuk
kepentingan organisasi (sekolah), yang bertujuan mencapai tujuan
organisasi secara efisien melalui proses mengatur lalu lintas
pendanaan. Proses mengatur tersebut diawali dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan sekolah.

b. Definisi Operasional
Manajemen keuangan sekolah bertujuan mencapai tujuan
organisasi secara efisien melalui proses mengatur lalu lintas
pendanaan. Proses mengatur tersebut diawali dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan keuangan sekolah
yang dapat diukur dengan menggunakan indikator perencanaan
sumber dana, perencanaan keuangan sekolah mengikutsertakan
kepala sekolah, guru, staf TU, dan komite sekolah, merencanakan
dan menentukan kebutuhan dan kegiatan sekolah dalam kurun
waktu tertentu, melakukan penyusunan RAPBS, kepala sekolah
sebagai manajer keuangan sekolah, bendaharawan sebagai
pengelola keuangan, penerimaan pembiayaan pendidikan,
pengeluaran pembiayaan pendidikan, pencatatan transaksi keuangan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, kinerja aktual,
melakukan monitoring, evaluasi, laporan, dan rekomendasi.
89

Tabel 3. 5 : Definisi Operasional

Variabel Manajemen Keuangan Sekolah (X)

Variabel Penelitian Dimensi Indikator Soal Skala

Manajemen 1. Perencanaan Sumber Dana 1, 2, 3,


Keuangan Sekolah 4, 5, 6,
(Sri Minarti) 7, 8, 9

2. Perencanaan keuangan 10, 11


Perencanaan sekolah mengikutsertakan Likert

kepala sekolah, guru, staf TU,


dan komite sekolah

3. Merencanakan dan 12, 13,


menentukan kebutuhan dan 14, 15
kegiatan sekolah dalam kurun
waktu tertentu

4. Melakukan penyusunan 16, 17,


Anggaran Pembiayaan / 18, 19,
Anggaran Belanja Sekolah 20, 21
(ABS) dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS)

1. Kepala sekolah sebagai 31, 32,


manajer keuangan sekolah 33, 34,
35, 36,
Pengorganisasian 37 Likert

2. Bendaharawan sebagai 38, 39,


pengelola keuangan 40
90

1. Penerimaan Pembiayaan 22, 23,


Pendidikan 24, 25,
26

2. Pengeluaran Pembiayaan 27, 28,


Pelaksanaan Pendidikan 29, 30 Likert

3. Pencatatan transaksi keuangan 41, 42


sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku

Pengawasan 1. Kinerja Aktual 43, 44, Likert


45

2. Melakukan monitoring, 46, 47,


evaluasi, dan laporan 48, 49,
50, 51,
52, 53

3. Rekomendasi 54, 55

Jumlah 55

2. Variabel Efektivitas Anggaran (Y / Variabel Terikat)


a. Definisi Konseptual
Efektivitas anggaran adalah kegiatan yang berdasarkan pada
rencana keuangan yang telah disusun secara sistematis selama
periode waktu tertentu yang sudah terealisasi dan sesuai dengan
target yang diharapkan.

b. Definisi Operasional
Efektivitas anggaran adalah kegiatan yang berdasarkan pada
rencana keuangan yang telah disusun secara sistematis selama
periode waktu tertentu yang sudah terealisasi dan sesuai dengan
91

target yang diharapkan dengan mengukur efektivitas menggunakan


2 indikator yaitu input dan output.

Tabel 3. 6 : Definisi Operasional

Variabel Efektivitas Anggaran (Y)

Variabel Dimensi Indikator Soal Skala


Penelitian

Efektivitas Ukuran 1. Input 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, Likert


Anggaran Efektivitas 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
(Sri 18, 19, 20
Minarti)

2. Output 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, Likert


28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
35

Jumlah 35

G. Uji Coba Instrumen Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dan


Variabel Y (Efektivitas Anggaran)
1. Uji Validitas
Dalam mengukur validitas dan reliabilitas, bahwa alat ukur atau
instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur
yang telah melalui uji validitas dan uji reliabilitas data.111 Tipe validitas
yang digunakan adalah validitas konstruk (validity construct) yang
menentukan validitas dengan cara mengkorelasikan antar skor yang
diperoleh masing-masing item yang dapat berupa pertanyaan maupun
pertanyaan dengan skor totalnya. Skor total ini merupakan nilai yang
diperoleh dari penjumlahan skor item. Korelasi antar skor item dengan

111
A.Aziz Alimul Hidayat, Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Edisi
2, (Jakarta: Salemba Medika, 2014), h.96
92

skor totalnya harus disignifikan berdasarkan ukuran statistik. Bila


ternyata skor semua item yang disusun berdasarkan dimensi konsep
berkorelasi dengan skor totalnya, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur
tersebut mempunyai validitas.112
Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product Moment,
setelah itu diuji dengan menggunakan uji t dan lalu baru dilihat
penafsiran dari indeks korelasinya.

Rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :

Keterangan
rxy : koefisien korelasi
∑Xi : jumlah skor item
∑Yi : jumlah skor total
n : jumlah responden

Rumus uji t sebagai berikut :

Keterangan
t : nilai rhitung
r : koefisien korelasi hasil rhitung
n : jumlah responden

Syarat uji validitas :


 Jika nilai rhitung > rtabel maka valid
 Jika nilai rhitung < rtabel maka tidak valid

112
Supranto dan Nandan Limakrisna, Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk
Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi, Edisi 3, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h.97
93

Apabila instrumen valid, maka indeks korelasinya (r) adalah sebagai


berikut:113

Tabel 3.7
Indeks Korelasi
Indeks Korelasi (r)

0,800 – 1,000 = sangat tinggi

0,600 – 0,799 = tinggi

0,400 – 0,599 = cukup tinggi

0,200 – 0,399 = rendah

0,000 – 0,199 = sangat rendah (tidak valid)

2. Uji Reliabilitas
Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data,
apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat konsistensi hasil pengukuran jika dilakukan
pengukuran ulang terhadap gejala dan alat ukur yang sama. Yang
dimaksud dengan reliabilitas adalah menunjukkan pada suatu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut
sudah baik. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan tertentu.
Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.
Uji reliabilitas instrument penelitian ini akan menggunakan
reliability analysis dengan teknik Alpha Cronbach dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

113
Hidayat, Op.cit., h.96,97
94

Keterangan
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal
∑b2 : jumlah varian butir
t2 : varian total

Uji reliablilitas dengan Cronbach Alfa, maka setiap variabel


memperoleh nilai Cronbach Alfa > 0,7 artinya hasil instrumen dapat
dikatakan reliabel.114 Sedangkan, jika sebaliknya data tersebut
dikatakan tidak reliabel. Ada pula yang memaknakannya sebagai berikut
:
 Jika nilai Cronbach’s Alfa > 0,90 maka reliabilitas sangat tinggi
 Jika nilai Cronbach’s Alfa > 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
 Jika nilai Cronbach’s Alfa > 0,50 – 0,70 maka reliabilitas sedang
 Jika nilai Cronbach’s Alfa > 0,50 maka reliabilitas rendah

H. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data adalah kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Pada penelitian kuantitatif, pengolahan data secara umum
dilaksanakan dengan melalui beberapa tahap, yaitu :
1. Memeriksa (Editing)
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai
menghimpun data di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena
kenyataannya bahwa data yang terhimpun kadangkala belum memenuhi
harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan, tumpang
tindih, berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut
harus diperbaiki melalui editing. Proses editing yang paling baik adalah
dengan Teknik Silang yaitu seorang peniliti atau field worker memeriksa
hasil pengumpulan data peneliti lain dan sebaliknya pada suatu kegiatan

114
Supranto dan Nandan Limakrisna, Op.cit., h. 99-100
95

penelitian tertentu. Ini berarti ada dua orang atau lebih yang melakukan
kegiatan ini.
2. Proses pemberian identitas (Coding)
Setelah tahap editing selesai dilakukan, kegiatan berikutnya adalah
mengklasifikasi data-data tersebut melalui tahap coding. Maksudnya
bahwa data yang telah diedit tersebut diberi identitas sehingga memiliki
arti tertentu pada saat dianalisis. Pengkodean ini menggunakan dua cara,
Pengkodean frekuensi dan Pengkodean lambang. Pengkodean frekuensi
digunakan apabila jawaban pada poin tertentu memiliki bobot atau arti
frekuensi tertentu. Sedangkan pengkodean lambang digunakan pada
poin yang tidak memiliki bobot tertentu.
3. Proses pembeberan (Tabulating)
Tabulasi adalah bagian terakhir dari pengolahan data. Maksud tabulasi
adalah memasukkan data pada tabel-tabel tertentu dan mengatur angka-
angka serta menghitungnya. Ada dua jenis tabel yang bisa dipakai dalam
penelitian sosial, yaitu tabel data dan tabel kerja. Tabel data adalah tabel
yang dipakai untuk mendeskripsikan data sehingga memudahkan
peneliti untuk memahami struktur dari sebuah data. Sedangkan tabel
kerja adalah tabel yang dipakai untuk menganalisis data yang tertuang
dalam tabel data.115

I. Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Syarat dalam analisis parametrik yaitu data harus normal.116 Uji
normalitas digunakan untuk melihat apakah dalam model regresi vaiabel
terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak.

115
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana, 2009), h.164-
168
116
Duwi Priyatno, Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS, Cetakan I,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 56
96

Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal
(Tony Wijaya, 2012).
Pengujian uji normalitas dengan menggunakan tabel Tests of
Normality dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan Normal P-P Plot of
Regression Standardized Residual untuk mengetahui apakah distribusi
data pada tiap-tiap variabel normal atau tidak dengan menggunakan
kriteria pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut :
 Tests of Normality dengan uji Kolmogorov-Smirnov
- Jika data pada variabel X dan variabel Y lebih dari 0,05 maka
data dinyatakan berdistribusi normal.
- Jika data pada variabel X dan variabel Y kurang dari 0,05 maka
data dinyatakan tidak berdistribusi normal.117
 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
- Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti
arah diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.118

2. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji prasyarat analisis untuk mengetahui pola
data, apakah data berpola linear atau tidak. Uji ini berkaitan dengan
penggunaan regresi linear.119 Dasar pengambilan keputusan uji
linearitas yaitu :
a. Berdasarkan nilai signifikansi
 Jika nilai signifikansi > 0,05 maka terdapat hubungan linear
antara variabel X dengan variabel Y

117
Ibid, h.58
118
Ibid, h.59
119
Misbahudin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2013), h. 292
97

 Jika nilai signifikansi < 0,05 maka tidak terdapat hubungan


linear antara variabel X dengan variabel Y120

3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya
ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Model regresi
yang baik mensyaratkan tidak adanya masalah heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir atau estimator menjadi tidak
efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi.
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat
pola titik-titik pada scatterplot regresi. Jika titik-titik menyebar dengan
pola yang tidak jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.121
Dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan grafik Scatterplot, yaitu :
 Jika terdapat pola tertentu pada grafik Scatterplot SPSS, seperti titik-
titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, menyebar
kemudian menyempit), maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas.
 Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar,
maka indikasinya adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.122

J. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul selanjutnya akan diuji dan dianalisis dengan
program Statitical Product and Service Solution (SPSS) versi 22. Adapun
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Regresi (Regression Analysis)

120
Sahid Raharjo, Cara Melakukan Uji Linearitas dengan Program SPSS,
www.spssindonesia.com (Minggu, 20 Agustus 2017 / Pukul : 22.42)
121
Priyatno, Op.cit, h.60
122
Sahid Raharjo, Uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot SPSS,
www.konsistensi.com (Sabtu, 19 Agustus 2017 / Pukul. 01.25)
98

Analisis regresi linear digunakan untuk menaksir atau meramalkan


nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dinaikkan atau
diturunkan. Analisis ini didasarkan pada hubungan satu variabel
indepen dengan satu atau lebih variabel independen. Jika hanya
menggunakan satu variabel independen maka disebut analisis regresi
linear sederhana dan jika menggunakan lebih dari satu variabel
independen maka disebut analisis regresi linear berganda. 123
Manfaat dari hasil analisis regresi adalah untuk membuat keputusan
apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan
melalui peningkatan variabel independen atau tidak.
a. Analisis regresi linear sederhana
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun
kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.
Persamaan umum regresi linear sederhana adalah :124
Y′= a + bX

Keterangan :
Y′ : Nilai prediksi variabel dependen
a : Konstanta, yaitu nilai Y′ jika X = 0
b : Koefisien regresi
X : Variabel independen

K. Uji Hipotesis
Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode regresi linear sederhana. Untuk
membenarkan uji hipotesis, maka peneliti menggunakan uji statistik
terhadap data-data yang diperoleh, yaitu :
1. Uji Parsial (Uji t)

123 Ibid, h.40

124
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2017), h.260-261
99

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen


secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya
signifikan atau tidak.125
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
 Thitung ≤ tkritis jadi H0 diterima
 Thitung > tkritis jadi H0 ditolak126

2. Uji Koefisien Determinasi


Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa
besar persentase sumbangan pengaruh variabel independen secara
serentak terhadap variabel dependen.127 Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 (R Square) yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

125
Priyatno, Op.cit, h.50
126
Ibid, h.51
127
Ibid, h.56
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Negeri 21 Jakarta


1. Profil Madrasah
MTs Negeri 21 Jakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan
tingkat menengah pertama dibawah Kementerian Agama yang terletak
di Kelurahan Pondok Kelapa dan mulai beroperasi pada tahun 1997.
Berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat yang heterogen
(masyarakat Betawi dan pendatang). MTs Negeri 21 Jakarta memiliki
luas tanah sekitar ±3.861 m² . Status Milik Negara dengan Luas
Bangunan Gedung A ±1102 m2 dan Gedung B ± 1733 m2.
a. Keadaan Madrasah
Secara fisik keadaan MTs Negeri 21 Jakarta memiliki 2 gedung
utama dan beberapa gedung lainnya yang permanen dengan
perincian sebagai berikut :
Gedung A terdiri dari :
1) 8 Ruang belajar
2) 1 Ruang laboratorium Komputer
3) 1 Ruang labaratorium Bahasa
4) 1 Ruang BP/BK
5) 1 Ruang UKS
6) 6 Toilet Peserta Didik

Gedung B terdiri dari :


1) 10 Ruang belajar
2) 1 Ruang kepala madrasah
3) 1 Ruang Tata Usaha terdiri dari
 Ruang Kepala TU
 Ruang Wakil Kepala Madrasah
 Ruang Bendahara

100
101

 2 Ruang Toilet Karyawan


4) 1 Ruang Guru
5) 1 Ruang Laboratorium IPA
6) 1 Ruang Dapur/OB
7) 1 Ruang Koperasi
8) 12 Toilet Peserta Didik
9) 6 Ruang Toilet Guru

Gedung - gedung lainnya :


1) 1 Masjid “Saad Abi Waqash” (Putra)
2) 1 Musholla Ibnu Rusyd (Putri)
3) 1 Ruang Aula
4) 1 Ruang Perpustakaan
5) 1 unit kantin
6) I unit Tempat Parkir
7) 3 Ruang Pengurus Eskul
 OSIS
 Pramuka
 PMR
8) 1 Ruang security
9) 3 Ruang gudang
10) Lapangan Basket
11) Lapangan Futsal
12) Lapangan Volly

2. Visi dan Misi


a. Visi MTs Negeri 21 Jakarta
“ Unggul Dalam mewujudkan Pribadi Muslim Yang Berkualitas di
dasari Iptek Dan Imtaq ”
Visi tersebut mencerminkan profil dan cita-cita madrasah
berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi madrasah :
102

1) Sesuai dengan norma dan harapan masyarakat


2) Ingin mencapai keunggulan
3) Mendorong semangat dan komitmen seluruh civitas madrasah
4) Mendorong adanya perubahan yang lebih baik
5) Mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) madrasah

b. Misi MTS Negeri 21 Jakarta


1) Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama
Islam dan budaya bangsa.

2) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif yang


didasari IPTEK dan IMTAQ
3) Meningkatkan kualitas hafalan Al Qur’an bagi peserta didik-
siswi madrasah
4) Mengembangkan potensi kepribadian anak secara optimal
5) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif bagi
seluruh civitas madrasah.
6) Menjaga kesehatan fisik dan berprestasi dalam bidang olahraga.
7) Meningkatkan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana
8) Meningkatkan hubungan yang harmonis antar stake holder yang
terkait
9) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul
karimah, dan bertaqwa pada Allah SWT

3. Personil Madrasah
a. Kepala Madrasah
MTs Negeri 21 Jakarta mengalami beberapa kali pergantian
kepala Madrasah, sebagai berikut :
103

Tabel 4. 1 : Kepala Madrasah MTs Negeri 21 Jakarta


No Tahun Nama Kepala Madrasah
1 1995 - 1997 Drs. A. Mukti Affas
2 1997 - 2002 Drs. H. Abdul Haris
3 2002 - 2007 Drs. H. Muhammad Nuh
4 2007 - 2011 Dra. Hj. Mahmudah
5 2011 - 2013 Drs. H. Burhanudin, MM
6 2013 - sekarang Dra. H. Mahmudah
Sumber : MTs Negeri 21 Jakarta

b. Tenaga Pendidik
Tenaga Pendidik MTs Negeri 21 Jakarta pada tahun pelajaran
2015/2016 :

Tenaga Pendidik MTs Negeri 21 Jakarta


Tahun Pelajaran 2015/2016
25

20

15

10

0
Strata Satu Strata Dua
(S1) (S2)
Negeri
Honore
Sumber : MTs Negeri 21 Jakarta r
Gambar 4. 1: Tenaga Pendidik MTs Negeri 21 Jakarta Tahun
Pelajaran 2015/2016

Berdasarkan gambar diatas, tenaga pendidik di MTs Negeri 21


Jakarta pada tahun pelajaran 2015/2016 terdapat tenaga pendidik
dengan tingkat pendidikan Strata Satu (S1) sebanyak 23 pegawai
negeri dan 3 pegawai honorer dan tenaga pendidik dengan tingkat
pendidikan Strata Dua (S2) sebanyak 6 pegawai negeri. Dengan
104

demikian, jumlah keseluruhan tenaga pendidik di MTs Negeri 21


Jakarta pada tahun pelajaran 2015/2016 adalah 32 orang.

c. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan MTs Negeri 21 Jakarta pada tahun
pelajaran 2015/2016 :

Tenaga kependidikan MTs Negeri 21 Jakarta


Tahun Pelajaran 2015/2016

5
4
3
2
1
0
SD / MI SMP / MTs SMA / MA Diploma III Strata Satu
(S1)

Negeri Honorer

Sumber : MTs Negeri 21 Jakarta


Gambar 4. 2 : Tenaga kependidikan MTs Negeri 21 Jakarta
Tahun Pelajaran 2015/2016

Berdasarkan gambar diatas, tenaga kependidikan di MTs Negeri


21 Jakarta pada tahun pelajaran 2015/2016 terdapat tenaga pendidik
dengan tingkat pendidikan SD/MI sebanyak 1 pegawai negeri dan 1
pegawai honorer, SMP/MTs sebanyak 2 pegawai honorer,
SMA/MA sebanyak 3 pegawai negeri dan 4 pegawai honorer,
Diploma III sebanyak 1 pegawai honorer dan Strata Satu (S1)
sebanyak 5 pegawai negeri dan 2 pegawai honorer. Dengan
demikian, jumlah keseluruhan tenaga kependidikan di MTs Negeri
21 Jakarta pada tahun pelajaran 2015/2016 adalah 19 orang.
105

d. Peserta Didik
Jumlah peserta didik MTs Negeri 21 Jakarta pada tahun
pelajaran 2015/2016 :

Peserta Didik MTs Negeri 21 Jakarta


Tahun Pelajaran 2015/2016

200

100 Perempua
n Laki-Laki
0
Kelas VII Kelas VIII Kelas
IX

Laki-Laki Perempuan

Sumber : MTs Negeri 21 Jakarta


Gambar 4. 3 : Peserta Didik MTs Negeri 21 Jakarta Tahun
Pelajaran 2015/2016

Berdasarkan gambar diatas, peserta didik di MTs Negeri 21


Jakarta pada tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah peserta didik
di kelas VII sebanyak 280 siswa yang terdiri dari 138 laki-laki dan
142 perempuan, jumlah peserta didik di kelas VIII sebanyak 283
siswa yang terdiri dari 117 laki-laki dan 166 perempuan, dan jumlah
peserta didik di kelas IX sebanyak 247 yang terdiri dari 97 laki-laki
dan 150 perempuan. Dengan demikian, jumlah seluruh peserta didik
MTs Negeri 21 Jakarta tahun pelajaran 2015/2016 sebanyak 810
yang terdiri dari 352 laki-laki dan 458 perempuan.

B. Hasil Uji Instrumen Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dan


Variabel Y (Efektivitas Anggaran)
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
106

Product Moment. Data dikatakan valid jika taraf signifikansinya 0,05,


maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Uji coba instrumen untuk variabel X dan variabel Y dilakukan dua
kali. Uji coba instrumen yang pertama dilakukan oleh 15 orang pegawai
tata usaha sebagai responden di luar objek penelitian. Untuk tabel ta =
0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) atau dk = 15-2 = 13. Maka rtabel
adalah sebesar 0,553.

Dari hasil uji validitas pertama dengan menggunakan SPSS versi 22


pada variabel X (manajemen keuangan sekolah) dari 55 soal terdapat 15
butir soal tidak valid dan 40 butir soal valid dan pada variabel Y
(efektivitas anggaran) dari 35 soal terdapat 9 butir soal tidak valid dan
26 butir soal valid. Seluruh butir soal tidak valid tidak akan digunakan
kembali pada uji instrumen kedua, sedangkan seluruh butir soal valid
akan digunakan kembali untuk uji instrumen kedua.

Uji coba instrumen yang kedua dilakukan oleh 45 orang tenaga


pendidik dan kependidikan di MTs Negeri 21 Jakarta. Untuk tabel ta =
0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) atau dk = 45-2 = 43. Maka rtabel
adalah sebesar 0,301.

Dari hasil uji validitas kedua dengan menggunakan SPSS versi 22


pada variabel X (manajemen keuangan sekolah) dari 40 soal terdapat 16
butir soal tidak valid dan 24 butir soal valid dan pada variabel Y
(efektivitas anggaran) dari 26 soal terdapat 1 butir soal tidak valid dan
25 butir soal valid. Seluruh butir soal tidak valid tidak akan digunakan
pada penelitian, sedangkan seluruh butir soal valid akan digunakan
untuk penelitian yang dianggap mewakili data yang dibutuhkan oleh
peneliti.
107

2. Hasil Uji Reliabilitas


Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data.
Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 22
pada variabel X (manajemen keuangan sekolah), yaitu :

Tabel 4. 2 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X) Manajemen


Keuangan Sekolah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,903 24

Sumber : Hasil olah data penelitian

Berdasarkan hasil Cronbach’s Alfa di atas menunjukkan bahwa nilai


Cronbach’s Alfa (0,903) > 0,70 maka reliabilitas sangat tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen untuk
variabel X Manajemen Keuangan Sekolah memiliki reliabilitas sangat
tinggi.

Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas pada variabel Y (Efektivitas


Anggaran), yaitu :

Tabel 4. 3 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Y) Efektivitas


Anggaran

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,914 25

Sumber : Hasil olah data penelitian


108

Berdasarkan hasil Cronbach’s Alfa di atas menunjukkan bahwa nilai


Cronbach’s Alfa (0,914) > 0,70 maka reliabilitas sangat tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen untuk
variabel Y Efektivitas Anggaran memiliki reliabilitas sangat tinggi.

