Anda di halaman 1dari 3

DIABETES MELLITUS

No. Dokumen :
/LKBP/VI/2018
SOP No. Revisi : -
Tanggal Terbit : 06-06-2018
Halaman :

FKTP KLINIK
PRATAMA
HESTIWIRASAKTI
drg.Rena Mayasari
Jl. Nanggulan No.21,
Penata Tk.I-IIId
Kutowinangun Kidul,
NIP
Kec. Tingkir, Kota
198409072009122001
Salatiga, Jawa Tengah
50743
Telp. (0298) 313517

1. Pengertian Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang ditandai oleh


hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan
sekresi insulin atau keduanya.
2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam pelaksanaan diabetes mellitus di
FKTP Klinik Pratama Hestiwirasakti.
3. Kebijakan SK Kepala FKTP Klinik Pratama Hestiwirasakti Nomor: SK/
/LKBP/VI/2018 tentang layanan medis yang menjamin
kesinambungan layanan
4. Referensi 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 514
Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di FKTP
2. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia 2015
5. Prosedur 1. Petugas kesehatan melakukan anamnesa tentang riwayat
penyakit sekarang, apakah pasien mengeluh gejala klasik DM
yang berupa polyuria (sering kencing), polidipsi (sering haus),
polifagi (sering lapar) serta penurunan berat badan yang tidak
jelas penyebabnya, atau juga bisa disertai dengan keluhan yang
tidak khas yaitu lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, luka
yang sulit sembuh, pruritus vulva pada wanita dan disfungsi
ereksi pada pria.
2. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan fisik
a) Pengukuran tinggi dan berat badan.
b) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan
darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan
adanya hipotensi ortostatik.
c) Pemeriksaan funduskopi.
d) Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
e) Pemeriksaan jantung.
f) Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan
stetoskop.
g) Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan
vaskular, neuropati, dan adanya deformitas).
h) Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM
tipe lain.
3. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan GDS, atau GDP
dan GD2JPP bila pasien berpuasa, serta pemeriksaan HbA1C.
4. Petugas kesehatan menegakan diagnosa diabetes mellitus jika :
a. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + Glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (darah kapiler)
b. Gejala klasik DM + Glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl
(darah kapiler)
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa
terganggu (TTGO) > 200 mg/Dl.
d. Tanpa gejala kasik DM + kadar GDS ≥ 200 mg/dl atau
GDP ulang ≥ 126 mg/dl (darah kapiler).
e. HbA1C ≥ 6.5 %, pemeriksaan HbA1C dilakukan hanya
apabila pasien menyetujui
5. Petugas kesehatan melakukan evaluasi gizi, evaluasi penyulit
DM, evaluasi perencanaan makan sesuai kebutuhan
6. Petugas kesehatan memberikan pengobatan DM
a. Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis
maksimal 2500 mg diberikan 1-3 kali/hari
b. Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg
dosis maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit sebelum
mkan, 1-2 kali/hari
c. Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50
mg dosis maksimal 300 mg diberikan 1-3 kali/hari
7. Petugas kesehatan memberi edukasi sesuai dengan terapi non
farmakologi dan efek samping obat.
8. Perencaan terapi jangka panjang pada pasien DM, yaitu
dengan mengikutsertakan pasien pada program prolanis.
9. Rujuk pasien DM dengan komplikasi, kontrol gula yang buruk
dan infeksi berat.
6. Diagram Alir -

7. Unit Terkait Poli umum

8. Riwayat perubahan dokumen

No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai


diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai