Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7; ali Bahasa, Brahm U,
Pendt ;editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, Nurwany Darmaniah, Nanda Wulandari.-
ed.7-Jakarta: EGC.
Mardiyantoro, Fredy., Munika, Khusnul., Sutanti, Viranda., Cahyati, Miftahul, Pratiwi, Ariyati R.
2018. Penyembuhan Luka Rongga Mulut. 2018. Malang: UB Press.
Regenerasi adalah proliferasi sel untuk mengganti sel dan jaringan yang rusak (restoration of
normal structure). Repair adalah respons terhadap injuri melalui regenerasi dan scar formation (fibrosis)
pada kerusakan permanen struktur normal jaringan atau organ. Pada status normal homeostatis selalu
terjadi keseimbangan antara proliferasi dan apotosis. JIka terjaid injuri atau trauma maka ada respons dari
sel atau jaringan untuk regenerasi dan repair. Regenerasi pada jaringan diawali dengan cara meperbarui
sel atau jaringan, sehingga terjadi regenerasi yang komplit seperti pembentukan epidermis, epitel saluran
perncernaan, dan sistem hemopoietik, sedang regenerasi jaringan yang stabil seperti liver dan ginjal
diperlukan kompensasi faktor pertumbuhan. Sementara itu repair jaringan memerlukan proses scar
formation untuk penyembuhan speperti semula, contohnya penyembuhan luka. BEgitu juga pada kasus
fibrosis yang merupakan produk dari inflamasi kronis.
Kapasitas regenerasi sel tergantung dari tipe sel, sel yang tipenya labil dapat terjadi regenerasi
yang terus menerus, sedang tipe quiescence terbatas sehingga memerlukan matriks ekstraseluler untuk
mengorganisasi regenerasi, contohnya liver, ginjal, endokrin, fibroblast, otot halus dan pembuluh darah.
Pada tipe sel yang permanen sangat sedikit dengan cara mengganti (replacement) scar atau sel yang rusak
contoh neuron, sel jantung, dan sel otot.
1. Tahap G1
Dalam tahap ini sel melalukan replikasi DNA. Untuk melakukan tahap ini siklin berikatan dengan
enzim CDK ( Cyclin Dependent Kinase ).
2. Tahap S
Tahap ini sel melakukan sintesis protein. Sebelum memasuki tahap ini siklin G1 akan terdegradasi
(terpecah). Kemudian disintesis siklin yang baru yang akan berikatan dengan CDK.
3. Tahap G2
Di tahap G2, sel mempersiapkan diri untuk melanjutkan ke tahap mitosis. Di tahap ini juga siklin
yang dari tahap sebelumnya akan terdegradasi dan digantikan oleh siklin yg baru. Siklin ini juga
akan berikatan dengan CDK agar proses di tahap ini akan belajar.
4. Tahap M
Dalam tahap ini, sel melakukan pembelahan. Di sel tubuh disebut mitosis sedangkan di sel kelamin
disebut mieosis.
5. Tahap Go
Jika sel ini adalah sel labil maka, sel ini tidak akan melalui tahap ini. Namun, jika sel ini sel stabil
maka dia akan melalui fase ini. Tahap ini sel hanya beristirahat menunggu datangnya rangsangan.
Semua hasil dari keempat reseptor tersebut menyebabkan aktivasi faktor transkripsi inti, menginisiasi
sintesis DNA, dan pembelahan sel.
Secara fisiologis penyembuhan jaringan mukosa rongga mulut akan melalui tahapan dasar antara
lain hemostasis, inflamasi, proliferasi serta maturasi (remodelling) (tabel 4). Beberapa penyebab
kerusakan yang mengakibatkan kerusakan jaringan antara lain pada tabel 5.
Dibawah pengaruh ADP (Adenosine Diphosphate), platelet melekat pada kolagen tipe 1,
yang kemudian mereka aktif dan mneyekresi glikoprotein adhesive untuk membentuk agregasi
platelet. Setelah itu menyekresi faktor yang berinteraksi dan menstimulasi faktor instriksik
pembekuan darah untuk memproduksi fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin berfungsi memperkuat
agregasi platelet.
Kemudian platelet menyekresi growth factor yang akan menginisiasi proses penyembuhan.
Growth factor tersebut akan menginduksi netrofil dan monosit untuk menstimulasi sel epitelial dan
fibroblas. Proses ini terjadi beberapa menit setelah terjadinya jejas.
Respon inflamasi merupakan suatu proses yang terjadi akibat melemahnya jaringan yang
terkena jejas, melepaskan plasma dan netrofil ke jaringan sekitar. Netrofil memfagosit debris dan
mikroorganisme pada tahap pertahanan awal terhadap infeksi. Fase berikutnya melepaskan enzim
intraseluler ke jaringan sekitar. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan sitokin dan growth factor
untuk mengikat reseptor pada sel target, dilanjutkan dengan proses sitokin mengikat sel target
sedangkan growth factor akan menstimulasi sel target untuk memproduksi kolagen yang dibutuhkan
untuk membentuk matriks ekstraselular. Matriks ekstraselular tersebut berperan menstimulasi
integrin yang dibutuhkan pada aktivasi platelet, migrais epitel dan pelepasan fibroblas.
Pada tahap ini makrofag berfungsi sebagai kontraktor yang diawali dengan diferensiasi
monosit menjadi makrofag setelah keluar dari pembuluh darah dan berkontak dengan matriks
ekstraselular. Makrofag akan memfagosit bakteri dan menjadi sistem pertahanan sekunder. Makrofag
mensekresi enzim ekstraseluler untuk mendegradasi jaringan pada daerah jejas. Enzim tersebut
merupakan salah satu subtansi MMPs (matriks metalloprotein). Pada aktivitasnya MMPs
membutuhkan kalsium dan zinc pada pembentukan dan pengaktifannya.
Terdapat 20 tipe MMPs yang disekresi berbgai sel antara lain, netrofil, makrofag, sel
epitelial, fibroblas, yang pelepasannya dipengaruhi oleh sitokin seperti TNF-α, IL-1, dan IL-6.
Makrofag juga menyekresi sitokin dan growth factor seperti fibroblast growth factor (FGFr),
epidermal growth factor (EGF), transforming growth factor (TGF) β dan interleukin-1 yang
berperan langsung pada tahap selanjutnya. MMPs beraktifitas pada semua komponen matriks
ekstraseluler yang bertanggung jawab untuk memindahkan jaringan devital, memperbaiki kehilangan
atau kerusakan jaringan dan remodelling. MMPs diseimbangkan oleh tissue inhibitors of
metalloprotease (TIMPs) yang dilepaskan secara lokal oleh sel dan MMPs inaktif diikat kembali.
MMPs yang tidak merusak growth factor. Potensi penyembuhan jaringan dipengaruhi oleh banyak
factor seperti keterlibatan infeksi bakteri dan resistensi host.
Secara klinis, proliferasi dipicu oleh kolagen pada dasar perlukaan termasuk di dalamnya
perubahan pada lapisan dermal dan kadang hingga subdermal pada perlukaan yang lebih dalam.
Fibrobklas merupakan sel "framer" yang menyekresi kolagen pada regenerasi dermal. Fibroblas
bertanggung jawab pada kontraksi perlukaan. Pericyte merupakan sel "plumber" yang meregenerasi
lapisan luar kapiler dan sel endotel yang memproduksi lining yang disebut dengan proses
angiogenesis. Keretinosit meruapakan sel "roofer" dan "sider" yang bertanggung jawab pada
epitelisasi. Pada tahapan final di fase ini, keratinosit akan berdiferensiasi membentuk lapisan
protektif terluar pada stratum korneum.
Pada penyembuhan luka, semua sel di bawah pengaruh growth factor untuk memproduksi
sel baru yang pada migrasinya membutuhkan sitokin. Pada proses ini diperlukan keseimbagan antara
MMPs dan TIMPs untuk membentuk jaringan baru. Sebaliknya pada lukan kronis, diperlukan
konsentrasi tinggi dari sitokin dan MMPs dan konsentrasi rendah dari TIMPs terhadap growth factor,
kondisi ini merupakan karakteristik dari fase kronis. Hal ini disebabkan oleh peningkatan serangan
bakteri, adanya jaringan nekrosis, iskemia kronis ataupun trauma ulang.
Perbedaan lama penyembuhan luka tergantung pada letak lukanya apakah superfisial dan
dalam. Luka superfisial biasanya terjadi sekitar 0,5 mm dari permukaan mukosa atau sekitar 33%
dari ketebalan jaringan kulit. Pada luka superfisial ini tidak menghasilkan jaringan parut, sedangkan
luka yang lebih dalam akan menghasilkan jaringan parut. Faktor yang memengaruhi penyembuhan
luka tergantung pada:
a. Lingkungan sektiar luka termasuk di dalamnya infeksi, jaringan nekrotik dan ketersedian
vaskular yang adekuat
b. Faktor fisik dan fisiologis seperti nutrisi, penyakit sistemik yang mendasari dan kondisi mental
individu
c. Faktor pendukung ekstrinsik yaitu kualitas hidup pasien seperti imobilitas, kebersihan
lingkungan, dukungan keluarga dan kemampuan finansial individu.