C. Hasil Data Penelitian Variabel Y (Efektivitas Anggaran)


1. Hasil Dokumentasi Variabel Y (Efektivitas Anggaran)
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen. Dokumen ini
digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada Variabel Y yaitu
Efektivitas Anggaran.
Melalui Kebijakan Pemerintah yang ada di tahun 2007 dalam
pengelolaan keuangan yang dikenal dengan sumber anggaran yang
disebut Dana Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). MTs Negeri 21
Jakarta adalah salah satu sekolah negeri yang sekuruh biaya pelaksanaan
anggarannya bersumber dari DIPA, berikut adalah rincian alokasi
anggaran MTs Negeri 21 Jakarta yang bersumber dari DIPA pada tahun
anggaran 2016

Tabel 4. 4 : Rincian Alokasi Anggaran MTs Negeri 21 Jakarta


Tahun Anggaran 2016

Jenis Belanja
Pegawai Barang Modal Bantuan Pendapatan
Sosial
4.292.357.000 1.065.480.000 97.240.000 60.000.000 5.515.077.000

Sumber : Kementerian Agama RI

Berdasarkan data di atas, rincian alokasi anggaran MTs Negeri 21


Jakarta yang bersumber dari DIPA digunakan untuk empat jenis
belanja, yaitu :
109

1) Belanja Pegawai (Rp. 4.292.357.000), berupa :


a. Pengelolaan Belanja Gaji dan Honorarium
2) Belanja Barang (Rp. 1.065.480.000), berupa :
a. Penyelenggaraan Operasional Perkantoran
b. Perawatan Gedung Kantor
c. Perawatan Sarana dan Prasarana Kantor
d. Pembinaan Administrasi dan Pengelolaan Keuangan
e. Penyusunan Program Kerja/Rencana Kerja
f. Pengembangan Sistem Apresiasi Keuangan
g. Penelitian dan Pengembangan Ilmu dan Teknologi
h. Peningkatan Tata Ketentuan dan SDM
3) Belanja Modal (Rp. 97.240.000), berupa :
a. Pembangunan Gedung Pendidikan
b. Pengelolaan Kendaraan
c. Penyediaan Sarana Prasarana
d. Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Unit Dasar
4) Belanja Bantuan Sosial (Rp. 60.000.000), berupa :
c) Beasiswa
d) Peningkatan SDM
Sehingga, jumlah anggaran yang digunakan MTs Negeri 21 Jakarta
pada tahun anggaran 2016 sebesar Rp. 5.515.077.000.
Dari rincian alokasi anggaran di atas, maka selanjutnya adalah
melihat antara rencana dan realisasi anggaran per bulan selama tahun
anggaran 2016 yang di gunakan MTs Negeri 21 Jakarta.

Tabel 4. 5 : Rencana dan Realisasi Anggaran Per bulan MTs


Negeri 21 Jakarta Tahun Anggaran 2016

Rencana dan Realisasi Serapan Anggaran

Rencana Realisasi
110

No Bulan Jumlah Persentase Jumlah Persentase


Anggaran (%) Anggaran (%)

1 Januari 235.946.080 4,0 % 259.540.688 4,4 %

2 Februari 271.337.992 4,6 % 277.074.024 4,7 %

3 Maret 324.425.860 5,5 % 330.324.512 5,6 %

4 April 418.804.292 7,1 % 407.006.988 6,9 %

5 Mei 412.905.640 7,0 % 383.412.380 6,5 %

6 Juni 589.865.200 10,0 % 560.371.940 9,5 %

7 Juli 578.067.896 9,8 % 589.865.200 10,0 %

8 Agustus 554.473.288 9,4 % 548.574.636 9,3 %

9 September 690.142.284 11,7 % 707.838.240 12,0 %

10 Oktober 454.196.204 7,7 % 442.398.900 7,5 %

11 November 607.561.156 10,3 % 418.804.292 7,1 %

12 Desember 760.926.108 12,9 % 589.865.200 10,0 %

Jumlah 5.898.652.000 100 % 5.515.077.000 93,5 %

Sumber : Kementerian Agama RI

D. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di MTs Negeri 21 Jakarta menggunakan
teknik pengumpulan data angket dan dokumentasi. Untuk variabel X yaitu
manajemen keuangan sekolah dengan menggunakan angket dan variabel Y
yaitu efektivitas anggaran dengan menggunakan angket dan dokumentasi
sebagai pendukung. Dalam hal ini, untuk variabel X (manajemen keuangan
sekolah) peneliti menggunakan angket yang terdiri dari 24 butir soal yang
sudah di uji validitas dan reliabilitasnya dan untuk variabel Y (efektivitas
111

anggaran) peneliti menggunakan angket yang terdiri dari 25 butir soal yang
sudah di uji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan skala likert
sehingga responden dapat memilih jawaban : (1) STS (Sangat Tidak
Setuju); (2) TS (Tidak Setuju); (3) R (Ragu-ragu); (4) S (Setuju); (5) SS
(Sangat Setuju). Untuk teknik pengumpulan data dokumentasi digunakan
untuk mendukung variabel Y (efektivitas anggaran) dengan data
dokumentasi berupa : (1) Rincian Alokasi Anggaran Tahun 2016; (2)
Rencana dan Realisasi Anggaran Per bulan pada Tahun Anggaran 2016.

1. Data Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dan hasil


analisisnya
a. Data Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah)
Data manajemen keuangan sekolah diperoleh dari hasil
angket. Sampel di lakukan oleh 45 responden yaitu seluruh tenaga
pendidik dan kependidikan (PNS dan karyawan honorer). Dari
jumlah sampel tersebut, peneliti kemudian mengumpulkan dan
mengelompokkan data mengenai manajemen keuangan sekolah.
Data manajemen keuangan sekolah dapat dilihat secara rinci pada
tabel berikut ini :

Tabel 4. 6 : Data Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah)

No Responden Manajemen Keuangan Sekolah

1 Responden 1 71
2 Responden 2 70
3 Responden 3 82
4 Responden 4 70
5 Responden 5 33
6 Responden 6 40
112

7 Responden 7 75
8 Responden 8 83
9 Responden 9 90
10 Responden 10 69
11 Responden 11 95
12 Responden 12 84
13 Responden 13 48
14 Responden 14 75
15 Responden 15 80
16 Responden 16 75
17 Responden 17 82
18 Responden 18 80
19 Responden 19 92
20 Responden 20 80
21 Responden 21 75
22 Responden 22 84
23 Responden 23 100
24 Responden 24 64
25 Responden 25 64
26 Responden 26 60
27 Responden 27 64
28 Responden 28 88
113

29 Responden 29 64
30 Responden 30 75
31 Responden 31 76
32 Responden 32 76
33 Responden 33 77
34 Responden 34 86
35 Responden 35 86
36 Responden 36 71
37 Responden 37 84
38 Responden 38 75
39 Responden 39 64
40 Responden 40 64
41 Responden 41 64
42 Responden 42 64
43 Responden 43 75
44 Responden 44 76
45 Responden 45 60

∑ 3310

Sumber : Hasil olah data penelitian

b. Hasil Analisis Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah)


1) Rentang Nilai (r)
r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
r = 100 - 33
114

= 67
2) Jumlah Kelas (k)
k = 1 + 3,322 log 45
= 1 + 3,322 . 1,653
= 1 + 5,49
= 6,49 ~ 7
3) Panjang Interval (i)
i = Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k)
= 67 : 7
= 9,57 ~ 10
4) Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X (Manajemen Keuangan
Sekolah)

Tabel 4. 7 : Tabel Distribusi Frekuensi Variabel X


(Manajemen Keuangan Sekolah)

Kelas Interval Fi Xi FiXi

33 – 42 2 37,5 75

43 – 52 1 47,5 47,5

53 – 62 2 57,5 115

63 – 72 13 67,5 877,5

73 – 82 16 77,5 1240

83 – 92 10 87,5 875

93 – 102 1 97,5 97,5

∑ 45 472,5 3327,5

Sumber : Hasil olah data penelitian


115

5) Mean (Rata-rata hitung)


Mean : ∑ XiFi = 3327,5 = 73,94
∑ Fi 45

Dari hasil penilaian angket untuk variabel X (manajemen


keuangan sekolah) yang diberikan kepada 45 responden yaitu
seluruh tenaga pendidik dan kependidikan (PNS dan karyawan
honorer) di MTs Negeri 21 Jakarta, maka diperoleh hasil dengan
nilai rata-rata 73,94 atau dibulatkan menjadi 74. Hasil nilai yang
peroleh kemudian dikonversi dengan skala penilaian rentang 70 –
80 yang menunjukkan bahwa nilai untuk variabel X (manajemen
keuangan sekolah) diinterpretasikan tinggi.

2. Data Variabel Y (Efektivitas Anggaran) dan hasil analisisnya

a. Data Variabel Y (Efektivitas Anggaran)


Data efektivitas anggaran diperoleh dari hasil angket.
Sampel di lakukan oleh 45 responden yaitu seluruh tenaga pendidik
dan kependidikan (PNS dan karyawan honorer). Dari jumlah
sampel tersebut, peneliti kemudian mengumpulkan dan
mengelompokkan data mengenai manajemen keuangan sekolah.
Data manajemen keuangan sekolah dapat dilihat secara rinci pada
tabel berikut ini :

Tabel 4. 8 : Data Variabel Y (Efektivitas Anggaran)

No Responden Efektivitas Anggaran

1 Responden 1 100
2 Responden 2 72
3 Responden 3 65
116

4 Responden 4 98
5 Responden 5 49
6 Responden 6 42
7 Responden 7 81
8 Responden 8 67
9 Responden 9 66
10 Responden 10 74
11 Responden 11 98
12 Responden 12 91
13 Responden 13 61
14 Responden 14 82
15 Responden 15 80
16 Responden 16 75
17 Responden 17 74
18 Responden 18 80
19 Responden 19 93
20 Responden 20 80
21 Responden 21 82
22 Responden 22 80
23 Responden 23 98
24 Responden 24 69
25 Responden 25 67
117

26 Responden 26 78
27 Responden 27 67
28 Responden 28 81
29 Responden 29 75
30 Responden 30 75
31 Responden 31 80
32 Responden 32 80
33 Responden 33 80
34 Responden 34 86
35 Responden 35 86
36 Responden 36 91
37 Responden 37 67
38 Responden 38 69
39 Responden 39 75
40 Responden 40 67
41 Responden 41 67
42 Responden 42 80
43 Responden 43 86
44 Responden 44 80
45 Responden 45 81

∑ 3475
Sumber : Hasil olah data penelitian
118

b. Hasil Analisis Variabel Y (Efektivitas Anggaran)


1) Rentang Nilai (r)
r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
r = 100 - 42
= 58
2) Jumlah Kelas (k)
k = 1 + 3,322 log 45
= 1 + 3,322 . 1,653
= 1 + 5,49
= 6,49 ~ 7
3) Panjang Interval (i)
i = Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k)
= 58 : 7
= 8,28 ~ 8
4) Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y (Efektivitas Anggaran)

Tabel 4. 9 : Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Y


(Efektivitas Anggaran)

Kelas Interval Fi Xi FiXi

42 – 49 2 45,5 91

50 – 57 0 53,5 0

58 – 65 2 61,5 123

66 – 73 10 69,5 695

74 – 81 19 77,5 1472,5

82 – 89 5 85,5 427,5

90 – 97 3 93,5 280,5

98 - 105 4 101,5 406


119

∑ 45 588 3495,5

Sumber : Hasil olah data penelitian

5) Mean (Rata-rata hitung)


Mean : ∑ XiFi = 3495,5 = 77,67
∑ Fi 45

Dari hasil penilaian angket untuk variabel Y (Efektivitas


Anggaran) yang diberikan kepada 45 responden yaitu seluruh
tenaga pendidik dan kependidikan (PNS dan karyawan honorer) di
MTs Negeri 21 Jakarta, maka diperoleh hasil dengan nilai rata-rata
77,67 atau dibulatkan menjadi 78. Hasil nilai yang peroleh
kemudian dikonversi dengan skala penilaian rentang 70 – 80 yang
menunjukkan bahwa nilai untuk variabel Y (Efektivitas Anggaran)
diinterpretasikan tinggi.

c. Tingkat Efektivitas Anggaran


Selain angket, data variabel Y (Efektivitas Anggaran)
diperoleh juga dari hasil dokumentasi, yaitu : (1) Rincian Alokasi
Anggaran Tahun 2016; (2) Rencana dan Realisasi Anggaran Per
bulan pada Tahun Anggaran 2016. Berdasarkan dari dua hasil
dokumentasi di atas, selanjutnya peneliti akan mengukur tingkat
efektivitas anggaran. Tingkat efektivitas dapat diukur dengan cara
membandingkan realisasi dengan target anggaran belanja, yaitu :

Efektivitas = 5.515.077.000 x 100 % = 93,49 %


5.898.652.000

Sumber : Hasil olah data penelitian

Dari perhitungan tingkat efektivitas anggaran selama tahun


anggaran 2016 di MTs Negeri 21 Jakarta, maka hasil tingkat
120

efektivitas berdasarkan hasil dokumentasi yang diperoleh adalah


sebesar 93,49 % dibulatkan menjadi 93 yang artinya bahwa
anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta dapat dikatakan efektif.

E. Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji
apakah nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi normal. Beberapa metode uji normalitas
yaitu dengan tabel Tests of Normality dengan uji Kolmogorov-Smirnov
dan Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual pada SPSS
versi 22, yaitu :
Tabel 4. 10 : Hasil Uji Normalitas dengan tabel Tests of Normality
dengan uji Kolmogorov-Smirnov

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Manajemen Keuangan
,091 45 ,200* ,969 45 ,259
Sekolah
Efektivitas Anggaran ,108 45 ,200* ,945 45 ,034

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil olah data penelitian

Dari hasil uji normalitas dengan tabel Tests of Normality dengan


uji Kolmogorov-Smirnov di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Data pada Variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) memiliki
nilai signifikansi 0,200. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka
data tersebut dinyatakan berdistribusi normal.
121

b. Data pada Variabel Y (Efektivitas Anggaran) memiliki nilai


signifikansi 0,200. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka data
tersebut dinyatakan berdistribusi normal.

Sedangkan hasil pengujian dengan menggunakan grafik Normal


P-P Plot of Regression Standardized Residual pada SPSS versi 22,
yaitu :

Sumber : Hasil olah data penelitian

Gambar 4. 4 : Hasil Uji Normalitas Normal P-P Plot of


Regression Standardized Residual

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar


garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut
berdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas.

2. Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear secara signifikan atau tidak. Berikut
ini adalah hasil uji linearitas pada SPSS versi 22, yaitu :
122

Tabel 4. 11 : Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Efektivitas Anggaran Between (Combined) 2761,911 24 115,080 1,492 ,183


* Manajemen Groups Linearity 25,234 1 25,234 ,327 ,574
Keuangan Sekolah Deviation from
2736,677 23 118,986 1,543 ,165
Linearity

Within Groups 1542,667 20 77,133

Total 4304,578 44
Sumber : Hasil olah data penelitian

Berdasarkan hasil output diatas, maka dasar pengambilan


keputusannya adalah :
a. Berdasarkan nilai signifikansi
Diperoleh nilai signifikansi = 0,165. Yang artinya 0,165 > 0,05
maka terdapat hubungan linear antara variabel X (Manajemen
Keuangan Sekolah) dan variabel Y (Efektivitas Anggaran).

3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas merupakan salah satu bagian dari uji
asumsi klasik dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dalam sebuah data dan dapat dilakukan dengan
beberapa cara. Berikut ini adalah hasil uji heteroskedastisitas dengan
Scatterplot pada SPSS versi 22, yaitu :
123

Sumber : Hasil olah data penelitian

Gambar 4. 5 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot


Berdasarkan output Scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik
menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas

F. Hasil Pengujian Statistik


1. Uji Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengukur
besarnya pengaruh satu variabel bebas (X) atau variabel independent
terhadap variabel terikat (Y) atau variabel dependent. Syarat kelayakan
yang harus terpenuhi saat kita menggunakan regresi linear sederhana
adalah :
a. Jumlah sampel yang digunakan harus sama.
b. Jumlah variabel bebas (X) adalah 1 (satu).
c. Nilai residual harus berdistribusi normal .
d. Terdapat hubungan yang linear antara variabel bebas (X) dengan
variabel terikat (Y).
e. Tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut ini adalah hasil uji regresi linear sederhana dengan


menggunakan SPSS versi 22, yaitu :
124

Tabel 4. 12 : Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 35,188 8,010 4,393 ,000

Manajemen Keuangan
,571 ,107 ,631 5,329 ,000
Sekolah

a. Dependent Variable: Efektivitas Anggaran


Sumber : Hasil olah data penelitian

Rumus regresi linear sederhana :

Y′= a + bX

Berdasarkan hasil output di atas, dapat diketahui bahwa :

Y = 35,188 + 0,571 X

di mana :

Y = Efektivitas Anggaran dan X = Manajemen Keuangan Sekolah

Nilai 35,188 merupakan nilai konstanta (a) dari Unstandardized


Coefficients yang menunjukkan bahwa jika tidak ada kenaikan
manajemen keuangan sekolah, maka efektivitas anggaran akan
mencapai 35,188. Sedangkan nilai 0,571 X merupakan koefisien regresi
yang menunjukkan bahwa setiap ada penambahan 1 nilai/angka untuk
manajemen keuangan sekolah, maka akan ada kenaikan efektivitas
anggaran 0,571.

Karena nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka dengan


demikian dapat dikatakan bahwa Manajemen Keuangan Sekolah (X)
berpengaruh positif terhadap Efektivitas Anggaran (Y).

Angka 0,631 pada Standardized Coefficients (Beta) menunjukkan


tingkat korelasi antara manajemen keuangan sekolah dengan efektivitas
anggaran.
125

G. Hasil Uji Hipotesis


1. Uji Parsial (Uji t)
Uji hipotesis atau uji pengaruh berfungsi untuk mengetahui
apakah koefisien regresi tersebut signifikan atau tidak. Berdasarkan
hasil output pada Tabel 4.12 diketahui dengan langkah-langkah
pengujiannya sebagai berikut :
a. Penentuan Thitung
Nilai Thitung didapatkan dari hasil output pada Tabel 4.12 sebesar
5,329.
b. Penentuan Ttabel
Ttabel dapat dicari pada tabel statistik pada signifikansi 0,05 : 2 =
0,025. Ttabel (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2 yaitu 45 –
2 = 43. Didapat nilai Ttabel adalah 2,017.
c. Pengambilan Keputusan
 Jika Thitung ≤ Ttabel maka H0 diterima
 Jika Thitung > Ttabel maka H0 ditolak
d. Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa Thitung (5,329) > Ttabel (2,017) maka H0
ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara
manajemen keuangan sekolah terhadap efektivitas anggaran.

2. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Manajemen Keuangan
Sekolah (X) terhadap Efektivitas Anggaran (Y) dalam analisis regresi
linear sederhana, bisa dilihat pada nilai R yang terdapat pada output
SPSS versi 22 yaitu :
126

Tabel 4. 13 : Hasil Nilai R Square

Model Summary

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 ,631a ,398 ,384 9,347

a. Predictors: (Constant), Manajemen Keuangan Sekolah


Sumber : Hasil olah data penelitian

Dari output di atas, diketahui bahwa :

Nilai R = 0,631

Koefisien Determinasi R2 (R Square) = 0,398

Hal ini menunjukkan Indeks Determinasi, yaitu persentase yang


menyumbangkan pengaruh X (Manajemen Keuangan Sekolah)
terhadap Y (Efektivitas Anggaran).

R2 = 0,398 mengandung pengertian bahwa 39,8% sumbangan X


terhadap Y, sedangkan sisanya sebesar 60,2% dipengaruhi oleh
faktor lain (100% - 39,8%). R Square berkisar pada angka 0 sampai
1. Dengan catatan bahwa semakin kecil angka R Square maka
menunjukkan semakin lemahnya hubungan antara variabel X dan Y.

H. Interpretasi Data

Uji asumsi klasik dilakukan melalui 3 uji yaitu untuk hasil uji
normalitas dengan melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada
tabel Tests of Normality dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan Normal P-P
Plot of Regression Standardized Residual. Dari hasil uji normalitas
menggunakan tabel Tests of Normality (Tabel 4.10) disimpulkan bahwa
data pada variabel X (manajemen keuangan sekolah) memiliki nilai
signifikansi 0,200 dan variabel Y (efektivitas anggaran) memiliki nilai
signifikansi 0,200. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data
127

tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji


normalitas menggunakan grafik Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual (Gambar 4.4) dapat disimpulkan bahwa grafik
tersebut menghasilkan data yang menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut berdistribusi normal.
Untuk hasil uji linearitas bisa dilihat pada hasil SPSS versi 22 yaitu
Anova Tabel (Tabel 4.11) sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
nilai signifikansi, diperoleh nilai signifikansi = 0,165. Yang artinya 0,165>
0,05 maka terdapat hubungan linear antara variabel X (manajemen
keuangan sekolah) dan variabel Y (efektivitas anggaran).
Untuk hasil uji heterokedastisitas bisa dilihat pada output diagram
Scatterplot (Gambar 4.5), terlihat bahwa titik-titik menyebar dan tidak
membentuk pola tertentu yang jelas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Setelah 3 uji asumsi klasik telah
dilakukan maka syarat kelayakan untuk menggunakan uji regresi linear
sederhana sudah terpenuhi.
Hasil pengujian statistik melalui uji regresi linear sederhana dapat
dilihat hasilnya pada (Tabel 4.12) yaitu a = angka konstan dari
Unstandardized Coefficients nilainya sebesar 35,188 dan b = angka
koefisien regresi nilainya sebesar 0,571. Angka ini mengandung arti bahwa
setiap penambahan 1% tingkat Manajemen Keuangan Sekolah (X), maka
Efektivitas Anggaran (Y) akan meningkat sebesar 0,571. Karena nilai
koefisien regresi bernilai positif (+), maka dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Manajemen Keuangan Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap
Efektivitas Anggaran (Y) sehingga persamaan regresinya adalah Y = 35,188
+ 0,571 X.
Berdasarkan hasil besarnya persamaan Y’, maka untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh atau tidak antara variabel X (Manajemen
Keuaangan Sekolah) dan variabel Y (Efektivitas Anggaran), maka perlu
dilakukan Uji t yaitu dengan melakukan perbandingan antara Thitung dengan
Ttabel. Namun, sebelum dilakukan perbandingan, terlebih dahulu dicari
derajat bebas atau df (degree of freedom), yaitu : df = n (45) - nr (2) = 43.
128

Diketahui nilai df adalah 43, maka dicari pada tabel statistik pada
signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 (uji 2 sisi), maka di dapat nilai Ttabel sebesar
2,017. Sedangkan, Nilai Thitung didapatkan dari hasil output SPSS versi 22
pada Tabel 4.12 sebesar 5,329.
Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, maka jika Thitung ≤
Ttabel maka H0 diterima dan jika Thitung > Ttabel maka H0 ditolak. Sesuai
dengan hasil yang telah didapatkan maka hasilnya adalah Thitung (5,329) >
Ttabel (2,017) maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut berarti terdapat
pengaruh antara manajemen keuangan sekolah terhadap efektivitas
anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta.
Kemudian, untuk melihat hasil persentase besarnya pengaruh
variabel X (Manajemen Keuangan Sekolah) dengan variabel Y (Efektivitas
Anggaran) yaitu dengan menggunakan koefisien determinasi atau R Square.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R Square yang
mendekati nol berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dari hasil yang didapat pada Tabel 4.13 diperoleh nilai R sebesar
0,398 dan apabila dipersentasekan hasilnya adalah 39,8%. Nilai ini
mengandung bahwa pengaruh Manajemen Keuangan Sekolah (X) terhadap
Efektivitas Anggaran (Y) adalah sebesar 39,8% sedangkan 60,2%
Efektivitas Anggaran (Y) dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

