HESTIWIRASAKTI Jl. Nanggulan No.21, Kutowinangun Kidul, Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50743 Telp. (0298) 313517
1. Pengertian Dermatisis Kontak Alergik (DKA) adalah reaksi peradangan kulit
imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit didahului oleh sensitisasi berupa alergen (fase sensitisasi) yang umumnya berlangsung 2-3 minggu. Pada pajanan ulang dengan alergen yang serupa, gejala klinis terjadi 24-48 jam (fase elisitasi). Alergen paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500- 1000 Da DKA terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen, derajat pajanan dan luasnya penetrasi di kulit 2. Tujuan Agar petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang tepat pada pasien dermatitis kontak alergik (DKA) 3. Kebijakan SK Kepala Klinik Pratama Hestiwirasakti Nomor: SK/ /LKBP/VI/2018 tentang layanan klinis yang menjamin kesinambungan layanan 4. Referensi Kepmenkes Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di FKTP 5. Prosedur 1. Anamnesa a. Menanyakan apakah kelainan kulit berupa gatal disertai timbulnya bercak kemerahan b. Menanyakan apakah ada riwayat kontak dengan bahan- bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetik, bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi, serta riwayat alergi di keluarga 2. Pemeriksaan Fisik a. Tanda Patognomonis Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan seterusnya.
6. Diagram Alir c. Faktor Predisposisi
Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu bahan yang bersifat alergen. 3. Diagnosis Banding Dermatitis kontak iritan 4. Terapi a. Topikal (2 kali sehari) 1) Pelembab krim hidrofilik urea 10% 2) Kortikosteroid: desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0,025%) b. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%) c. Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal Oral sistemik d. Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal 2 minggu, atau loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2 minggu. e. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari bahan-bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia 5. Konseling dan Edukasi a. Konseling untuk menghindari bahan alergen di rumah saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga b. Edukasi menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu boot c. Memodifikasi lingkungan tempat bekerja 6. Rujukan a. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test b. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu setelah pengobatan standar dan sudah menghindari kontak 7. Unit Terkait Poli umum