2013
Pasaribu, Ugan
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/381
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS TUGAS DIREKTUR KEPATUHAN
(COMPLIANCE OF DIRECTOR)
DALAM PENGELOLAAN BANK
TESIS
OLEH
UGAN PASARIBU
077005151/HK
TESIS
OLEH
UGAN PASARIBU
077005151/HK
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Bismar Nasution,S.H.,M.H. 1
Prof.Dr. Sunarmi,S.H.,M.Hum. 2
Dr.Mahmul Siregar,S.H.,M.Hum. 3
Ugan Pasaribu 4
ABSTRAK
Prof.Dr.Bismar Nasution 5
Prof.Dr.Sunarmi,S.H.,M.H. 6
Dr.Mahmul Siregar,S.H.,M.Hum. 7
Ugan Pasaribu 8
ABSTRACT
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas
Penulis sadar akan ketidaksempurnaan hasil penulisan tesis ini sehingga berharap
agar semua pihak dapat memberikan kritik dan saran yang membangun agar
menghasilkan sebuah karya ilmiah yang lebih baik dan lebih sempurna lagi, baik
orang tua penulis, St.Ferdinan Pasaribu (Alm) yang semasa hidupnya mendorong
penulis untuk tidak berhenti belajar dan Sonti Siahaan yang menyayangi penulis
sehingga penulis bias memperoleh pendidikan formal sampai tingkat Strata Dua
ini.
Tak lupa juga Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
kepada beliau.
atas kritik dan masukan beliau sehingga penelitian tesis ini menjadi lebih
baik.
ini. Terima kasih atas kritik dan masukan beliau sehingga penelitian ini
Utara atas segala Ilmu yang telah diberikan. Juga kepada Staff Program
10. Saudari Fitri, Saudari Juli, Bang Hendra atas bantuan mereka dalam
tesis ini.
Pantas P.ST, dan Helen yang telah memberi dukungan kepada penulis.
12. Teman-teman kuliah yaitu kepada Bang Fachruddin Rifai (Advokat), Felix
Penulisan ini tak luput dari kekurangan, Penulis mengharapkan kritik dan
Medan,
UGAN PASARIBU
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Pendikan Pormal
ABSTRAK ............................................................................................ i
DAFTAR PUSTAKA .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Harapan yang besar ini dapat dipahami, oleh karena peranan perbankan
adalah demikian dominan baik sebagai bagian dari sistem pembayaran nasional
maupun sebagai penyedia dana bagi usaha yang baru tumbuh kembali.
memenuhi harapan masyarakat. Perbankan hingga kini masih sibuk berbenah diri,
prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang sudah menjadi ciri baku bagi
usaha perbankan.
9
Kompas, Minggu,02 Nopember 1997, krisis moneter diawali di negara –negara Asia,
yaitu Thailand, Korea Selatan, Malaysia,dimana nilai mata uang negara tersebut merosot.
Kemudian meluas ke Indonesia. Awalnya ditandai dengan merosotnya nilai tukar rupiah terus
terpuruk terhadap dollar AS, sehingga banyak bank mengalami rugi terutama mereka yang
memiliki pinjaman dalam mata uang asing, dan banyak pinjaman berjangka pendek. Bank-bank
yang tidak melindungi nilai kurs pinjaman valuta asing jumlahnya sangat banyak. Akumulasi
kerugian bank akibat gejolak kurs dan memburuknya arus kas (cash-flow). Beberapa bank
mengalami saldo debet sehingga tidak mampu bertahan sebagai bank yang sehat. Maka
Pemerintah tanggal 01 Nopember 1997, yang diumumkan oleh Menteri Keuangan Mar’ie
Muhammad didampingi Gubernur Bank Indonesia Soedrajad Djiwandono telah mencabut izin
usaha 16 Bank yang tidak sehat, antara lain:
(1) Bank Pinaesaan, (2) Bank Industri, (3) Amrico Bank Ltd (4) Astria Raya Bank, (5) Bank
Andromeda, (6) Bank Harapan Sentosa, (7) Bank Guna Internasional, (8) Sejahtera Bank
Umum, (9) Bank Umum Majapahit Jaya, (10) Bank Jakarta, (11) Bank Kosagraha Semesta,
(12) Bank Mataram Dhanaarta, (13) South East Asia Bank, (14) Bank Pasific, (15) Bank Dwipa
Semesta, dan (16) Bank Citrahasta Dhanamanunggal.
Hal ini ditandai dengan pelimpahan non performing loan dari bank tidak
terjadinya krisis.
3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang
10
BPPN adalah Lembaga yang melaksanakan program Blanket Guarantee, yang bersifat
sementara, diberlakukan pemerintah sejak tahun 1998 melalui Keppres No. 26/1998. Zulkarnain
Sitompul, Problematika Perbankan (Jakarta: Books Terrace & Library, 2005), hal. 315
Tugas BPPN antara lain: 1) melakukan pengadministrasian jaminan yang diberikan
pemerintah kepada Bank Umum; 2) melakukan pengawasan, pembinaan, dan upaya penyehatan
termasuk retruksisasi bank yang oleh Bank Indonesia dinyatakan tidak sehat; 3) melakukan
tindakan hukum lain yang diperlukan dalam rangka penyehatan bank yang tidak sehat. Menurut
Keppres tersebut, kedudukan BPPN berada di bawah Menteri Keuangan dan keberadaannya
sementara hingga tugasnya telah tercapai dan BPPN dapat dibubarkan serta kekayaannya menjadi
milik negara. Keppres No.26/1998 sesuai Pasal 37A UU No.7/1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. Kusumaningtuti Sandriharmy, Peranan Hukum
dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2009),hal.173
11
Donald K.Emmerson, Indonesia Beyond Soeharto, Negara, Ekonomi, Masyarakat,
Transisi,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001).Cet.ke 1, hal.578: Kerusakan perekonomian
yang diakibatkan oleh krisis moneter (krismon) 1997-1998 jauh melebihi peristiwa hampir
bangkrutnya satu perusahaan saja, Pertamina, pada tahun 1970-an, atau merosotnya harga satu
komoditi, minyak pada tahun 1980-an. Krisis moneter ini berakar pada sektor swasta, banyak firma
dan bank swasta yang telah meminjam begitu banyak di luar negeri serta menggunakannya secara
boros didalam negeri. Menyusul perjanjian 31 Oktober 1997 dengan IMF, pemerintah
mengeluarkan pengumuman 01 November 1997 yang mengejutkan. 16 (enam belas) bank swasta
kecil ditutup, termasuk beberapa yang mempunyai hubungan dengan keluarga Presiden Soeharto.
Guna menghindari keadaan panik, publik diberitahu bahwa akan dapat memperoleh uangnya dari
salah satu dari tiga bank negara mulai pada 13 November 1997.
Kwik Kian Gie: Gonjang-Ganjing Ekonomi Indonesia, Badai Belum Akan Segera
Berlalu,(Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama & Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi,IBII, 1999).Cet.
Ke 3, hal.260-261: Bank Indonesia yang ”membiarkan” masalah kredit macet dan rusaknya bank-
bank demikian lamanya, akhirnya toh melikuidasi 16 bank dengan cara yang sangat tidak adil.
Kenyataan ini tidak dapat dipisahkan dari kesan bahwa pemerintah ingin mematuhi persyaratan
Dana Moneter Internasional (IMF) dengan harga berapa saja dan tepat waktu. Kalau caranya lantas
mengorbankan uang para giran dan deposan (yang diatas Rp.20 juta) tanpa mereka berdosa dan
bersalah apapun, likuidasi demikian harganya terlampau mahal. formalnya dikatakan bahwa nanti
akan dibayar dari hasil penjualan aset dari bank terlikuidasi. Tetapi Menteri Keuangan mengatakan
kepada DPR bahwa salah satu kreteria dilikuidasinya bank adalah karena aset dari bank yang
bersangkutan sudah jauh lebih kecil dari jumlah kewajibannya. Implisit adalah bahwa hasil
penjualan aset tidak mungkin cukup untuk memenuhi kewajiban bank. Bahwa bank yang
sebenarnya sudah rusak sama sekali masih bisa berputar adalah karena adanya kemungkinan gali
lubang tutup lubang melalui pasar uang antar bank. Maka sudah banyak sekali bank yang
sebenarnya setiap hari ”merah”, tetapi menutupnya dengan pinjaman yang diperbaharui per 24 jam
sekali. Karena bank nyatanya masih berputar, dan masih dapat membayarkan uang pemilik giran
yang memintanya, akhirnya masyarakat berpikir bahwa uangnya yang ada di bank pilihannya
masing-masing aman saja. Yang dipakai untuk membayar kepada giran dan deposan sampai jumlah
Rp.20 juta sebesar Rp.2,3 triliun adalah uang BI, yang adalah uang milik rakyat. Bankir dan debitur
yang menyebabkan lenyapnya uang bank tidak diapa-apakan. Untuk melebihi Rp.20 juta, giran dan
deposan yang adalah rakyat juga menjadi stres, bunuh diri, terkena stroke dan jatuh miskin. Banyak
yang tabungan seumur hidupnya lenyap.
M.Sadli, Bila Kapal Punya Dua Nakhoda, Esai-Esai Ekonomi-Politik Masa Transisi,
(Jakarta: Alvabet & Freedom Instute,2002),Cet. Ke I, hal.112: Uang pemerintah yang sudah
”tenggelam” (sunk) di perbankan sebagai akibat penanggulangan krisis 1997/1998 – tidak bisa
diharapkan lagi kembali utuh. Pemerintah sadar keresahan masyarakat jumlah utang pemerintah
semakin besar. Utang di luar negeri menggelembung menjadi US$ 80 miliar dan utang dalam
negeri yang sebelum 1997 tidak ada, namun sesudahnya sekitar Rp.630 triliun. Total utang ini
sudah menyamai PDB.
Stiglitz dalam Revrisond Baswir, Membuka Topeng ”Konsensus Washington” dalam
Esai-Esai Nobel Ekonomi,(Jakarta: Buku Kompas,2007),Cet.Ke 1,hal.161-162: Stiglitz yang
meraih Hadiah Nobel ekonomi 2001, Kepala Dewan Penasehat Ekonomi Presiden Bill Clinton
(1993-1997), dan berpengalaman sebagai Wakil Presiden Bank Dunia selama tiga tahun (1997-
2000) berpendapat, penutupan 16 bank -
Pertama yang disertai dengan catatan masih akan disusul oleh beberapa bank lainnya, ternyata
dilakukan tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap perilaku para deposan. Di tengah-tengah
ancaman penutupan bank, para deposan dilepas begitu saja untuk menyelamatkan diri mereka
masing-masing. Akibatnya mereka serta-merta menarik tabungan dari bank-bank swasta dan
memindahkannya ke bank pemerintah. Kebijakan IMF secara mendadak, menunjukkan IMF tidak
memahami arti penting transformasi sosial sebagai bagian integral dari proses pembangunan.
Kebijakan konsensus Washington yang dipaksakan IMF kepada Indonesia, selain berpijak pada
prinsip ”satu ukuran cocok untuk semuanya,” ternyata dibangun dengan wawasan ekonomi yang
sempit. Akibatnya memicu terjadinya peristiwa Mei 1998, kebijakan penghapusan subsidi (BBM),
liberisasi, pengurangan peranan BULOG, privatisasi BUMN ditengah-tengah lingkungan
pemerintahan yang Korup, dalam situasi krisis ditandai maraknya pengangguran dan kemiskinan
tidak hanya mengalami kegagalan, tetapi bermuara pecahnya kerusuhan. Demonstrasi Mahasiswa
dan kelompok profesi, masyarakat terjadi di berbagai kota dan menuntut Presiden Soeharto mundur
sebagai Presiden. Akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, dan
digantikan oleh Wakil Presiden BJ.Habibie (R.William Liddle, Rezim: Orde Baru, dalam Donald
K.Emmerson, Indonesia Beyond Soeharto,2001 ) hal.65.
12
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang.
Bank sentral ini juga dinyatakan sebagai lembaga independen yang bebas
dari pengaruh pemerintah dan pihak lain. Keluarnya Undang-Undang No.23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia dan Undang-Undang No.24 Tahun 1999 tentang
Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Telah memperkokoh landasan kerja
tidak ada lagi program blanket guarantee 13 sebagaimana telah terjadi pada saat
Bank Sentral mendesak upaya dilakukan merger di antara bank-bank ber-aset kecil
single presence policy 14 dan mendorong peningkatan modal. Langkah ini akan
lembaga ini akan efektif tahun 2010, 16 namun baru tahun 2011 disahkan dengan
13
Bisnis Indonesia, Selasa 14 Oktober 2008, Dalam UU No.24 tahun 2004 tentang LPS,
Limited Guarantee sampai Rp.100 juta, namum dengan terjadinya krisis keuangan global
(Finansial turbelensi) Oktober 2008, maka pemerintah menaikkan Limited guarantee sampai Rp.2
milyar, untuk mencegah terjadinya rush, mulai berlaku tanggal 13 Oktober 2008, disampaikan
Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati. Krisis itu sendiri diawali dengan krisis Subprime
Mortgage (kredit macet perumahan atau properti) tahun 2007 di Amerika Serikat, yang menyeret
lembaga investasi besar seperti Lehman Brother, Citigroup (yang beroperasi di 100 negara),
JP.Morgan Chase, Fanny Mae dan Freddie Mac.
14
Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 tentang Kepemilikan Tunggal pada
Perbankan
15
Zulkarnain Sitompul,Op.Cit. Hal 144
16
Pasal 34 UU N0.3 tahun 2004 tentang perubahan UU No.23 tahun 1999, berlaku
selambat-lambatnya 31 Desember 2010
dan diundangkan pada tanggal 22 November 2011(Lembaran Negara RI Tahun
2011 Nomor 111). Dengan demikian beralih tugas pengawasan perbankan dari
17
Pasal (1) angka 1 UU No.21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan: Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang
mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.
18
Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit,Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis,
(Jakarta: Rineka Cipta,2009), hal.31: Dari sejumlah kejadian yang terjadi pada awal sampai
dengan pertengahan tahun 1990-an dapat diduga merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi
pengalihan pengawasan bank oleh BI kepada pihak lain. Masih belum dapat dilupakan begitu saja
kejadian di awal tahun 1990-an banyak bank baru bermunculan bagaikan cendawan di musim hujan
akibat kebijakan perbankan yang di kenal dengan Paket Oktober (Pakto) 1988 hanya dengan modal
sebesar Rp.10 milyar dapat mendirikan bank. Sejumlah bank yang baru berdiri tidak diikuti dengan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai sehingga yang tampak bank bekerja asal jadi. Para
bankir kurang dapat menerapkan prinsip-prinsip perbankan karena mereka kurang menguasai
sehingga banyak bank yang melanggar peraturan perbankan, antara lain melanggar prinsip kehati-
hatian, melanggar BMPK(Batas Maksimum Pemberian Kredit), menggunakan fasilitas kredit
kepada kelompoknya, memberikan kredit kepada orang dalam bank (bankir).
Kejadian pertama yang mengagetkan masyarakat akibat dari hal tersebut adalah pada
tahun 1992 dilikuidasinya Bank Summa karena kalah kliring. Bank Summa dilikuidasi karena tidak
sehat, hutangnya lebih besar dibandingkan dengan modalnya. Masyarakat sebagai deposan bank
tersebut ketika itu menjadi kebingungan untuk menarik simpanannya tetapi tertolong oleh dana
talangan dari pemerintah sehingga bank tersebut dapat mengembalikannya. Kejadian selanjutnya
pada tahun 1997 bank yang dilikuidasi menjadi 16 bank. Jumlah bank yang dilikuidasi meningkat
dapat berakibat buruk terhadap masyarakat karena mengurangi kepercayaan terhadap bank.
Penarikan dana simpanan masyarakat secara besar-besaran pada bank akan menggoncangkan
kehidupan perbankan. Adanya peristiwa sejumlah bank yang dikuidasi tersebut secara tidak
langsung dapat menunjukkan bahwa pembinaan dan pengawasan bank yang dikakukan BI kurang
menggembirakan. BI tergolong masih lemah dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap bank. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan perbankan tidak dapat dilakukan
pencegahan sedini mungkin. Keadaan diperburuk dengan Bank-bank yang kekurangan dana karena
memberikan kredit dengan cara melanggar ketentuan perbankan masih dapat diberikan BLBI.
19
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2008), hal.16
Usaha perbankan adalah usaha jasa yang sangat bergantung pada kinerja
para pengurus dan pegawai bank sehingga baik buruknya kinerja perbankan sangat
perundang-undangan.
terbuka ini telah menciptakan situasi dimana pelayanan juga harus berubah, maju
dan canggih. Jati diri perbankan adalah pelayanan. Makin selaras dengan
keinginan para nasabah, makin kuat akar sebuah bank tertancap di hati nasabah.
Masyarakat dan Negara sudah menjadi satu, perubahan terjadi sangat cepat,
20
George Edward Allen, halaman komentar dalam buku E.C.W.Neloe, Pemberian Kredit
Bank Menjadi Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta: Verbum Publishing,2012).Cet.I, Seorang bankir
yang baik harus memiliki kemampuan yang tinggi dan pengetahuan yang luas:
1/5 harus memiliki kemampuan sebagai lawyer;
2/5 harus memiliki kemampuan sebagai Accountant;
3/5 harus memiliki kemampuan sebagai Economis;
4/5 harus memiliki kemampuan sebagai Gentlemen
21
Kanter (1995), mengemukakan para pemain kunci dalam ekonomi global adalah
kelompok masyarakat yang memiliki intangible asset (aset tidak berwujud) 3 C yaitu: 1. Concept,
2. Competence dan 3. Connection atau networking. (Sedarmayanti, Good Governance & Good
Corporate Governance, Bandung: Mandar Maju, 2012. Cet.2, Hal. 34). Era globalisasi dimulai
pertengahan 1980-an dipersiapkan dan dipelopori oleh negara ekonomi maju seperti beberapa
negara anggota Uni-Eropah,Amerika Serikat, dengan asumsi untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama negara miskin. Diperlukan pembebasan regulasi yang dianggap menghambat
masuknya modal asing yang tentunya melalui mekanisme perbankan. kelonggaran masuknya dana
asing juga berpotensi risiko dimanfaatkan pelaku money laundering.
disertai keterbukaan hubungan antar bangsa dan negara, yang tiada batas-batas
kekuasaan, pasar, pembayaran teknologi, aliran barang dan jasa, serta pengetahuan
lain secara global. Norma-norma, tatanan, ikatan yang mendunia menelusup dan
khususnya ekonomi bermuatan ekses positif maupun negatif. 23 Dalam hal ini
maupun internasional, yang tidak dapat dibedakan lagi karena pengaturan hukum
22
Alvin Toffler, dalam bukunya “Future Shocks” tahun 1993, meramalkan Abad ke 21
adalah Abad Teknologi Komunikasi (disebut juga gelombang ketiga). Ramalan ini menjadi
kenyataan dari sejak tahun 2000-an, dunia terasa sempit, dunia sudah menjadi satu, dikarenakan
teknologi komunikasi seperti telepon selluler (ponsel) telah digunakan pada umumnya penduduk
dunia dari usia belia sampai dewasa. Kondisi ini membawa ekses positif maupun negatif.
Perubahan disuatu wilayah dapat ikut menentukan perubahan di wilayah lain secara
global.(St.Sularto, Syukur Tiada Akhir,Jejak Langkah Jakob Utama, Buku Kompas, Cet.Ke
IV.Hal.394).
23
Ancaman dan tantangan terhadap keamanan bersama secara multilateral telah diatur
didalam Convention PBB untuk memberantas Tindak Pidana Terorganisasi (United Convention
Against Transnational Crime,2000) atau Konvensi Palermo. Konvensi PBB ini telah diratifikasi
dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2009, memuat Lima jenis kejahatan; 1) Korupsi, 2) Pencucian
Uang, 3) Perdagangan Orang (perempuan dan anak), 4) Penyelundupan orang dan 5)
Penyelundupan senjata.(Romli Atmasasmita, Globalisasi Dan Kejahatan Bisnis, Kencana Prenada
Media,2010, Hal.28).
Sementara itu masih sering di dapat informasi dari media massa tentang
mata masyarakat.
perekonomian Indonesia. Hal ini akan bermuara pada kerugian atau mengurangi
memperbaiki permodalan bank. Kasus yang menimpa Bank BNI yaitu skandal
letter of credit (L/C) 24 yang berawal dari pengambilalihan wesel ekspor berjangka
dalam jumlah yang secara kumulatif besar. Bank tersebut telah mengambil risiko
besar tanpa tindakan pengaman yang cukup yaitu tanpa akseptasi bank penerbit
nasabah yang bukan nasabah debitur yang telah dianalisa bonafiditasnya dan tanpa
yang dialami Bank BNI sebesar Rp.1,7 triliun. Kemudian tersangka utama
Kasus ini terjadi hanya dalam hitungan bulan ketika Bank Indonesia akan
24
Tedi Fardiansyah, Refleksi Strategi Penerapan Manajemen Risiko Perbankan
Indonesia, Eko B Supriyanto, (ed) (Jakarta: Elex Media Kompotindo, 2006), hal. 133
25
Ramlan Ginting, Letter of credit, Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, (Jakarta:Salemba
Empat,2002), hal.11
26
Kompas, 12 Oktober 2004, Adrian Waworuntu tersangka utama kasus Letter of Credit
Bank BNI. Tetapi kemudian hari menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan
risiko bagi bank umum sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor
11/25/PBI/2009.
Ditutupnya Bank Dagang Bali dan Bank Asiatic, karena dianggap telah
ketiga melalui rekayasa pemberian kredit dan pembelian obligasi satu group.
kali menimpa dunia perbankan, misalnya kredit yang disalurkan oleh bank kepada
kelompok usaha sendiri, Bank Dagang Nasional (BDNI) telah menyalurkan kredit
kepada kelompok usaha sendiri sebesar Rp.24,4 triliun atau 90 %, Bank Danamon
sebesar Rp.12,9 triliun atau 43,8 % dan Bank Modern sebesar Rp.1,2 triliun atau
63,2 % dari total kredit yang disalurkan, 27 Demikian juga pada bulan April 1997,
dengan cara merendam dalam bak penampungan dan menyiapkan dua buah truk
27
Warta Ekonomi, ( No.15 / Thn.X/31 Agustus 1998 ), hal.18 dalam Bismar Nasution,
Hukum Kegiatan Ekonomi (Jakarta: BookTerrace & Librari, 2007, Cet.ke 2), hal.155
28
Manipulasi Pasar adalah distorsi terhadap kekuatan bebas atas persediaan dan
permintaan, setiap manipulasi menggunakan restriksi artifisial pada “floating supply of stock”,yang
diikuti oleh beberapa faktor untuk menarik publik pada permintaan saham dalam bentuk artifisial
atau penciptaan penampilan palsu atas kegiatan perdagangan sebenarnya. Bismar
Nasution,Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum,Universitas Indonesia,
Program Pasca Sarjana, 2001, Cet. ke 1), hal. 169
Perbuatan ini diancam dengan ketentuan tindak pidana yang berkaitan
dengan usaha bank. Indikasi manipulasi lainnya adalah dalam bentuk obligasi.
Pada laporan keuangan Bank Global per Desember 2003 tercatat memiliki obligasi
senilai Rp.1,123 triliun. Padahal dalam catatan Bapepam hanya ada Rp.400 milyar
obligasi subordinasi Bank Global yang diterbitkan bulan Juni 2003. Artinya ada
Kasus lainnya adalah yang terjadi pada PT. Bank Citra yang dilakukan oleh
komisaris dan direkturnya. Dana milik bank digunakan untuk kepentingan milik
dari PT.Trisula Supra dan pembelian Nota Certifikat Deposit dari Bank Centris.
Perbuatan fraud juga dilakukan oleh Bank Pasific. Kasus ini melibatkan
Internasional Finance (PIF) sebagai tergugat I dan PT.Bank Pasific (BP) sebagai
tergugat II. PT.Wicaksana, membeli Commercial paper (CP) yang diterbitkan oleh
PIF dan diaval oleh BP. Antara PIF dan BP memiliki keterkaitan kepemilikan dan
kepengurusan. Saham PIF dimiliki oleh Presiden Direktur BP. Dan sekaligus
sebagai Presiden Komisaris PIF. Pada saat CP jatuh tempo, PIF tidak mampu
29
Investor, Konspirasi di Bank Global, (No.115 Tahun VII, 11-24 Januari 2005),hal.90
30
Zulkarnain Sitompul, Ibid. hal. 247
ini melanggar pasal 49 UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. 31 atas perbuatan ini
Perbuatan yang sama juga dilakukan oleh PT.Bank Dwipa, dengan cara
miliar dan Rp.51 miliar, yang telah divonnis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tanggal 7 Oktober 1999. 32 Pada tahun 2008 Bank Century mengalami kalah kliring
atau tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush.
Rp.6,7 Triliun, kebijakan ini telah menuai protes dari berbagai kalangan
menginginkan Bank ini ditutup karena Bank Century adalah berukuran kecil baik
31
Pasal 49 UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU
No.10 tahun 1998 tentang Perbankan, berbunyi ”…… menghilangkan atau tidak memasukkan atau
menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan … Diancam dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun ....”
32
Zulkarnain Sitompul,Ibid. hal.248
33
M.Mufti Mubarok & Sri Gayatri, Century (Jakarta: Java Pustaka, 2010),Cet.I,hal.3-45:
Bank Century adalah hasil merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank Century Intervest
Corporation (CIC) berdiri 06 Desember 2004. Pada 13 November 2008 Gubernur BI Budiono
membenarkan Bank Century kalah kliring. Beberapa nasabah besar Bank Century menarik dana
sehingga mengalami kesulitan likuiditas. Diantara nasabah besar itu adalah Budi Sampurna,
PT.Timah Tbk, dan PT Jamsostek. Budi Sampurna tidak dapat menarik uangnya yang mencapai
Rp.2 triliun. Bahkan Robert Tantular membujuk Budi Sampurna dan putranya Sunaryo,agar
Century Robert Tantular pada 1999 tidak lulus uji kelayakan dan kepatutan oleh
Bank Indonesia, ketika itu masih bernama Bank Century Intervest Corporation
Sebenarnya Pemilik Bank Century adalah Rafat Ali Rivzi dan Hesham Al
sudah dijatuhi vonis hukuman pidana oleh pengadilan, tetapi mereka sudah
menjadi pemegang saham karena Bank mengalami likuiditas, tetapi tidak berminat. Tanggal 20
November 2008, berdasarkan Surat No.10/232/GBI/Rahasia,Bank Indonesia menetapkan PT Bank
Century Tbk sebagai Bank gagal yang berdampak sistemik. Selanjutnya, sesuai dengan Perpu No.4
Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (Perpu ini sendiri ditolak DPR karena akan
menguras APBN), Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang diketuai Menteri Keuangan
Sri Mulyani, melalui Keputusan No.04/KSSK.03/2008 tanggal 21 November 2008 menetapkan PT
Bank Century Tbk, sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya
kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Karena desakan masyarakat, Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) membentuk Panitia Khusus Hak Angket (Pansus) untuk menyelidiki kasus Bank
Century yang telah merugikan negara. Pemerintah/LPS telah menalangi dana sebesar Rp.6,7 triliun.
Tanggal 12 Agustus 2009, Mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim
divonnis 3 tahun penjara karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp.1,6 triliun. Dan tanggal
10 September 2009, Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di vonnis 4 tahun penjara dengan denda Rp.50 miliar
karena dianggap telah mempengaruhi pejabat bank umum untuk tidak melakukan langkah-langkah
yang diperlukan sesuai UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Fuad Bawazier, dalam Sindo, 31 Agustus 2009: Akibat kebijakan yang ceroboh ini
keuangan negara atau APBN dirugikan dalam jumlah besar dan berkepanjangan atau “sistemik”.
dengan perkataan lain, pengucuran dana talangan Rp.6,7 triliun yang mengucur hanya dalam tempo
8 bulan (November 2008-Juli 2009) tanpa persetujuan DPR. Untuk mengusut hal ini KPK dan DPR
meminta BPK melakukan audit investigasi, mengapa membengkat dari proposal awal Rp.630
milyar, Rp.1,3 triliun kemudian menjadi Rp.6,7 triliun. BI ketika meminta persetujuan DPR agar
diberi bailout Bank Indover dengan Rp.7 triliun karena apabila tidak dilakukan akan mengurangi
credit rating Indonesia, tetapi DPR tidak setuju. Penurunan rating adalah sementara. Seharusnya
kebijakan ini juga diberlakukan di Bank Century.
Wakil Presiden Jusuf Kalla, berpendapat yang terjadi di Bank Century adalah perampokan oleh
pemegang saham Robert Tantular, Rafat Ali Rizvi dan Hesham Al-Warraq, keduanya nama
terakhir adalah Warga Asing, oleh karena itu Jusuf Kalla tidak setuju kebijakan bailout dan akan
menguras APBN.
34
Pada tanggal 02 Oktober 2009 Bank Century berubah nama menjadi Bank Mutiara
terlanjur melarikan diri ke luar Indonesia dengan membawa dana milik Bank
35
Chudry Sitompul, Skandal Bank Century,Lolosnya Pemegang Saham Pengendali,(Pusat
Pengkajian Hukum Acara dan Sistem Peradilan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012),
Cet.I,Hal.8:
Disayangkan, tidak ada usaha yang signifikan dari aparat hukum Indonesia untuk mencari mereka,
kecuali sekedar menyampaikan red notice ke Interpol. Usaha aparat hukum mencari kedua
terpidana buronan tidak serius, sebab dalam kasus lain pencarian buronan melalui kerjasama
Interpol terbukti efektif, misalnya dalam kasus penangkapan M.Nazaruddin dan istrinya Neneng Sri
Wahyuni di luar negeri ketika mereka masih berstatus tersangka dalam kasus Wisma Atlet. Padahal
Rafat Ali Rivzi dan Hesham Al Warraq sudah menjadi terpidana dalam kasus tindak pidana korupsi
dan tindak pidana pencucian uang, padahal sebuah televisi swasta nasional bisa menemui Rafat Ali
dan melakukan wawancara yang kemudian disiarkan. Rafat dan Hesham bahkan mengajukan
gugatan terhadap pemerintah Indonesia di Pengadilan Arbitrase Internasional 12 Mei 2011, karena
merasa dirugikan atas kebijakan pemerintah menyimpang dalam mem-bailout Bank Century.
Adrian Panggabean, Ekonom, menulis ”Bank Century Dari Ketinggian Seribu Meter”.
disitu Adrian menyimpulkan bahwa yang terjadi adalah Pemerintah dan Bank Indonesia salah baca
dan salah analisis. Bank Century sudah sejak lama bermasalah dan ini semata-mata karena pemilik
dan pengelolanya bermasalah. Kenapa mesti diselamatkan ? Bahaya Bank Century tidak sistemik.
Krisis ekonomi sekarang tidak sama dengan krisis yang kita hadapi pada tahun 1998. Yang terjadi
adalah salahnya substansi kebijakan dan dilanggarnya good governance (good corporate
governance). Kita melakukan bailout secara tak bertanggungjawab. Todung Mulya sependapat
dengan Adrian bahwa Boediono & Sri Mulyani keliru dalam keputusannya men-bailout Bank
Century. (Catatan Harian Todung Mulya Lubis 2009, Buku 1, 2012, Hal. 410 ).
36
Otto Hasibuan, Kuasa Hukum Citibank: Citibank mengakui ada kelemahan dalam
pengawasan terhadap pegawainya sehingga terjadi pembobolan uang nasabah senilai Rp.44 miliar
yang dilakukan mantan Senior Relationship Manager Inong Malinda Dee. Dalam kasus
pembobolan dana yang dilakukan terhadap 22 nasabah yang ditanganinya, ada potensi pelanggaran
yang dilakukan pegawai Citibank karena kepercayaan yang diberikan nasabah. Salah satu modus
yang dilakukan Malinda, yang diakui sebagai kelemahan pengawasan Citibank, adalah memberikan
blangko untuk transfer dana yang ditandatangani nasabah. Seharusnya nasabah tidak
menandatangani blangko kosong. (Kompas, Jumat, 18 November 2011).
Mirza Adityaswara, Ekonom ISEI: Kasus frauds yang dilakukan oleh Staf
Citibank(MD) terhadap nasabah Citigold, mengakibatkan Citibank dilarang menjaring nasabah
baru Citigold selama 1 tahun oleh BI. Belum selesai dibicarakan kasus Citibank terjadi kasus di
Bank Mega yang mengakibatkan lenyapnya dana yang dimiliki oleh PT Elnusa sebesar Rp.111
miliar dan Pemkab Batubara sebesar Rp.80 miliar dalam bentuk deposito yang disimpan di Bank
Mega Kantor Cabang Pembantu Jakabeka Bekasi. Rapat Dewan Gubernur Indonesia 23 Mei 2011
memutuskan agar Bank Mega membentuk rekening penampung (escrow account) senilai sengketa
dana. Kasus frauds di lembaga keuangan tidak hanya di Indonesia, pada 2008 di Amerika Serikat
terungkap penggelapan dana oleh Bernard Madoff, menggelapkan dana ribuan investornya sekitar
US$65 miliar sehingga pada 2009 Madoff dihukum berat selama 150 tahun penjara (seratus lima
puluh tahun) oleh Pengadilan (Bisnis Indonesia, 16 Mei 2011, 26 Mei 2011).
Masyarakat bertanya-tanya mengapa terulang lagi perbuatan fraud, sepertinya
dunia perbankan tidak belajar dari pengalaman. 37 Skandal bank BNI, Bank
Century dan kasus–kasus lain sebenarnya tidak akan terjadi, apabila bank
No.10 tahun 1998 tentang Perbankan. Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)
yaitu PBI No.5/8/2003 tentang Penerapan Manejemen Risiko bagi Bank Umum
bagaimana mengelola bank yang sehat atau tata kelola perusahaan yang baik (good
37
Untuk menjawab pertanyaan masyarakat sepertinya dunia Perbankan tidak belajar dari
pengalaman, sehingga terulang perbuatan fraud padahal berbagai peraturan telah diterbitkan untuk
mencegahnya. Dapat dikemukakan adalah hasil kajian Koentjaraningrat (Antropolog) dan Mochtar
Lubis (Wartawan Senior, Budayawan) tahun 1973 tentang mentalitas negatif manusia Indonesia
diantaranya mental menerabas (St.Sularto, Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jakob Oetama,
Buku Kompas, 2012,Cet.IV.Hal.217). Keadaan demikian akan sulit mensejahterakan rakyat, oleh
karena itu perlu bangsa ini memperhatikan yang pernah disampaikan pada masa orde baru oleh
Negarawan/Ekonom Frans Seda mendorong membangun gerakan moral bangsa, perlu terus-
menerus didesak adanya etika dalam pembangunan termasuk etika dalam berbisnis. (Frans Seda,
Mantan Menteri zaman Soekarno, Mantan Menteri Keuangan zaman Soeharto awal Orde Baru
1966-1968, bersama Tim Ekonomi yang terdiri dari Radius Prawiro,Wijoyo Nitisastro,M.Sadli,Ali
Wardhana, Emil Salim,Suhadi,Subroto dan lain-lain berhasil menekan inflasi pada saat itu 630 %
menjadi 112 %. Dalam Mikhael Dua, Frans Seda, Merawat Indonesia di Saat Krisis,
Obor.2012.Hal.124).
38
Hadi Soesastro, Setelah Muncul ”Globaphobia”, Harus Bagaimana Hadapi
Globalisasi?, dalam Indonesia Abad XXI, Di Tengah Kepungan Perubahan Global, (Jakarta: Buku
Kompas, 2000),Cet.I, hal. 33-41: untuk menghasilkan Good Governance atau Good Corporate
Governance (GCG), ternyata belum bisa diharapkan dapat dilakukan tanpa tekanan dari luar.
Tekanan tersebut datang dari pasar internasional dan secara langsung datang dari lembaga-lembaga
internasional seperti Dana Internasional Moneter (IMF), dan Bank Dunia, ini merupakan tragedi.
Proses politik, pemerintahan, dan hukum di negara ini belum bisa menciptakan aturan permainan,
rambu-rambu dan wasit yang dapat menjamin terjadinya perbaikan. Diharapkan pada akhirnya,
perbaikan memang harus datang dari dalam masyarakat sendiri. Upaya-upaya ini telah dimulai
tampak dengan dibentuknya Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Corruption Watch, Urban
Consortium dan banyak lainnya. Di Thailand, diciptakan melalui kesepakatan nasional dan
Tujuan peraturan ini ialah upaya mengeliminasi kemungkinan
maupun pemegang saham. Peraturan tersebut sangat urgen mengingat direksi dan
seandainya tidak ada check and balance antara seluruh organ perusahaan.
Penguatan dewan direksi dan dewan komisaris ini didukung oleh peraturan
(Fit and Proper Test) 39 sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor
Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan. 40
dituangkan dalam konstitusi mereka yang baru, yang memberi tempat dan peran bagi masyarakat
sipil. Di Filipina melalui suatu undang-undang diberikan jaminan bagi LSM untuk ikut berperan
melalui tugas pengawasan atas pelaksanaan program pembangunan di tingkat lokal. Dari uraian
diatas pada intinya adalah terjaminnya transparansi dan tanggung jawab. Globalisasi menuntut
semua itu, akan tetapi tuntutan ini tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang datang dari luar. Ia
merupakan tuntutan yang berasal dari kepentingan masyarakat kita sendiri.
39
Indra Surya & Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corcoparate Governance,
Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, ( Jakarta: Kencana, 2008),Cet.2,
hal.17.
40
Pasal 18 PBI No.12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan Dan Kepatutan (Fit and
proper Test) Persyaratan integritas bagi calon anggota DewanKomisaris dan calon anggota
Direksi meliputi:
a. memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan sikap
mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena
terbukti melakukan Tindak Pidana Tertentu dalam waktu 20 (dua puluh) tahun
terakhir sebelum dicalonkan;
b. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. memiliki komitmen terhadap pengenbangan operasional Bank yang sehat;
Dengan demikian peraturan ini dapat mencegah penyalahgunaan
yang tidak independen. Selain mengatur mengenai direksi dan komisaris, juga
Ketentuan ini menegaskan tidak semua pihak dapat menjadi pemegang saham
pengendali. Jadi hanya pihak yang memiliki integritas dan kelayakan keuangan
(30 Januari 2006) tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
43
Umum sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 8/14/PBI/2006 (5 Oktober
1) keterbukaan (tranparancy);
2) akuntabilitas (accountability);
3) pertanggungjawaban (responsibility);
5) kewajaran (fairness).
42
Privat Sector Development Department – the Wold Bank, International Corporate
Governance, 1998 dalam Sofyan A Djalil, dalam Bismar Nasution, Op.cit. hal. 152
43
Hadi Setia Tunggal, Paket Kebijakan Perbankan, (Jakarta: Harvarindo,2006)
44
Tedy Fardiansyah, Op.citt, hal. 56
Risiko kredit, adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi
kewajibannya.
1) risiko kredit;
Prinsip mengenal nasabah ini sangat urgen agar bank tidak digunakan
Risiko Pasar (risk market), adalah risiko yang timbul karena pergerakan variabel pasar (adverse
movement) dari fortofolia yang dimiliki bank, yang dapat merugikan bank. Variabel pasar dalam
hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar. Risiko Operasional, risiko yang antara lain disebabkan
adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsi proses internal kesalaham manusia, kegagalan
sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko
likuiditas(liquidity risk), risiko yang antara lain disebabkan bank tidak mampu memenuhi
kewajiban yang telah jatuh tempo. Risiko Hukum, risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan
aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya
kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Risiko reputasi (reputation risk), risiko yang
disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
Risiko strategik (strategic risk), risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau
kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. Risiko kepatuhan (compliance risk), risiko
yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan,
dan ketentuan lain yang berlaku. pengelolaan risiko kepatuhan dilakukan melalui penerapan sistem
pengendalian intern secara konsisten.
disiplin pasar, dengan informasi tersebut memungkinkan pengawas dan peserta
Menurut Zulkarnain Sitompul, ada tiga ukuran menilai kesehatan bank oleh
masyarakat, yaitu, Pertama, apabila bank tidak memiliki akses ke pasar antar
bank, atau memiliki akses tetapi dengan tingkat suku bunga yang tinggi.
Kedua, perbedaan suku bunga deposito yang ditawarkan antara bank yang
satu dengan yang lain. Dengan suku bunga yang jauh lebih tinggi, merupakan
indikasi bahwa bank tersebut mengalami kesulitan likuiditas. Dan ketiga, hadiah
yang ditawarkan bank. Apabila ada bank menawarkan hadiah yang nilainya tinggi,
menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan
45
Zulkarnain Sitompul, Ibid. hal.257
Manajemen risiko 46 dapat juga digunakan untuk menilai risiko yang
melekat pada kegiatan usaha bank yang relatif kompleks dan menciptakan
infrastruktur manajemen risiko yang kokoh untuk meningkatkan daya saing bank.
undangan serta nilai – nilai etika (code of conduct) yang berlaku pada industri
perbankan.
46
Alan Greenspan, Mantan Ketua The Fed. (Federal Reserve Board - Dewan Gubernur
Bank Sentral) Amerika Serikat (1987-2006) & Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Presiden Richard
Nixon, mendesak Presiden George W Bush,Jr, untuk menggunakan hak veto terhadap pengelolaan
yang tidak terkendali pada lembaga investasi Fannie Mae dan Freddie Mac pada tahun 2003,
namum tidak digunakan. Perusahaan yang diberi wewenang oleh kongres untuk membantu
menjaminkan kredit rumah.Mereka diberi subsidi oleh berbagai pasar finansial dalam bentuk suku
bunga dengan premi risiko kredit yang sangat rendah pada utang mereka. Pasar mengira Paman
Sam akan membantu mereka apabila terjadi gagal bayar. Alan Green Span, menilai kedua
perusahaan tersebut tidak menerapkan manajemen risiko. Alan Green Span, Abad Prahara,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal.244-245.
Bisnis Indonesia, Jumat, 19 September 2008, menginformasikan, pemerintah Amerika
serikat telah mengucurkan dana talangan (bailout) sebesar US$ 200 milyar untuk menyelamatkan
Fannie Mae dan Freddie Mac. Dan secara keseluruhan dana talangan untuk perbankan sebesar US$
700 milyar.
47
Sutan Remy Sjahdeini, Mencegah Pembobolan Bank, dalam Kompas, Selasa, 5 April
2011: belum selesai kasus Bank Century (2008) yang dibobol pemiliknya sendiri(Robert Tantular),
masyarakat dikejutkan oleh pembobolan Citibank(2011) oleh karyawannya (Malinda Dee).
Pembobolan bank tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga pernah terjadi di banyak Negara.
Bank besar seperti Bank of America pernah dibobol pada tahun 2008 oleh Direktur Utamanya,
Kenneth D Lewis. Pembobolan Citibank juga pernah terjadi di India pada 2010 dan dilakukan oleh
Shivraj Puri, relationship manager. Tahun 2011 European Bank For Recontruction and
Development yang berkedudukan di London juga mengalami
Indonesia memiliki direktur kepatuhan (compliance director) atau anggota
harus dilakukan dengan cara yang sehat. Oleh karena itu pengurus bank harus
komisaris dan direktur utama dengan mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
pembobolan oleh mafia Rusia. Setiap bank pasti memiliki sistem pengamanan. Namun, secanggih
dan seketat apa pun sistem pengamanan, tetap saja bank rentan terhadap pembobolan karena bank
secara teknologi telah menggunakan sistem komputer mungkin saja masih bisa dibobol oleh
peretas (hacker). Pembobolan bank sudah terjadi sejak dunia mengenal bank. Kasus pembobolan
bank mungkin dapat ditekan.
48
Pasal 5 Peraturan Bank Indonesia No,1/6/PBI/1999 tentang penugasan Direktur
Kepatuhan dan Penerapan Standard Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum. Direktur
kepatuhan bertugas dan bertanggung jawab sekurang-kurangnya untuk:
a) menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank telah memenuhi
seluruh
peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku dalam
rangka
pelaksanaan prinsip kehati-hatian;
b) memantau dan menjaga agar kegiatan usaha Bank tidak menyimpang dari ketentuan yang
berlaku;
c) memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen yang
dibuat oleh
Bank kepada Bank Indonesia.
diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011, tercantum dalam
pasal 9.
mampu bekerja secara independen. Yang dimaksud dengan mampu bekerja secara
dengan profesi, dengan tidak memihak terhadap kepentingan pihak lain yang tidak
direksi Bank (pimpinan Kantor Cabang Asing) agar tidak menempuh kebijakan
Kepatuhan secara berkala atau setiap akhir bulan Juni dan Desember (pasal 12).
19).
49
Pasal 20 angka (2) Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tentang Penugasan
Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum
penurunan tingkat kesehatan bank, pemberhentian pengurus bank, dan
orang tercela di bidang perbankan. Sanksi administrasi ini cukup berat bagi
Bank.
Adequacy Ratio (CAR) sebesar 8%, 50 Batas Maksimum Pemberian Kredit atau
Legal Lending Limit (L3) yang telah ditetapkan 20% dari modalnya kepada satu
perusahaan atau grup perusahaan dan apabila debitur adalah pihak terkait dengan
dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah,
50
Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hal. 49
51
Bismar Nasution, Op.Cit, hal.155
52
Zulkarnain Sitompul, Op.Cit, hal. 97
Aktiva produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan dalam
bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat
berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repurchase agreement), tagihan
derivative,penyertaan, transaksi rekening administrative serta bentuk penyediaan dana lainnya
yang dapat dipersamakan dengan itu
bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh
tahun kedepan.
API ini dilandasi oleh visi untuk mencapai suatu sistem perbankan yang
sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka
sebagai cetak biru (blue print) sebuah bangunan. Demikianlah Bank Indonesia
telah meluncurkan lima butir pemikiran dalam menentukan arah dan gambaran
perbankan Indonesia hingga tahun 2010. Kelima butir pemikiran itu meliputi: 53
53
Masyhud Ali, Manajemen Risiko, Pardi Sudrajat (ed),( Raja Grafindo Persada, 2006),
hal. 506
54
Ibid. 507
Keenam pilar penyangga pada bangunan API itu meliputi:
1. struktur perbankan Indonesia yang sehat yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat dan
mendorong pembangunan ekonomi nasional berkesinambungan;
2. sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif dan mengacu kepada standar
Internasional;
3. industri perbankan yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi serta memiliki
ketahanan dalam
menghadapi risiko;
4. tercipta good corporate governance (gcg) di perbankan sehingga memperkuat kondisi
internal
Perbankan;
5. infrastruktur yang lengkap untuk mendukung terciptanya industri perbankan yang sehat;
6. terwujudnya pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa perbankan
55
tantangan yang dihadapi perbankan nasional, antara lain;
a. penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat menyalurkan kredit dengan alasan
kemanpuan
manajemen risiko dan core on banking skill relatif belum baik
4. Program kegiatan dalam mewujudkan API; 56 dan,
cohesiviness) diantara berbagai divisi atau unit dalam organisasi berfungsi sebagai
b. perbankan perlu secara pro active melakukan pengembangan serta perluasan jaringan
nasabah dengan menerapkan good corporate governance. Melalui langkah ini, rasa aman
dan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dapat dikembangkan
`
56
Program kegiatan dalam mewujudkan API. Bank Indonesia, melaksanakan program
penguatan struktur perbankan nasional.Usaha peningkatan modal bank-bank tersebut dapat
dilakukan dengan membuat target waktu, cara dan tahap pencapaian. Cara untuk mencapai
dilakukan melalui:
1. penambahan modal baru baik dari shareholder lama maupun investor baru
2. merger dengan bank atau beberapa bank lain untuk mencapai persyaratan modal menimum
baru
3. penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar modal
Dengan demikian dalam waktu sepuluh tahun sampai lima belas tahun kedepan dengan
peningkatan permodalan tersebut diharapkan akan mengarah pada terciptanya struktur perbankan
yang lebih optimal yaitu terdapatnya:
a. dua sampai tiga bank yang mengarah kepada bank internasional dengan
kapasitas dan
kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki modal diatas Rp.50
triliun
b. tiga sampai lima bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi
secara
nasional serta memiliki modal antara antara Rp.10 triliun sampai Rp.50 triliun
c. tiga puluh sampai lima puluh bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha
tertentu sesuai
dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank tersebut memiliki modal antara
Rp.100
miliar sampai dengan Rp.10 triliun
d. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki
modal
dibawah 100 milyar
57
Mashud Ali, Ibid, hal.517. tahap implementasi antara lain, periode 2004- 2010, tahap
memperkuat permodalan bank, meningkatkan persyaratan modal minimum bagi bank
umum(termasuk BPD) menjadi Rp.100 miliar, mempertahankan persyaratan modal Rp.3 triliun
untuk pendirian bank baru sampai dengan 1 Januari 2011.
58
Amin Wijaya Tunggal, Corporate Culture ; Konsep & Kasus,(Jakarta:
Harvarindo,2007),hal. 33
pelekat yang mengikat karyawan menjadi satu, membantu meningkatkan
positif.
B. Perumusan Masalah
pengelolaan
Bank ?
Kepatuhan
C. Tujuan Penelitian
dalam
pengurusan / pengelolaan Perseroan terbatas
Kepatuhan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut para akademisi
menambah khasanah ilmu hukum secara umum dan hukum perbankan secara
khusus di Indonesia
2. Manfaat Praktis
usaha,
tugas
poin-poin
lebih baik.
lainnya,
sebagai
(compliance
director).
E. Keaslian Penelitian
penulis menemukan penelitian sejenis tetapi ada perbedaan fokus yaitu penelitian
yang dilakukan Rudi Dogar Harahap dengan judul penerapan Business Judgemen
Terbatas.
mengkaji tentang tugas dan kedudukan Direktur Kepatuhan pada organ perbankan,
kedudukannya sangat spesifik karena direktur kepatuhan bisa mencegah direksi
dalam hal ini bank. Maka bedanya terletak pada analisa tugas direktur kepatuhan
1. Kerangka Teori
yang lebih baik, dimana peranan hukum dalam pembangunan ekonomi untuk
hukum dan hukum mengandung paksaan. 60 Pendapat ini telah sejalan dengan
terhindar dari risiko yang dapat merugikan bank dan masyarakat. Untuk
59
David M Trubek, 2003- 2003 “ELRC Annual Report: Law and Economic Development:
Critiques and beyond “ disampaikan pada spring Conference Harvard Law School, April 13-14
,2003,hal 1 dalam Bismar Nasution, Medan, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi,
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, 2005, hal. 7-8
60
Zulkarnain Sitompul, Ibid. hal. 240.
berbagai risiko yang mengepung dirinya, bisnis perbankan perlu pengendalian
Hal ini demi kelangsungan usaha dan kepentingan semua pihak yang
terkait. Termasuk demi stabilitas perekonomian secara keseluruhan. Dari uraian ini
yang berkepentingan.