I. Pembahasan

Hasil pengujian statistik membuktikan bahwa ada pengaruh antara


manajemen keuangan sekolah terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri
21 Jakarta dengan besarnya pengaruh sebesar 39,8% sedangkan sisanya
sebesar 60,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa aspek efektivitas dapat
terpenuhi apabila kegiatan manajemen keuangan seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan dapat berjalan dengan
129

baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Minarti yaitu manajemen keuangan
diartikan sebagai suatu proses melakukan kegiatan mengatur keuangan
dengan menggerakkan tenaga orang lain, dengan mempertimbangkan aspek
efektivitas dan efisiensi yang berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh yang dimulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, sampai dengan
pengawasan.128
Hasil pengujian statistik tersebut di dukung dengan adanya hasil
dokumentasi selain teknik pengumpulan angket yaitu data variabel Y
(efektivitas anggaran), yaitu : (1) Rincian Alokasi Anggaran Tahun 2016;
(2) Rencana dan Realisasi Anggaran Per bulan pada Tahun Anggaran 2016.
Berdasarkan dari dua hasil dokumentasi tersebut, maka akan diukur tingkat
efektivitas anggarannya. Mengukur tingkat efektivitas dengan cara
membandingkan realisasi dengan target anggaran belanja sehingga
diperoleh nilai sebesar 93,49 % dibulatkan menjadi 93 yang artinya bahwa
anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta dapat dikatakan efektif.
Hal ini sesuai dengan hasil Jurnal yang dilakukan oleh Ariel Sharon
S, tingkat efektivitas anggaran bisa diukur dengan cara membandingkan
realisasi anggaran belanja dengan target anggaran belanja,129 yang dimana
uraian jenis belanja tersebut sudah dijelaskan di Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008 yaitu belanja pegawai, barang, modal
dan bantuan sosial.130
Maka dapat disimpulkan bahwa, manajemen keuangan di sekolah
yang semakin baik dapat mempengaruhi tingkat keefektifan pada anggaran
di sekolah. Begitupun sebaliknya, apabila manajemen keuangan di sekolah
semakin buruk maka dapat mempengaruhi tingkat keefektifan pada
anggaran di sekolah tersebut.
Apabila dibandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu,
maka terdapat perbedaan yaitu metode penelitian ini menggunakan Regresi
128
Minarti, Op.cit., h. 213
129
Sumenge, Op.cit., h.77
130 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008
130

Linear Sederhana dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui berapa


pengaruh antara kedua variabel. Variabel yang digunakan adalah
manajemen keuangan sekolah (X) dan efektivitas anggaran (Y). Dalam
penelitian ini digunakan analisis data menggunakan uji regresi linear
sederhana dan hasil perhitungan hipotesisnya dengan menggunakan uji
parsial (uji t) untuk melihat adakah pengaruh antara variabel X dan variabel
Y dan menggunakan koefisien determinasi untuk melihat berapa besar
pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Selain analisis data yang
digunakan berbeda dengan penelitian terdahulu, cara pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu angket dan dokumentasi
sebagai data pendukung.

J. Keterbatasan Peneliti
Selama pelaksanaan penelitian ini, peneliti memiliki beberapa
keterbatasan yaitu :
1. Sulitnya mendapatkan izin untuk melakukan penelitian di
sekolahsekolah karena terkait judul penelitian yang datanya
dirahasiakan pihak sekolah.
2. Informasi dan data yang diperlukan peneliti tidak sepenuhnya diberikan
oleh pihak sekolah.
3. Penyusunan instrumen, pengisian angket dan pengumpulan data yang
memerlukan waktu cukup lama.
4. Tidak bisa melakukan pengambilan data melalui wawancara hal ini
dikarenakan privasi data yang diberikan.
BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen
keuangan sekolah terhadap efektivitas anggaran di MTs Negeri 21 Jakarta
seperti yang telah diuraikan di BAB IV, maka dapat diambil kesimpulan
yaitu sebagai berikut :

1. Hasil uji t diketahui bahwa nilai Thitung (5,329) > Ttabel (2,017) maka H0
ditolak. Berdasarkan hasil tersebut berarti terdapat pengaruh antara
manajemen keuangan sekolah terhadap efektivitas anggaran di MTs
Negeri 21 Jakarta. Serta nilai R Square yang mendekati 1 (satu) yaitu
sebesar 0,398 dan apabila dipersentasekan hasilnya adalah 39,8%
sehingga pengaruh manajemen keuangan terhadap efektivitas anggaran
sebesar 39,8% sedangkan sisanya sebesar 60,2% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti.
2. Hasil uji regresi linear sederhana, a = angka konstan nilainya sebesar
35,188 dan b = angka koefisien regresi nilainya sebesar 0,571. Angka
ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1% tingkat Manajemen
Keuangan Sekolah (X), maka Efektivitas Anggaran (Y) akan meningkat
sebesar 0,571. Karena nilai koefisien regresi bernilai positif (+), maka
dengan demikian dapat dikatakan bahwa Manajemen Keuangan
Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Efektivitas Anggaran (Y)
sehingga persamaan regresinya adalah Y = 35,188 + 0,571 X.

b. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang ditujukan
kepada pihak-pihak terkait, yaitu :

131
132

1. Bagi Sekolah
a. Pelunya kerjasama antara kepala sekolah, bendahara, tenaga
pendidik dan kependidikan, serta komite sekolah dalam melakukan
perencanaan anggaran di sekolah.
2. Bagi Bendahara
Perlu adanya pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) bagi
pegawai tata usaha terutama pelatihan dalam bidang pengelolaan
keuangan seperti pencatatan dan lain-lain.
3. Bagi Orang Tua Siswa
Harus memiliki peran serta dalam pengawasan keuangan sekolah pada
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah).
4. Bagi Peneliti Lain
a. Agar melakukan penelitian di tempat yang memiliki data yang
transparan, sehingga dalam melakukan penelitian dapat
dilaksanakan dengan mudah.
b. Jika ingin meneliti dengan judul penelitian yang sama maka perlu
diperhatikan alokasi waktu ketika sedang melakukan pengambilan
data.
c. Mencari sumber infomasi yang luas tidak hanya berpatokan kepada
sekolah tempat peneltian, semisal Kementerian Agama karna
sebagai salah satu cara agar data yang didapatkan lebih mudah.
d. Bisa menambahkan teknik pengumpulan data wawancara, karna
peneliti tidak bisa melakukan wawancara pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz A. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika, 2014.

Arief Widodo, Pratama. Analisis Efisiensi dan Efektivitas Belanja Pendidikan.


Jurnal Ilmiah. 2012.

Bastian, Indra. AKUNTANSI PENDIDIKAN Pengelolaan Organisasi Pendidikan.


Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta, 2015.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana, 2009.

Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, www.wikiapbn.org (Minggu, 13 Agustus


2017, Pukul 00.42)

Darsono dan Tjatjuk Siswandoko. Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21.
Jakarta : Universitas Krisnadwipayana, 2012.

Daryanto dan Mohammad Farid. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah.


Yogyakarta : Gava Media, 2013.

Datangi Kemendikbud, ICW CS Berikan PR untuk Anies Baswedan.


(www.DetikNews.com). 2017.

Engkoswara dan Aan Komariah. Administrasi Pendidikan. Jakarta : Alfabeta, 2012.

Fahmi, Irham. Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung : Alfabeta, 2013.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2011.

Gunawan, Ary H. ADMINISTRASI SEKOLAH (Administrasi Pendidikan Mikro).


Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1996.

Hasibuan,S.P. Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta :


PT. Bumi Aksara, 2012. h. 1-2

Indrawan, Angga. Korupsi Anggaran Pendidikan Didominasi Daerah.


(www.republika.co.id). 2017.

Jodenmot. Konsep Efektivitas dan Kinerja: Tolak Ukur Efektivitas dan Kinerja.
(www.jodenmot.wordpress.com). Rabu, 19 April 2017.

133
134

Julita. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja pada
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Jurnal.
Kadarman, M.A. dan Yusuf Udaya. Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Ilmu, 1992.

Khotimah, Husnul. Persepsi Kepala Sekolah Dasar Di Kecamatan Tanah Sareal


Kota Bogor Tentang Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010.
Koran Tempo, 29 November 2004

Koswara, Dedi. Manajemen Keuangan Sekolah. (www.wordpress.com). 2017.

Mahfiza. Pengaruh Sistem Pengelolaan Keuangan Terhadap Efektivitas


Penganggaran pada Badan Layanan Umum (BLU) Universitas Negeri
Gorontalo. Jurnal Al-Buhuts. Vol.1. 2015.

Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Pustaka Setia. 2011.

Maisyaroh. Manajemen Pendidikan Analisis Substantif dan Aplikasinya dalam


Institusi Pendidikan. Malang : Universitas Negeri Malang, 2003.

Marno dan Triyo Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.


Bandung : PT. Refika Aditma, 2008.

Matin. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada,


2014.

Minarti, Sri. Manajemen Sekolah. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.


Misbahudin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta :
Bumi Aksara. 2013.

Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan Implementasi.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Mulyono. Manajemen Administrasi & Organisasi Pendidikan. Yogyakarta : Ar-


Ruzz Media, 2010.
Mulyono. Konsep Pembiayaan Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2010.

Munandar, M. Budgeting Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja,


Pengawasan Kerja. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta. 1985.

Musfah, Jejen. Manajemen Pendidikan (teori, kebijakan, dan praktik). Jakarta :


Kencana, 2015.
135

Naftali, Ester., Malia Ulfa, dan Nurlatifah, Analisis Anggaran Penjualan Obat
Sebagai Alat Ukur Efektivitas Kinerja Perusahaan Pada PT SINAR PRIMA
LESTARI. 2011.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis untuk


Akuntansi & Manajemen, Edisi Pertama, (Yogyakarta: PT. BPFE
Yogyakarta, 1999), h.152

Penyusunan RKA-KL, https://rafynang.wordpress.com/2013/12/30/penyusunan-


rka-kl/ (Minggu, 13 Agustus 2017, Pukul 01.17)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 105/PMK.02/2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN


2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

Pidarta, Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta, 2004.

Prawironegoro, Darsono., dan Ari Purwanti. Akuntansi Manajemen,. Jakarta : Mitra


Wacana Media, 2009.

Priyatno, Duwi. Analisis Korelasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS,


Cetakan I. Yogyakarta : Gava Media, 2013.

Rachmaningtyas, Ayu. ICW mencatat ada 425 kasus korupsi sepanjang 2005-2016.
(www.kompas.com). 2017.

Raharjo, Sahid. Cara Melakukan Uji Linearitas dengan Program SPSS,


www.spssindonesia.com (Minggu, 20 Agustus 2017 / Pukul : 22.42)

Raharjo, Sahid. Uji heteroskedastisitas dengan grafik Scatterplot SPSS,


www.konsistensi.com (Sabtu, 19 Agustus 2017 / Pukul. 01.25)

Setiadi, Affan. Pengaruh Manajemen Keuangan Terhadap Efektivitas Anggaran


(Studi kasus pada SMK Negeri 20 Jakarta). Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta. 2015.

Sharon Sumenge, Ariel. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran


Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) Minahasa
Selatan. Jurnal EMBA. Vol. 1. No.3 September 2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,


2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-13. Bandung : Alfabeta, 2009.


136

Sugiyono. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta, 2017.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian. Bandung : PT Refika Aditama, 2012.

Suhasaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Cet.1. Bandung : PT. Refika Aditama,


2010.

Supheni, Indrian. Efektivitas Anggaran Proyek Pemeliharaan DAM pada Kantor


Dinas Pengairan Daerah Kabupaten Nganjuk.
(http://dharmapendidikan.blogspot.com). 2014.

Supranto dan Nandan Limakrisna. Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk


Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi. Edisi 3. Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2013.

Supriadi, Dedi. SATUAN BIAYA PENDIDIKAN. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2006.

Tim Dosen Administasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen


Pendidikan. Bandung : Alfabeta, 2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cetakan II.
Jakarta : Balai Pustaka, 2002.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Bagian Ketiga :


Pengadaan Dana Pendidikan, Pasal 48.

Universitas Hasanuddin. Konsep Efektivitas. (http://www.repository.unhas.ac.id).


2014.

Usman, Husaini. Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan (Edisi kedua).
Yogyakarta : Bumi Aksara, 2008.

Usman, Husaini. Manajemen Teori Praktik & Riset Pendidikan (Edisi Ketiga).
Yogyakarta : Bumi Aksara, 2010.

Van Horne, James C. dan John M. Wachowicz. Prinsip-prinsip Manajemen


Keuangan. Penerjemah : Heru Sutojo. Jakarta : Salemba Empat, 1997.

Wahidin. Implementasi Manajemen Keuangan Pendidikan di Pondok Pesantren


Nurul Hijrah Jakarta Timur. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 2016.

Wijaya, David. Implikasi Manajemen Keuangan Sekolah Terhadap Kualitas


Pendidikan. Reno Bastian. Jurnal Penabur Pendidikan - No.13/Tahun ke-
8/Desember 2009.
137

www.artikelsiana.com. Rabu, 12 April 2017.


www.seputarilmu.com. 13 Oktober 2016.
LAMPIRAN – LAMPIRAN

138
13
9

Lampiran 1

Definisi Operasional

Variabel Manajemen Keuangan Sekolah (X)

Variabel Penelitian Dimensi Indikator Soal Skala

Manajemen 1. Perencanaan Sumber Dana 1, 2, 3,


Keuangan Sekolah 4, 5, 6,
(Sri Minarti) 7, 8, 9

2. Perencanaan keuangan 10, 11


Perencanaan sekolah mengikutsertakan Likert

kepala sekolah, guru, staf TU,


dan komite sekolah

3. Merencanakan dan 12, 13,


menentukan kebutuhan dan 14, 15
kegiatan sekolah dalam kurun
waktu tertentu

4. Melakukan penyusunan 16, 17,


Anggaran Pembiayaan / 18, 19,
Anggaran Belanja Sekolah 20, 21
(ABS) dan Rencana
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS)

1. Kepala sekolah sebagai 22, 23,


manajer keuangan sekolah 24, 25,
26, 27,
Pengorganisasian 28 Likert
14
0

2. Bendaharawan sebagai 29, 30,


pengelola keuangan 31

1. Penerimaan Pembiayaan 32, 33,


Pendidikan 34, 35,
36

2. Pengeluaran Pembiayaan 37, 38,


Pelaksanaan Pendidikan 39, 40 Likert

3. Pencatatan transaksi keuangan 41, 42


sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang
berlaku

Pengawasan 1. Kinerja Aktual 43, 44, Likert


45

2. Melakukan monitoring, 46, 47,


evaluasi, dan laporan 48, 49,
50, 51,
52, 53

3. Rekomendasi 54, 55

Jumlah 55
141

Lampiran 2

Definisi Operasional

Variabel Efektivitas Anggaran (Y)

Variabel Dimensi Indikator Soal Skala


Penelitian

Efektivitas Ukuran 1. Input 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, Likert


Anggaran Efektivitas 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
(Sri 18, 19, 20
Minarti)

2. Output 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, Likert


28, 29, 30, 31, 32, 33, 34,
35

Jumlah 35
142

Lampiran 3

Uji Instrumen Pertama Manajemen Keuangan Sekolah (X)

No Pernyataan SS S R TS STS
A. Manajemen Keuangan Sekolah
1 Dalam merencanakan keuangan sekolah, Bapak/Ibu
melakukan pendataan program kegiatan sekolah yang
akan dilaksanakan
2 Dalam merencanakan keuangan sekolah, Bapak/Ibu
memperhitungkan sumber-sumber dana yang akan
diperoleh sekolah
3 Bapak/Ibu merencanakan pembiayaan untuk setiap
mata anggaran
4 Bapak/Ibu merencanakan anggaran yang harus
dikeluarkan dalam setiap program sekolah
5 Tenaga pendidik dan kependidikan mengetahui jumlah
dana yang dimiliki
6 Tenaga pendidik dan kependidikan mengetahui sumber
dana yang diperoleh
7 Sekolah bertugas mengelola keuangan yang diperoleh
dari berbagai sumber untuk membiayai proses belajar
mengajar, melengkapi sarana prasarana, meningkatkan
kesejahteraan pegawai, dan lain-lain.
8 Perencanaan keuangan sekolah disusun secara baik
untuk kebijaksanaan penggunaannya dan
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan.
9 Sumber dana yang tersedia menjadi penentu
terlaksananya kegiatan di sekolah
10 Dalam merencanakan keuangan sekolah melibatkan
kepala sekolah, guru, staf TU, dan komite sekolah.
143

11 Sekolah mengadakan pertemuan yang melibatkan


kepala sekolah, guru, staf TU, dan komite sekolah untuk
menentukan kebutuhan dan menentukan kegiatan
sekolah dalam kurun waktu tertentu.
12 Bapak/Ibu menetapkan besarnya anggaran sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap mata
anggaran
13 Mengurutkan tingkat kebutuhan kegiatan dari yang
paling penting sampai kegiatan pendukung yang bisa
ditunda pelaksanaannya.
14 Ketersediaan waktu, tenaga, dan dana menjadi penentu
dalam merencanakan kebutuhan dan kegiatan sekolah.
15 Semua kebutuhan sekolah tertuang dalam perencanaan
keuangan sekolah
16 Perencanaan anggaran sekolah disesuaikan dengan
rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan,
baik pengembangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
17 Dalam penggunaan keuangan sekolah disesuaikan
dengan RAPBS
18 RAPBS disusun pada setiap tahun ajaran sekolah
dengan memastikan bahwa alokasi anggaran bisa
memenuhi kebutuhan sekolah.
19 RAPBS berisi sumber pendapatan serta susunan
program kerja tahunan yang terdiri dari kegiatan rutin
disertai rencana pembiayaannya dalam satu tahun
anggaran.
20 Dalam menyusun RAPBS, kepala sekolah membentuk
tim yang terdiri dari dewan guru, staf TU, dan pengurus
komite sekolah.
144

21 Keterlibatan guru dalam penyusunan RAPBS


membantu dalam menentukan kebutuhan setiap mata
anggaran yang ditetapkan
22 Kepala sekolah mengatur keuangan sehingga tidak ada
kegiatan yang semestinya mendapat prioritas
pendanaan, tapi tidak memperoleh anggaran.
23 Sekolah mempunyai kelengkapan administrasi
keuangan seperti tempat khusus untuk menyimpan
perlengkapan administrasi keuangan, memiliki alat
hitung dan memiliki buku-buku yang dibutuhkan.
24 Sekolah memiliki RAPBS yang telah disahkan serta
memiliki program penjabarannya sebagai acuan dalam
setiap penggunaan dan pelaporan keuangan sekolah.
25 Sekolah memiliki catatan logistik (uang dan barang)
sesuai dengan mata anggaran dan sumber dana.
26 Sekolah memiliki buku setoran ke bank
27 Sekolah memiliki daftar penerimaan gaji/honor guru
dan tenaga kerja lainnya.
28 Sekolah memiliki laporan keuangan triwulan dan
tahunan.
29 Sekolah meminta salah seorang guru untuk menjadi
bendaharawan sekolah
30 Bendaharawan sekolah memiliki tugas menerima,
mencatat, dan mengeluarkan keuangan sesuai dengan
anggaran yang disetujui oleh kepala sekolah.
31 Bendaharawan berkewajiban mengirimkan kepada
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang perhitungan
mengenai pengurusan keuangan sekolah.
32 Bapak/Ibu menerima sendiri pemasukan keuangan
sekolah
145

33 Penerimaan pembiayaan sekolah dari sumber-sumber


dana dibukukan berdasarkan jenis sumber dana
tersebut.
34 Penerimaan pembiayaan sekolah berasal dari anggaran
rutin, anggaran pembangunan, anggaran penunjang
pendidikan, dana masyarakat, donatur, dan lain-lain.
35 Sekolah menerima anggaran rutin setiap tahunnya dari
pemerintah
36 Sekolah menggunakan dana dari pemerintah untuk
tersebut untuk kegiatan operasional dan perawatan
sekolah
37 Pengeluaran pembiayaan sekolah harus didasarkan
pada kebutuhan yang telah disesuaikan dengan
perencanaan.
38 Dalam mengatur pengeluaran dana sekolah, Bapak/Ibu
menentukan prioritas kegiatan yang perlu ditangani
segera
39 Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan sesuai jadwal dan alokasi dana yang telah
direncanakan
40 Bapak/Ibu memerintahkan bendaharawan sekolah
untuk mengeluarkan dana bagi kegiatan yang telah
ditetapkan
41 Buku-buku yang dipakai untuk mencatat transaksi
keuangan sekolah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
42 Sekolah memiliki pedoman dalam penyelenggaraan
pembukuan keuangan.
146

43 Kepala sekolah mengetahui berapa pengeluaran dan


pendapatan yang diterima sekolah dalam waktu
tertentu.
44 Kepala sekolah berkoordinasi dengan Staf TU, guru,
dan komite sekolah dalam mengatur pendapatan dan
pengeluaran dana sekolah
45 Kepala sekolah memberikan intruksi yang jelas bagi
pengeluaran dana sekolah
46 Kepala sekolah memantau pelaksanaan manajemen
keuangan .
47 Kepala sekolah melakukan pemeriksaan atas kegiatan
yang didanai sekolah
48 Kepala sekolah memeriksa pembelian barang atau
kebutuhan sesuai rencana yang telah ditetapkan
49 Kepala sekolah mengontrol penggunaan dana sesuai
dengan RAPBS yang telah ditetapkan
50 Bapak/Ibu membuat suatu laporan atas dana yang telah
digunakan dalam kegiatan-kegiatan sekolah
51 Bapak/Ibu melaporkan keuangan sekolah secara teratur
kepada para guru dan komite sekolah
52 Para pengawas memeriksa pengelolaan keuangan
sekolah secara rutin
53 Bapak/Ibu melakukan evaluasi terhadap penggunaan
keuangan sekolah
54 Kepala sekolah menentukan tindak perbaikan atau
koreksi apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan.
55 Kepala sekolah membuat informasi yang akurat dalam
rangka pembuatan keputusan dan penilaian terhadap
pelaksanaan program kerja yang telah direncanakan
147

sebelumnya dengan tujuan yang telah direncanakan,


sudah sesuai atau belum.

Uji Instrumen Kedua Manajemen Keuangan Sekolah (X)

No Pernyataan SS S R TS STS
A. Manajemen Keuangan Sekolah
1 Bapak/Ibu merencanakan pembiayaan untuk setiap
mata anggaran
2 Bapak/Ibu merencanakan anggaran yang harus
dikeluarkan dalam setiap program sekolah
3 Tenaga pendidik dan kependidikan mengetahui jumlah
dana yang dimiliki
4 Tenaga pendidik dan kependidikan mengetahui sumber
dana yang diperoleh
5 Perencanaan keuangan sekolah disusun secara baik
untuk kebijaksanaan penggunaannya dan
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan.
6 Sumber dana yang tersedia menjadi penentu
terlaksananya kegiatan di sekolah
7 Sekolah mengadakan pertemuan yang melibatkan
kepala sekolah, guru, staf TU, dan komite sekolah untuk
menentukan kebutuhan dan menentukan kegiatan
sekolah dalam kurun waktu tertentu.
8 Ketersediaan waktu, tenaga, dan dana menjadi penentu
dalam merencanakan kebutuhan dan kegiatan sekolah.
9 Semua kebutuhan sekolah tertuang dalam perencanaan
keuangan sekolah
10 Perencanaan anggaran sekolah disesuaikan dengan
rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan,
148

baik pengembangan jangka pendek maupun jangka


panjang.
11 RAPBS disusun pada setiap tahun ajaran sekolah
dengan memastikan bahwa alokasi anggaran bisa
memenuhi kebutuhan sekolah.
12 Dalam menyusun RAPBS, kepala sekolah membentuk
tim yang terdiri dari dewan guru, staf TU, dan pengurus
komite sekolah.
13 Keterlibatan guru dalam penyusunan RAPBS
membantu dalam menentukan kebutuhan setiap mata
anggaran yang ditetapkan
14 Kepala sekolah mengatur keuangan sehingga tidak ada
kegiatan yang semestinya mendapat prioritas
pendanaan, tapi tidak memperoleh anggaran.
15 Sekolah mempunyai kelengkapan administrasi
keuangan seperti tempat khusus untuk menyimpan
perlengkapan administrasi keuangan, memiliki alat
hitung dan memiliki buku-buku yang dibutuhkan.
16 Sekolah memiliki RAPBS yang telah disahkan serta
memiliki program penjabarannya sebagai acuan dalam
setiap penggunaan dan pelaporan keuangan sekolah.
17 Sekolah memiliki catatan logistik (uang dan barang)
sesuai dengan mata anggaran dan sumber dana.
18 Sekolah memiliki buku setoran ke bank
19 Sekolah memiliki laporan keuangan triwulan dan
tahunan.
20 Sekolah meminta salah seorang guru untuk menjadi
bendaharawan sekolah
149

