Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO III.

INFEKSI OPORTUNISTIK AKIBAT


PENURUNAN SISTEM IMUN

Prof. drg. Mei syafriadi, MDSc., PhD., Sp.PMM

Seorang Laki-laki berumur 26 tahun, status belum menikah, pekerjaan pegawai BUMN datang ke RSGM atas rujukan
dari dokter gigi praktek swasta. Dari anamnesis keluhan utama pasien perih pada lidah dan pipi dan tenggorokan ketika
makan makanan pedas dan asam sejak 1 bulan yang lalu. Pada Pemeriksaan ekstra oral terlihat vesikel-vesikel kecil yang
sebagian telah pecah dan mengering sehingga terlihat seperti gigitan nyamuk (Gambar A). Pada pemeriksaan intra oral
terlihat plak putih pada mukosa bukal (Gambar B) dan erithematous pada marginal gingiva. Riwayat kesehatan umum
pasien sebelumnya pernah dirawat inap di RSUP akibat diare yang berkepanjangan selama 1 minggu sekitar 3 bulan
yang lalu. Beberapa minggu setelah opname muncul bercak-bercak putih di mukosa bukal. Penderita juga menyatakan
dulu pernah terjebak penggunaan NAPZA dengan menggunakan jarum suntik dan sex bebas. Data Fisik umum pasien
TD=100/70; R=30x/menit; N= 60x/menit; T= 37,5oC; TB =165 cm BB=50 kg. Sekarang kondisi pasien terasa lemah. Dokter
mencurigai ada infeksi oportunistik berupa oral kandidiasis akibat penekanan sistem imun (imunosupresi). Dokter
merujuk pasien melakukan pemeriksaan darah lengkap dan tes Widal

Hasil pemeriksaan darah lengkap dijumpai abnormalitas pada : Hb: 9,2 g/dl (Normal 13,0-18,0)., Eritrosit 2,67 (Normal
4,2-6,0 /dl). Hematokrit 24 (normal 40-54%); Trombosit 111.000 (Normal 150-450/000/ul); Leukosit 3.970 (4.400-
11.300/ul).

Tes Widal :
Salmonella (S) Typhi O positif 1/80 (mencurigakan terinfeksi bila titer > 1/160);
S. Thypi H : negatif; S. Paratyphi A-O positif 1/80 ( mencurigan jika naik sampai 4x setelah 5-7 hari); S. Paratyphi A-H:
Negatif

Setelah Melihat hasil lab dan gambaran klinis pasien dokter merujuk pasien ke RSUP untuk VCT (Voluntary Councelling
dan Test) dan viral load untuk mengatahui apakah ada infeksi virus yang menyebabkan infeksi oportunistik.

A B

1. Uji Widal adalah


 suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella tiphy
terhadap dalam serum penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella tiphy dan pada
orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid. Pemeriksaan ini di lakukan di laboratorium untuk
mengetahui hasil dari algutinasi, dan mengetahui penyebab dari demam tifoid dari bacteri Salmonella tiphy
 Tifus disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella. Bakteri ini dapat ditemukan pada makanan yang tidak
dimasak dengan matang, atau tidak diolah secara higienis.
 Ketika bakteri Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia, sistem pertahanan tubuh akan memberikan
respons dengan memproduksi zat antibodi khusus untuk melawan bakteri Salmonella. Tes Widal dilakukan
untuk mengetahui jumlah antibodi tersebut. Peningkatan jumlah antibodi ini dapat menandakan terjadinya
tifus.
Cara Melakukan dan Membaca Tes Widal
 Untuk memastikan apakah pasien menderita tifus, salah satu jenis tes yang dapat direkomendasikan oleh
dokter adalah tes Widal. Dalam pemeriksaan Widal, pasien akan diminta menjalani proses pengambilan
darah. Setelah itu, sampel darah akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
 Di laboratorium, sampel darah akan ditetesi dengan bakteri Salmonella yang sudah dimatikan dalam
bentuk antigen O (badan bakteri) dan antigen H (ekor atau flagel bakteri). Kedua bahan uji ini diperlukan
karena antibodi untuk badan bakteri dan flagel bakteri berbeda.
 Selanjutnya, sampel darah diencerkan sebanyak puluhan hingga ratusan kali. Bila setelah diencerkan
berkali-kali, antibodi terhadap Salmonella terbukti positif, pasien dapat dianggap mengalami demam tifoid
atau tifus.
 Hanya saja, standar pembacaan tes ini bervariasi di berbagai wilayah, tergantung pada tingkat endemis dari
penyakit tifus di wilayah itu. Di Indonesia, pembacaan widal umumnya dapat dianggap sebagai data kuat
untuk mendukung diagnosis tifus, saat antibodi Salmonella tetap ditemukan pada pengenceran 320 kali
(1:320) atau lebih.
 Diagnosis tifus dapat dipastikan melalui tes Widal ulang, yang dilakukan 5-7 hari setelah tes pertama.
Pasien dinyatakan positif menderita tifus bila jumlah antibodi Salmonella naik sampai empat kali lipat
dibandingkan tes pertama.
2. VCT
 Layanan yang merupakan gabungan dari proses konseling dan tes HIV. Salah satu keistimewaan dari
layanan VCT ini tidak hanya pada proses konseling, tapi sampai pada proses tes dan pos tes. Selain
bertujuan untuk membantu perubahan perilaku, juga guna mencegah penularan HIV, meningkatkan
kualitas hidup ODHA, serta untuk sosialisasi dan mempromosikan layanan dini
 VCT adalah voluntary counselling and testing atau bisa diartikan sebagai konseling dan tes HIV
sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, serta
pengobatan bagi penderita HIV/AIDS.
 Sedangan prinsip dasar dalam voluntary counseling and testing ada 4, yaitu rahasia, sukarela, konseling dan
persetujuan.
 Rahasia. Hasil pemeriksaan hanya boleh diketahui oleh yang bersangkutan dan konselor yang
menanganinya. Boleh dibukakan statusnya kepada orang lain, dengan melalui persetujuan dari yang
bersangkutan atau yang bersangkutan menyampaikan sendiri.
 Sukarela. Untuk tes HIV sifatnya sukarela (voluntary), tidak ada paksaan dari konselor. Konselor hanya
mengajaknya secara persuasive, terutama bagi klien yang memiliki risiko tinggi untuk terpapar HIV.
 Konseling. Mempelajari pengalaman-pengalaman hidup klien, dalam mengatasi permasalahan yang dapat
menimbulkan stres atau depresi pada dirinya. Mempelajari latar belakang perilaku berisiko klien termasuk
diantaranya kemungkinan-kemungkinan melukai diri sendiri atau melukai orang lain, seandainya hasilnya
positif. Menilai pemahaman klien mengenai HIV/AIDS, konseling, keuntungan-keuntungannya melakukan
VCT, dll.
 Persetujuan. Klien harus mengisi formulir persetujuan untuk melakukan tes (inform concent), yang
kemudian akan ditandatangani oleh klien dan konselor.

Setelah menandatangani persetujuan tertulis, maka VCT dapat segera dilakukan. Adapun proses utama dalam
penanganan HIV/AIDS melalui VCT adalah sebagai berikut:
 Tahap Konseling Pra Tes
Tahap ini dilakukan pemberian informasi tentang HIV dan AIDS. Kemudian konselor memulai diskusi dan
klien diharapkan jujur menceritakan kegiatan sebelumnya yang dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV,
seperti pekerjaan atau aktivitas sehari-hari, riwayat aktivitas seksual, penggunaan narkoba suntik, pernah
menerima transfusi darah atau transplantasi organ, memiliki tato dan riwayat penyakit terdahulu.
 Tes HIV
Konselor akan menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan, dan meminta persetujuan klien
untuk dilakukan tes HIV. Setelah mendapat persetujuan tertulis, maka tes dapat dilakukan. Bila hasil tes
sudah tersedia, hasil tes akan diberikan secara langsung (tatap muka) oleh konselor.
 Tahapan Konseling Pasca Tes
Setelah menerima hasil tes, maka klien akan menjalani tahapan post konseling. Apabila hasil tes negatif,
konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya,
melakukan hubungan seksual dengan lebih aman dan menggunakan kondom. Namun, apabila hasil tes
positif, maka konselor akan memberikan dukungan emosional agar penderita tidak patah semangat.
Konselor juga akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti
penanganan dan pengobatan yang perlu dijalani. Termasuk pula cara mempertahankan pola hidup sehat,
serta bagaimana agar tidak menularkan ke orang lain.
3. Viral load
 Tes viral load HIV adalah tes yang digunakan untuk mengukur jumlah virus HIV di dalam darah, sedangkan
jumlah virus HIV di dalam darah disebut viral load, yang dinyatakan dalam satuan kopi per mililiter (mL)
darah. Dengan mengukur HIV RNA di dalam darah dapat secara langsung mengukur besarnya replikasi virus.
Untuk melakukan replikasi, virus membutuhkan RNA sebagai "cetakan" atau "blue print" agar dapat
menghasilkan virus baru. Tiap virus HIV membawa dua kopi RNA. Ini artinya jika pada hasil tes didapatkan
jumlah HIV RNA sebesar 20.000 kopi per mL maka berarti di dalam tiap mililiter darah terdapat 10.000
partikel virus.
4. Infeksi oportunistik
 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang terjadi karena orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Infeksi ini sangat berbahaya bagi orang yang mengidap HIV, karena dapat menyebabkan kematian.
 Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, atau parasit. Disebut oportunistik karena
infeksi ini akan mengambil keuntungan dari sistem kekebalan tubuh seseorang yang lemah.
 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan
penyakit pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang buruk. Mereka membutuhkan "kesempatan" untuk menginfeksi seseorang.
 Kondisi itu diakibatkan menurunnya jumlah sel T sebagai salah satu sel pertahanan utama dalam tubuh
yang diserang oleh virus HIV. Hal ini memungkinkan patogen lain dapat lebih mudah melawan sel-sel
pertahanan tubuh.
 Penyebab
 Kekurangan gizi
 Infeksi kambuh
 Agen penekan sistem imun untuk resipien transplantasi organ
 Kemoterapi untuk Kanker
 AIDS atau infeksi HIV
 Kecenderungan geneticka
 Kerusakan kulit
 Perawatan antibiotik
 Prosedur medikal
Terdapat dua jenis infeksi oportunistik (IO), yakni IO sistemik yang memengaruhi seluruh tubuh, dan IO lokal
yang cenderung hanya memengaruhi bagian tubuh. Berikut adalah beberapa penyakit infeksi oportunistik
umum yang kerap terjadi, di antaranya:
 Candidiasis
Candidiasis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida yang bisa muncul di bagian tubuh mana
saja. Infeksi ini merupakan infeksi oportunistik yang umum terlihat pada pasien HIV dengan jumlah CD4
antara 200 hingga 500 sel/mm3. Gejala yang paling jelas adalah bintik-bintik putih di lidah atau
tenggorokan. Candidiasis dapat diobati dengan resep obat antijamur. Untuk mencegah terkena candidiasis,
jagalah kebersihan mulut dan gunakan obat kumur yang mengandung klorheksidin (antiseptik) yang dapat
mencegah infeksi ini. Tidak hanya di mulut atau tenggorokan saja, infeksi ini juga bisa menyerang bagian
vagina Anda.
 Infeksi Pneumonia
Infeksi pneumonia adalah infeksi oportunistik yang paling serius bagi pengidap HIV. Infeksi pneumonia yang
biasa terjadi pada penderita HIV adalah Pneumocystis pneumonia (PCP) dan merupakan penyebab utama
kematian di antara pasien HIV. Namun ternyata, penyakit ini dapat diobati dengan antibiotik. Adapun
gejalanya seperti batuk, demam, dan kesulitan bernapas.
 Kanker serviks invasif
Ini adalah kanker yang dimulai di dalam leher rahim, yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kondisi kanker ini bisa dikurangi kemungkinan terjadinya dengan melakukan pemeriksaan serviks rutin di
dokter.
 Kriptokokosis
Crypto neoformans (crypto) merupakan jamur biasa ditemukan di tanah dan bila terhirup dapat
menyebabkan meningitis, yakni peradangan serius pada selaput pelindung yang mengelilingi otak dan saraf
tulang belakang.
 Herpes simpleks
Yakni virus yang dapat menyebabkan luka yang buruk di sekitar mulut dan alat kelamin Anda. Infeksi ini
biasa menular lewat hubungan seksual atau ditularkan ibu pada proses kelahiran. Selain di mulut dan
kelamin, infeksi ini juga dapat terjadi pada saluran napas.
 Toksoplasmosis (tokso)
Adalah sebuah parasit yang dapat menyebabkan ensefalitis (radang otak), serta pandangan kabur dan juga
kerusakan mata. Parasit ini ditularkan melalui hewan peliharaan seperti kucing, tikus, maupun burung.
Selain itu, tokso juga bisa ditemukan pada daging merah dan meskipun jarang dapat ditemukan pada
daging unggas.
 Tuberkulosis
Infeksi bakteri TBC yang biasa dikenal karena menyerang paru-paru Anda ini dapat juga menyerang organ
lain dan menyebabkan meningitis.