Maka dapatlah dikatakan rule of law merupakan hal yang urgen bagi
pertumbuhan ekonomi dan membawa dampak yang luas bagi reformasi sistem
ekonomi (rule of law in economic developmen), hal ini seperti yang dikatakan
David M Trubek, bahwa jika masalah hukum sudah jelas maka akan mudah
menjawab pertanyaan, karena hukum adalah suatu ilmu yang praktis. Maka dalam
tulisan ini tidak menggali hal-hal yang fundamental dari fungsi-fungsi sosial,
61
David M Trubek, dalam Bismar Nasution, Op.cit, hal. 9
62
Muchtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Hukum
Nasional,(Bandung: Bina Cita, 1976), hal.9, penjelasan Muchtar Kusumaatmaja tentang pendapat
Roscoe Pound mengenai Hukum, berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Achmad Ali, Guru
Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin,Makasar. Bahwa Roscoe Pound sama
sekali tidak pernah menggunakan istilah social engineering dan didalam indeks buku legendarisnya
yang lima volume yang tebal itu, sama sekali tidak ditemukan tema social engneering. Yang ada
Roscoe Pound mengemukakan delapan butir program yang disebut The Program of the
Sociological School, antara lain; 1) Studi tentang pengaruh sosial yang nyata dari institusi-institusi
hukum, ajaran-ajaran hukum, dan asas-asas hukum, 2) Melakukan studi sosiologis dalam
mempersiapkan pembuatan hukum, 3) Melakukan studi tentang bagaimana membuat ajaran-ajaran
hukum menjadi efektif didalam tindakan.(Achmad Ali, Menguak Teori Hukum(Legal Theory) dan
rekayasa sosial (masyarakat). Pembangunan hukum yang menuju pada
diinginkan dan bahkan dipandang perlu. 64 Menurut konsep law as a tool of social
teori tersebut, karena lebih menonjol perundang-undangan (civil law) dalam proses
bahkan kemungkinan itu tidak berfungsi sama sekali. Setelah kegagalan bank
khaus Herstatt dari Jerman Barat 1975, para wakil dari G10 yakni;
1) Belgia;
2) Canada;
3) France;
4) Germani;
5) Italy;
6) Japan;
7) Luxemborg;
8) Nederland;
9) Spain;
10) Sweden;
11) Switzerland;
66
Gunarto Suhardi, 25 Langkah Bijaksana Mengelola Bank,(Yogyakarta: Unversitas
Atma Jaya, 2007), hal. 4.
Mendirikan The Basle Committee on Banking Supervision sebagai
menyediakan forum bagi negara-negara anggotanya dan 140 negara lainnya yang
negara,
perubahan hingga menjadi standar menimum pada tahun 1992. Salah satu tugas
67
Gunarto Suhardi, Ibid. hal. 4-5
Tujuannya adalah bahwa tidak ada satupun bank yang beroperasi secara
internasional lepas dari pengawasan itu harus mencukupi atau memenuhi syarat.
Sejak tahun 1988, kerangka kerja yang telah menetapkan kecukupan modal
terhadap risiko atau Capital Adequasy Ratio (CAR) ini telah diperkenalkan secara
progesif, tidak saja kepada negara-negara anggota tetapi juga negara-negara lain
menimum CAR ditetapkan 8%, sama dengan Basel I, namum ada perubahan yang
besaran risk
bank yang
lebih
68
Masyhud Ali, Ibid. 122-123
tajam;
yang
perhitungan
tersebut
tercermin pada
pilihan dari
dapat
memilih internal rating- based (dalam penilaian atas credit risk) atau
memilih
risk).
memiliki dua sisi yang berbeda dalam membentengi bank terhadap berbagai risiko
yang dapat menekan kecukupan modal bank disatu sisi terdapat kebebasan bank
besarnya tentulah harus disyaratkan besaran kecukupan modal yang lebih tinggi.
Begitu juga sebaliknya bagi bank-bank yang menyimpan unsur risiko operasional
yang rendah dan portofolio pinjamannya lebih dominan terdiri dari portofolio
corporate dengan rating yang bagus tentu cukup dipersyaratkan nilai kecukupan
modal yang rendah. Basel II Accord merupakan penyempurnaan dari Basel 1998,
yang memberikan standar yang lebih baik dalam menentukan regulatory capital
sejak 2007. Pengaruh yang besar dari implementasi basel II, 69 diharapkan akan
Selain itu juga akan memberikan kemudahan bagi bank-bank untuk membangun
kembali operasi bank sebagai suatu upaya untuk mencapai struktur dan alokasi
modal yang optimal, dan juga menyepadankan internal proses yang ada dengan
sangat besar. Setiap bank harus memiliki metode yang lebih akurat dan
operasional yang telah banyak membuat korban berjatuhan disamping risiko kredit
69
Permadi Gandapradja, Dasar Dan Prinsip Pengawasan Bank,(Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2004), hal. 128
dan risiko pasar. Program ini akan memiliki pengaruh sangat besar pada sistem
ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi yang tersebar ke seluruh penjuru dunia
internasional. Disamping itu hal ini juga telah mendorong pula adanya perubahan
70
Bismar Nasution, Makalah disampaikan pada seminar 46 tahun FE USU: ”Pengaruh
UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas terhadap Iklim Usaha di Sumatera Utara”,
Aula Fakultas Ekonomi USU, 24 Nopember 2007.
71
Ibid
karena tidak ada kepastian terhadap perlindungan hukum untuk kegiatan
bisnis yang telah biasa dilakukan di dunia internasional. 72 Oleh karena itu Undang-
Undang Perseroan Terbatas sebagai salah satu elemen utama dari regulasi di
72
Karni Ilyas: “Dalam kasus BLBI, Puluhan bankir dan pemilik bank, yang nyata-nyata
telah melanggar UU Perbankan dan menyebabkan Negara merugi Rp.140 triliun, kini selain
mendapat keringanan boleh mengangsur utangnya selama empat tahun, malah dosa-dosanya seperti
diampuni”. Indonesia sebagai negara hukum, seharusnya proses peradilan dilaksanakan bagi yang
melanggar UU.
(Fenty Effendy, 40 Tahun Jadi Wartawan, Lahir Untuk Berita, 2012.hal.278). Bahkan Rizal
Ramli, mantan Menko Perekonomian, mengungkapkan sejumlah obligor BLBI melobi pemerintah
agar bisa membayar hutang dengan jaminan aset. Namun aset yang dijadikan jaminan ternyata
tidak sesuai dengan surat jaminan atau personal quarantee noteed. Rizal Ramli memaparkan
personal quaranttee noted adalah untuk menjerat obligor nakal. Dengan instrumen itu, obligor
yang bersangkutan harus betanggungjawab melunasi hutang mereka bahkan sampai tiga generasi,
lanjut Rizal, ketika dirinya tidak lagi menjabat Menko Perekonomian, aturan itu juga menguap.
Personal quaranttee dikembalikan lagi. Alhasil, sampai sekarang banyak obligor yang belum juga
memenuhi kewajiban, memang ada konglomerat yang memenuhi kewajibannya. Ada yang bolong-
bolong, ada jumlahnya tidak memadai, padahal mereka kaya raya. Senada dengan Karni Ilyas,
Pakar Hukum/Advokat Adnan Buyung Nasution dalam suatu tulisannya: ”Dalam penyelenggaraan
kehidupan kenegaraan sesuai prinsip-prinsip hukum modern dimana hukumlah yang menjadi faktor
penentu bagi keseluruhan dinamika kehidupan sosial, ekonomi, dan politik disuatu negara”.(Adnan
Buyung Nasution, Nasehat untuk SBY, Buku Kompas, 2012,Hal.129). Yap Thiam Hien, Advokat
Senior, Pejuang HAM pada tahun 1970-an mengatakan, ”tegakkan keadilan sekalipun langit runtuh
(fiat justitia ruat coellum). Dalam proses hukum yang diperjuangkan adalah kebenaran bukan
kemenangan”. Yap berulang-ulang mengatakannya bagaikan suara yang berseru-seru di Padang
Gurun.(Josef P.Widyatmadja, Yap Thiam Hian, Pejuang Lintas Batas, BPK Gunung
Mulia,2013.Hal.168). Sejalan dengan pemikiran ahli hukum,negarawan Romawi, Marcus Tullius
Cicero mengajarkan true law (hukum yang benar) bahwa hukum untuk keadilan dan harus
ditegakkan. Kebenaran hukum akan selalu menjadi kebutuhan yang universal dan abadi akan selalu
sesuai bagi setiap bangsa dan untuk segala masa. (Teguh Esha & Donna Sita Indra, Otto Cornelis
Kaligis, A man with Million Surprises, Gramedia Pustaka Utama,2013.Hal.62). Demikian juga
dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo,Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro,
diperlukan penegakan hukum progresif untuk keadilan yang bukan hanya dibutuhkan komitmen
moral tetapi juga keberanian.(Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Buku Kompas,
2010,Hal.193).
73
Bismar Nasution, Op.cit.hal.2
Beberapa perkembangan dalam UUPT tersebut antara lain diadopsinya
berasal dari Negara commom law ini memberikan safe harbor bagi para direksi
Isu ini memang sangat penting bagi perlindungan direksi yang selama ini
tidak jelas diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas yang lama. Dengan
diadopsinya prinsip ini, diharapkan para direksi berani mengambil risiko dalam
inovasi baru dalam bisnis di Indonesia yang sangat diperlukan untuk mendukung
perekonomian nasional.
direksi. 75oleh karena itu sangat penting untuk mengontrol perilaku dari para
74
Pasal 97 (5), Pasal 104 (4), Pasal 115 (3) UUPT.
75
Ibid
melindungi pihak-pihak yang akan dirugikan apabila seorang direktur berperilaku
Awal dari pentingnya fungsi kontrol terhadap direktur tidak terlepas dari
Teori ini berasal dari Teori Salomon yang muncul dari Putusan Pengadilan kasus
Solomon v salomon & Co Ltd (1897). Teori ini menguntungkan bahwa pada
mempunyai hak dan kewajiban yang berkaitan erat dengan aktifitasnya bukan
pemilik atau direktur yang beritikad buruk untuk kepentingannya sendiri. Hal ini
terjadi karena seorang direktur dari sebuah perusahaan akan selalu berurusan
dengan aset milik orang lain, tidak hanya dalam aspek hukum dimana dia akan
Pemegang saham ini sering kali hanya mempunyai pengawasan yang kecil
atau bahkan tidak sama sekali terhadap perilaku seorang direktur. Oleh karena itu,
mengalami kerugian. 77
menjadi insolven. Demikian juga apabila ada barang atau jasa yang digunakan oleh
perusahaan yang diperoleh secara kredit. Direktur akan mengelola barang dan jasa
yang didalamnya terdapat hak para kreditur yang baru akan hilang apabila hutang
kredit tersebut dibayar lunas. Dalam hal ini maka dibuatlah pengecualian terhadap
teori ini, misalnya dalam hal para pemilik dan direktur berada pada posisi yang
Oleh sebab itu direktur harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya
kepada perusahaan untuk menghindari hal diatas. Hal ini berkaitan dengan Prinsip
tanggung jawab direktur atau yang sering disebut dengan fiduciary duty. 79
77
Ibid
78
Ibid
79
Robert R.Pennington, Directors’ Personal Liability, Collin Professional Books,
1997.hal.33 dalam Makalah Mata Kuliah Hukum Kegiatan Ekonomi, Sekolah Pasca
Sarjana,Program Magister Ilmu hukum,Universitas Sumatera Utara. 2010, Prinsip fiduciary duty
ditemukan dan dielaborasi oleh Cour of Chancery pada sekitar abad 18-19 untuk menjamin bahwa
orang yang memegang aset atau menjalankan fungsi dalam kapasitasnya sebagai perwakilan untuk
2. Konsepsi
konsep yang dipergunakan dalam penelitian tesis ini, maka dirumuskan definisi
bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
kepentingan orang lain berlaku dengan itikad baik dan secara konsisten melindungi kepentingan
dari orang yang diwakilinya.
4. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan
langsung
publik, seperti juga audit kerja dari pasar untuk mengontrol perusahaan.
Istilah itu dapat juga mengacu pada praktik audit dan prinsip-prinsip
pribadi seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya
14. Good Corporate Governance 84adalah tata kelola perusahaan yang baik
Akuntabilitas/tanggungjawab(accountability),Pertanggungangjawaban(resp
80
Holly J.Gregory., dan Marshal E. Simms.,Pengelolaan Perusahaan (corporate
covernance): kerjasama, Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of South
Carolina, Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal.3-4.
81
Henry Champhell Black, Op.cit, hal 624
82
Dennis Keenam & Josephine Biscare, Op.cit, hal.317
83
Joel Seligman, Op.cit, hal. 231
84
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep & Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing,
2007), hal,121. lihat juga, Bapepam, Cetak Biru Pasar Modal Indonesia 2000-2004, (Jakarta:
Bapepam, 1999), hal.17.
15. Konflik kepentingan atau conflict of interest adalah suatu perbuatan atau
perseroan. 85
16. Business judgement rule adalah sebagai aplikasi spesifik dari standar
kepentingan perusahaan. 86
17. Tanggung jawab pribadi adalah prinsip tanggung jawab yang digantungkan
18. Tanggung jawab renteng adalah tanggung jawab yang dibebankan kepada
85
Gunawan Wijaya, Op.cit. hal.32-33.
86
Ibid
87
Pasal 95 Ayat (5), UUPT.
88
Pasal 14 Ayat (1), Pasal 37 Ayat (3), Pasal 69 (3), Pasal 97 Ayat (4), Pasal 104 Ayat (2),
Pasal 114 Ayat (4), Pasal 115 Ayat(1), Pasal 142 Ayat (5), UUPT. Dalam pasal-pasal ini tidak
dijelaskan definisi mengenai tanggung jawab secara renteng akan tetapi konsep yang digunakan di
atas dibuat oleh peneliti sendiri sebagai terjemahan maksud dan tujuan secara tersirat dalam
undang-undang perseroan.
19. Kerugian perseroan adalah keadaan pendapatan / keuntungan (profit)
20. Tanggung jawab Direksi adalah mengurus perseroan (daden van beheer)
21. Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang disebut
sebagai APU dan PPT adalah upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
22. Walk in Customer atau disebut WIC adalah pihak yang menggunakan jasa
Bank namun tidak memiliki rekening pada Bank tersebut, tidak termasuk
23. Customer Due Diligence yang disebut CDD adalah kegiatan berupa
24. Enhanced Due Diligence yang disebut EDD adalah tindakan CDD lebih
89
M.Yahya Harahap, Op.cit. hal.382.
90
Bismar Nasution (IV), Op.cit. hal, 2-3.
Nasabah, WIC, atau Nasabah yang tergolong berisiko tinggi, termasuk
pendanaan terorisme.
27 Politically Exposed Person yang disebut PEP adalah orang yang memiliki
dan/atau orang yang tercatat atau pernah tercatat sebagai anggota partai
berkewarganegaraan asing.
28 Negara berisiko tinggi (high risk country) adalah negara atau teritori yang
dalam
suatu
dan jasa
perbankan lainnya.
satuan kerja manajemen risiko, kepala satuan kerja kepatuhan, dan kepala
G. Metode Penelitian.
1. Sifat Penelitian
dan putusan pengadilan. Disebut juga penelitian dotrinal yaitu penelitian hukum
Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis 92 yaitu penelitian ini selain
Indonesia.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
objek penelitian ini yang dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya
ilmiah lainnya. Data atau bahan penelitian dalam tesis ini dihimpun dari beberapa
sumber yaitu:
ilmiah yang baru ataupun pengertian yang baru tentang fakta yang
Terbatas.
ilmiah lainnya, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum
relevan
kasus-
tersebut.
UU BI
dengan
dihubungkan
permasalahan yang sedang dihadapi dan disistematisasikan
sehingga
penelitian ini.
kualitatif
telaah
Metode analisis data yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari hasil
penelitian yang sudah terkumpul, dimana pada penelitian ini digunakan metode
yang ada sebagai normatif dari hukum positif, sedang kualitatif dimaksudkan
analisis data yang bertitik tolak pada usaha penemuan asas-asas dan informasi-
informasi.
93
Bambang Sungkono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta:PT.Raja
Grafindo Persada, 2001), hal.195-196.
BAB.II
Direksi. Dalam Pasal 1 Ayat (5) dinyatakan bahwa Direksi adalah organ yang
kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
anggaran dasar. 94
(RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. 95Kehadiran ketiga unsur tersebut bersifat
94
Pasal 1 angka 5, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
(UUPT).
95
Pasal 1 angka 2 UUPT
1. Direksi berfungsi menjalankan pengelolaan perseroan, meliputi;
a. Pelaksanaan pengelolaan sehari-hari; dan
b. Kewenangan Direksi menjalankan pengelolaan.
2. Direksi memiliki kapasitas mewakili perseroan,terdiri dari;
a. Kualitas kewenangan Direksi mewakili perseroan tidak
bersyarat
b. Setiap Direksi berwenang mewakili perseroan; dan
c. dalam hal tertentu Direksi tidak berwenang mewakili
Ayat (2)
terhadap Direksi memiliki posisi dan kekuasaan besar untuk urusan perseroan.
Oleh karena itu, maka salah satu unsur penting yang diatur dalam regulasi
96
M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas,(Jakarta: Sinar Grafika,2009),hal.345.
