3/Mei/2017
3
Etty Mulyati, Kredit Perbankan, PT. Refika Aditama,
Bandung, 2016, hlm. 69.
1 4
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Meiske Sondakh, SH, Lihat Ketentuan Pasal 2 dan 6 Peraturan Bank Indonesia
MH; Alsam Polontalo, SH, MH nomor 18/21/PBI/2016 tentang perubahan atas Peraturan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Bank Indonesia nomor 9/14/2007 tentang Sistem
13071101182 Informasi Debitur.
53
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
Sistem Informasi Debitur sebagai upaya diajukan kepada Bank Indonesia secara tertulis
untuk mencegah terjadinya kredit macet, dapat maupun online.
berfungsi dengan efektif bila dijalankan sesuai Di undangkannya UU Perlindungan
dengan prosedur, tetapi dalam prakteknya Konsumen terhadap pelayanan jasa perbankan,
banyak terjadi pada bank yang telah karena pelaku usaha dalam hal ini bank
memberikan pembiayaan atau kredit ketika memiliki kewajiban terhadap konsumen atau
melaksanakan pelaporan perihal pelunasan nasabah yaitu :
debitur melakukan kesalahan atau kelalaian a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan
maupun tidak sama sekali melaporkan usahanya
mengenai pelunasan tersebut, sehingga terjadi b. Memberikan informasi yang benar, jelas,
perbedaan laporan riwayat kredit nasabah pada dan jujur mengenai kondisi jasa
bank yang memberikan kredit dengan sistem c. Melayani nasabah atau konsumen secara
informasi debitur yang ada pada Bank benar
Indonesia, yang mengakibatkan nasabah masuk d. Memberi kompensasi atau ganti rugi
dalam kategori kredit macet sehingga didaftar apabila jasa yang diterima tidak sesuai
hitamkan atau blacklist. Dalam kamus istilah dengan perjanjian.5
popular perbankan Bank Indonesia blacklist Untuk itu dengan adanya UU perlindungan
atau daftar hitam adalah daftar nama para konsumen ditambah lagi dengan UU perbankan
nasabah individu atau badan hukum maupun yang mengatur mengenai perlindungan
perusahaan yang terkena sanksi dari bank terhadap nasabah dapat memberikan
karena telah melakukan beberapa tindakan pandangan terhadap para nasabah bahwa
tertentu yang bisa merugikan pihak bank dan segala hak-hak perbankan nasabah di atur dan
masyarakat. dilindungi oleh undang undang sehingga bila
Dengan adanya sistem informasi debitur suatu hari terjadi sengketa antara nasabah dan
Bank Indonesia yang sangat terpadu sehingga bank, maka tidak akan ragu dan takut untuk
bank satu dengan bank lainnya akan melaporkan kerugian yang di alami nasabah
mengetahui informasi dan profil dari nasabah dan menuntut pihak bank. Sama halnya dengan
yang hendak megajukan kredit apakah nasabah yang didaftarhitamkan atau blacklist
termasuk dalam daftar hitam atau tidak. Jika yang diakibatkan oleh kesalahan dan kelalaian
terjadi kesalahan atau kelalaian dari pihak bank pihak bank mengenai pelaporan informasi
dalam pelaporan pelunasan kredit hal ini nasabah debitur maupun pelunasan debitur
menimbulkkan kerugian yang besar bagi dalam sistem informasi debitur yang
nasabah. Misalnya jika nasabah akan mengakibatkan nasabah tidak bisa
melakukan pengajuan kredit kembali kepada mendapatkan pelayanan jasa perbankan
bank lainnya, secara prosedur bank tersebut dibidang kredit atau pembiayaan. Untuk itu
melakukan BI checking pada sistem informasi dengan adanya UU Perbankan dan UU
debitur dan melihat apakah termasuk dalam Perlindungan Konsumen menjadi pedoman bagi
daftar hitam atau riwayat kredit macet maka nasabah dalam melindungi setiap
secara otomatis bank tersebut tidak akan kepentingannya dan menuntuk pihak bank
memproses atau menindaklanjuti pengajuan untuk bertanggung jawab atas kesalahan dan
kredit tersebut karena bank menganggap kelalaiannya yang merugikan nasabah.
bahwa nasabah tersebut tidak layak untuk
menerima fasilitas kredit atau pembiayaan dari B. RUMUSAN MASALAH
bank karena riwayat kredit debitur tersebut 1. Bagaimana perlindungan hukum bagi
dalam Sistem Informasi Debitur (SID) nasabah yang didaftarhitamkan akibat
bermasalah. Dalam beberapa kasus yang kesalahan sistem perbankan menurut UU
terjadi, setiap kali hal ini terjadi pihak bank no. 10 tahun 1998 tentang Perbankan?
tidak akan langsung jujur dan terbuka 2. Bagaimana ketentuan Peraturan Bank
mengenai hal tersebut, untuk itu nasabah atau Indonesia dalam pengenaan sanksi
calon debiturlah yang harus sigap dalam
mengecek Informasi Debitur Individual (IDI) 5
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan
pada sistem informasi debitur yang dapat Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 20 , hlm.