5. anamnesis adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-
pertanyaan. anamnesis dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu:
 auto anamnesis: anamnensis yang dilakukan kepada pasien langsung. jadi data yang diperoleh adalah data
primer karena langsung dari sumbernya
 allo anamnesis : anamnesis yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data pasien. ini
dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang
akurat
6. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenispemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa
suatu penyakit dan atau untukmelihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu jugapemeriksaan ini sering
dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi padapasien yang menderita suatu penyakit infeksi.Pemeriksaan Darah Lengkap
terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan
trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan
biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil
RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil
7. Hematokrit :
 Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang
dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar
36,1% - 44,3%.
8. NAPZA
 Narkoba yang biasa disebut dengan NAPZA sendiri merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika
dan zat adiktif lainnya, dimana ketiga zat ini termasuk tiga bagian besar dari obat-obat terlarang.
Narkotika adalah zat atau bahan yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintestis yang dapat memberikan pengaruh tertentu bagi mereka yang menggunakannya. Zat
adiktif yaitu jenis zat psikoaktif tertentu yang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan atau
psikologis. Psikotropika yaitu zat atau obat alamiah atau sintetis yang memiliki khasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku

1. Mengapa penurunan sistem imun dapat terjadi infeksi oportunistik?
 Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak menyebabkan penyakit
pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang normal,
 tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk.
 Mereka membutuhkan "kesempatan" untuk menginfeksi seseorang.
 Contohnya adalah candida albicans itu merupakan flora normal dalam rongga mulut, tetapi jika system imun
sedang rendah maka flora normal tersebut dapat menjadi pathogen

2. apa faktor yg memicu terjadinya infeksi oportunistik?


 Kekurangan gizi : defisiensi gizi menyebabkan metabolism sel dan regenrasi sel tidak maksimal
sehingga memudahkan terjadinya infeksi oportunistik
 Infeksi kambuh : infeksi yang kambuh biasanya terjadi saat system imun sedang rendah
 Agen penekan sistem imun untuk resipien transplantasi organ : saat orang melakukan transplantasi
organ biasanya menggunakan obat imunosupresan, karena organ yang ditranplasntasikan akan
dianggap antigen oleh imun tubuh
 AIDS atau infeksi HIV : ODHA terserang virus yang menyebabkan imunosupresan
 Kecenderungan geneticka : penyakit autoimun yang menyebabkan terjadinya gangguan system imun
 Kerusakan kulit : kulit yang sebagai barrier anatomi pertama jika tidak dapat menangani antigen maka
akan memudahkan terjadinya infeksi

3. Adakah pengaruh penggunaan NAPZA terhadap manifestasi yg muncul ?

 Penyakit periodontal khususnya periodontitis kronis merupakan jenis yang paling sering dijumpai pada
pengguna narkoba walaupun terjadinya gingivitis nekrosis akut juga pernah dilaporkan. Efek narkoba pada
jaringan periodonsium adalah berkaitan dengan tingginya tingkat akumulasi plak yang dihasilkan dari
buruknya higiena oral serta xerostomia yang diperparah dengan adanya penekanan sistem imun oleh
narkoba yang digunakan serta adanya perubahan profil mikrobiologis rongga mulut
 orang yang kecanduan narkoba dan jika tidak terpenuhi akan stres dan depres sehingga dapat menghambat
aliran sekresi saliva dan menyebabkan xerostomia dan infeksi oportunistik berupa candidiasis
 napza suntik seperti heroin biasanya cenderung ingin makan makanan manis, dan juga heroin dpat
menyebabkan xerostomia
 efek secara general :
 - penggunaan narkoba mempunyai efek stimulus pada jantung dan pembuluh darah akan bergerak lebih ceoat,
 memerlukan kalsium lebih banyak  sedangkan 99% cadangan kalsium ada pada tulang dan gigi.  jaringan
keras dalam mulut menjadi rentan terhadap kerusakan

4. Mengapa pada pemeriksaan darah, terjadi abnormalitas ?

 Penggunaan napza dengan suntik memudahkan penyebaran virus, karena jarum suntik napza cenderung
digunkan bergantian, dan jarum suntik berkontak langsung dengan darah pengidap virus
 Virus yang baru masuk pertama kali kedalam tubuh langsung direspon system imun, sehingga terjadi
peningkatan leukosit
 Sedangkan virus yang sudah menyerang tubuh, seperti virus HIV yang menyerang system imun
 HIV terutama akan menginfeksi sel penting dari sistem kekebalan tubuh manusia, seperti sel T helper
(khususnya CD4 sel T), makrofag, dan sel dendritic (SEL APC) yang bertugas mengenali antigen.
Sehingga system imun tidak bisa mengenali antigen memudahkan ODHA terserang penyakit
5. Diagnosis apa yg sesuai dg skenario?

6. mengapa perlu dilakukan tes widal & vct ?

Anda mungkin juga menyukai