97
Bismar Nasution (I), ”Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan
Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang disampaikan pada Seminar sehari” Tanggung Jawab
Pengurus Bank dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpangan di Bidang Perbankan menurut
Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Undang-Undang Perbankan, diselenggarakan oleh Bank
Indonesia dan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari
2008, hal.6.
Direksi hanya dapat diminta pertanggungjawabannya dalam pengelolaan perseroan
memperhatikan tatakelola perusahaan yang baik atau dalam bahasa lain sering
keuntungan. 99
sebagai salah satu kriteria utama di samping kriteria kinerja keuangan dan
potensi pertumbuhan.
99
Bismar Nasution(II), “Penerapan Good Corporate Governance Dalam Penyalahgunaan
Kredit. makalah, disampaikan pada seminar Hukum Perkreditan”, PT.Bank Rakyat Indonesia,
Medan, tanggal 12-13 Maret 2002, hal.1.
100
Ridwan Khairandy & Camelia Malik, Good Corporate Governance, Perkembangan
Pemikiran dan Implementasinya di Indonesia dalam Perspektif Hukum,( Yogyakarta: Kreasi Total
Media, 2007) Cet.I, hal.116-117.
negara-negara Asia dapat terlihat dalam tindakan-tindakan seperti adanya
dunia. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan-perusahaan besar seperti Sony,
yang sesuai dengan landscape bisnis yang sedang berkembang saat ini
sebagai ujung tombak perusahaan merupakan faktor penentu maju atau mundurnya
dan Direksi menempati posisi sebagai fidusia dalam pengelolaan perusahaan dan
direksi adalah untuk menjaga dan mengawal kepentingan para pemegang saham.
Sebagai contoh, direksi wajib tanggap ketika berhadapan dengan pilihan untuk
lebih baik menghadapi saja risiko yang mungkin timbul setelah mengetahui
projected return yang jauh lebih menguntungkan. Demikian pula direksi perlu
korporasi (nilai, norma, mental, dan perilaku korporasi). Berangkat dari perubahan
pikiran dan paradigma yang didasarkan pada prinsip Good Corporace Governance
maka Corporate Policy untuk aspek dalam korporasi, mulai dari manajemen
yang berisi kepemimpinan dan struktur organisasi serta proses dalam memastikan
101
Masyud Ali, Op.cit. hal. 343
IT, sumber daya IT dan informasi kearah dan tujuan strategik perusahaan. 102 IT
dan proses bisnis untuk lebih kompetitif. Dengan adanya IT Governance, proses
sebagai ”agency risk”. Adapun conplict of interest serupa ini kerap pula terjadi
panjang, misalnya sekedar contoh, bila ada ketentuan yang memberikan reward
cash bagi para eksekutif seandainya dalam jangka pendek berhasil mendongkrak
naik harga saham bank. 103 Ketentuan seperti ini sesungguhnya dapat merugikan
102
Sedarmayanti, Good Governance, Kepemerintahan Yang Baik & Good Corporate
Governance, Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Bandung: Mandar Maju, 2012), Cet.2, hal.58-59
103
Ibid
menjadi terpacu berupaya mendorong naik harga saham, meskipun tidak
sustainable dalam jangka panjang. Artinya dapat terjadi dimana short tern rewards
tersebut dicapai sambil menukarnya dengan long-tern risk yang mungkin justru
lainnya. Keduanya bagaikan dua sisi dari satu mata uang yang sama.
Oleh karena itu, terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi seseorang
104
Masyud Ali, Op.cit. hal. 344
105
Robby Djohan, pendiri/Mantan Dirut Bank Niaga (Bank Niaga telah mergen menjadi
Bank Cimb Niaga), mengemukakan bahwa persyaratan bagi seorang pemimpin: 1) sangat
diperlukan stamina/ endurance; 2) harus menjadi champion, yaitu bekerja lebih keras dan lebih
cerdas dari yang lain selalu memberi contoh; dan 3) harus independen dan bukan merupakan
Berkaitan dengan persyaratan sebagai anggota direksi di atas, suatu dewan
bertanggung
bagi
bagian dari penyebab krisis. Dalam Kusumaningtuti SS, Peranan Hukum dalam Penyelesaian
Krisis Perbankan di Indonesia (Jakarta: RajaGraindo Persada, 2009),hal 259.
106
Ibid
9. tidak turut mengambil keputusan bila merasa tidak memiliki kemampuan
hari.
1. Pemegang Saham
107
Ridwan Khairandy & Camelia Malik, Good Corporate Covernance,Yogyakarta: Kreasi
Total Media,2007.Cet.I.Hal.124-129.
c. Hak pemegang saham untuk mendapatkan perlakuan yang setara
2. Dewan Komisaris
terdapat hubungan usaha antara anggota dewan komisaris dan atau direksi
rekomendasi tentang jenis dan jumlah asuransi yang ditutup perseroan, dan
komite audit yang anggotanya berasal dari anggota dewan komisaris guna
pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat bertindak
dan kritis.
penting.
h. Direksi wajib menyelenggarakan dan menyimpan Daftar pemegang saham
berlaku.
4. Sistem Audit
a. Auditor eksternal harus ditunjuk oleh RUPS dari calon yang diajukan oleh
dewan komisaris berdasarkan usul komite audit dan bebas dari pengaruh
(stakeholders).
informasi perseroan
5. Sekretaris Perusahaan
a. Direksi dianjurkan untuk mengangkat seorang sekretaris perusahaan yang
dihormati perseroan.
7. Keterbukaan
objektif.
namun juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemodal,
menetapkan prinsip GCG yang dimuat dalam pedoman ini dan adanya
termasuk alasannya.
kepada masyarakat.
8. Kerahasiaan
menjaga
serta
undangan
informasi
saham
untuk
sesuatu yang
mempengaruhi
atau sebagai imbalan atas apa yang telah dilakukannya dan tindakannya
lainnya
11. Donasi
kepentingan para
pemegang saham perseroan tidak patut kepentingan para pemegang saham
perseroan
kesehatan,
bahwa
perseroan, pabrik, toko, kantor, dan lokasi usaha serta fasilitas perseroan
lainnya
dengan
yang
mengambil
Menurut sistem hukum commom law hubungan itu dapat didasarkan pada
bahwa: 108
108
Bismar Nasution (I), Op. cit. Hal.4-5. Di negara-negara commom law dimana
khususnya di negara Amerika yang telah mempunyai standar yang jelas untuk menentukan apakah
seorang direksi dapat dimintai pertanggungjawabannya dalam tindakan yang diambilnya, yaitu
didasarkan pada standar duty of loyality dan duty of care dalam pertanggungjawaban direksi pada
Perseroan Terbatas didasarkan kepada teori yang berkaitan, artinya teori yang belakangan
merupakan reaksi atau perbaikan dari teori sebelumnya.
Dalam memahami hubungan kepercayaan (fiduciary relationship) tersebut,
sistem
dengan itikad baik (good faith) bukan berdasarkan itikad buruk (bad faith).
1. Wajib dipercaya;
2. Wajib melaksanakan pengelolaan untuk tujuan yang wajar (duty to act for
a frofer
purpose;
selanjutnya disebut PT). Hal ini mengisyaratkan kekuasaan besar dalam perseroan
itu, ada di tangan Direksi berdasarkan hal itu, Direksi bisa saja bertindak di luar
109
Bismar Nasution (I), Op. cit, hal.5
110
M.Yahya Harahap. Op. cit. Hal. 374-377.
daripada ketentuan dalam UUPT atau dalam hal ini mengeluarkan kebijakan yang
kesalahan, maka dalam Pasal 97 Ayat (2) UUPT menetapkan bahwa, “Pengurusan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi
dipahami bahwa bagi setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh
terhadap hal ini dapat menyebabkan direksi bertanggung jawab penuh secara
tersebut.
memenuhi tujuan pribadi Direksi, melainkan berfungsi sebagai salah satu pilar
Dalam hal ini Direksi bertanggung jawab secara mutlak terhadap semua
tidak mutlak dalam hal-hal tertentu. Ketentuan ini merupakan pengecualian dari
tanggung jawab Direksi, yang disebut dengan tanggung jawab tidak terbatas.
berikut: 111
dalam Pasal 92 Ayat (1)”, namun, dalam Pasal 97 Ayat (5) sebagaimana telah
111
http://mhugm.wki dot.com/ artikel, diakses tanggal 14 April 2010
tidak berlaku mutlak. Di dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, kemungkinan
bagi setiap Direksi untuk dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
Terdapat tambahan ketentuan bahwa atas unsur itikad buruk, dapat dituntut
pertanggungjawaban penuh secara pribadi. Begitu pula dalam hal kepailitan yang
terjadi karena itikad buruk Direksi dan kekayaan Perseroan Terbatas tidak cukup
bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian dimaksud. Namun untuk
112
Ibid.
113
Pasal 98 Ayat (1) UUPT
mendukung terlaksananya prinsip-prinsip Good Corporate Governance,
umum, yang secara teoritis lahir dari hubungan antara Perseroan dengan Direksi
relationship).
Terbatas, tidak cukup hanya dilakukan untuk kepentingan Perseroan sesuai dengan
maksud dan tujuan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar (AD). Akan tetapi
pengelolaan itu wajib dilaksanakan pula bagi Direksi dengan itikad baik (goeder
akan merupakan persoalan yang tidak mudah untuk menentukan kapan dan
mengingat adanya justifikasi dan fleksibilitas yang diberikan kepada Direksi yang
atau hal lain di luar kemampuan yang menyebabkan kegagalan dari tindakan
114
M.Yahya Harahap, Op. cit, hal. 373.
tersebut, asalkan tindakan tersebut dilakukan dalam kerangka keputusan bisnis
teori fiduciary duty adalah suatu kewajiban yang ditetapkan undang-undang bagi
seseorang yang diurus oleh pribadi lainnya, yang sifatnya hanya hubungan atasan-
berdasarkan suatu standar dari kewajibannya (standart of duty) yang paling tinggi
sesuai dengan yang dinyatakan oleh hukum. Sedangkan fiduciary ini adalah
seseorang yang memegang peran sebagai suatu wakil (trustee) atau suatu yang
common Law hubungan itu dapat didasarkan pada teori fiduciary duty. Hubungan
fiduciary duty tersebut didasarkan atas kepercayaan dan kerahasiaan (trust and
115
Ibid
wewenangnya. Oleh sebab itu hubungan pemegang kepercayaan tersebut harus
Dalam Commom Law penipuan telah dikontruksikan secara lebih luas dalam
kewenangannya.
1 Ayat (5) UUPT menyatakan, bahwa Direksi adalah organ yang berwenang dan
116
Bismar Nasution (III), Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Universitas
Indonesia, Fakultas Hukum Program Pascasarjana, 2001), hal.72.
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan”.
masalah pengurusan perseroan yang digariskan dalam Pasal 92 Ayat (1) dan
menjalankan;
dengan
Dasar ; dan
tepat.
dengan
Direksi
dianggap
tepat, yaitu:
perseroan,harus
adalah
ditentukan
melaksanakan
terhadap
Ketentuan ini sejalan dengan apa yang digariskan pada Pasal 98 Ayat (2),
Amerika yang telah mempunyai standar yang jelas untuk menentukan apakah
yaitu didasarkan pada standar duty of loyality dan duty of care dalam
lainnya. 118
didasarkan kepada tanggung jawab hukum dan moral. 119 Sebab tujuan pengelolaan
117
Ibid., hal. 217
118
Bismar Nasution (I), Op. Cit,hal.5
119
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hal.63.
120
Satjipto Rahardjo, Filsafat Hukum. (Yokyakarta: Kanisius, 1995), (Jakarta: Kompas
Media Nusantara,2006), hal.225.
Perkembangan selanjutnya bahwa penerapan prinsip fiduciary duty telah
keputusan bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi Direksi untuk
merugikan.
para Direksi yang beritikad baik tersebut sebagaimana terdapat dalam teori
Business Judgement Rule yang merupakan salah satu teori yang sangat popular
untuk menjamin keadilan bagi Direksi yang mempunyai itikad baik. Penerapan
teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk mencapai keadilan, khususnya bagi
Direksi sebuah perusahaan terbatas dalam melakukan suatu keputusan bisnis. 121
Salah satu tolak ukur untuk memutuskan apakah suatu kerugian tidak
disebutkan oleh keputusan bisnis (business judgement) yang tidak tepat sehingga
dapat menghindar dari pelanggaran prinsip duty of care adalah: Pertama, memiliki
informasi tentang masalah yang akan diputuskan dan percaya bahwa informasi
perusahaan. 122
121
Ibid
122
Ibid
Lebih lanjut dapat diamati dari konteks pertanggungjawaban Direksi dilihat
dari pendekatan teori Salomon. Menurut teori ini, dalam pembentukan Perseroan
Terbatas tersimpul bahwa perusahaan menjadi bagian terpisah dari orang yang
dan kewajiban yang berkaitan erat dengan aktifitasnya bukan kepada orang yang
Pada awalnya teori solomon sering disalahgunakan oleh para pemilik atau
Direksi yang beritikad buruk untuk kepentingannya sendiri. Dalam hal ini maka
dibuatlah pengeculian terhadap teori ini, misalnya dalam hal para pemilik dan
Direksi berada pada posisi yang tidak terlindungi (exposed position) maka mereka
mereka. 124
Oleh sebab itu, Direksi harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya
kepada perusahaan untuk menghindari hal diatas. Hal ini berkaitan dengan prinsip
tanggung jawab direksi atau yang sering disebut dengan fiduciary duty. 125
123
Christopher L. Ryan., Company Directors, Liabilities, Rights and Duties, (CCH
Editions Limited, Third Edition, 1990, hal 215. Dalam mata kuliah Hukum Bisnis, Sekolah Pasca
Sarjana, Program Magister Hukum, Universitas Sumatera Utara oleh Bismar Nasution),
2010.hal.24
124
Ibid.
125
Robert R.Pennington., Directors’ Personal Liability, (Collin: Professional Book,
1997), hal. 33. Prinsip ini ditemukan dan dielaborasi oleh Court of Chancery pada sekitar abad 18-
19 untuk menjamin bahwa orang yang memegang aset atau menjalankan fungsi dalam kapasitasnya
sebagai perwakilan untuk kepentingan orang lain berlaku dengan itikad baik dan secara konsisten
melindungi kepentingan dari orang yang diwakilinya. Dalam mata kuliah Hukum Bisnis, Sekolah
Pasca Sarjana, Program Magister Hukum Universitas Sumatera Utara Oleh Bismar Nasution).
2010.Hal 24.
Prinsip ini meletakkan direksi sebagai trustee dalam pengertian hukum
(duty of care dan duty of loyality), loyalitas dan kejujuran terhadap perusahaannya
dengan derajat yang tinggi (hight degree). 126 Prinsip ini memberikan perlindungan
Perlu ditekankan bahwa itikad baik itu merupakan suatu kewajiban Direksi.
kelompok, 127 sesuai dengan posisi Direksi sebagai sebuah trustee dalam
ceroboh dalam melakukan tugasnya atau kewajiban berhati-hati (duty of care). 128
Selain itu dalam melakukan tugasnya tersebut seorang Direksi tidak boleh
126
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: Penerbit PT.Citra
Aditya Bakti, 2003), Hal.81.
127
Bismar Nasution (I), Op. cit, hal.7
128
Denis Keenan & Josephine Biscare, Op.cit, hal.317. dikatakan bahwa ada beberapa
kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang direktur yaitu: (1) kewajiban untuk secara optimal
memupuk keuntungan bagi perusahaan dan tidak mengambil keuntungan pribadi bagi perusahaan
dengan pihak lain. Direktur tidak mengambil keuntungan pribadi bagi perusahaan dengan pihak
lain. Direktur tidak boleh membuat apa yang disebut dengan secret profitand benefits from office.
Dalam kaitannya ini harus dihindari terjadinya conflict of interest. (2) Direktur harus menggunakan
kewenangannya untuk tujuan yang seharusnya (propher purpose). (3) Direktur sebuah perusahaan
dalam melaksanakan fungsinya termasuk pula memperhatikan kepentingan pegawai. (4) Direktur
sebuah perusahaan dalam melaksanakan fungsinya juga harus memperhatikan kepentingan
pemegang saham, (5) Direktur sebuah perusahaan harus memperhatikan kepentingan para
kreditor... Dalam mata kuliah Hukum Bisnis Oleh Bismar Nasution).2010.hal.25
loyality). 129Pelanggaran terhadap kedua prinsip tersebut dalam hubungannya
keputusan bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi Direksi untuk
Untuk melindungi para Direksi yang beritikad baik tersebut maka muncul
teori business judgement rule yang merupakan jaminan keadilan bagi direksi yang
mempunyai itikad baik. Penerapan teori ini mempunyai misi utama, yaitu untuk
129
Joel Seligman, Op.cit, hal. 415. selanjutnya dalam halaman ini dinyatakan bahwa
pelanggaran duty of loyality muncul apabila ada kepentingan pribadi yang mungkin terjadi karena:
(1) seorang direktur melakukan transaksi dengan perusahaannya sendiri (2) dan perusahaan yang
mempunyai satu orang direktur yang sama melakukan perjanjian (3) sebuah induk melakukan
transaksi dengan cabang perusahaannya sendiri... dalam Mata Kuliah Hukum Bisnis Oleh Bismar
Nasution.2010. Hal.24
130
Bismar Nasution (I)., Loc. Cit., hal.6. Pemegang saham dapat melakukan suatu gugatan
derivative untuk kepentingan perseroan kepada direktur yang dianggap melakukan pelanggaran
prinsip fiduciary duty. Beberapa tindakan ganti rugi yang dapat dituntut antara lain 1) ganti rugi
atau kompensasi (2) Pengembalian keuntungan yang diperoleh oleh direktur tersebut sebagai
akibat dari tindakan yang mengungtungkan dirinya secara tidak sah (3) permohonan untuk
membatalkan perjanjian yang dibuat oleh direktur tersebut. (4) pengembalian harta kekayaan yang
diperoleh direktur tersebut.
mencapai keadilan, khususnya bagi Direksi sebuah perusahaan terbatas dalam
Selain itu, dalam melakukan tugasnya tersebut, Direksi tidak boleh mengambil
Namun, bila diamati pula dalam sistem commom law Direksi dapat
(Business judgement rule). Dalam hal ini maka dibuatlah pengecualiaan business
judgement rule, misalnya dalam hal para Direksi berada pada posisi yang tidak
adalah tidak benar dan tidak wajar bahkan merupakan kontradiksi apabila
mewajibkan dengan menghukum Direksi karena tidak bisa menghasilkan laba. Hal
ini bertentangan dengan hakikat bisnis yang tidak menjamin suatu bisnis akan
131
Dennis Keenan & Josephine Biscare, Op.cit, hal.4. Teori Business Judgement Rule
mengalami perkembangannya sebagai yurisprudensi dalam Prinsip Common Law di Amerika
dimulai dengan keputusan Lousianna Supreme Court, dalam kasus Percy V Millaudon pada tahun
1829.
132
M.Yahya Harahap, Op. cit, hal. 379.
133
Bismar Nasution (I), Op. Cit, hal 4
menghasilkan laba. Direksi yang telah melakukan pengelolaan dengan itikad baik,
dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud
care, diligence and prudence secara benar dan dapat dibuktikan serta
didokumentasikan dengan baik tentunya Direksi akan terhindar dari tuntutan dan
sanksi hukum, terutama sanksi pidana korupsi. Itikad baik Direksi itu, wajib
diperlukan. Hal ini, karena perusahaan adalah (risk taker) yang bertujuan untuk
kerugian.
Oleh karena itu sangat penting itikad baik Direksi agar dalam laporan
yang diambil untuk kepentingan Direksi itu sendiri. Tanpa itikad baik Direksi,
dikhawatirkan Direksi tidak akan berani mengambil keputusan bisnis. Hal ini
134
http:www.komiteaudit.org/informasi , diakses tanggal 14 April 2010
keputusan bisnisnya. Dalam dunia bisnis adalah lazim bagi direktur untuk
tersebut melakukannya dengan jujur dan itikad baik. Untuk melindungi para
direktur yang beritikad baik tersebut maka muncul teori business judgement rule
Prinsip ini tertuang dalam pasal 97 (5) UUPT, seperti yang telah dikemukakan
PENGELOLAAN BANK
kejahatan perbankan. Salah satu alat pengawasan dilakukan oleh unit kerja
kepatuhan bank yaitu risiko sanksi hukum, kerugian keuangan atau kehilangan
reputasi yang kemungkinan diderita bank akibat kegagalan bank mematuhi hukum,
kode etik, dan standar praktik perbankan yang berlaku bulan Oktober 2003. Basel
terdiri dari 10 prinsip yang harus dimiliki agar fungsi kepatuhan 136 pada suatu
bank telah mengelola risiko kepatuhan secara efektif. Kebijakan kepatuhan bank
tidak akan efektif apabila tidak ada komitmen yang jelas dari pengurus untuk
mencapai tujuan.
kepatuhan masih memadai. Harus ada suatu kebijakan kepatuhan tertulis yang
harus bersikap prinsip dasar yang harus diikuti seluruh staf. Untuk kejelasan dan
transparansi diperlukan perbedaan antara standar yang berlaku untuk seluruh staf
dan standar untuk staf tertentu. Kewajiban senior manajemen adalah menjamin
kepatuhan yang permanen dan efektif sebagai bagian dari kebijakan kepatuhan
efektif.
Keempat, fungsi kepatuhan bank harus memiliki status formal dalam bank.
Hal ini dapat dilakukan dengan memuatnya dalam anggaran dasar yang
mampu menjalankan tugas atas inisiatif sendiri di seluruh departemen yang ada
pada bank dimana terdapat risiko kepatuhan. Fungsi kepatuhan harus bebas
melapor kepada manajemen senior dan pengurus atas setiap kecurigaan dan
mendapat balasan dan ketidaknyamanan dari manajemen dan staf lainnya dan
memiliki akses atas setiap catatan atau dokumen yang diperlukan dalam
diberikan sumber daya yang cukup untuk dapat menjalankan tugas secara efektif.
Anggaran dan skim kompensasi untuk staf kepatuhan harus konsisten dengan
tujuan fungsi kepatuhan sehingga tidak harus tergantung pada kinerja keuangan
memonitor risiko kepatuhan yang dihadapi bank dan memberikan nasehat dan
kepatuhan.
diluar negeri harus disusun dengan baik dan cermat agar masalah-masalah
antara lain;
Termasuk tugas Direktur Kepatuhan adalah pelaksanaan:
- Prinsip pengelolaan Bank yang sehat (good corporate governance - GCG)
Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum telah diubah dengan PBI
Nomor:
dengan
Uang dan
diatur
c) Batas Maksimum Pemberian Kredit (legal lending limit – l 3). Yang diatur
dalam
Dengan semakin kompleksnya produk dan aktifitas Bank, maka risiko yang
dihadapi Bank akan semakin meningkat, peningkatan risiko yang dihadapi Bank
Transparansi salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pengendalian risiko
menerapkan Manajemen Risiko secara aktif, baik secara individual maupun untuk
Risiko; dan
risiko yang melekat pada produk atau aktifitas baru Bank. Kebijakan dan prosedur
137
Pasal 2 PBI Nomor: 11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko
138
Ibid
139
Pasal 20 PBI No.11/25/PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum
a. sistem dan prosedur (standard operating prosedures) dan kewenangan
b. identifikasi seluruh Risiko yang melekat pada produk atau aktifitas baru
c. masa uji coba metode pengukuran dan pemantauan Risiko terhadap produk
Risiko disesuaikan dengan tingkat Risiko yang diambil (risk appetite) terhadap
Risiko Bank. Prosedur dan Penetapan limit risiko sekurang-kurangnya memuat: 140
berkala
140
Pasal 9 PBI No.5/8/PBI/2003 diubah dengan PBI N.11/25/PBI/2009
141
Pasal 9
Untuk mencegah terjadinya kerugian, bank harus melakukan Proses
kurangnya melakukan:
kurangnya melakukan:
142
Pasal 11 PBI Nomor. 5/8/PBI/2003 tentang Manajemen Risiko diubah PBI
NO.11/25/PBI/2009
4) Pelaksanaan proses pengendalian Risiko wajib digunakan Bank untuk
Bank.
tukar, dan Risiko likuiditas sebagaimana dimaksud dalam 4 huruf ayat (1)
sekurang–
a. eksposur Risiko;
143
Pengelolaan ALMA (Asset and Liability Management) adalah salah satu proses
penerapan manajemen risiko pada Bank Umum. Bank menerapkan ALMA untuk melaksanakan
fungsi pengendalian risiko suku bunga, risiko nilai tukar dan risiko likuiditas.
144
Pasal 10
145
Pasal 12
c. realisasi pelaksanaan Manajemen Risiko dibandingkan dengan target yang
ditetapkan.
menyeluruh.
146
Pasal 14
147
Pasal 15
a. kesesuaian sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat Risiko
Pasal 9;
c. penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi yang jelas dari satuan
pengendalian;
e. pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu;
manajemen;
hasil audit;
yang terjadi.
Manajemen Risiko wajib dilakukan oleh satuan kerja audit intern (SKAI). Dalam
rangka pelaksanaan proses dan sistem Manajemen Risiko yang efektif, Bank wajib
membentuk: 148
Risiko;
148
Pasal 16
149
Pasal 17 PBI No.5/8/2003 diubah PBI No.11/25/2009
Satuan Kerja Manajemen Risiko mencakup:
dengan ukuran dan kompleksitas usaha Bank serta Risiko yang melekat
pada Bank.
meliputi: 150
testing;
150
Pasal 18
f. memberikan rekomendasi kepada satuan kerja opersional (risk
eksposur risiko yang melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada satuan
sebelumnya disebut know your customer principles atau KYC) bahwa dalam
kehati-hatian
kehati-hatian 151
151
PBI Nomor 3/10/PBI 2001 KYC
terkonsentrasinya transaksi, dan risiko reputasi. Ketidakcukupan penerapan Prinsip
dari Basel On Banking Suvervision dalam Core Principles for Effective Banking
penting dalam melindungi kesehatan bank, maka perlu menerapkan secara lebih
efektif. 152
mencegah industri perbankan digunakan sebagai sarana atau sasaran kejahatan, 153
152
Masyud Ali, Opcit. hal.99
153
Bambang Purnomo, menjelaskan money laundering adalah perbuatan menempatkan,
mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa keluar negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta
kekayaan yang sah sesuai pasal 3 Undang-Undang No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Dari definisi tersebut mengandung paling sedikit
lima unsur yaitu:
1) Seseorang atau organisasi yang melakukan perbuatan,
2) Uang haram berasal dari tindak pidana,
3) Dengan maksud untuk menyembunyikan uang tersebut dari pemerintah atau otoritas
yang berwenang untuk menindak terhadap tindak pidana,
4) Dengan cara memasukkan uang ke dalam sistem keuangan suatu negara,
5) Kemudian uang tersebut dapat dikeluarkan dari sistem keuangan yang dimaksud
menjadi uang sah.
Sejarah money laundering ada hubungannya dengan nama Al Capone, tokoh kejahatan
bersindikat dan lalu lintas perdagangan illegal drug trafficking, dan berkembang money laundering
juga berasal dari uang kejahatan lainnya ”financial crime”. Dalam istilah ”Dirty Money” disebutkan
bahwa telah beredar 500 miliar dolar sampai 1 triliun dolar, bahkan ada yang menyebutkan lebih
dari 2,5-5 triliun dolar dari berbagai jenis kejahatan dirty money sudah memasuki sirkulasi di Bank
Amerika Serikat, dan sumber lain di Kanada setiap tahunnya sekitar 5-14 miliar dolar pencucian
uang ke dalam bank sampai tahun 1996. berbagai alasan dari kelompok negara anti money
laundering antara lain; 1) money laundering memungkinkan para pengedar narkoba dan para
pedagang yang melakukan kegiatan penyelundupan dapat memperlancar gerakan kejahatannya, 2)
money laundering mempunyai potensi untuk meningkatkan kejahatan korupsi karena peredaran
uang berjumlah banyak merangsang para koruptor, 3) money laundering mengurangi pendapatan
pajak negara karena peredaran uang tidak legal, 4) money laundering dapat menggerakkan tindak
pidana lain menurut cara-cara tersembunyi misalnya penipuan, pemalsuan, dan lain-lainnya yang
dapat membuat kesibukan berkepanjangan petugas penegakan hukum, 5) dapat mengakibatkan
biaya sosial yang tinggi, 6) membahayakan usaha-usaha privatisasi dari perusahaan negara, 7)
merongrong sektor swasta yang sah dan integritas pasar keuangan karena kegiatan bank-bank
dimasuki unsur-unsur kejahatan yang terselubung, dan 8) pada akhirnya menimbulkan
ketidakstabilan ekonomi negara dan atau ekonomi masyarakat.
Perbuatan kejahatan money laundering telah sedemikian tertutupnya tidak mudah diketahui
oleh pemerintah atau oleh masyarakat, institusi keuangan karena proses tiga tahap yaitu:
1) tahap ”placement” dari uang hasil kejahatan itu didepositokan atau masuk rekening bank,
kemudian ditarik keluar lagi dari bank dan seterusnya berganti dimasukkan ke bank lain
berikutnya maka uang tersebut sudah menjadi legal,
2) tahap ”layaring” dengan cara sesudah tahap placement uang bank tersebut dipindah lagi
dari bank satu ke bank yang lainnya pada negara yang menyelenggarakan rahasia
perbankan yang ketat atau dengan cara seolah-olah melakukan transaksi bisnis terpecah-
pecah supaya tidak mencurigakan petugas negara,
3) tahap ”integration” bahwa uang yang telah dicuci itu mondar-mandir di wilayah lembaga
keuangan resmi pada suatu saat yang tepat menjadi uang halal dan bahkan sudah dalam
dunia perpajakan, maka kembali dalam jalur sirkulasi uang yang bersih untuk
dipergunakan dalam investasi kegiatan real estate atau perusahaan lainnya.
(Bambang Purnomo, Money Laundering Persepsi Hukum Sosial-Ekonomi Beraspek Pidana, dalam
Satya Arinanto & Ninuk Triyanti, Memahami Hukum dari Konstruksi sampai Implementasi,
Jakarta: Rajawali Pers,2009.Hal.188-189).
Adrianus Meliala, menjelaskan bahwa dalam memenuhi kebutuhan dunia akan narkoba,
sindikat narkoba internasional memisahkan tempat-tempat untuk kultivasi dan produksi. Untuk itu,
mereka mencari tempat yang dikategorikan sebagai soft state, yakni negara-negara yang
pemerintahannya lemah, aparat penegak hukum dan birokrasinya mudah ditembus, serta
administrasi kependudukannya tidak rapi. Indonesia dapat termasuk dalam kategori ini. Kemudian
paparan Ronny Nitibaskara, bahwa di Indonesia telah hidup jaringan sindikat narkoba yang
sistematis, yang menyerupai organisasi kejahatan yang selama ini dikenal di berbagai negara,
seperti Mafia Sisilia, Triad China, Yakuza Jepang, atau Kartel-kartel di Kolombia. Organisasi
kejahatan itu juga dijalankan oleh warga negara Indonesia yang menjadi kepanjangan dan
binaannya, yang bermarkas besar di negara lain. Transnasionalisasi organisasi kejahatan itu
didukung oleh perdagangan bebas, sistem keuangan global, kemudahan transportasi, dan teknologi
komunikasi. Sehubungan dengan ini, Mardjono Reksodiputro mengetengahkan adanya “kejahatan
terorganisasi berdimensi global”, yang harus diwaspadai karena merupakan kelompok yang bisa
jadi menguasai kekuasaan ekonomi maupun politik pada masyarakat yang sedang dalam transisi
demokrasi. Mereka menginfiltrasi pemerintahan dan menyuap para pejabat, hakim, dan penegak
hukum lainnya, dan juga di Indonesia bisa mengobarkan konflik antar golongan, mempersenjatai
kelompok yang bertikai melalui penjualan senjata ilegal, mencari dana dengan menjual narkoba,
trafficking, korupsi(penyuapan pejabat publik), serta membantu melarikan aset korupsi ke luar
negeri (money laundering). Tindak pidana di bidang ekonomi yang bersifat global oleh karena itu
melingkupi antar negara/transnasional, dilakukan oleh organized crime group, dalam hal ini bisa
ditunjukkan seperti La Cosa Nostra sebagai kelompok organisasi kejahatan yang beroperasi di
Amerika Serikat, mereka mengekalkan dan terus menerus melakukan berbagai tindak kejahatan,
baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh pelaku
kejahatan. 154
Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak
adalah:
a. korupsi;
dan diorganisasi secara hierarchis. The Boryokudan merupakan organisasi kejahatan yang lahir dan
berkembang di Jepang, selanjutnya meluas sampai Amerika Serikat. Triads beroperasi di
Hongkong (pusat), Cina dan Taiwan. Italian Organized Crime Groups beroperasi di Italia dan
merambah ke seluruh Eropah. Kelompok ini bisa disebutkan The Sicilian Mafia or Sicilia seperti
Cosa Nostra, The Camorra, The Ndrangheta and the United Sacred Crown. South American Drug
Cartels seperti the Cali and Medillin drug cartels, banyak pengaruhnya dengan perluasan kegiatan
peredaran obat terlarang dan jaringan money laundering. Russian Organized Crime Groups
beroperasi di Rusia dan tersebar keluar. Amerika Serikat memiliki Undang-Undang yang disebut
United State Of Code(US Code), ada pengaturan disebut Racketeer Influenced and Corrupt
Organizaions (“RICO”) Act. Pengaturan ini ditujukan untuk memerangi organized crime dengan
tindakan baik secara hukum pidana maupun hukum perdata, agar dapat memecah kekuatan
organisasi kejahatan, seperti mafia, dari berbagai perusahaan yang sah maupun terlarang. Kejahatan
money laundering termasuk berkarakter kejahatan sosial-ekonomi itu memperoleh label
kriminalisasi perbankan dan di Indonesia diatur anti money laundering yaitu Undang-Undang
No.15 tahun 2002 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.25 tahun 2003 dan diubah lagi
dengan UU No.8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang. dalam UU ini berlaku pembuktian terbalik (Pasal 78) dan pengadilan In Absentia (Pasal 79).
(Supanto, Perspektif Hukum Pidana Menghadapi Perkembangan Kejahatan Ekonomi Global,
dalam Satya ,Pers, 2009.Hal.201-203).
154
Ibid,
155
Istilah money laundering atau pencucian uang muncul sekitar 1930-an. Para mafia di
Amerika Serikat sudah biasa bergelut dengan bisnis haram seperti narkoba, judi, dan pelacuran.
Uang panas yang untuk diusut asal-usulnya. Untuk menyisiati penciuman polisi, para mafiosa ini
membeli perusahaan binatu atau laundry untuk menghapus jejak uang haram yang mengalir.
Karena dengan perusahaan binatu tersebut akan terlihat bahwa bisnis yang dilakukan adalah jasa
pencucian pakaian.(Irman Sjahputra, Teori dan Kasus Money Laundering (Pencucian Uang),
Jakarta: Harvarindo,Feb’2013).
b. penyuapan;
c. narkotika
d. psikotropika;
f. penyelundupan migran;
g. di bidang perbankan;
i. di bidang peransurian;
j. kepabeanan;
k. cukai;
l. perdagangan orang;
n. terorisme;
o. penculikan;
p. pencurian;
q. penggelapan;
r. penipuan;
s. pemalsuan uang;
t. perjudian;
u. prostitusi;
v. di bidang perpajakan;
w. di bidang kehutanan;
x. di bidang lingkungan hidup;
z. tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun
(NKRI) atau diluar wilayah NKRI dan tindak pidana tersebut juga
uang tunai dan instrumen pembayaran lain ke dalam atau keluar daerah pabean
Indonesia untuk mencegah terjadinya money laundering. Bahwa setiap orang yang
membawa uang tunai dalam mata uang rupiah/atau mata uang asing, dan/atau
instrumen pembayaran lain dalam bentuk cek, cek perjalanan (travellers cheque),
surat sanggut bayar, atau bilyet giro (Bearer Negotiable Instruments) paling sedikit
Rp.100.000.000.00 (seratus juta rupiah) atau yang nilainya setara dengan itu
untuk menolak Nasabah yang dianggap tidak layak melakukan hubungan usaha
dengan Bank dan kreteria Nasabah biasa atau Nasabah yang berisiko tinggi.
156
Pasal 34 UU No.8 Tahun 2010 tentang PPTPPU
157
Pasal 2 PBI Nomor: 3/10/PBI KYC
a) Kewarganegaraan;
b) Kegiatan usaha;
c) Jabatan; dan
b) Pendelegasian wewenang;
158
Pasal 2 huruf c
159
Pasal 3 Ayat (3)
a) merupakan bagian dari manajemen risiko Bank sebagai dasar
untuk
aktiva dan
pasiva Bank;
face customer). Seperti Nasabah yang melakukan transaksi melalui telepon, surat-
atau pihak lain yang mewakili Bank untuk meyakinkan Bank terhadap identitas
Nasabah. Sistem informasi yang dimiliki harus dapat memungkinkan Bank untuk
keperluan internal dan Bank Indonesia maupun dalam kaitannya dengan kasus
adalah; 160
160
Pasal 9 PBI Nomor 3/10/PBI/2001 KYC
3. instrumen transaksi;
4. tanggal transaksi;
transaksi dan sifat transaksi Nasabah yang bersangkutan serta sifat hubungan
Pendanaan Terorisme bagi Bank Umum (APU dan PPT) 163 adalah yang
161
Masyud Ali, Op.Cit. hal. 46
162
Pasal 1 (7)PBI No.14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang
Dan Pencegaan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum (APU dan PPT).
163
Latar belakang PBI No.14/27/PBI/2012 tentang APU dan PPT:
Dengan adanya dinamika nasional, regional maupun global yang diiringi dengan perkembangan
produk, aktivitas dan teknologi informasi bank yang semakin kompleks, sehingga berpotensi akan
meningkatkan peluang bagi para pelaku kejahatan untuk menyalahgunakan fasilitas dan produk
perbankan sebagai sarana pencucian uang dan pendanaan terorisme, dengan modus operandi yang
lebih canggih.
Dalam rangka pencegahan pencucian uang dan pemberantasan terorisme tersebut,
koordinasi, kerjasama, dan perhatian dari berbagai pihak nasional dan internasional mutlak
diperlukan. Dalam hal ini industri perbankan nasional mempunyai peranan sangat penting untuk
membantu penegakan hukum dalam menjalankan program anti pencucian uang dan pencegahan
pendanaan terorisme. Selain itu dengan melaksanakan program anti pencucian uang dan
menggatikan KYC adalah kegiatan berupa indentifikasi, verifikasi, dan
sesuai dengan profil Calon Nasabah. Program APU dan PPT merupakan bagian
penerapan manajemen risiko Bank secara keseluruhan. Penerapan APU dan PPT
c. pengendalian intern
pencegahan pendanaan terorisme diharapkan perbankan dapat memitigasi berbagai risiko yang
mungkin timbul antara lain risiko hukum, risiko reputasi, risiko operasional, dan risiko konsentrasi.
Dalam menerapkan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme,
perbankan tetap berpedoman pada penerapan manajemen risiko yang terkait dengan program anti
pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme dan standar internasional yang dikeluarkan
oleh Financial Action Task Force On Money Laundering (FATF) yang menetapkan kebijakan dan
langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi sistem keuangan global dari pencucian uang
dan pendanaan terorisme, yang dikenal sebagai rekomendasi FATF. Rekomendasi tersebut juga
dijadikan acuan bagi masyarakat internasional untuk menilai kepatuhan suatu negara terhadap
pelaksanaan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme. Seiring dengan
perkembangan yang ada baik dalam lingkup nasional dan global, sampai dengan saat ini telah
dikeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan program anti pencucian
uang dan pencegahan pendanaan terorisme antara lain Undang-Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Undang-Undang Transfer Dana. Selain itu,
Rekomendasi FATF juga mengalami penyesuaian sehingga menjadi lebih komprehensif dalam
mendukung upaya pencegahan tindak pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
Selanjutnya, Ketentuan Bank Indonesia tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme yang selama ini diterapkan, dinilai perlu disesuaikan dalam
rangka harmonisasi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan standar internasional.
Penyesuaian pengaturan tersebut antara lain meliputi:
a. Pengaturan mengenai transfer dana (UU No.3 tahun 2011 tentang Transfer Dana).
b. Pengaturan mengenai area berisiko tinggi
c. Pengaturan Customer Due Diligence (CDD) sederhana khususnya dalam rangka mendukung
dengan
strategi nasional dan global keuangan inklusif (financial inclusion).
d. Pengaturan mengenai Cross Border Correspondent Banking.
Dengan penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme yang
dilakukan perbankan secara lebih efektif, diharapkan bank dapat beroperasi secara sehat sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan ketahanan dan stabilitas sistem keuangan.
164
Pasal 3 PBI No.14 tahun 2012 tentang APU & PPT
e. sumber daya manusia dan pelatihan
3) Dalam hal terdapat keraguan, Bank wajib meminta kepada Calon Nasabah
untuk memberikan lebih dari satu dokumen identitas yang dikeluarkan oleh
Nasabah.
165
Pasal 22 PBI No.14 tahun 2012 tentang APU & PPT
6) Proses verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib diselesaikan
paling lambat:
2) Nasabah dan Beneficial Owner yang memenuhi kriteria berisiko tinggi atau
3) Dalam hal Nasabah atau Beneficial Owner tergolong berisiko tinggi atau
Owner.
166
Pasal 26 PBI 14/27/PBI/2012 tentang APU dan PPT
a. menggunakan produk perbankan yang berisiko tinggi untuk
berisiko tinggi;
5) Dalam hal Bank akan melakukan hubungan usaha dengan Calon Nasabah
yang
jawab atas
yang
hubungan usaha
Bank;
peranan yang cukup penting dimana pengelolaan risiko konsentrasi dengan baik
tersedianya informasi yang cukup antara lain mencakup data dan informasi antara
lain: 169
b. kepengurusan;
Batas (limit) Penyediaan Dana ditetapkan paling tinggi sesuai batas yang diatur
167
Masyud Ali. Op.cit.hal. 60
168
Ibid
169
Pasal 2 Ayat (1) PBI Nomor: 8/13/PBI/2OO6 BMPK
Limit Penyediaan Dana ditetapkan berdasarkan analisis dampak
penyediaan dana terhadap struktur neraca dan profil risiko Bank. Analisis dampak
besar, jenis, jangka waktu, dan diversifikasi portofolio Penyediaan Dana secara
ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari modal Bank. 170
Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari modal
Bank.
BMPK
170
Pasal 4 PBI No. 7/3/PBI/2005 BMPK diubah dengan PBI No.8/13/2006
171
Pasal 3
Penyediaan Dana kepada 1(satu) kelompok Peminjam yang bukan
merupakan pihak terkait ditetapkan paling tinggi 25% (dua puluh perseratus) dari
Bank. 172
Untuk mencegah terjadinya kerugian Bank, maka dibuatlah larangan antara lain: 173
yang
Terkait tanpa
menjadi
langkah
(enam
172
Pasal 11
173
Pasal 5
b. melakukan restrukturasi kredit sejak turunnya kualitas Penyediaan
Dana.
mengatur
sebagai berikut:
Bank
sebagai
badan yang
Bank;
kedua,
174
PBI No.8/13/PBI/2006 BMPK
175
Yang dimaksud dengan hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua baik
horisontal maupun vertikal adalah pihak-pihak sebagai berikut;
1. orang tua kandung/tiri angkat;
2. saudara kandung/tiri/angkat;
PBI mengatur tentang penyediaan Dana oleh Bank dikategorikan sebagai
1. penurunan Modal;
perubahan
terkait dan /
kepada debitur
3. anak kandung/tiri/angkat;
4. kakek atau nenek kandung/tiri/angkat;
5. cucu kandung/tiri/angkat;
6. saudara kandung/tiri/angkat dari orang tua;
7. suami atau istri;
8. mertua atau besan;
9. suami atau istri dan anak kandung/tiri/angkat;
10.kakek atau nenek dari suami atau istri;
11.suami atau istri dari cucu kandung/tiri/angkat;
12.saudara kandung/tiri/angkat dari suami atau istri beserta suami atau istrinya
saudara yang
bersangkutan.
(penjelasan Pasal 8 ayat (1) PBI No.7/3/PBI/2005 BMPK diubah dengan PBI
No.8/13/2006).
176
Pasal 23
177
Pasal 13
c. debitur untuk pengambilalihan tagihan dalam rangka anjak piutang atau
piutang.
(COMPLIANCE DIRECTOR)
Bank.
13/2/PBI/2011 tercantum dalam pasal (10). dalam ketentuan ini disebutkan tugas
paling
kurang mencakup:
Bank;
serta kegiatan usaha yang dilakukan Bank telah sesuai dengan ketentuan
termasuk prinsip Syariah bagi Bank Umum Syariah dan unit usaha syariah.
diambil Direksi Bank atau pimpinan Kantor Cabang Bank Asing tidak
tidak
Fungsi
Undang-
tertentu
Fungsi Kepatuhan.
c. memastikan agar kebijakan, sistem, dan prosedur serta kegiatan usaha yang
dilakukan oleh Bank telah sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan
179
Pasal (2) PBI Nomor: 13/2/PBI/2011 Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
180
Pasal (9) PBI Nomor: 13/2/PBI/2011 Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
1) Pengangkatan, pemberhentian, dan atau pengunduran diri Direktur
Syariah.
Fungsi Kepatuhan.
5) Direktur yang melaksanakan tugas sementara sebagai Direktur yang
6) Dalam hal Direktur lain sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak
ayat (3).
181
Pasal 7 PBI No.13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
1. Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib memenuhi persyaratan
independensi
2. Direktur Utama dan/atau Wakil Direktur Utama dilarang merangkap jabatan
sebagai Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan.
3. Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan dilarang membawahkan
fungsi-fungsi:
a. bisnis dan operasional;
b. manajemen risiko yang melakukan pengambilan keputusan pada
kegiatan usaha Bank;
Direktur yang membawahkan Fungsi Kepatuhan wajib menyampaikan
berikut: 182
Desember 2011.
c. treasury;
d. keuangan dan akuntansi;
e. logistik dan pengadaan barang jasa;
f. teknologi informasi; dan
g. audit internal
Penjelasan Pasal 7, yang dimaksud dengan ”persyaratan independensi” adalah tidak ada
hubungan keuangan,kepengurusan, kepemilikan saham, dan/atau hubungan keluarga sampai derajat
kedua dengan anggota Dewan Komisaris, Direksi, dan/atau pemegang saham pengendali atau
hubungan dengan Bank yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum.
keterlambatan
kepada Bank Indonesia paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diketahui
penyimpangan. 183
Pasal 3, tugas dan tanggung jawab satuan kerja kepatuhan paling kurang
mencakup:
183
Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7) dan pasal 16,
ditujukan kepada:
a. Direktorat Pengawasan Bank terkait, Bank Indonesia, Jl. M.H.Thamrin No.2,
Jakarta
Pusat 10350, bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor
Pusat Bank
Indonesia;
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Bank yang berkantor pusat diluar
wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia.
184
Pasal 4 PBI No.13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
185
Pasal 15 PBI No.13/2/PBI/2011
a. membuat langkah-langkah dalam rangka mendukung terciptanya Budaya
organisasi;
dimiliki oleh Bank agar sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan
sistem dan prosedur, serta kegiatan usaha Bank telah sesuai dengan
berlaku; dan
memberikan arah dalam mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan. Atau dapat diartikan untuk
yang kuat dengan persyaratan manajemen bank yang tidak ringan. Kriteria
187
kesehatan manajemen menurut sistem CAMEL, setidaknya ada delapan (8)
186
Pasal 12 PBI No.13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum
Pasal 13, Kriteria kepala satuan kerja kepatuhan:
a. memenuhi persyaratan independensi;
b. menguasai ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
c. tidak melaksanakan tugas lainnya di luar Fungsi Kepatuhan; dan
d. memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan dan
mengembangkan Budaya Kepatuhan (compliance culture).
Pasal 14, Pengangkatan, pemberhentian, atau penggantian kepala satuan kerja
kepatuhan wajib
dilaporkan kepada Bank Indonesia.
187
Permadi Gandapradja, Ibid, hal. 120 - 121
(3) kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan prinsip-prinsip
manajemen
yang sehat;
kemampuan
kaderisasi; dan
(insider
trading).
care dan duty of loyality. Duty of care maksudnya adalah sikap untuk melakukan
tugas dengan tekun, cermat, jujur, dan patuh pada prinsip maupun peraturan bagi
188
Ibid
penyesuaian antara lain melakukan perubahan yang berdimensi restrukturisasi,
manajemen bank berbasis risiko telah bergulir sejak 1 Januari 2004 sebagaimana
Action plain memuat beberapa hal penting antara lain adanya pengawasan
189
Sedarmayanti, Good Governance & Good Corporate Governance (Bandung: Mandar
Maju, 2012). Hal.35:
1. Restrukturisasi: tindakan untuk merubah struktur yang dipandang sudah tidak sesuai
dengan tuntutan zaman dan dianggap tidak efektif lagi dalam memajukan organisasi.
2. Revitalisasi: upaya untuk memberi tambahan energi atau daya kepada organisasi agar
dapat mengoptimalkan kinerja organisasi. Revitalisasi berkaitan dengan perumusan
kembali uraian tugas ,penambahan kewenangan kepada unit strategis, peningkatan alokasi
anggaran, penambahan/penggantian berbagai instrumen pendukung dalam menjalankan
tugas organisasi.
3. Refungsionalisasi: berkaitan dengan tindakan/upaya memfungsikan kembali sesuatu yang
sebelumnya tidak atau belum berfungsi, Refungsionalisasi lebih mengarah kepada
penajaman profesionalisme organisasi dalam mengemban misinya.
190
Masyhud Ali, Op.Cit. hal. 367
Untuk menerapkan manajemen risiko yang terintegrasi, bank harus
Apabila tidak tersedia sumber daya manusia yang kompeten akan menjadi
penghambat bank untuk tinggal landas dalam penerapan manajemen risiko, oleh
memahami seluk beluk manajemen risiko. Dengan demikian akan muncul profesi
baru yaitu risk manager. 191 Dengan diharuskannya bank melakukan manajemen
risiko pasar selain risiko kredit, diperlukan SDM yang mengerti seluk-beluk risiko
pasar. Hal yang juga perlu diperhatikan, sering bank-bank menggunakan jasa
konsultan selesai, pegawai bank tidak menguasai sistem tersebut. Sebagus apapun
jasa konsultan yang diberikan jika bank tidak memiliki sumber daya yang
Model dan proses tersebut harus terintegrasi dengan semua risiko yang harus
dihadapi bank.
191
Tedy Fardiansyah, Op.Cit. hal. 70-71
Oleh karena itu, dapat dimengerti bahwa manajemen risiko merupakan
suatu bidang yang sarat dengan dengan analisis terhadap risiko. Maka diperlukan
ketersediaan data.
arsitektur alur informasi dari bank tempatnya bekerja, seorang risk manager harus
yang berujung pada probabilitas terjadinya kerugian. risk manager harus berusaha
dalam pengelolaan portofolio bank, tetapi juga dalam hal pemasaran produk,
perencanaan.
Tentu untuk menjadi seorang risk manager adalah seorang yang mampu
keputusan taktis dan bisnis bank. Hal penting lain yang perlu dipahami risk
aktif dewan komisaris dan direksi, tersedianya kecukupan kebijakan, prosedur, dan
192
Ibid. hal. 76
penetapan limit, kerangka proses pengendalian risiko serta pengendalian intern
yang efektif.
pejabat bank untuk mengikuti ujian sertifikasi. Ujian dilakukan oleh Badan
(GARP), 193 setiap dua atau tiga bulan sekali dalam setahun. Program sertifikasi
yang terdiri atas lima tingkatan ini (berdasarkan jenjang jabatan, dan struktur
organisasi bank diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang handal
dan memiliki kompetensi di bidang manajemen risiko serta standar profesi 194 dan
kode etik yang baik untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko dan corporate
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan bank. Pada umumnya negara–
pendekatan yang disebut CAMEL, 195 yaitu Capital, Asset, Management, Earning,
193
Ibid. hal. 207
194
Menurut A Sonny Keraf, profesi mengandalkan keahlian dan ketrampilan khusus
yang dimiliki sekelompok profesional, kualifikasi ini dimilikinya berkat pendidikan, pelatihan, dan
pengalaman yang diperolehnya selama bertahun-tahun. Etika Bisnis,Tuntutan dan relevansinya
(Yokyakarta: Kanisius, Cet. ke 14, 1998 ) hal 39
195
Permadi Gandapradja, Op.Cit. 34 – 35
dan Liquidity.dengan pendekatan ini penilaian dilakukan secara kualitatif dan
maupun penempatan lainya pada sisi aset. Bank harus prudent, karena dana dari
pihak ketiga yaitu nasabah kreditur pada sisi passiva. Prudent dimaksudkan disini
adalah dengan menghitung risiko yang dihadapi karena bank berhubungan dengan
pihak lainnya, dimana karakter dan usahanya tergantung pada keadaan calon
nasabah tersebut.
itu menempatkan dananya. Penempatan dana pada bank sentral contohnya seperti
Capital, untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan, untuk memikul risiko yang mungkin
timbul. Modal merupakan benteng pertahanan bagi bank
Asset, untuk memastikan kualitas aset yang dimiliki bank dan nilai real dari aset tersebut.
Kemerosokan kualitas dan nilai aset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank
Management, untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip managemen
bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen risiko. Manajemen yang kompeten dan
memiliki integritas yang tinggi, merupakan ujung tombak atau pemeran terdepan dari
pertahanan atas risiko bank.
Earning, untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat.
Kelemahan dari segi pendapatan real merupakan indikator terhadap potensi masalah bank.
Liquiditas, untuk memastikan dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban (liabilities) dalam
menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup serta mengurangi risiko suku bunga.
Kelemahan dari segi likuiditas merupakan indikator terhadap adanya ancaman bagi bank yang
paling cepat dapat diketahui. jika faktor fundamental seperti rendahnya kualitas aset, rendahnya
sumber pendapatan, persolannya menjadi serius
dana pada debitur dengan usaha dibidang industri misalnya maka risikonya cukup
Oleh karena itu, bank yang prudent, 196 menghitung segala risiko itu dan
bilamana risiko itu harus dihadapi maka sudah diadakan pencadangan 197 terhadap
kerugian yang mungkin akan timbul. Pencadangan itu biasanya berasal dari modal
atau dari laba yang khusus ditahan untuk keperluan pencadangan atau dari
Besarnya cadangan ini tentu bergantung pada jenis penempatan dana pada
sisi asetnya. Makin besar risikonya tentu saja makin besar cadangan yang harus
dihimpun. Risiko penempatan dana itu sendiri merupakan suatu fungsi dari
pendapatan bank yaitu berupa bunga, interest atau komisi, makin besar risiko
yang dihadapi, maka makin besar pula keuntungan yang akan didapat oleh bank.
Besarnya keuntungan ini juga merupakan fungsi dari cadangan risiko itu
karena makin besar risiko tentu makin besar cadangannya. Cadangan ini akan
196
Ibid.hal.87
197
Zulkarnain Sitompul, Op.Cit.hal.98
Besarnya cadangan umum yang harus dibentuk adalah minimal 1% dari seluruh aktiva
produktif yang digolongkan lancar tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia dan Surat Utang
Pemerintah. Cadangan khusus yang harus dibentuk adalah minimal:
a. 5 % dari seluruh aktiva produktif yang digolongkan dalam perhatian khusus;
b. 15% dari aktiva produktif yang digolongkan kurang lancar setelah dikurangi dengan
nilai agunan;
c. 50 % dari aktiva produktif yang digolongkan diragukan setelah dikurangi dengan nilai
agunan
d. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan macet setelah dikurangi dengan nilai
agunan.
Dengan demikian terjadi pula tarik ulur antara dividen dan cadangan. Pada
umumnya bank memupuk cadangan itu dengan perhitungan yang cermat sebab
tidak semua risiko itu akan menjadi kerugian. Suatu kenyataan bahwa masing-
masing bank menerapkan metode dan jumlah persentasi cadangan yang berbeda-
cadangan secukupnya.
Faktor kecukupan modal ini menurut Koch (1992 :401) 199 menjadi dilema
karena ada dua sudut pandang dan sudut kepentingan, bagi bank harus sedikit
mungkin tetapi bagi otoritas moneter harus setinggi mungkin. Persoalannya harus
modal minimum yang berlaku untuk semua bank dalam wilayah yurisdiksinya
198
Masyhud Ali, Op.Cit. 125
199
Gunarto Suhardi, Op.Cit. hal. 29
Untuk bank devisa atau yang beroperasi secara internasional persyaratan
kecukupan modal itu tidak lebih rendah dari persyaratan Basle Capital Accord.
kewajiban bank:
a. bank sendiri menghitung dan menyediaan modal yang cukup itu secara
konsisten
penekanannya
batas
tertentu pada paparan risiko pasar termasuk bisnis penukaran valuta asing
mereka
individual
merefleksikan risiko yang mereka hadapi baik kredit maupun risiko pasar,
didalam
ketentuan ratio
secara individual bank bisa lebih tinggi dari persyaratan basle Capital
Accord 200
(dihitung pusat,
g. laporan diberikan paling sedikit semi tahunan dan terbaik setiap kali
laporan
untuk
prosedurnya dalam hal penempatan dana baik berupa fasilitas kredit maupun
investasi lainnya. Setiap saat bank harus dapat menunjukkan catatan bahwa
Ini berarti pula bahwa setiap saat bank dan para stafnya mampu menunjukkan
3. Evaluasi aset
Bank setiap saat harus dapat menunjukkan kepada para pemeriksa bahwa
bank telah melakukan evaluasi aset dan telah menyediakan provisi atau cadangan
200
Ibid. hal. 31
bagi kerugian yang mungkin akan dialami dalam hal evaluasi fasilitas yang
sedang berjalan ini maka bank harus mempunyai kerangka kerja dan peraturan
invesment
lainnya
administrasi
secara
kepada
jaminan yang
mencerminkan
kepada satu atau dua nasabah harus dikendalikan dengan baik, harus ada
ketentuan 201 tentang jumlah maksimum yang dapat diberikan kepada satu atau dua
(1983:20) 202 ada korelasi positif pada pemberian kredit berarti menambah jumlah
uang yang beredar yang harus dikendalikan oleh bank sentral terkait dengan
kenaikan inflasi
5. Pinjaman kredit
bank harus berhati-hati dan membatasi diri pada peminjam terkait. Pihak terkait itu
senior manajemen, staf utama, dan anggota keluarga dekat, orang-orang yang
a. Mereka yang dalam bank ikut memutuskan haruslah orang yang tidak
mempunyai
terkait
201
Zulkarnain Sitompul, Ibid. hal.96 - 97
202
Gunarto Suhardi, Op.cit. hal. 32
203
Ibid. hal. 33
c. Harus ditetapkan batas maksimum pinjaman yang masih berjalan bagi pihak
terkait
untuk mengenali, memonitor, serta mengurus country risk dan transfer risk 204
dalam pemberian pinjaman dan investasi di luar negeri dan memuat cadangan
secukupnya untuk menutup risiko itu. Risiko transfer lebih diartikan sebagai
pengambilalihan oleh negara dimana investasi itu sedang berjalan. Risiko itu
biasanya ditetapkan dalam persentase sehingga bank dapat memakai persentase ini
memverifikasi bahwa semua batasan dipakai secara tepat. Bank harus mempunyai
dalam jajarannya pengurus intinya, para manajer dan senior manajer yang khusus
manajer yang khusus memonitor kepatuhan bank atau stafnya terhadap semua
kebijaksanaan dan semua peraturan yang ada. Proses manajemen risiko ditujukan
kepada risiko likuiditas, risiko tingkat bunga, dan risiko operasional lainnya,
204
Ibid
Likuiditas, 205 yang mencakup antara lain; adanya manajemen sistem informasi
mata uang lokal dan asing,risiko akan bunga, Bank mempunyai manajemen sistem
informasi yang baik dan mempunyai sistem pengujian penetrasi pasar yang
memadai.
Sedang risiko operasional, bank harus mempunyai audit internal, prosedur yang
lingkungan bisnis yang signifikan, status dalam bank yang menjamin bahwa senior
pengawas internal menyeluruh yang memadai sesuai dengan sifat dan skala bisnis
205
Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko Bagi Bank Umum,(Jakarta: Efek Media
Konfutindo,Cet.ke 2, 2007),hal.51
Kemudian pengendalihan berkenaan dengan strutur organisasi yang
ditujukan untuk mengendalikan bank tersebut. Definisi tugas dan tanggung jawab
yang perlu diperhatikan antara lain, akunting, audit, dan kepatuhan, kebijaksanaan
direktur
c. memiliki akses penuh dengan seluruh anggota staf selain juga terhadap
catatan, file,
atau data bank dan afiliasinya yang relevan dengan kinerja tugasnya
dan
206
Ibid. hal.3
Dari uraian diatas, cukup berat tugas pengurus bank terutama direksi atau
Board Of Director (BOD). Bisa saja direksi bank berlindung pada apa yang
dimaksud dengan doktrin Business Judgemen Rule, 207 apabila bank mengalami
kerugian besar dan berpotensi bank gagal operasi. Tetapi masyarakatlah yang
Kalau direksi ternyata salah mengelola usaha, maka yang bersangkutan masuk
daftar hitam otoritas moneter. Dengan demikian berakhirlah karirnya dalam dunia
perbankan, sebab akan terganjal pada saat fit and proper test sebagai persyaratan
berkelanjutan dan stabil, diperlukan kegiatan didalam sektor jasa keuangan yang
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan
207
Doktrin Business Judgement Rule ini dimaksudkan untuk melindungi direksi yang
beritikad baik dalam menjalankan tugasnya, namum hasilnya menjadi masalah atau terjadi
kerugian.tetapi direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya atas kerugian
tersebut.Doktrin ini dianut oleh UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dalam pasal 97
angka (5). Munir Fuady, Doktrim-Doktrin Modern dalam Corporate Law & eksistensinya dalam
Hukum Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002), hal. 197.
dan penyidikan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu,
yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai
penyidikan. 208
rencana
konsolidasi
208
Pasal 1 ayat ( 1) UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK
209
Pasal 6 UU No.21 Tahun 2011 tentang OJK
2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi,
minimum
Ketentuan Peralihan peran Bank Indonesia oleh Otoritas Jasa Keuangan diatur
menyebutkan:
1) manajemen risiko;
berikut: 214
keuangan
211
Kompas, Rabu, 10 April 2013, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad
menginformasikan, bahwa OJK efektif mengawasi Perbankan tahun 2014
212
Pasal 7 huruf c UU No.21 tahun 2011 tentang OJK
213
Pasal 7 huruf d UU N.21 tahun 2011 tentang OJK
214
Pasal 8 UU No.21 tahun 2011 tentang OJK
g. menetapkan peraturan mengenai tata cara penetapan pengelola statuter 215
keuangan;
Eksekutif;
Konsumen, dan
penunjang
perundang-
215
Penjelasan pasal 8 Huruf g UU No.21 tahun 2011 tentang OJK: Pengelola statuter
adalah orang perseorangan atau badan hukum yang ditetapkan OJK untuk melaksanakan
kewenangan OJK. Pengelola statuter melaksanakan kewenangan perundang-undangan di sektor
jasa keuangan, mencegah dan mengurangi kerugian konsumen, masyarakat, dan sektor jasa
keuangan, dan/atau pemberantasan kejahatan keuangan yang dilakukan pihak tertentu di sektor
jasa keuangan. Langkah yang dilakukan pengelola statuter antara lain melalui penyelamatan
kelangsungan usaha Lembaga Jasa Keuangan tertentu, pengambilalihan seluruh wewenang dan
fungsi manajemen Lembaga Jasa Keuangan oleh pengelola statuter pembatalan atau pengakhiran
perjanjian, serta pengalihan portofolio kekayaan atau usaha dari Lembaga Jasa Keuangan.
216
Pasal 9 UU No.21 tahun 2011 tentang OJK
undangan di sektor jasa keuangan;
pihak tertentu;
keuangan; dan
1. izin usaha;
6. pengesahan;
8. penetapan lain.
dan bersifat kolektif dan kolegial. Anggota Dewan Komisioner dipilih oleh Dewan
217
Pasal 10 UU No.21 tahun 2011 tentang OJK
Struktur Dewan Komisioner:
1) OJK dipimpin oleh Dewan Komisioner.
2) Dewan Komisioner sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat kolektif dan kolegial.
Perwakilan Rakyat (DPR) berdasarkan calon anggota yang diusulkan oleh
Presiden. 218
Anggota Dewan Komisioner diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat
Keuangan
dirugikan
bawah
maupun di
/ atau
221
Pasal 30 ayat (1)
2. untuk memperoleh ganti kerugian 222 dari pihak yang
menyebabkan
sebagai
sektor
jasa keuangan.
important
bank; dan
informasi.
222
Pasal 30 ayat (2): Ganti kerugian sebagaimana dimaksud hanya digunakan untuk
pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan.
223
Pasal 39
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa Pemerintah/DPR dan
Seno Adji, tindak pidana ekonomi atau bisnis termasuk didalamnya perbankan
merupakan bagian yang disebut ”white collar crime”. Pelaku tindak pidana
fisik.
diberikan kepadanya.
(perbankan).
224
OC.Kaligis, Antologi Tulisan Ilmu Hukum, (Jakarta:Alumni,2007),Cet.Ke I.Hal.182
BAB V
A. Kesimpulan
dalam:
dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat,
kerugian tersebut.
2) Direktur Kepatuhan sangat penting kedudukannya dalam pengelolaan
kegagalan bank mematuhi hukum, kode etik, dan standar praktik perbankan
suatu sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan
B. Saran
sebagai berikut:
dan risiko usaha bank yang semakin besar, maka diperlukan berbagai
Ali, Masyhud. Manajemen Risiko. Sudrajad, Pardi (ed). Jakarta: Raja Grafindo
Persada. 2006
Media.
2010
Peradilan
Kompas. 2007
Jakarta:
Dua Mikhael, Frans Seda, Merawat Indonesia di saat Krisis. Jakarta: Obor. 2012
Masyarakat, Tran-
Indonesia.
2001
Effendi, Fenty. Karni Ilyas, Lahir Untuk Berita. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.2012
Dalam
Fardiansyah, Tedy & Supriyono, Edy (ed). Refleksi & Strategi Penerapan
Manajemen
Jakarta:
Perkembangan
Hukum.
Kompas. 2010
Pustaka
Utama.2004
Nasution, Bismar. Hukum Kegiatan Ekonomi. Jakarta: Book Terrace & Library.
Cet. ke
2. 2007
Sarjana
Nasution, Adnan Buyung. Nasehat Untuk SBY. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
2012
Pidana
Bandung:
Alumni.1991
Mengesam-
pingkan Hak-Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha. Jakarta:
Kencana
Cet. ke 2, 2008
Cet. Ke
14. 1998
Landasan
Jakarta:
BPHN - LIPI.1996
Bina. Cet.
ke 1. 1976
Kian, Kwik Gie. Gonjang Ganjing, Ekonomi Indonesia, Badai Belum Akan
Berlalu.
Jakarta:
Mulya Lubis, Todung. Catatan Harian Todung Mulya Lubis. Buku 1. Penerbit
Erlangga.
2012
Mubarok, M.Mufti & Gayatri Sri, Century Bank. Surabaya: Penerbit PT.Java
Pustaka.
2010
2005
1991
Univer-
Atma Jaya.
2007
Soekanto, Soeryono & Manji, Sri. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Raja
Grafindo
Konfutin-
Sularto, St. Syukur Tiada Akhir, Jejak Langkah Jacob Oetama. Jakarta:
Penerbit Buku
Kompas. 2012
Penerbit:
Pengendali.
Fakultas
Sadli, M. Bila Kapal Punya Dua Nakhoda, Esai-Esai Ekonomi Politik Masa
Transisi.
Jakarta. 2002
Yuridis.
Perbankan
Majalah / SK.Harian
Investor. Komspirasi di Bank Gobal Nomor 115 tahun VII. 11 – 24 Januari 2005