Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. VI/No.

3/Mei/2017

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PENDAHULUAN


YANG DIDAFTARHITAMKAN AKIBAT A. Latar Belakang
KESALAHAN SISTEM PERBANKAN MENURUT Hubungan antara bank dan nasabah
UU No. 10 TAHUN 1998 TENTANG penyimpan dana merupakan hubungan
PERBANKAN1 kontraktual antara debitur dan kreditur yang
Oleh : Anggraini Said2 dilandasi oleh prinsip kehati-hatian, dengan
tujuan agar bank yang menggunakan uang
ABSTRAK nasabah tersebut akan mampu membayar
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk kembali dana masyarakat yang di simpan
mengetahui bagaimana perlindungan hukum kepadanya apabila di tagih oleh penyimpannya.
bagi nasabah yang didaftarhitamkan akibat Demikian pula halnya dengan hubungan antara
kesalahan sistem perbankan menurut UU no. bank dan nasabah debitur mempunyai sifat
10 tahun 1998 tentang Perbankan dan sebagai hubungan kepercayaan. Hal ini
bagaimana ketentuan Peraturan Bank dikatakan demikian karena bank hanya
Indonesia dalam pengenaan sanksi terhadap bersedia memberikan kredit kepada debitur
pihak bank yang melakukan kesalahan dan atas kepercayaan bahwa nasabah debitur
kelalaian dalam laporan informasi debitur yang mampu dan mau membayar kembali kreditnya
mengakibatkan nasabah didaftar hitamkan. tersebut. 3
Dengan menggunakan metode penelitian Bank sendiri dalam pelaksanaan
yuridis normatif, maka disimpulkan: 1. kegiatannya salah satunya adalah pemberian
Perlindungan hukum terhadap nasabah sendiri kredit, menerapkan pula prinsip kehati-hatian.
sudah semakin terlihat dengan menempatkan sebagaimana yang telah di atur dalam Pasal 6
perlindungan nasabah sebagai salah satu pilar Peraturan Bank Indonesia no. 18/21/PBI/2016
perbankan nasional. Walaupun dalam Undang tentang perubahan atas Peraturan Bank
Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Indonesia no. 9/14/PIB/2007 tentang sistem
tidak ada ketentuan yang secara khusus informasi debitur, yang dalam prakteknya
mengatur masalah perlindungan hukum adalah dengan pengecekan nasabah melalui
terhadap nasabah tetapi ini diwujudkan dalam Bank Indonesia checking (BI checking) dan
arsitektur perbankan Indonesia pada pilar ke penyampaian laporan debitur oleh pelapor
enam yaitu peningkatan perlindungan nasabah dalam hal ini adalah bank yang pernah
dengan menyusun standar mekanisme memberikan fasilitas pembiayaan kredit,
pengaduan nasabah, membentuk lembaga kepada Bank Indonesia secara akurat dan
mediasi perbankan, menyusun transparansi terkini untuk posisi akhir bulan.
produk, dan mempromosikan edukasi Sistem Informasi Debitur adalah sistem yang
untuk nasabah. 2. Bank Indonesia memberikan menyediakan informasi debitur yang
sanksi terhadap bank yang melakukan merupakan hasil olahan dari laporan debitur
kesalahan atau kelalaian termasuk tidak yang diterima oleh bank Indonesia. Adapun
melaporkan perihal debitur dan kreditnya tujuannya yang dijabarkan dalam Pasal 2
dalam sistem informasi debitur, dengan sanksi peraturan Bank Indonesia 18/21/PBI/2016
berupa kewajiban membayar yang telah tentang perubahan atas Peraturan Bank
ditentukam oleh Bank Indonesia, sanksi teguran Indonesia no. 9/14/PIB/2007 yaitu
tertulis, sampai pada penilaian kesehatan bank memperlancar proses penyediaan dana,
oleh Bank Indonesia. penerapan manajemen resiko, dan identifikasi
Kata kunci: Nasabah, didaftarhitamkan, kualitas debitur untuk pemenuhan ketentuan
kesalahan, perbankan. yang berlaku serta meningkatkan disiplin
pasar.4

