Anda di halaman 1dari 2

DERMATITIS ALERGIK

No. Dokumen : /LKBP/VI/2018


No. Revisi : -
SOP
Tanggal Terbit : 06-06-2018
Halaman :

FKTP KLINIK PRATAMA


HESTIWIRASAKTI
Jl. Nanggulan No.21,
Kutowinangun Kidul, Kec.
Tingkir, Kota Salatiga, Jawa
Tengah 50743
Telp. (0298) 313517

1. Pengertian Dermatisis Kontak Alergik (DKA) adalah reaksi peradangan kulit


imunologik karena reaksi hipersensitivitas. Kerusakan kulit didahului
oleh sensitisasi berupa alergen (fase sensitisasi) yang umumnya
berlangsung 2-3 minggu. Pada pajanan ulang dengan alergen yang
serupa, gejala klinis terjadi 24-48 jam (fase elisitasi). Alergen paling
sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-
1000 Da
DKA terjadi dipengaruhi oleh adanya sensitisasi alergen, derajat
pajanan dan luasnya penetrasi di kulit
2. Tujuan Agar petugas dapat memahami dan memberikan pengobatan yang
tepat pada pasien dermatitis kontak alergik (DKA)
3. Kebijakan SK Kepala Klinik Pratama Hestiwirasakti Nomor: SK/
/LKBP/VI/2018 tentang layanan klinis yang menjamin kesinambungan
layanan
4. Referensi Kepmenkes Nomor 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter Di FKTP
5. Prosedur 1. Anamnesa
a. Menanyakan apakah kelainan kulit berupa gatal disertai
timbulnya bercak kemerahan
b. Menanyakan apakah ada riwayat kontak dengan bahan-
bahan yang berhubungan dengan riwayat pekerjaan, hobi,
obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik,
kosmetik, bahan-bahan yang dapat menimbulkan alergi,
serta riwayat alergi di keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda Patognomonis
Lokasi dan pola kelainan kulit penting diketahui untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya, seperti di
ketiak oleh deodoran, di pergelangan tangan oleh jam
tangan, dan seterusnya.

6. Diagram Alir c. Faktor Predisposisi


Pekerjaan atau paparan seseorang terhadap suatu
bahan yang bersifat alergen.
3. Diagnosis Banding
Dermatitis kontak iritan
4. Terapi
a. Topikal (2 kali sehari)
1) Pelembab krim hidrofilik urea 10%
2) Kortikosteroid: desonid krim 0,05% (catatan: bila tidak
tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim
0,025%)
b. Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan
hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan betametason
valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim 0,1%)
c. Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan
pemberian antibiotik topikal Oral sistemik
d. Antihistamin hidroksisin 2 x 25 mg per hari selama maksimal
2 minggu, atau loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal
2 minggu.
e. Pasien perlu mengidentifikasi faktor risiko, menghindari
bahan-bahan yang bersifat alergen, baik yang bersifat kimia
5. Konseling dan Edukasi
a. Konseling untuk menghindari bahan alergen di rumah saat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga
b. Edukasi menggunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan dan sepatu boot
c. Memodifikasi lingkungan tempat bekerja
6. Rujukan
a. Apabila dibutuhkan, dapat dilakukan patch test
b. Apabila kelainan tidak membaik dalam 4 minggu setelah
pengobatan standar dan sudah menghindari kontak
7. Unit Terkait Poli umum

8. Riwayat perubahan dokumen

No Yang diubah Isi perubahan Tanggal mulai


Diberlakukan

2/3

Anda mungkin juga menyukai