51.
54
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
55
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
56
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
57
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 250.000 a. Pelapor menyampaikan koreksi laporan
(dua ratus lima puluh ribu rupiah) per debitur secara offline atas dasar
debitur dengan batas maksimal sebesar temuan Bank Indonesia.
Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) b. Pelapor menyampaikan koreksi laporan
untuk setiap kantor pelapor. debitur secara offline yang disampaikan
b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit melampaui akhir bulan laporan debitur
selain bank, lembaga keuangan non yang bersangkutan.
bank dan koperasi simpan pinjam Pelapor yang dinyatakan terlambat
sebesar Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu menyampaikan laporan debitur secara offline
rupiah) per debitur dengan batas melampaui batas waktu yang telah ditentukan
maksimal sebesar Rp. 1.000.000 (satu dikenakan sanksi kewajban membayar dengan
juta rupiah) untuk setiap kantor ketentuan, yaitu :
pelapor. a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 1.000.000
Pelapor yang dinyatakan terlambat (satu juta rupiah) per hari kerja
menyampaikan koreksi laporan debitur atas keterlambatan untuk setiap kantor
dasar temuan Bank Indonesia dikenakan sanksi pelapor.
berupa : b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
a. Kewajiban membayar yaitu - bagi bank selain bank, lembaga keuangan non
umum sebesar Rp. 250.000 (dua ratus bank dan koperasi simpan pinjam
lima puluh ribu rupiah) per debitur sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu
dengan batas maksimal sebesar Rp. rupiah) per hari kerja keterlambatan
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk untuk setiap kantor pelapor.
setiap kantor pelapor.- Bagi BPR, Pelapor yang dinyatakan terlambat
penyelenggara kartu kredit selain bank, menyampaikan koreksi laporan debitur secara
lembaga keuangan non bank dan offline melampaui batas waktu yang telah
koperasi simpan pinjam sebesar Rp. ditentukan dikenakan sanksi kewajiban
25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) per membayar dengan ketentuan, yaitu :
debitur dengan batas maksimal sebesar a. Bagi Bank umum sebesar Rp. 100.000
Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah) untuk (seratus ribu rupiah) per hari kerja
setiap kantor pelapor. keterlambatan, paling banyak sebesar
b. Teguran tertulis Rp. 3.600.000 (tiga juta enam ratus ribu
c. Penundaan pemberian informasi rupiah) untuk setiap kantor pelapor.
debitur sampai dengan diterimanya b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit
seluruh koreksi laporan debitur selain bank, lembaga keuangan non
dimaksud oleh Bank Indonesia. bank dan koperasi simpan pinjam
Pelapor yang menyampaikan laporan sebesar Rp. 25.000 (dua puluh lima ribu
debitur atau koreksi laporan debitur secara rupiah) per hari kerja keterlambatan,
offline yang tidak memenuhi ketentuan paling banyak sebesar Rp. 900.000
dikenakan sanksi kewajiban membayar dengan (Sembilan ratus ribu rupiah) untuk
ketentuan sebagai berikut : setiap kantor pelapor.
a. Bagi Bank Umum sebesar Rp. 1.000.000 Pelapor yang meminta dan menggunakan
(satu juta rupiah) per laporan debitur informasi debitur tidak sesuai dengan
untuk setiap kantor pelapor. ketentuan dikenakan sanksi kewajiban
b. Bagi BPR, penyelenggara kartu kredit membayar sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh
selain bank, lembaga keuangan non juta rupiah) untuk setiap informasi debitur.
bank dan koperasi simpan pinjam Pelapor yang menolak permintaan debitur yang
sebesar Rp. 100.000 (seratus ribu ingin memperoleh informasi debitur atas nama
rupiah) per laporan debitur untuk debitur yang bersangkutan dikenakan sanksi
setiap kantor pelapor. teguran tertulis.
Ketentuan ini tidak berlaku apabila : Pelapor yang tidak menyampaikan informasi
kepada debitur terkait pelaporan penyediaan
dana ke dalam sistem informasi debitur
58
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
dikenakan sanksi teguran tertulis. Pelapor yang 2. Bank Indonesia memberikan sanksi
tidak menindaklanjuti dan menyelesaikan terhadap bank yang melakukan
pengaduan debitur dikenakan sanksi teguran kesalahan atau kelalaian termasuk tidak
tertulis. melaporkan perihal debitur dan
Bagi pelapor baru, pelaksanaan pengenaan kreditnya dalam sistem informasi
sanksi mulai berlaku 9 (Sembilan) bulan sejak debitur, dengan sanksi berupa kewajiban
batas waktu yang ditentukan. Pengenaan sanksi membayar yang telah ditentukam oleh
bagi pelapor baru hasil merger atau konsolidasi Bank Indonesia, sanksi teguran tertulis,
mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak diberikannya sampai pada penilaian kesehatan bank
user-id dan password web sistem informasi oleh Bank Indonesia.
debitur. bagi pelapor baru, pelaksanaan
pengenaan sanksi mulai berlaku sejak B. SARAN
diberikannya akses web sistem informasi 1. Untuk lebih mengefektifkan program
debitur8. program perlindungan nasabah,
Dengan adanya ketentuan sanksi yang diperlukan suatu upaya yang sifatnya
diterapkan oleh Bank Indonesia terhadap pihak berkelanjutan melalui edukasi
bank yang melakukan kesalahan atau kelalaian masyarakat mengenai hak hak nasabah
serta tidak melaporkan mengenai informasi dalam berhubungan dengan bank.
debitur dalam sistem informasi debitur kiranya 2. Dalam pemberian sanksi bagi bank yang
menjadi perhatian penting bagi bank dalam melakukan kesalahan atau kelalaian
memberikan pelayanan yang baik bagi nasabah dalam laporan debitur di sistem
sehingga tidak ada kerugian kerugian yang akan informasi debitur, sebaiknya Bank
di alami oleh nasabah maupun bank sendiri. Indonesia pun mengevaluasi para
Ketentuan sanksi ini diharapkan dapat pegawai bank yang bertugas dalam
diterapkan dan dilaksanakan dengan baik oleh penginputan data nasabah debitur dalam
Bank Indonesia terhadap pihak bank yang sistem informasi debitur.
melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
laporan informasi debitur. DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
PENUTUP Adrian Sutedi, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar
A. KESIMPULAN Grafika, 2016.
1. Perlindungan hukum terhadap nasabah Ahmadi Miru, Prinsip Prinsip Perlindungan
sendiri sudah semakin terlihat dengan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Jakarta:
menempatkan perlindungan nasabah Raja Grafindo Persada, 2013.
sebagai salah satu pilar perbankan Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum
nasional. Walaupun dalam Undang Perlindungan Konsumen Edisi Revisi,
Undang no. 10 tahun 1998 tentang Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.
perbankan tidak ada ketentuan yang Etty Mulyadi, Kredit Perbankan, Bandung:
secara khusus mengatur masalah Refika Aditama, 2016
perlindungan hukum terhadap nasabah Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional
tetapi ini diwujudkan dalam arsitektur Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2005.
perbankan Indonesia pada pilar ke enam Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di
yaitu peningkatan perlindungan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti,
nasabah dengan menyusun standar 2012.
mekanisme pengaduan nasabah, O.P. Simorangkir,Dasar dasar dan Mekanisme
membentuk lembaga mediasi perbankan, Perbankan, Jakarta : Aksara Persada, 1986.
menyusun transparansi produk, dan S. Twum, Banking Law, London : Sweet &
mempromosikan edukasi untuk nasabah. Maxwell, 1970.
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan Edisi
8
Lihat Ketentuan pasal 28-35 Peraturan Bank Indonesia
Revisi, Bandung: Mandar Maju, 2012.
nomor 18/21/PBI/2016 tentang perubahan atas peraturan
Bank Indonesia nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem
Informasi Debitur.
59
Lex Crimen Vol. VI/No. 3/Mei/2017
B. Website
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-
hukum/metode-penulisan-hukum/ tentang
metode penulisan hukum diakses tanggal 6
oktober 2016.
www.landasanteori.com tentang definisi
nasabah menurut beberapa ahli diakses
tanggal 16 Oktober 2016.
www.bi.go.id tentang Arsitektur Perbankan
Indonesia di Akses Tanggal 10 desember
2015.
60