21 Bendaharawan sekolah memiliki tugas menerima,


mencatat, dan mengeluarkan keuangan sesuai dengan
anggaran yang disetujui oleh kepala sekolah.
22 Bapak/Ibu menerima sendiri pemasukan keuangan
sekolah
23 Penerimaan pembiayaan sekolah dari sumber-sumber
dana dibukukan berdasarkan jenis sumber dana
tersebut.
24 Sekolah menerima anggaran rutin setiap tahunnya dari
pemerintah
25 Pengeluaran pembiayaan sekolah harus didasarkan
pada kebutuhan yang telah disesuaikan dengan
perencanaan.
26 Dalam mengatur pengeluaran dana sekolah, Bapak/Ibu
menentukan prioritas kegiatan yang perlu ditangani
segera
27 Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan sesuai jadwal dan alokasi dana yang telah
direncanakan
28 Bapak/Ibu memerintahkan bendaharawan sekolah
untuk mengeluarkan dana bagi kegiatan yang telah
ditetapkan
29 Buku-buku yang dipakai untuk mencatat transaksi
keuangan sekolah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
30 Sekolah memiliki pedoman dalam penyelenggaraan
pembukuan keuangan.
31 Kepala sekolah mengetahui berapa pengeluaran dan
pendapatan yang diterima sekolah dalam waktu
tertentu.
150

32 Kepala sekolah berkoordinasi dengan Staf TU, guru,


dan komite sekolah dalam mengatur pendapatan dan
pengeluaran dana sekolah
33 Kepala sekolah memberikan intruksi yang jelas bagi
pengeluaran dana sekolah
34 Kepala sekolah melakukan pemeriksaan atas kegiatan
yang didanai sekolah
35 Kepala sekolah mengontrol penggunaan dana sesuai
dengan RAPBS yang telah ditetapkan
36 Bapak/Ibu membuat suatu laporan atas dana yang telah
digunakan dalam kegiatan-kegiatan sekolah
37 Bapak/Ibu melaporkan keuangan sekolah secara teratur
kepada para guru dan komite sekolah
38 Para pengawas memeriksa pengelolaan keuangan
sekolah secara rutin
39 Bapak/Ibu melakukan evaluasi terhadap penggunaan
keuangan sekolah
40 Kepala sekolah menentukan tindak perbaikan atau
koreksi apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan.
151

Lampiran 4

Uji Instrumen Pertama Efektivitas Anggaran (Y)

No Pernyataan SS S R TS STS
B. Efektivitas Anggaran
1 Sumber dana yang diperoleh sesuai untuk
kebutuhan satu tahun pelajaran
2 Sumber dana yang diperoleh tidak sesuai
untuk kebutuhan satu tahun pelajaran
3 Tenaga pendidik dan kependidikan berperan
dalam menentukan input yang dibutuhkan
4 Tenaga pendidik dan kependidikan tidak
berperan dalam menentukan input yang
dibutuhkan
5 Terdapat sumber pendanaan lain dari
masyarakat / komite
6 Tidak terdapat sumber pendanaan lain dari
masyarakat / komite
7 Terdapat kendala/keterlambatan dalam
penerimaan sumber dana.
8 Tidak terdapat kendala/keterlambatan dalam
penerimaan sumber dana
9 Terdapat kendala/keterlambatan pihak
sekolah dalam mencairkan anggaran belanja
pegawai
10 Tidak terdapat kendala/keterlambatan pihak
sekolah dalam mencairkan anggaran belanja
pegawai
11 Terdapat mekanisme pengawasan penerimaan
sumber dana
152

12 Tidak terdapat mekanisme pengawasan


penerimaan sumber dana
13 Terdapat laporan keseluruhan input yang
diperoleh oleh pihak sekolah
14 Tidak terdapat laporan keseluruhan input yang
diperoleh oleh pihak sekolah
15 Terdapat prosedur pengelolaan penerimaan
keuangan sekolah
16 Tidak terdapat prosedur pengelolaan
penerimaan keuangan sekolah
17 Terdapat input dalam bentuk sarana yang
diperoleh oleh pihak sekolah
18 Tidak terdapat input dalam bentuk sarana
yang diperoleh oleh pihak sekolah
19 Terdapat metode tertentu dalam setiap
penerimaan input berupa dana/sarana
20 Tidak terdapat metode tertentu dalam setiap
penerimaan input berupa dana/sarana
21 Pengalokasian anggaran sesuai dengan
perencanaan
22 Pengalokasian anggaran belum sesuai dengan
perencanaan
23 Terdapat perubahan dalam implementasi
program sekolah
24 Tidak terdapat perubahan dalam implementasi
program sekolah
25 Pengeluaran sesuai dengan tujuan sekolah
26 Pengeluaran belum sesuai dengan tujuan
sekolah
153

27 Terdapat mekanisme pengawasan


pengeluaran dana
28 Tidak terdapat mekanisme pengawasan
pengeluaran dana
29 Terdapat laporan keseluruhan output yang
dilaksanakan oleh pihak sekolah
30 Tidak terdapat laporan keseluruhan output
yang dilaksanakan oleh pihak sekolah
31 Pihak sekolah membentuk penanggungjawab
dalam setiap kegiatan program sekolah
32 Pihak sekolah tidak membentuk
penanggungjawab dalam setiap kegiatan
program sekolah
33 Seluruh program dapat terlaksana dengan baik
sesuai perencanaan
34 Seluruh program belum dapat terlaksana
dengan baik sesuai perencanaan
35 Terdapat tidak lanjut apabila program sekolah
tidak dapat dilaksanakan dengan baik

Uji Instrumen Kedua Efektivitas Anggaran (Y)

No Pernyataan SS S R TS STS
B. Efektivitas Anggaran
1 Sumber dana yang diperoleh sesuai untuk
kebutuhan satu tahun pelajaran
2 Terdapat sumber pendanaan lain dari
masyarakat / komite
3 Tidak terdapat sumber pendanaan lain dari
masyarakat / komite
154

4 Terdapat kendala/keterlambatan dalam


penerimaan sumber dana.
5 Tidak terdapat kendala/keterlambatan dalam
penerimaan sumber dana
6 Tidak terdapat kendala/keterlambatan pihak
sekolah dalam mencairkan anggaran belanja
pegawai
7 Tidak terdapat mekanisme pengawasan
penerimaan sumber dana
8 Terdapat laporan keseluruhan input yang
diperoleh oleh pihak sekolah
9 Tidak terdapat laporan keseluruhan input yang
diperoleh oleh pihak sekolah
10 Terdapat prosedur pengelolaan penerimaan
keuangan sekolah
11 Tidak terdapat prosedur pengelolaan
penerimaan keuangan sekolah
12 Terdapat input dalam bentuk sarana yang
diperoleh oleh pihak sekolah
13 Tidak terdapat input dalam bentuk sarana
yang diperoleh oleh pihak sekolah
14 Terdapat metode tertentu dalam setiap
penerimaan input berupa dana/sarana
15 Tidak terdapat metode tertentu dalam setiap
penerimaan input berupa dana/sarana
16 Pengalokasian anggaran belum sesuai dengan
perencanaan
17 Terdapat perubahan dalam implementasi
program sekolah
155

18 Tidak terdapat perubahan dalam implementasi


program sekolah
19 Pengeluaran belum sesuai dengan tujuan
sekolah
20 Terdapat mekanisme pengawasan
pengeluaran dana
21 Tidak terdapat mekanisme pengawasan
pengeluaran dana
22 Terdapat laporan keseluruhan output yang
dilaksanakan oleh pihak sekolah
23 Tidak terdapat laporan keseluruhan output
yang dilaksanakan oleh pihak sekolah
24 Pihak sekolah tidak membentuk
penanggungjawab dalam setiap kegiatan
program sekolah
25 Seluruh program belum dapat terlaksana
dengan baik sesuai perencanaan
26 Terdapat tidak lanjut apabila program sekolah
tidak dapat dilaksanakan dengan baik
156

Lampiran 5
Hasil Uji Validitas Pertama Manajemen Keuangan Sekolah (X)

No Soal Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1 0,238 0,553 Tidak Valid

2 0,083 0,553 Tidak Valid

3 0,798 0,553 Valid

4 0,788 0,553 Valid

5 0,854 0,553 Valid

6 0,684 0,553 Valid

7 0,056 0,553 Tidak Valid

8 0,755 0,553 Valid

9 0,724 0,553 Valid

10 0,480 0,553 Tidak Valid

11 0,582 0,553 Valid

12 0,526 0,553 Tidak Valid

13 0,526 0,553 Tidak Valid

14 0,664 0,553 Valid

15 0,653 0,553 Valid

16 0,755 0,553 Valid

17 0,313 0,553 Tidak Valid

18 0,581 0,553 Valid

19 0,409 0,553 Tidak Valid

20 0,584 0,553 Valid


157

21 0,671 0,553 Valid

22 0,712 0,553 Valid

23 0,839 0,553 Valid

24 0,891 0,553 Valid

25 0,891 0,553 Valid

26 0,850 0,553 Valid

27 0,326 0,553 Tidak Valid

28 0,891 0,553 Valid

29 0,819 0,553 Valid

30 0,612 0,553 Valid

31 0,424 0,553 Tidak Valid

32 0,905 0,553 Valid

33 0,755 0,553 Valid

34 0,529 0,553 Tidak Valid

35 0,728 0,553 Valid

36 0,450 0,553 Tidak Valid

37 0,618 0,553 Valid

38 0,776 0,553 Valid

39 0,680 0,553 Valid

40 0,624 0,553 Valid

41 0,641 0,553 Valid

42 0,669 0,553 Valid

43 0,709 0,553 Valid


158

44 0,839 0,553 Valid

45 0,833 0,553 Valid

46 0,489 0,553 Tidak Valid

47 0,571 0,553 Valid

48 0,296 0,553 Tidak Valid

49 0,696 0,553 Valid

50 0,602 0,553 Valid

51 0,895 0,553 Valid

52 0,748 0,553 Valid

53 0,740 0,553 Valid

54 0,783 0,553 Valid

55 0,404 0,553 Tidak Valid

Hasil Uji Validitas Kedua Manajemen Keuangan Sekolah (X)

No Soal Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1 0,387 0,301 Valid

2 0,501 0,301 Valid

3 0,444 0,301 Valid

4 0,463 0,301 Valid

5 0,366 0,301 Valid

6 0,373 0,301 Valid

7 0,620 0,301 Valid

8 0,508 0,301 Valid


159

9 0,473 0,301 Valid

10 0,414 0,301 Valid

11 0,056 0,301 Tidak Valid

12 0,567 0,301 Valid

13 0,544 0,301 Valid

14 0,596 0,301 Valid

15 0,310 0,301 Valid

16 0,027 0,301 Tidak Valid

17 0,135 0,301 Tidak Valid

18 0,207 0,301 Tidak Valid

19 0,297 0,301 Tidak Valid

20 0,321 0,301 Valid

21 0,393 0,301 Valid

22 0,021 0,301 Tidak Valid

23 0,118 0,301 Tidak Valid

24 0,167 0,301 Tidak Valid

25 0,194 0,301 Tidak Valid

26 0,012 0,301 Tidak Valid

27 0,406 0,301 Valid

28 0,236 0,301 Tidak Valid

29 0,384 0,301 Valid

30 0,122 0,301 Tidak Valid

31 0,214 0,301 Tidak Valid


160

32 0,212 0,301 Tidak Valid

33 0,537 0,301 Valid

34 0,238 0,301 Tidak Valid

35 0,429 0,301 Valid

36 0,010 0,301 Tidak Valid

37 0,310 0,301 Valid

38 0,509 0,301 Valid

39 0,607 0,301 Valid

40 0,680 0,301 Valid


161

Lampiran 6
Hasil Uji Validitas Pertama Efektivitas Anggaran (Y)

No Soal Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1 0.707 0,553 Valid

2 0,309 0,553 Tidak Valid

3 0,548 0,553 Tidak Valid

4 0,376 0,553 Tidak Valid

5 0,558 0,553 Valid

6 0,602 0,553 Valid

7 0,897 0,553 Valid

8 0,707 0,553 Valid

9 0,472 0,553 Tidak Valid

10 0,739 0,553 Valid

11 0,498 0,553 Tidak Valid

12 0,570 0,553 Valid

13 0,791 0,553 Valid

14 0,625 0,553 Valid

15 0,599 0,553 Valid

16 0,695 0,553 Valid

17 0,858 0,553 Valid

18 0,887 0,553 Valid

19 0,887 0,553 Valid


162

20 0,863 0,553 Valid

21 0,349 0,553 Tidak Valid

22 0,887 0,553 Valid

23 0,840 0,553 Valid

24 0,627 0,553 Valid

25 0,424 0,553 Tidak Valid

26 0,701 0,553 Valid

27 0,678 0,553 Valid

28 0,772 0,553 Valid

29 0,858 0,553 Valid

30 0,853 0,553 Valid

31 0,528 0,553 Tidak Valid

32 0,644 0,553 Valid

33 0,359 0,553 Tidak Valid

34 0,748 0,553 Valid

35 0,650 0,553 Valid

Hasil Uji Validitas Kedua Efektivitas Anggaran (Y)