3
Etty Mulyati, Kredit Perbankan, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2016, hlm. 69.
1 4
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Meiske Sondakh, SH, Lihat Ketentuan Pasal 2 dan 6 Peraturan Bank Indonesia
MH; Alsam Polontalo, SH, MH nomor 18/21/PBI/2016 tentang perubahan atas Peraturan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Bank Indonesia nomor 9/14/2007 tentang Sistem
13071101182 Informasi Debitur.

53
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

Sistem Informasi Debitur sebagai upaya diajukan kepada Bank Indonesia secara tertulis
untuk mencegah terjadinya kredit macet, dapat maupun online.
berfungsi dengan efektif bila dijalankan sesuai Di undangkannya UU Perlindungan
dengan prosedur, tetapi dalam prakteknya Konsumen terhadap pelayanan jasa perbankan,
banyak terjadi pada bank yang telah karena pelaku usaha dalam hal ini bank
memberikan pembiayaan atau kredit ketika memiliki kewajiban terhadap konsumen atau
melaksanakan pelaporan perihal pelunasan nasabah yaitu :
debitur melakukan kesalahan atau kelalaian a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan
maupun tidak sama sekali melaporkan usahanya
mengenai pelunasan tersebut, sehingga terjadi b. Memberikan informasi yang benar, jelas,
perbedaan laporan riwayat kredit nasabah pada dan jujur mengenai kondisi jasa
bank yang memberikan kredit dengan sistem c. Melayani nasabah atau konsumen secara
informasi debitur yang ada pada Bank benar
Indonesia, yang mengakibatkan nasabah masuk d. Memberi kompensasi atau ganti rugi
dalam kategori kredit macet sehingga didaftar apabila jasa yang diterima tidak sesuai
hitamkan atau blacklist. Dalam kamus istilah dengan perjanjian.5
popular perbankan Bank Indonesia blacklist Untuk itu dengan adanya UU perlindungan
atau daftar hitam adalah daftar nama para konsumen ditambah lagi dengan UU perbankan
nasabah individu atau badan hukum maupun yang mengatur mengenai perlindungan
perusahaan yang terkena sanksi dari bank terhadap nasabah dapat memberikan
karena telah melakukan beberapa tindakan pandangan terhadap para nasabah bahwa
tertentu yang bisa merugikan pihak bank dan segala hak-hak perbankan nasabah di atur dan
masyarakat. dilindungi oleh undang undang sehingga bila
Dengan adanya sistem informasi debitur suatu hari terjadi sengketa antara nasabah dan
Bank Indonesia yang sangat terpadu sehingga bank, maka tidak akan ragu dan takut untuk
bank satu dengan bank lainnya akan melaporkan kerugian yang di alami nasabah
mengetahui informasi dan profil dari nasabah dan menuntut pihak bank. Sama halnya dengan
yang hendak megajukan kredit apakah nasabah yang didaftarhitamkan atau blacklist
termasuk dalam daftar hitam atau tidak. Jika yang diakibatkan oleh kesalahan dan kelalaian
terjadi kesalahan atau kelalaian dari pihak bank pihak bank mengenai pelaporan informasi
dalam pelaporan pelunasan kredit hal ini nasabah debitur maupun pelunasan debitur
menimbulkkan kerugian yang besar bagi dalam sistem informasi debitur yang
nasabah. Misalnya jika nasabah akan mengakibatkan nasabah tidak bisa
melakukan pengajuan kredit kembali kepada mendapatkan pelayanan jasa perbankan
bank lainnya, secara prosedur bank tersebut dibidang kredit atau pembiayaan. Untuk itu
melakukan BI checking pada sistem informasi dengan adanya UU Perbankan dan UU
debitur dan melihat apakah termasuk dalam Perlindungan Konsumen menjadi pedoman bagi
daftar hitam atau riwayat kredit macet maka nasabah dalam melindungi setiap
secara otomatis bank tersebut tidak akan kepentingannya dan menuntuk pihak bank
memproses atau menindaklanjuti pengajuan untuk bertanggung jawab atas kesalahan dan
kredit tersebut karena bank menganggap kelalaiannya yang merugikan nasabah.
bahwa nasabah tersebut tidak layak untuk
menerima fasilitas kredit atau pembiayaan dari B. RUMUSAN MASALAH
bank karena riwayat kredit debitur tersebut 1. Bagaimana perlindungan hukum bagi
dalam Sistem Informasi Debitur (SID) nasabah yang didaftarhitamkan akibat
bermasalah. Dalam beberapa kasus yang kesalahan sistem perbankan menurut UU
terjadi, setiap kali hal ini terjadi pihak bank no. 10 tahun 1998 tentang Perbankan?
tidak akan langsung jujur dan terbuka 2. Bagaimana ketentuan Peraturan Bank
mengenai hal tersebut, untuk itu nasabah atau Indonesia dalam pengenaan sanksi
calon debiturlah yang harus sigap dalam
mengecek Informasi Debitur Individual (IDI) 5
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan
pada sistem informasi debitur yang dapat Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 20 , hlm.
51.

54
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

terhadap pihak bank yang melakukan khususnya dan perlindungan terhadap


kesalahan dan kelalaian dalam laporan sistem perbankan pada umumnya
informasi debitur yang mengakibatkan (3) Memelihara tingkat kesehatan bank,
nasabah didaftar hitamkan? (4) Melakukan usaha dengan prinsip kehati
hatian,
C. METODE PENELITIAN (5) Cara pemberian kredit yang tidak
Metode Penelitian yang digunakan penulis merugikan bank dan kepentingan
untuk penulisan skripsi ini menggunakan nasabah,
metode penelitian yuridis normatif dimana (6) Menyediakan informasi risiko pada
penelitian yang dilakukan berdasarkan nasabah.
perundang undangan yang berkaitan dengan Perlindungan hukum ini juga
judul skripsi ini. Dengan menggunakan merupakan upaya untuk mempertahankan dan
pendekatan perundang undangan (statue memelihara kepercayaan masyarakat
approach) karena yang akan diteliti adalah khususnya nasabah, maka sudah sepatutnya
berbagai peraturan hukum yang menjadi fokus dunia perbankan perlu memberikan
6
atau judul penelitian ini. Sumber data dan perlindungan hukum itu.
teknik pengumpulan data diperoleh dengan Dalam Undang Undang Perbankan tidak ada
menggunakan data sekunder yaitu data yang ketentuan yang secara khusus mengatur
diperoleh melalui studi kepustakaan. masalah perlindungan hukum bagi nasabah.
Tetapi dalam Pasal 29 Undang Undang
PEMBAHASAN Perbankan hanya dikemukakan, sebagai berikut
A. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah yang :
Didaftar Hitamkan Akibat Kesalahan (1) Pembinaan dan pengawasan bank
Sistem Perbankan. dilakukan oleh Bank Indonesia.
Nasabah merupakan konsumen dari (2) Bank wajib memelihara tingkat
pelayanan jasa perbankan, perlindungan kesehatan bank sesuai dengan
konsumen baginya merupakan suatu tuntutan ketentuan kecukupan modal, kualitas
yang tidak boleh diabaikan begitu saja. Dalam asset, kualitas manajemen, likuiditas,
dunia perbankan, pihak nasabah merupakan rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain
unsur yang sangat berperan. Mati hidupnya yang berhubungan dengan usaha bank
dunia perbankan bersandar pada kepercayaan dan wajib melakukan kegiatan usaha
dari pihak masyarakat atau nasabah. Untuk itu sesuai dengan prinsip kehati hatian.
adalah sesuatu yang wajar apabila kepentingan (3) Dalam memberikan kredit atau
dari nasabah yang bersangkutan memperoleh pembiayaan berdasarkan prinsip
perlindungan hukum, sebagaimana syariah dan melakukan kegiatan usaha
perlindungan yang diberikan oleh hukum lainnya, bank wajib menempuh cara
kepada bank. cara yang tidak merugikan bank dan
Berkaitan dengan perlindungan hukum kepentingan nasabah yang
terhadap nasabah ini, Marulak Pardede mempercayakan dananya kepada bank.
mengemukakan bahwa dalam Sistem (4) Untuk kepentingan nasabah, bank
Perbankan Indonesia, mengenai perlindungan wajib menyediakan informasi mengenai
nasabah dapat dihasilkan oleh pengawasan dan kemungkinan timbulnya risiko kerugian
pembinaan bank yang efektif. Perlindungan ini sehubungan dengan transaksi nasabah
diperoleh melalui peraturan perundang yang dilakukan melalui bank.
undangan dibidang perbankan, yaitu : (5) Ketentuan yang wajib dipenuhi oleh
(1) Perlindungan yang dihasilkan oleh bank sebagaimana dimaksud dalam
pengawasan dan pembinaan yang ayat (2), ayat (3), ayat (4) ditetapkan
efektif, yang dilakukan oleh Bank oleh Bank Indonesia.7
Indonesia,
(2) Upaya menjaga kelangsungan usaha
bank sebagai sebuah lembaga pada 6
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia,
Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm 145.
7
Sentotas Sembiring, 2012, op.cit., hlm 181.

55
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

Dengan demikian nasabah haruslah Bank wajib menyelesaikan setiap pengaduan


mendapat perlindungan mengenai produk yang diajukan nasabah dan atau perwakilan
suatu bank. Hal ini diatur dalam Peraturan Bank nasabah. Untuk menyelesaikan pengaduan
Indonesia nomor 7/6/PBI/2005 tentang nasabah, bank wajib menetapkan kebijakan dan
transparansi informasi produk bank dan memiliki prosedur tertulis, seperti yang
penggunaan data pribadi nasabah. Transparansi dijabarkan dalam Pasal 2 ayat (2) yang meliputi
informasi mengenai produk bank sangat :
diperlukan untuk memberikan kejelasan pada a. Penerimaan pengaduan,
nasabah mengenai manfaat dan resiko yang b. Penanganan dan penyelesaian
melekat pada produk bank. Sementara pengaduan, dan
transparansi terhadap penggunaan data pribadi c. Pemantauan penanganan dan
yang disampaikan nasabah kepada bank penyelesaian pengaduan.
diperlukan untuk meningkatkan perlindungan Direksi bank harus bertanggung jawab atas
terhadap hak hak pribadi nasabah dalam pelaksanaan kebijakan dan prosedur dari
berhubungan dengan bank. Dalam pasal 4 ayat penerimaan, penanganan sampai pemantauan
(1) dan (2) bahwa bank wajib menyediakan penyelesaian pengaduan. Dalam menangani
informasi tertulis dalam bahasa indonesia pengaduan nasabah bank harus memilik unit
secara lengkap dan jelas mengenai karakteristik atau fungsi yang dibentuk secara khusus pada
setiap produk bank, informasi tersebut setiap kantor bank yang bertugas untuk
disampaikan kepada nasabah secara tertulis menangani dan menyelesaikan pengaduan yang
atau lisan. diajukan nasabah atau perwakilan nasabah dan
Sebagai lembaga pengawas perbankan di dipublikasikan keberadaan unit khusus tersebut
Indonesia, Bank Indonesia mempunyai peranan kepada masyarakat secara tertulis maupun
yang besar sekali dalam usaha melindungi dan elektronis.
menjamin agar nasabah tidak mengalami Dalam penerimaan pengaduan, bank wajib
kerugian akibat tindakan bank yang salah. Bank menerima setiap pengaduan yang diajukan oleh
Indonesia diharapkan secara lebih aktif lagi nasabah atau perwakilan nasabah yang terkait
melakukan tugas dan kewenangannya untuk dengan transaksi keuangan yang dilakukan oleh
mengawasi pelaksanaan peraturan perundang nasabah yang dilakukan secara tertulis atau
undangan oleh seluruh bank yang beroperasi di lisan. Dalam hal pengaduan yang dilakukan
Indonesia. Pengawasan yang efektif dan baik secara tertulis, maka pengaduan tersebut wajib
adalah langkah preventif dalam membendung dilengkapi fotokopi identitas dan dokumen
atau setidak tidaknya mengurangi kasus pendukung lainnnya seperti bukti setoran atau
kerugian nasabah karena tindakan bank atau bukti transfer. Apabila pengaduan dilakukan
lembaga keuangan lainnya yang melawan secara lisan maka diselesaikan dalam waktu 2
hukum. (dua) hari kerja. Dalam hal pengaduan yang
Langkah nyata dari Bank Indonesia dalam diajukan secara lisan, bank tidak dapat
perlindungan konsumen (nasabah) sudah menyelesaikannya dalam jangka waktu 2 (dua)
semakin terlihat jelas dengan menempatkan hari kerja, maka bank wajib meminta nasabah
perlindungan konsumen (nasabah) sebagai atau perwakilannya untuk mengajukan
salah satu pilar perbankan nasional. pengaduan secara tertulis dengan dilengkapi
Menyangkut pengaturan pun sudah terlihat dokumen pendukung lainnya.
dengan diterbitkannya beberapa peraturan Bank wajib menyampaikan bukti tanda
yang secara fokus untuk melindungi nasabah terima pengaduan kepada nasabah atau
yaitu Peraturan Bank Indonesia nomor perwakilannya yang mengajukan pengaduan
10/10/PBI/2008 perubahan atas Peraturan secara tertulis dengan memuat hal hal yaitu :
Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 tentang 1. Nomor registrasi pengaduan
penyelesaian pengaduan nasabah. 2. Tanggal penerimaan pengaduan
Penyelesaian pengaduan nasabah merupakan 3. Nama nasabah
salah satu bentuk peningkatan perlindungan 4. Nama dan nomor telepon petugas bank
nasabah dalam rangka menjamin hak hak yang menerima pengaduan
nasabah dalam berhubungan dengan bank.

56
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

5. Deskripsi singkat pengaduan dan sanksi kewajiban membayar diatur sebagai


ditandatangani oleh petugas penerima berikut, yaitu :
pengaduan. a. Bagi Bank Umum, sebesar Rp.
Penanganan dan penyelesaian pengaduan 1.000.000 (satu juta rupiah) per hari
paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah kerja keterlambatan untuk setiap
tanggal penerimaan pengaduan dan dapat kantor pelapor.
diperpanjang sesuai dengan kondisi tertentu b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
seperti kantor yang menerima pengaduan tidak selain bank, lembaga keuangan non
sama dengan kantor bank tempat terjadinya bank dan koperasi simpan pinjam
permasalahan dan terdapat kendala dalam sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu
berkomunikasi diantara kedua kantor bank rupiah) per hari kerja keterlambatan
tersebut, memerlukan penelitian terhadap untuk setiap kantor pelapor.
dokumen dokumen, atau adanya pihak ketiga Pelapor yang dinyatakan tidak
diluar bank dalam transaksi yang dilakukan menyampaikan laporan debitur dikenakan
nasabah. Dalam hal pengaduan terkait dengan sanksi berupa kewajiban membayar dan
transaksi yang melibatkan pejabat bank yang penundaan pemberian informasi debitur
memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sampai dengan diterimanya laporan debitur
pengaduan tersebut, maka penanganan dan dimaksud oleh Bank Indonesia. Pengenaan
penyelesaian pengaduan wajib dilakukan oleh sanksi kewajiban membayar diatur sebagai
pejabat bank yang tingkatannya lebih tinggi. berikut, yaitu :
Apabila pengaduan berkaitan dengan a. Bagi Bank Umum, sebesar Rp.
kewenangan pemimpin kantor bank tempat 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) per
nasabah mengalami permasalahan maka laporan debitur untuk setiap kantor
penyelesainnya dilakukan oleh unit atau fungsi pelapor.
khusus penanganan dan penyelesaian b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
pengaduan di kantor bank yang lebih tinggi selain bank, lembaga keuangan non
tingkatannya. bank dan koperasi simpan pinjam
sebesar Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah)
B. Sanksi Bank Indonesia Terhadap Pihak Bank per laporan debitur untuk setiap kantor
yang Melakukan Kesalahan atau Kelalaian pelapor.
dalam Laporan Informasi Debitur. Pelapor yang dinyatakan terlambat
Sebagaimana yang telah diatur dalam menyampaikan koreksi laporan debitur
Peraturan Bank Indonesia nomor dikenakan sanksi kewajiban membayar dengan
18/21/PBI/2016 tentang perubahan atas ketentuan sebagai berikut :
Peraturan Bank Indonesia nomor a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 100.000
9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi (seratus ribu rupiah) per hari kerja
Debitur Pasal 28 mengenai sanksi bagi anggota keterlambatan, paling banyak sebesar
pelapor yang melakukan kesalahan maupun Rp. 3.600.000 (tiga juta enam ratus ribu
kelalaian dalam menyampaikan laporan rupiah) untuk setiap kantor pelapor.
debitur. Bank Indonesia menyampaikan b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
pemberitahuan tertulis kepada pelapor selain bank, lembaga keuangan non
mengenai pelanggaran yang telah dilakukan bank dan koperasi simpan pinjam
beserta besarnya sanksi kewajiban membayar sebesar Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu
yang dikenakan, dengan melakukan rupiah) per hari kerja keterlambatan,
pendebetan langsung rekening giro pelapor di paling banyak sebesar Rp. 900.000
Bank Indonesia. Dalam Pasal 28 ayat (1) bahwa (Sembilan ratus ribu rupiah) untuk
pelapor yang dinyatakan terlambat setiap kantor pelapor.
menyampaikan laporan debitur dikenakan Pelapor yang atas dasar temuan Bank
sanksi berupa kewajiban membayar dan Indonesia diketahui menyampaikan laporan
penundaan pemberian informasi debitur debitur tidak memenuhi sesuai ketentuan yang
sampai dengan diterimanya laporan debitur telah diatur dikenakan sanksi kewajiban
dimaksud oleh Bank Indonesia. Pengenaan membayar, yaitu :

57
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 250.000 a. Pelapor menyampaikan koreksi laporan
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) per debitur secara offline atas dasar
debitur dengan batas maksimal sebesar temuan Bank Indonesia.
Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) b. Pelapor menyampaikan koreksi laporan
untuk setiap kantor pelapor. debitur secara offline yang disampaikan
b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit melampaui akhir bulan laporan debitur
selain bank, lembaga keuangan non yang bersangkutan.
bank dan koperasi simpan pinjam Pelapor yang dinyatakan terlambat
sebesar Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu menyampaikan laporan debitur secara offline
rupiah) per debitur dengan batas melampaui batas waktu yang telah ditentukan
maksimal sebesar Rp. 1.000.000 (satu dikenakan sanksi kewajban membayar dengan
juta rupiah) untuk setiap kantor ketentuan, yaitu :
pelapor. a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 1.000.000
Pelapor yang dinyatakan terlambat (satu juta rupiah) per hari kerja
menyampaikan koreksi laporan debitur atas keterlambatan untuk setiap kantor
dasar temuan Bank Indonesia dikenakan sanksi pelapor.
berupa : b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
a. Kewajiban membayar yaitu - bagi bank selain bank, lembaga keuangan non
umum sebesar Rp. 250.000 (dua ratus bank dan koperasi simpan pinjam
lima puluh ribu rupiah) per debitur sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu
dengan batas maksimal sebesar Rp. rupiah) per hari kerja keterlambatan
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk untuk setiap kantor pelapor.
setiap kantor pelapor.- Bagi BPR, Pelapor yang dinyatakan terlambat
penyelenggara kartu kredit selain bank, menyampaikan koreksi laporan debitur secara
lembaga keuangan non bank dan offline melampaui batas waktu yang telah
koperasi simpan pinjam sebesar Rp. ditentukan dikenakan sanksi kewajiban
25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) per membayar dengan ketentuan, yaitu :
debitur dengan batas maksimal sebesar a. Bagi Bank umum sebesar Rp. 100.000
Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) untuk (seratus ribu rupiah) per hari kerja
setiap kantor pelapor. keterlambatan, paling banyak sebesar
b. Teguran tertulis Rp. 3.600.000 (tiga juta enam ratus ribu
c. Penundaan pemberian informasi rupiah) untuk setiap kantor pelapor.
debitur sampai dengan diterimanya b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
seluruh koreksi laporan debitur selain bank, lembaga keuangan non
dimaksud oleh Bank Indonesia. bank dan koperasi simpan pinjam
Pelapor yang menyampaikan laporan sebesar Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu
debitur atau koreksi laporan debitur secara rupiah) per hari kerja keterlambatan,
offline yang tidak memenuhi ketentuan paling banyak sebesar Rp. 900.000
dikenakan sanksi kewajiban membayar dengan (Sembilan ratus ribu rupiah) untuk
ketentuan sebagai berikut : setiap kantor pelapor.
a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 1.000.000 Pelapor yang meminta dan menggunakan
(satu juta rupiah) per laporan debitur informasi debitur tidak sesuai dengan
untuk setiap kantor pelapor. ketentuan dikenakan sanksi kewajiban
b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit membayar sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh
selain bank, lembaga keuangan non juta rupiah) untuk setiap informasi debitur.
bank dan koperasi simpan pinjam Pelapor yang menolak permintaan debitur yang
sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu ingin memperoleh informasi debitur atas nama
rupiah) per laporan debitur untuk debitur yang bersangkutan dikenakan sanksi
setiap kantor pelapor. teguran tertulis.
Ketentuan ini tidak berlaku apabila : Pelapor yang tidak menyampaikan informasi
kepada debitur terkait pelaporan penyediaan
dana ke dalam sistem informasi debitur

58
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

dikenakan sanksi teguran tertulis. Pelapor yang 2. Bank Indonesia memberikan sanksi
tidak menindaklanjuti dan menyelesaikan terhadap bank yang melakukan
pengaduan debitur dikenakan sanksi teguran kesalahan atau kelalaian termasuk tidak
tertulis. melaporkan perihal debitur dan
Bagi pelapor baru, pelaksanaan pengenaan kreditnya dalam sistem informasi
sanksi mulai berlaku 9 (Sembilan) bulan sejak debitur, dengan sanksi berupa kewajiban
batas waktu yang ditentukan. Pengenaan sanksi membayar yang telah ditentukam oleh
bagi pelapor baru hasil merger atau konsolidasi Bank Indonesia, sanksi teguran tertulis,
mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak diberikannya sampai pada penilaian kesehatan bank
user-id dan password web sistem informasi oleh Bank Indonesia.
debitur. bagi pelapor baru, pelaksanaan
pengenaan sanksi mulai berlaku sejak B. SARAN
diberikannya akses web sistem informasi 1. Untuk lebih mengefektifkan program
debitur8. program perlindungan nasabah,
Dengan adanya ketentuan sanksi yang diperlukan suatu upaya yang sifatnya
diterapkan oleh Bank Indonesia terhadap pihak berkelanjutan melalui edukasi
bank yang melakukan kesalahan atau kelalaian masyarakat mengenai hak hak nasabah
serta tidak melaporkan mengenai informasi dalam berhubungan dengan bank.
debitur dalam sistem informasi debitur kiranya 2. Dalam pemberian sanksi bagi bank yang
menjadi perhatian penting bagi bank dalam melakukan kesalahan atau kelalaian
memberikan pelayanan yang baik bagi nasabah dalam laporan debitur di sistem
sehingga tidak ada kerugian kerugian yang akan informasi debitur, sebaiknya Bank
di alami oleh nasabah maupun bank sendiri. Indonesia pun mengevaluasi para
Ketentuan sanksi ini diharapkan dapat pegawai bank yang bertugas dalam
diterapkan dan dilaksanakan dengan baik oleh penginputan data nasabah debitur dalam
Bank Indonesia terhadap pihak bank yang sistem informasi debitur.
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
laporan informasi debitur. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
PENUTUP Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar
A. KESIMPULAN Grafika, 2016.
1. Perlindungan hukum terhadap nasabah Ahmadi Miru, Prinsip Prinsip Perlindungan
sendiri sudah semakin terlihat dengan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Jakarta:
menempatkan perlindungan nasabah Raja Grafindo Persada, 2013.
sebagai salah satu pilar perbankan Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum
nasional. Walaupun dalam Undang Perlindungan Konsumen Edisi Revisi,
Undang no. 10 tahun 1998 tentang Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.
perbankan tidak ada ketentuan yang Etty Mulyadi, Kredit Perbankan, Bandung:
secara khusus mengatur masalah Refika Aditama, 2016
perlindungan hukum terhadap nasabah Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
tetapi ini diwujudkan dalam arsitektur Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005.
perbankan Indonesia pada pilar ke enam Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di
yaitu peningkatan perlindungan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
nasabah dengan menyusun standar 2012.
mekanisme pengaduan nasabah, O.P. Simorangkir,Dasar dasar dan Mekanisme
membentuk lembaga mediasi perbankan, Perbankan, Jakarta : Aksara Persada, 1986.
menyusun transparansi produk, dan S. Twum, Banking Law, London : Sweet &
mempromosikan edukasi untuk nasabah. Maxwell, 1970.
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Edisi
8
Lihat Ketentuan pasal 28-35 Peraturan Bank Indonesia
Revisi, Bandung: Mandar Maju, 2012.
nomor 18/21/PBI/2016 tentang perubahan atas peraturan
Bank Indonesia nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem
Informasi Debitur.

59
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017

Sunu Widi Purwoko, Aspek Hukum Bisnis Bank


Umum, Jakarta: Nine Seasons
Communication, 2015.

B. Website
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-
hukum/metode-penulisan-hukum/ tentang
metode penulisan hukum diakses tanggal 6
oktober 2016.
www.landasanteori.com tentang definisi
nasabah menurut beberapa ahli diakses
tanggal 16 Oktober 2016.
www.bi.go.id tentang Arsitektur Perbankan
Indonesia di Akses Tanggal 10 desember
2015.

C. Peraturan Perundang Undangan


Undang Undang nomor 10 tahun 1998 tentang
Perbankan.
Undang Undang nomor 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen

D. Peraturan Bank Indonesia


Peraturan Bank Indonesia nomor
18/21/PBI/2016 tentang perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia nomor
9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi
Debitur.
Peraturan Bank Indonesia nomor
10/10/PBI/2008 tentang perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia nomor
7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian
Pengaduan Nasabah.
Peraturan Bank Indonesia nomor
10/1/PBI/2008 tentang perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia nomor
8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan.

60

Anda mungkin juga menyukai