No Soal Nilai rhitung Nilai rtabel Keterangan

1 0.508 0,301 Valid

2 0,566 0,301 Valid

3 0,557 0,301 Valid

4 0,494 0,301 Valid


163

5 0,632 0,301 Valid

6 0,418 0,301 Valid

7 0,396 0,301 Valid

8 0,543 0,301 Valid

9 0,557 0,301 Valid

10 0,719 0,301 Valid

11 0,543 0,301 Valid

12 0,587 0,301 Valid

13 0,601 0,301 Valid

14 0,803 0,301 Valid

15 0,721 0,301 Valid

16 0,498 0,301 Valid

17 0,589 0,301 Valid

18 0,449 0,301 Valid

19 0,462 0,301 Valid

20 0,474 0,301 Valid

21 0,619 0,301 Valid

22 0,323 0,301 Valid

23 0,393 0,301 Valid

24 0,326 0,301 Valid

25 0,468 0,301 Valid

26 0,239 0,301 Tidak Valid


164

Lampiran 7
ANGKET PENELITIAN

PENGANTAR

Angket ini bertujuan untuk memperoleh informasi langsung terkait dengan


penyusunan skripsi saya, yang berjudul “ Pengaruh Manajemen Keuangan Sekolah
Terhadap Efektivitas Anggaran di MTS Negeri 21 Jakarta “.

Data yang Bapak/Ibu berikan semata-mata digunakan hanya untuk


keperluan penelitian dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan nama baik atau
hal-hal yang dapat merugikan Bapak/Ibu berkenaan dengan pelaksanaan tugas di
sekolah.

Untuk itu, mohon kiranya Bapak/Ibu untuk dapat menjawab dan


memberikan informasi yang sesuai dengan keadaan sebenarnya tanpa takut adanya
tekanan dari pihak tertentu. Atas bantuan dan partisipasinya, saya ucapkan terima
kasih.

A. Identitas Responden
Jenis Kelamin :
Usia :
Jabatan :
Lama bekerja :

B. Petunjuk Pengisian Angket


Berikanlah jawaban dengan memberikan tanda check list ( √ ) pada kolom
yang telah disediakan, dengan keterangan sebagai berikut :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak Setuju
165

STS = Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S R TS STS
B. Manajemen Keuangan Sekolah
1 Bapak/Ibu merencanakan pembiayaan untuk setiap
mata anggaran
2 Bapak/Ibu merencanakan anggaran yang harus
dikeluarkan dalam setiap program sekolah
3 Tenaga pendidik dan kependidikan mengetahui jumlah
dana yang dimiliki
4 Tenaga pendidik dan kependidikan mengetahui sumber
dana yang diperoleh
5 Perencanaan keuangan sekolah disusun secara baik
untuk kebijaksanaan penggunaannya dan
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan.
6 Sumber dana yang tersedia menjadi penentu
terlaksananya kegiatan di sekolah
7 Sekolah mengadakan pertemuan yang melibatkan
kepala sekolah, guru, staf TU, dan komite sekolah untuk
menentukan kebutuhan dan menentukan kegiatan
sekolah dalam kurun waktu tertentu.
8 Ketersediaan waktu, tenaga, dan dana menjadi penentu
dalam merencanakan kebutuhan dan kegiatan sekolah.
9 Semua kebutuhan sekolah tertuang dalam perencanaan
keuangan sekolah
10 Perencanaan anggaran sekolah disesuaikan dengan
rencana pengembangan sekolah secara keseluruhan,
baik pengembangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
166

11 Dalam menyusun RAPBS, kepala sekolah membentuk


tim yang terdiri dari dewan guru, staf TU, dan pengurus
komite sekolah.
12 Keterlibatan guru dalam penyusunan RAPBS
membantu dalam menentukan kebutuhan setiap mata
anggaran yang ditetapkan
13 Kepala sekolah mengatur keuangan sehingga tidak ada
kegiatan yang semestinya mendapat prioritas
pendanaan, tapi tidak memperoleh anggaran.
14 Sekolah mempunyai kelengkapan administrasi
keuangan seperti tempat khusus untuk menyimpan
perlengkapan administrasi keuangan, memiliki alat
hitung dan memiliki buku-buku yang dibutuhkan.
15 Sekolah meminta salah seorang guru untuk menjadi
bendaharawan sekolah
16 Bendaharawan sekolah memiliki tugas menerima,
mencatat, dan mengeluarkan keuangan sesuai dengan
anggaran yang disetujui oleh kepala sekolah.
17 Kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan sesuai jadwal dan alokasi dana yang telah
direncanakan
18 Buku-buku yang dipakai untuk mencatat transaksi
keuangan sekolah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
19 Kepala sekolah memberikan intruksi yang jelas bagi
pengeluaran dana sekolah
20 Kepala sekolah mengontrol penggunaan dana sesuai
dengan RAPBS yang telah ditetapkan
21 Bapak/Ibu melaporkan keuangan sekolah secara teratur
kepada para guru dan komite sekolah
167

22 Para pengawas memeriksa pengelolaan keuangan


sekolah secara rutin
23 Bapak/Ibu melakukan evaluasi terhadap penggunaan
keuangan sekolah
24 Kepala sekolah menentukan tindak perbaikan atau
koreksi apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan.

No Pernyataan SS S R TS STS
B. Efektivitas Anggaran
1 Sumber dana yang diperoleh sesuai untuk
kebutuhan satu tahun pelajaran
2 Terdapat sumber pendanaan lain dari
masyarakat / komite
3 Tidak terdapat sumber pendanaan lain dari
masyarakat / komite
4 Terdapat kendala/keterlambatan dalam
penerimaan sumber dana.
5 Tidak terdapat kendala/keterlambatan dalam
penerimaan sumber dana
6 Tidak terdapat kendala/keterlambatan pihak
sekolah dalam mencairkan anggaran belanja
pegawai
7 Tidak terdapat mekanisme pengawasan
penerimaan sumber dana
8 Terdapat laporan keseluruhan input yang
diperoleh oleh pihak sekolah
9 Tidak terdapat laporan keseluruhan input yang
diperoleh oleh pihak sekolah
10 Terdapat prosedur pengelolaan penerimaan
keuangan sekolah
168

11 Tidak terdapat prosedur pengelolaan


penerimaan keuangan sekolah
12 Terdapat input dalam bentuk sarana yang
diperoleh oleh pihak sekolah
13 Tidak terdapat input dalam bentuk sarana
yang diperoleh oleh pihak sekolah
14 Terdapat metode tertentu dalam setiap
penerimaan input berupa dana/sarana
15 Tidak terdapat metode tertentu dalam setiap
penerimaan input berupa dana/sarana
16 Pengalokasian anggaran belum sesuai dengan
perencanaan
17 Terdapat perubahan dalam implementasi
program sekolah
18 Tidak terdapat perubahan dalam implementasi
program sekolah
19 Pengeluaran belum sesuai dengan tujuan
sekolah
20 Terdapat mekanisme pengawasan
pengeluaran dana
21 Tidak terdapat mekanisme pengawasan
pengeluaran dana
22 Terdapat laporan keseluruhan output yang
dilaksanakan oleh pihak sekolah
23 Tidak terdapat laporan keseluruhan output
yang dilaksanakan oleh pihak sekolah
24 Pihak sekolah tidak membentuk
penanggungjawab dalam setiap kegiatan
program sekolah
169

25 Seluruh program belum dapat terlaksana


dengan baik sesuai perencanaan
170

Lampiran 8

Hasil Penelitian

Hasil Uji Reliabilitas Variabel (X) Manajemen Keuangan Sekolah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,903 24

Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Y) Efektivitas Anggaran

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,914 25

Hasil Uji Normalitas dengan tabel Tests of Normality dengan uji


Kolmogorov-Smirnov

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Manajemen Keuangan
,091 45 ,200* ,969 45 ,259
Sekolah
Efektivitas Anggaran ,108 45 ,200* ,945 45 ,034

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
171

Hasil Uji Normalitas


Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.

Efektivitas Between (Combined) 2761,911 24 115,080 1,492 ,183


Anggaran * Groups Linearity 25,234 1 25,234 ,327 ,574
Manajemen
Deviation from
Keuangan Sekolah 2736,677 23 118,986 1,543 ,165
Linearity

Within Groups 1542,667 20 77,133

Total 4304,578 44

:
172

Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot

Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 35,188 8,010 4,393 ,000

Manajemen Keuangan
,571 ,107 ,631 5,329 ,000
Sekolah

a. Dependent Variable: Efektivitas Anggaran

Hasil Nilai R Square

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
1 ,631a ,398 ,384 9,347

a. Predictors: (Constant), Manajemen Keuangan Sekolah


b. Dependent Variable: Efektivitas Anggaran
173

Lampiran 9
174
175

Lampiran 10
176

Lampiran 11
177

Lampiran 12

RINCIAN ALOKASI ANGGARAN

MTs Negeri 21 Jakarta

Tahun Anggaran 2016

(dalam ribuan rupiah)

No Kode Jenis Belanja Pagu/Target


Pendapatan
Pegawai Barang Modal Bantuan
Sosial

1 601869 4.292.357 1.065.480 97.240 60.000 5.515.077

A00 4.292.357 1.065.480 97.240 60.000 5.515.077


178

Lampiran 13

RENCANA DAN REALISASI ANGGARAN

MTs Negeri 21 Jakarta

Tahun Anggaran 2016

Rencana dan Realisasi Serapan Anggaran

Rencana Realisasi

No Bulan Jumlah Persentase Jumlah Persentase


Anggaran (%) Anggaran (%)

1 Januari 235.946.080 4,0 % 259.540.688 4,4 %

2 Februari 271.337.992 4,6 % 277.074.024 4,7 %

3 Maret 324.425.860 5,5 % 330.324.512 5,6 %

4 April 418.804.292 7,1 % 407.006.988 6,9 %

5 Mei 412.905.640 7,0 % 383.412.380 6,5 %

6 Juni 589.865.200 10,0 % 560.371.940 9,5 %

7 Juli 578.067.896 9,8 % 589.865.200 10,0 %

8 Agustus 554.473.288 9,4 % 548.574.636 9,3 %

9 September 690.142.284 11,7 % 707.838.240 12,0 %

10 Oktober 454.196.204 7,7 % 442.398.900 7,5 %

11 November 607.561.156 10,3 % 418.804.292 7,1 %

12 Desember 760.926.108 12,9 % 589.865.200 10,0 %

Jumlah 5.898.652.000 100 % 5.515.077.000 93,5 %


179

Lampiran 14
BUKU KAS UMUM
180

Lampiran 15
BUKU PENGAWASAN ANGGARAN BELANJA
181

Lampiran 16
182

Lampiran 17
183

Lampiran 18
184

Lampiran 19
185

Lampiran 20
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198

Lampiran 21

BIODATA PENULIS

Tifa Mufida Fitriatul Hayati, NIM 1113018200065,


Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis lahir di Bekasi, 13 Maret 1995. Bertempat tinggal


di Jalan Bintara Jaya VIII Rt.04/Rw.09 No,83 Kelurahan
Bintara Jaya Kecamatan Bekasi Barat. Penulis merupakan
anak ke dua dari tiga bersaudara. Orang tua penulis adalah
Bapak Imam Muchlas dan Ibu Siti Hamidah. Riwayat Pendidikan di TK Al-Amin
tahun 2000, MI Al-Mukthariyah tahun 2001-2007, MTs Yapink tahun 2007-2010,
MAN 18 Jakarta tahun 2010-2013, dan Perguruan tinggi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013-2017.

Organisasi yang pernah diikuti selama di Universitas Islam Negeri Syarif


Hidayatullah Jakarta yaitu PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Alamat
email penulis : Tifamufidafh@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai