Rudi Dogar
Rudi Dogar
TESIS
Oleh
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
PENERAPAN BUSINESS JUDGEMENT RULE
DALAM PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI BANK
YANG BERBADAN HUKUM PERSEORAN TERBATAS
TESIS
Oleh
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Judul Tesis : PENERAPAN BUSINESS JUDGEMENT RULE
DALAM PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI
BANK YANG BERBADAN HUKUM PERSEROAN
TERBATAS
Nama Mahasiswa : Rudi Dogar Harahap
Nomor Pokok : 0607005078
Program Studi : Ilmu Hukum
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. T.Chairun Nisa B., MSc)
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Telah diuji pada
Tanggal 04 Agustus 2008
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Peranan perbankan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perekonomian.
Namun jika dilihat kecenderungan Bank yang sengat kekat dalam menyalurkan kredit
pada akhir-akhir ini sangat tidak kondusif untuk mendorong perekonomian
Indonesia. Salah satu penyebab keadaan ini adalah terjadinya ketakutan di kalangan
Bankir khususnya Bankir Bank-bank milik Pemerintah didalam menjalankan
tugasnya. Padahal bisnis bank sangat rentan terhada resiko. Untuk mengatasi hal ini
di perlukan suatu payung hukum yang dapat memberikan kelegaan kepada para
Bankir terutama yang menduduki posisi Direksi. Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas merupakan salah satu jalan keluar yang telah
memberikan perlindungan hukum kepada para Direksi Perseroan Terbatas karena
telah mengakomodasi prinsip business judgement rule. Ada tiga masalah yang
dianalisis menyangkut penerapan business judgement rule yaitu : Bagaimana
pengelolaan Bank dikaitkan dengan manajemen resiko dan bagaimana batasan
penerapan business judgement rule dalam pengelolaan Perseroan Terbatas oleh
Direksi serta bagaimana penerapan prinsip-prinsip business judgement rule dalam
pertanggung jawaban Direktur Bank.
Untuk menjawab permasalahan teresbut dilakukan penelitian dengan
pendekatan yuridis normatif, yaitu mengumpulkan, menganalisis dan
mensistematiskan hasil penelitian terhadap ketentuan-ketentuan serta best practice
yang berlaku di industri perbankan, kemudian menginterpretasikannya ke dalam
prinsip business judgement rule. Mengingat bahwa penulisan tesis ini bersifat yuridis
normatif maka pengumpulan data akan dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan
untuk mendapat bahan berupa perundang-undangan, Peraturan Bank Indonesia, karya
ilmiah, putusan pengadilan, dan bahan lainnya yang berkaitan dengan objek
penelitian.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : pertama;
Bank memiliki 8 (delapan) resiko yang harus dikelola oleh Direksi agar Bank tidak
menderita kerugian yang dapat mengerus modal. Kedua, prinsip business judgement
rule hanya dapat digunakan sebagai pembelaan Direksi bile melanggar standar
fudiciary duty, judgement rule diterapkan di industri perbankan dengan mengacu
pada peraturan yang terkait dengan bank, best practice yang berlaku di industri
perbankan serta prinsip kehati-hatian. Agar pelaksanaan prinsip ini berjalan sesuai
dengan maksudnya maka disarankan: pertama, agar setiap masalah yang menyangkut
produk perbankan jika akan diperiksa oleh aparat hukum harus mendapat izin
terlebih dahulu dari Bank Indonesia sebagai otoritas di industri perbankan di
Indonesia. Kedua, Bank Indonesia hendaknya melakukan sosialisasi kepada pihak-
pihak terkait seperti bankir, pengusaha, jaksa, polisi dan hakim tentang resiko bisnis
bank dan kaitannya dengan prinsip-prinsip business judgement rule yang ada pada
Undang-undang Perseroan Terbatas agar terjadi pemahaman yang proporsional
terhadap bisnis Bank.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Key word : Business judgement rule, Responsibility, Director, Bank Limited Liability
Company.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunianya sehingga tesis ini
dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa tesis ini bisa diselesaikan karena banyaknya bantuan
dari berbagai pihak, baik yang sifatnya bantuan material maupun moril. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan
Nisa B., M.Sc, atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada
Utara, Prof.Bismar Nasution, SH, MH, atas segala pelayanan, pengarahan dan
Utara;
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
5. Terima kasih yang terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami
ucapkan kepada Prof. Dr.Ningrum Natasya Sirait, SH., MLI selaku Pembimbing
dan Penguji.
Penguji
8. Keluarga yang tercinta, Lili Syahriani (istri), anak-anakku Dian Perdana Putra
tesis ini.
10. Semua pihak yang telah membantu saya selama menyelesaikan studi yang tidak
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
I. DATA DIRI
Agama : Islam
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
2. Toefl Course (Kursus Bahasa Inggris), USU dan Bank Sumut, Medan, Tahun
1998.
Tahun 1995
6. Bank Branch Manager Course, Institut Bankir Indonesia, Medan, Tahun 1995
8. Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Angkatan XXXII, Institut Bankir Indonesia,
9. Seven Havit Highly Efektif People Training, Dunamis, Jakarta, Tahun 2004
11. Sertifikasi Manajemen Risiko Level III (Reguler), Badan Sertifikasi Manajemen
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
IV. KELUARGA
V. RIWAYAT PEKERJAAN
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .............................................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................................v
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................xii
DAFTAR ISTILAH ..............................................................................................................xiii
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. .................................................................................................... F
iduciary Duty .......................................................................................13
b. .................................................................................................... D
octrine of Ultra Vires ..........................................................................19
c. .................................................................................................... D
erivative Action ...................................................................................20
d. .................................................................................................... B
usiness Judgement Rule ......................................................................26
4........................................................................................................... B
ank sebagai Highly Regulated Industry ....................................................28
a. .................................................................................................... K
ewajiban Penerapan Manajemen Risiko .............................................31
b. .................................................................................................... K
ewajiban Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) .............................................................................34
c. .................................................................................................... F
it and Proper Test ................................................................................37
d. .................................................................................................... P
eranan Direktur Kepatuhan (Compliance Director) ..........................40
G. .............................................................................................................. M
etode Penelitian ...............................................................................................44
BAB II : PENGELOLAAN BANK DIKAITKAN DENGAN MANAJEMEN
RISIKO .................................................................................................................46
A. ................................................................................................................ K
arakteristik bisnis Bank .........................................................................................46
B. ................................................................................................................ K
ewajiban mengelola risiko .....................................................................................48
C. ................................................................................................................ J
enis risiko Bank dan pengelolaannya ....................................................................50
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1........................................................................................................... R
isiko Kredit ................................................................................................50
2........................................................................................................... R
isiko Pasar .................................................................................................53
3........................................................................................................... R
isiko Likuiditas ..........................................................................................54
4........................................................................................................... R
isiko Operasional .......................................................................................55
5........................................................................................................... R
isiko Hukum ..............................................................................................57
6........................................................................................................... R
isiko Reputasi ............................................................................................57
7........................................................................................................... R
isiko Strategik ...........................................................................................58
8........................................................................................................... R
isiko Kepatuhan .........................................................................................58
BAB III: PRINSIP BUSINESS JUDGEMENT RULE DALAM
PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS OLEH DIREKSI ..................59
A. ................................................................................................................. O
rgan Perseroan Terbatas ............................................................................59
1........................................................................................................... R
apat Umum Pemegang Saham (RUPS) .....................................................60
2........................................................................................................... D
ewan Komisaris .........................................................................................61
3........................................................................................................... D
ireksi .........................................................................................................64
a. .................................................................................................... T
ugas Direksi .........................................................................................64
b. .................................................................................................... T
anggungjawab Pribadi .........................................................................69
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
B. ................................................................................................................. P
rinsip fiduciary dalam UUPT ...................................................................71
C. ................................................................................................................. D
octrin Ultra Vires dalam UUPT ...............................................................77
1........................................................................................................... P
ublic Document Rule .................................................................................79
2........................................................................................................... I
ndoor Management Rule ...........................................................................80
D. ................................................................................................................. D
eivative Action dalam UUPT ....................................................................82
E. ................................................................................................................. P
rinsip Business Judgement Rule dalam UUPT .........................................86
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a................................................................................................... T
ransparansi .......................................................................................99
b................................................................................................... A
kuntanbilitas .....................................................................................99
c................................................................................................... R
esponsibilitas ....................................................................................99
d................................................................................................... I
ndependensi ......................................................................................100
e................................................................................................... F
airness ...............................................................................................100
2. ....................................................................................................... M
elakukan pengurusan dengan kehati-hatian ...........................................100
3. ....................................................................................................... M
elakukan pengurusan sesuai kepentingan, maksud dan tujuan
perusahaan...............................................................................................108
4. ....................................................................................................... D
ireksi tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung
maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengaki-
batkan kerugian ......................................................................................114
5. ....................................................................................................... D
ireksi telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian .............................................................................115
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................121
A. Kesimpulan ..................................................................................................121
B. Saran .............................................................................................................121
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Halaman
judul
Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia .......................................52
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISTILAH
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Non performing loan : Kredit bermasalah
Past performance : Kinerja masalah
People risk : Risiko yang disebabkan faktor manusia
Potential risk : Risiko yang dapat menimpa perusahaan
Rentabilitas : Kemampuan menghasilkan laba
Risk Averse : Sikap tidak berani mengambil risiko
Risk Control System : Sistem yang dibangun untuk mengendalikan risiko
Risk Taker : Sikap yang berani mengambil risiko
Risk taking unit : Unit operasional dalam perusahaan yang
menjalankan transaksi berisiko
Sensitivity to Market Risk : Tingkat sensitivitas suatu produk terhadap
pergerakan harga di pasar uang / modal
Stake holder : Semua pihak yang terlibat atau berkepentingan
kepada perusahaan
Stress testing : Pengujian yang dilakukan dengan skenario terburuk
untuk melihat kemampuan perusahaan jika kondisi
terburuk itu benar-benar terjadi
Treasury : Pengaturan cash flow dan pengelolaan risikonya
Votality : Ukuran statistik mengenai perubahan harga pasar
yang terjadi pada jangka waktu tertentu
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997, sampai saat ini
perubahan di segala bidang dengan cepat. Salah satu yang menjadi soratan utama
untuk segera dilakukan perubahan adalah bidang hukum. Banyak masyarakat yang
Todung Mulya Lubis, seorang pakar dan praktisi hukum berpendapat bahwa
berbangsa dan bernegara termasuk dalam kehidupan bisnis. Produk hukum baru yang
profesi hukum lain (konsultan hukum, advokat dan notaris). Pemberdayaan haruslah
diartikan sebagai penghapusan segala bentuk kolusi, red tape, mafia peradilan dan
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
sebagainya. Salah satu faktor country risk Indonesia menjadi tinggi adalah karena
tidak adanya kepastian hukum. Dunia usaha apalagi penanam modal asing merasa
bidang hukum. Akibat bergulir cepatnya tuntutan ini, pemerintah mau tidak mau
hukum, penindakan terhadap pelaku illegal logging dan sebagainya. Tindakan yang
terutama untuk proses recovery ekonomi yang terpuruk akibat krisis moneter.
terutama Bankir Bank milik pemerintah dan pengusaha yang merasa ragu-ragu
bahkan trauma bertindak untuk menanamkan modal karena merasa tidak adanya
Tindakan hukum yang salah dengan menerapkan hukum pidana pada transaksi
dengan Bank milik pemerintah yang selanjutnya akan menimbulkan kerugian bagi
pemerintah. Hal ini akan menjadi ancaman semacam penyakit Bankir’s phobia.
Kalangan perbankan BUMN akan takut memberikan kredit korporasi. Pengusaha juga
_
1
_ HYPERLINK "http://www.seasite.niu.edu/indonesia/reformasi/opini-analisa/default.htm"
__http://www.seasite.niu.edu/indonesia/reformasi/opini-analisa/default.htm_,kompas, online, Mencari
Keseimbangan Baru, Selasa 16 Juni 1998, dikunjungi pada tanggal 5 Februari 2008.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
akan menjadi jera untuk mengambil kredit di Bank BUMN. 2 Padahal peranan Bank
Kondisi ini malah kontraproduktif karena tidak sesuai dengan maksud dari
informasi itu sendiri, dimana reformasi dibidang hukum domestik maupun asing.
Seperti diketahui bahwa investasi merupakan unsur dalam pendapatan Nasional yang
merupakan tolak ukur kesejahteraan suatu bangsa. Hasil bersih dari berbagai sektor
“Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga pasar harus sama dengan
Penggunaan Produk Doemstik Bruto atas dasar harga pasar. Agregat ini sama dengan
pengeluaran pemerintah, ekspor dikurangi impor barang dan jasa”, 5 atau secara
yang dipakai sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara.
yang menyalurkan kredit kepada dunia usaha. Setelah krisis moneter yang terjadi
pada tahun 1997 yang diikuti dengan krisis perbankan, dunia perbankan sangat
berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Hal ini dapat dilihat dari tingkat Loan to
Deposit Ratio (LDR), yaitu perbandingan antara dana yang dihimpun dengan kredit
_
2
Habiburokhman, Direktur LBH BUMN, http:/BUMNbersatunews.shoutpost.com, Kasus
Kiani Politisasi BUMN, 23 Mei 2007, dikunjungi tanggal 5 Februari 2008
3
Statistik Perbankan Indonesia, November 2007, Vol.5, No. 12, Bank Indonesia, 36, terdapat
data yang menggambarkan share asset Bank BUMN dan BUMD terhadap total asset perbankan
nasional adalah 44,95%, BUSN 40,95% dan Bank Campuran 14, 26%.
4
M. Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro, edisi 4, (Yogyakarta : BPFE, 1998). hal.11
5
Ibid, hal.13
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
yang disalurkan oleh Bak yang jauh lebih kecil dari ketentuan sehat menurut Bank
Indonesia yaitu 75%. 6 Hal ini semakin diperparah dengan kondisi pasca reformasi.
Banyak bankir terjerat hukum yang diakibatkan oleh kredit bermasalah. Padahal Bank
terlihat pada struktur permodalannya dengan tingkat leverage yang jauh lebih tinggi
Leverage yang tinggi dalam perbankan itu justru terbentuk turut memanfaatkan dana-
dana masyarakat yang mempercayakannya pada Bank. Hal ini menyebabkan Bank
menanamkan modalnya atau Bank juga akan enggan menyalurkan kredit. Oleh karena
itu dibutuhkan suatu produk hukum yang mampu menampung dua kepentingan
tersebut. Salah satu produk hukum di dbidang ekonomi yang telah dihasilkan adalah
UUPT). Salah satu aspek yang diatur dalam undang undang ini adalah telah
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
perlindungan hukum kepada Direksi yang menjalankan tugasnya yang bersifat
fudiciary (fiduciary duty) telah terakomodir. Tetapi di sisi lain, para Direksi itu juga
masih tetap dibebani tanggung jawab pribadi bila melanggar prinsip-prinsip yang
disebutkan dalam Pasal 97 ayat (5). Tetapi apa yang dicantumkan dalam Pasal 97
ayat (5) tersebut baru bersifat azas sehingga masih perlu diterjemahkan lebih konkrit
sehingga dapat diaplikasikan dengan benar dan adil. Berdasarkan hal tersebut, ingin
B. Permasalahan
judgement tetapi masih memerlukan analisis dan penjabaran agar bisa diaplikasikan
manajemen risiko ?
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
c. Bagaimana penerapan prinsip-prinsip business
C. Tujuan Penelitian
berbeda dari industri lainnya khususnya dari sisi risiko bisnis. Dengan tingginya
risiko bisnis sektor perbankan ini tentunya membuat posisi Direksi Bank rawan
terhadap masalah hukum yang bisa bersumber dari pemilik maupun nasabah debitur
ataupun deposan. Oleh karena itu penerapan business judgement rule semakin
D. Manfaat Penelitian
berikut :
1. Manfaat teoritis
teori yang dapat dipakai didalam pendekatan terhadap penerapan prinsip business
judgement rule pada Bank Perseroan Terbatas. Dengan demikian penelitian ini akan
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
memberikan sumbangan yang berarti kepada pengembangan ilmu hukum khususnya
hukm ekonomi.
2. Manfaat Praktis
yang berlaku didalam dunia perbankan dengan azas dan peraturan/ketentuan hukum
business judgement rul. Dengan adanya suatu kesamaan pandangan terhadap konsep
business judgement rule maka akan memudahkan semua pihak, yaitu penegak
kegiatan yang berkaitan dengan Bank sesuai dengan hasil penelitian ini.
E. Keaslian Penelitian
2007 atau dengan perkataan lain undang undang tersebut relatif baru walaupun pada
sistem common law prinsip business judgement rule sudah diterapkan lama.
Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian sejenis juga dilakukan oleh 2 (dua) orang
pada pengelolaan penyertaan modal Negara dalam hal terjadi kerugian pada tahun
2008.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Marganti Panggabean, dengan judul analisis
Penelitian ini spesifik dilakukan pada industri perbankan sehingga pendekatan yang
perbankan.
bagaimana masyarakat itu dibina dan kemana harus diarahkan. Oleh karena itu
pertama-tama, hukum itu mengandung ide-ide yang dipilih masyarakat tempat hukum
lebih luas dari hanya sekedar penegakan keadilan, tetapi masyarakat juga
menginginkan hukum dapat menjamin kepastian dalam hubungan mereka satu sama
lain serta kepentingannya juga terlayani. Oleh karenanya, Satjipto dengan mengutip
_
8
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Cipta Aditya Bakti, 2000), hal. 18
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
pendapat Radbruch yang mengemukakan bahwa hukum harus memiliki tiga nilai
keadilan (gezechtigheit). 9
Selain tiga nilai dasar tersebut, dalam penelitian ini, konsep hukum yang akan
Ny,. Hart, hukum yang dapat mendorong pertumbuhan harus memiliki unsur-unsur
berikut :
_
9
Ibid, hal. 19
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Unsur-unsur tersebut diatas harus merupakan paradigma yang melandasi penerapan
_
10
Bismar Nasution, Pengaruh Globalisasi Ekonomi pada Hukum Indonesia, Bahan Kuliah
Pada Pasca Sarjana Hukum Ekonomi USU, hal. 9.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Perseroan Terbatas sebagai badan hukum
perseroan adalah Badan hukum yang didirikan untuk tujuan mendapatkan laba, di
samping juga memiliki visi dan misi tertentu. Untuk mencapai laba, mewujudkan visi
“The business corporation is an instrument through which capital is assembled for the
activities of producing and distributing goods and services and making investments.
Accordingly, a basic premise of corporation is that a business corporation should have
as its objective the conduct of such activities with a view to enhancing the
corporation’s profit and the gains of the corporation’s owners, that is, the
shareholders” 11
terdapat beberapa ciri yaitu, merupakan suatu instrument, ada modal, melakukan
aktivitas produksi dan distribusi barang dan jasa serta bertujuan memperoleh laba.
Definisi tersebut lebih menonjolkan sifat persero sebagai unit bisnis, yang tentunya
Selain sifat bisnis yang telah diungkapkan tersebut, perseroan ditinjau dari sisi
kedudukan hukumnya adalah badan hukum (Legal Person, Legal Entity), dianggap
sebagai subjek hukum yang cakap melakukan perbuatan hukum atau mengadakan
hubungan hukum dengan berbagai pihak seperti manusia. Perseroan Terbatas (PT)
adalah badan hukum yang memiliki tanggung jawab terbatas (limited liability) yang
mempunyai lima ciri khusus atau karakteristik sebagai berikut : sebagai personalitas
_
11
Melvin Aron Eisenberg, sebagaimana yang dikutip oleh Robert A. G. Monks and Nell Minow
dalam buku Corporate Governance (Victoria : Blackwell publishing, 2004), hal. 8
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
hukum (legal personality), memiliki tanggung jawab terbatas (limited liability),
Sedangkan berdasarkan definisi yang diberikan oleh UUPT. pada Pasal 1 angka
(1), Perseroan Terbatas adalah Badan Hukum yang merupakan persekutuan modal,
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
memiliki status, kedudukan dan kewenangan yang dapat dipersamakan dengan manusia
sehingga disebut sebagai artificial legal person. Oleh karenanya PT merupakan subjek
hukum yang menyandang hak dan./atau kewajiban yang diakui oleh hukum. Tetapi
perseroan hanyalah artificial legal person, maka ia tidak memiliki kehendak dan tidak
dapat bertindak sendiri. Oleh karena itu diperlukan orang-orang yang memiliki
mengurus dan mengawasi perseroan inilah yang disebut dengan Organ. Sebagaimana
layaknya manusia, perseroan juga memiliki organ, hanya saja organ perseroan Cuma ada
tiga, yaitu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Dewan Komisaris. 14
_
12
Ridwan Khairandy, Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum, Jurnal Hukum Bisnis,
Volume 26, No. 3. 2007, hal. 5
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,
tanggal 16 Agustus 2007
14
Ridwan Khairandy, Op. Cit, hal. 6
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. 15 Definisi tersebut
wewenang yang cukup, di samping tentu saja tanggung jawab atas pelaksanaan
bahwa Direksi merupakan organ kepercayaan perseroan yang mewakili perseroan untuk
mengambil segala macam tindakan hukum dalam rangka mencapai tujuan dan
goodfaith)
_
15
Pasal 1 angka (5) UUPT
16
Gunawan Wijaya, Tanggung Jawab Direksi Atas Kepailitan Perseroan, (Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada, 2002), hal. 24
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Tugas dan tanggung jawab Direksi tersebut di atasmerupakan tugas dan
tanggung jawab Direksi sebagai suatu organ yang bersifat kolegial. Direksi tidak secara
sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada perseroan. Ini berarti setiap tindakan yang
diambil atau dilakukan oleh salah satu atau lebih anggota Direksi akan mengingat
pembagian tugas di antara anggota Direksi perseroan demi pengurusan perseroan yang
efesien. 17
Terbatas
a. Fiduciary Duty
Duty of loyalty and good faith bersama-sama dengan duty of care and skill,
dalam sistem common law dikenal dengan nama fiduciary duty. 18 Menurut
Charles.O’Kelley,Jr, dari sisi perseroan, fiduciary duty memiliki dua fungsi sebagai
berikut :
“In the corporate setting, fiduciary has two quite different functions. First, it instructs
directors to be absolutely fiar and candid in pursuing personal interests. Thus, the duty
of loyalty makes it wrongful for a directors to unfairly compete with her corporation or
to unfairly divert corporate resources or opportunities to her personal use. Second,
fiduciary duty describes the bounds of acceptable conduct for directors in carrying out
their individual and collective duty to manage the corporation. In both of these
functions, fiduciary duty raises a core issue how to optimally reduce the possibility that
the directors will favour personal interest over the corporation’s interests.” 19
_
17
Ibid., hal.25.Ketentuan mengenai Tanggung Jawab Kolegial Dapat dilihat dalam Penjelasan
Pasal 98 ayat (2) UUPT No.40.Tahun 2007
18
Gunawan Wijaya, Op.Cit., Hal. 24
19
Charles O’Kelley,Jr., Robert B.Thompson, Corporation and Other business Associations,
(Boston, Toronto, London: Little, Brown and Company, 1992), hal. 235.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Issue utama dari fiduciary duty adalah bagaimana meminimalisasi kemungkinan
mementingkan diri sendiri, tetapi juga mencakup adanya kemungkinan sikap yang
ceroboh atau tidak berhati-hati. Atau dengan perkataan lain, “Fiduciary duty memeliki
Walaupun masih menjadi perdebatan mengenai ruang lingkup cakupan fiduciary duty,
perseroan. 21
Philip Lipton dan Abraham Herzberg, membagi duty of loyalty and good faith
ke dalam duty :
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Sedangkan duty of care and skill dirumuskan sebagai duty to care and
diligence. 22
Duty to act bona fide in the interest of the company ini adalah tuntutan agar
Direksi mengelola perseroan untuk kepentingan dan keuntungan perseroan. Tolak ukur
kepentingan perseroan tentunya harus didasarkan kepada maksud dan tujuan pendirian
yang harus digunakan dengan wajar. Untuk itu diperlukan adanya tatanan yang
dengan nama Good Corporate Governance (GCG) yang akan dibaha pada bagian
tersendiri.
melaksanakan tugasnya sepanjan masih dalam koridor dan anggaran dasar perseroan. 24
Jadi tidak selayaknya jika Direksi kemudian melakukan pembatasan dini atau membuat
suatu perjanjian yang akan mengekang kebebasan mereka untuk bertindak untuk tujuan
_
22
Philip Lipton and Abraham Herzberg, Understanding Company Law, (Brisbance: The Law
Book Company Ltd, 1992), hal. 297
23
Pasal 92 Ayat (1) UUPT menyebutkan Direksi menjalankan Pengurusan Perseroan untuk
Kepentingan Perseroan dan Sesuai Dengan Maksud
24
Ibid, Pasal 92 ayat (2) Menyebutkan Direksi Berwenang Menjalankan Pengurusan
Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Seuai Dengan Kebijakan Yang Dipandang Tepat, Dalam Batas
Yang Ditentukan Dalam Undang-Undang Ini dan / Atau Anggaran Dasar.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
dan kepentingan perseroan. 25 Namun penggunaan diskresi ataupun wewenang harus
memperhatikan doktrin ultra vires yang menyebutkan bahwa anggota Direksi dilarang
Dalam konsep fiduciary duty ini, Direksi memiliki kewajiba untuk menghindari
akan menempatkan Direksi tersebut dalam suatu keadaan yang tidak memungkinkan
dirinya untuk bertindak secara wajar demi tujuan dan kepentingan perseroan. Kwajiban
ini bertujuan untuk mencegah Direksi secara tidak layak memperoleh keuntungan dari
perseroan, yang mengangkat dirinya menjadi Direksi. Lebih jauh lagi kewajiban ini
sebenarnya melarang dengan mencegah Direksi untuk menempatkan dirinya pada suatu
Pada saat yang bersamaan mereka harus bertindak mewakil untuk dan atas nama
perseroan. 27
seorang trust, yang dipercayakan untuk mengelola harta kekayaan perseroan, maka
dalam duty of care and skill atau diligence, Direksi sebagai organ kepercayaan
_
25
Gunawan wijaya, Op.Cit., hal 31
26
Sutan Remy Sjahdeni,”Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris” Dalam Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 14, Juli 2001, hal. 102.
27
Lipton and Herzberg, Op. Cit., hal. 315. Lihat Juga Undang Undang PT Pasal (99)
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
bagi perseroan. Direksi diberikan fleksibilitas dalam bertindak untuk melaksanakan
fungsi kegiatan manajemen dengan mengambil risiko dan peluang di masa depan. 28
adalah standar of care atau standar kehati-hatian. Apabila Direksi telah bersikap dan
bertindak melanggar standar of care, maka Direksi tersebut dianggap telah melanggar
duty of care. Sebagai contoh dari standard kehati-hatian itu, antara lain, sebagai berikut:
atas beban biaya perseroan, apabila tidak memberikan sama sekali atau sangat kecil
manfaat kepada perseroan bila dibandingkan dengan manfaat pribadi yang diperoleh
oleh anggota Direksi yang bersangkutan. Namun demikian, hal itu dapat
dikecualikan apabila dapat dilakukan atas beban biaya representasi jabatan dari
yang seyogianya disalurkan kepada dan dilakukan oleh perseroan yang dipimpinnya
tetapi kesempatan bisnis itu disalurkan kepada perseroan lain yang didalamnya
keputusan mengenai sesuatu hal yang diketahuinya atau sepatutnya diketahui akan
berlaku sehingga perseroan terancam dikenai sanksi oleh otoritas yang berwenang,
_
28
Ibid, hal. 331
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
misalnya dicabut izin usahanya atau dibekukan kegiatan usahanya, atau digugat
telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan upaya atau tindakan yang
telah tidak melakukan atau telah tidak cukup melakukan tugas atau tindakan yang
Tidak semua orang yang diharapkan dan dihadapkan pada keadaan untuk memiliki
suatu standar keahlian tertentu yang sama antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam
beberapa hal, seorang diangkat sebagai anggota Direksi karena keahliannya dalam
bidang tertentu. Misalnya seorang akuntan diangkat sebagai anggota Direksi karena
keahliannya dibidang akuntansi/keuangan. Dalam hal ini, standar yang diharapkan dari
anggota Direksi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan anggota Direksi lainnya yang
tidak memiliki kemampuan dan keahlian yang sama. Dalam hal demikian, maka
anggota Direksi tersebut patut diharapkan dapat bertindak dari keahliannya tersebut.
Dalam beberapa kejadian, seorang anggota Direksi dapat dianggap telah melanggar
_
29
Sutan Remi Sjahdeni, Op. Cit., hal. 100
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
rumit ia tidak mencari pendapat ahli untuk memberikan masukan dalam mengambil
Salah satu prinsip dari fiduciary duty adalah melarang anggota Direksi
sedangkan pandangan tersebut dalam hukum perseroan disebut sebagai doctrine ultra
vires. Menurut doktrin tersebut, apabila suatu kontrak dibuat oleh perseroan tidak dalam
rangka maksud dan tujuan perseroan (beyond the objects of the company), maka
kontrak tersebut disebut “ultra vires the company” dan kontrak itu void (tidak sah atau
batal demi hukum). Apabila mereka melakukan kegiatan tersebut dan mengakibatkan
perseroan merugi, maka perseroan dapat meminta agar anggota Direksi yang
Doktrin ini didasari oleh dua teori yang berbeda. Teori pertama, yaitu teori yang
lebih tua, berpendapat bahwa suatu perseroan memiliki kewenangan untuk melakukan
apapun juga sepanjang anggaran dasar perseroan tidak melarangnya. Dengan demikian,
menurut teori tersebut, apabila anggaran dasar perseroan bungkam mengenai apakah
perseroan dapat melakukan suatu perbuatan tertentu, maka perseroan itu bebas
melakukannya. Sementara itu, teori yang kedua, yaitu teori yang saat ini dipakai,
diberikan kewenangan oleh anggaran dasar perseroan. Berdasarkan teori ini, apabila
_
30
Gunawan Wijaya, Op. cit., hal. 34-35
31
Sutan Remy Sjahdeni, Op. cit., hal. 102
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
anggaran dasar tidak menentukan bahwa perseroan dapat melakukan perbuatan tersebut,
c. Derivative Action
gugatan derivatif (derivatif action) adalah suatu gugatan yang berdasarkan atas
hak utama (primary right) dari perseroan, tetapi dilaksanakan oleh pemegang saham
atas nama perseroan, gugatan mana dilakukan karena adanya suatu kegagalan dalam
perseroan, atau dengan perkataan lain, derivative action merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh para pemegang saham untuk dan atas nama perseroan. 33
Untuk mendapat gambaran lebih detail tentang hakikat suatu gugatan derivatif
Dapat dikatakan bahwa gugatan derivatif merupakan suatu gugatan perdata yang
diajukan oleh satu atau lebih pemegang saham yang bertindak untuk dan atas nama
perseroan (jadi bukan kepentingan pribadi pemegang saham), gugatan mana diajukan
terhadap pihak lain (misalnya Direksi) karena telah melakukan tindakan yang merugikan
menjadi pihak tergugat. Juga gugatan derivatif ini merupakan gugatan kekecualian
(abnormal), sebab dalam kasus-kasus normal, maka yang bertindak sebagai pihak yang
mewakili perseroan bukan pemegang saham, melainkan pihak Direksi seperti yang
ditentukan dalam anggaran dasarnya. Karena itu pula, maka gugatan derivatif
sebenarnya merupakan suatu pengecualian dari prinsip proper plaintiff, yakni suatu
prinsip hukum yang mengajarkan bahwa gugatan untuk menuntut ganti rugi karena
_
32
Ibid, hal. 102
33
Steven H.Gifis. Law Dictionary, (New York : Barron’s Educational Series, Inc., 1984.), hal
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
adanya kerugian terhadap suatu perseroan terbatas hanya dapat dilakukan oleh
perusahaan itu sendiri, yang dalam hal ini diwakili oleh Direksi. Pihak pemegang saham
mengatasi prinsip satu saham, satu suara yang cenderung lebih menguntungkan
Menurut Munir ada beberapa unsur yuridis yang utama dari suatu gugatan
1) Adanya gugatan;
perseroan;
perseroan;
perseroan tersebut;
bersangkutan;
_
34
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate
Governance, (Jakarta : Program Pascasarjana Fakutlas Hukum Universitas Indonesia, 2002), hal. 308
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
7) Karena diajukan untuk dan atas nama perseroan, maka
segala hasil dari gugatan tersebut menjadi milik perseroan, sungguhpun yang
Salah satu persyaratan lain dari gugatan derivatif yang sebenarnya merupakan
persyaratan klasik adalah bahwa pihak pemegang saham yang menggugat haruslah
pemegang saham pada saat perbuatan salah tersebut terjadi, yang disebut dengan
derivatif, meskipun dia masih berhak untuk menikmati ganti rugi terhadap perusahaan
tersebut, asalkan dia merupakan pemegang saham pada saat putusan dijatuhkan. Hal ini
disebut sebagai persyaratan klasik, karena ketentuan tersebut sudah banyak ditinggalkan,
Istilah derivative action lahir pertama kali di Amerika Serikat dalam putusan
perkara Wallersteiner v. Moir (No.2) di tahun 1975 yang dijatuhkan oleh Court of
Appeal. Kata tersebut mengandung arti :”the individual shareholder is enforcing a right
which is not his or hers but rather is derived from the company. Deskripsi tersebut telah
_
35
Munir Fuadi, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas, (Bandung : CV. Utomo, 2005), hal.
255
36
Ibid, hal. 255. American Law Institute, Principle of Corporate Governance and Structure
Section 7.02 (a) (ii) (Tent. Draft No. 1, 1982) permits suit by noncontemporaneous owners as long as they
purchased before disclosure of the wrong.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Court Rules) sebagai : began by write by one or more share holder of the company
where the cause of action is vested in the company and relief is accordingly sought on
its behalf. Ini berarti dalam derivative action, seorang atau lebih pemegang diberikan
hak untuk bertindak untuk dan atas nama perseroan melakukan tindakan hukum dalam
bentuk pengajuan suatu gugatan terhadap anggota. Direksi perseroan yang telah
melakukan pengajuan terhadap fiduciary duty. Derivative action ini berbeda dari
gugatan perorangan yang diajukan oleh satu atau lebih pemegang saham untuk
tersebut, ada beberapa perbedaan lainnya antara gugatan pribadi pemegang saham
dengan derivative action. Derivative action dapat dilakukan oleh setiap pemegang
saham tanpa memperhatikan apakah suatu tindakan yang digugat, yang dilakukan oleh
anggota Direksi perseroan yang melanggar fiduciary duty, telah dilakukan sebelum ia
menjadi pemegang saham dalam perseroan, selama dan sepanjang tindakan yang
pribadi pemegang saham hanya dapat dilakukan terhadap tindakan anggota Direksi yang
action hanya dapat dilaksanakan dan secara penuh di pengadilan jika hal tersebut
_
37
Gunawan Wijaya, Op. Cit., hal. 43-44
38
Ibid, hal. 44
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Agar dapat diakui sebagai derivative action, setiap gugatan yang diajukan oleh
pemegang saham untuk dan atgas nama perseroan harus memenuhi beberapa syarat,
yaitu :
bentuk derivative action jika yang digugat adalah tindakan atau perbuatan anggota
(ordinary resolution).
anggota Direksi perseroan Direksi tersebut adalah tindakan atau perbuatan yang
tidak dapat disahkan oleh RUPS Perseroan (karena merupakan tindakan yang
jika anggota Direksi yang melakukan tindakan atau perbuatan yang melanggar
fiduciary duty tersebut adalah anggota Direksi yang dominan dan memegang
kendali dalam perseroan dan dalam hal tertentu telah disetujui oleh sebagian besar
perseroan itu sendiri sebagai akibat dari gugatan untuk dan atas nama perseroan oleh
salah satu atau lebih pemegang saham yang tidak puas dengan tindakan salah satua tau
lebih anggota Direksi perseroan yang menurut pertimbangan pemegang saham tersebut
tidak sesuai dengan kepentingannya. Ada tiga hal yang secara umum dapat dikatakan
_
39
Ibid, hal. 44-45
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
sebagai pengecualian dari pengesahan tindakan atau perbuatan anggota Direksi yang
melanggar fiduciary duty yang dilakukan oleh suara mayoritas biasa dalam suatu RUPS.
suatu RUPS
untuk dan atas nama serta mewakili perseroan belum tentu benar-benar mewakili
independen dalam perseroan. Hal yang terakhir ini dianggap lebih dapat
_
40
Ibid, hal. 45-46
41
Ibid, hal. 46
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
adalah keputusan RUPS yang dilakukan “Bona fide for the company as a
dikatakan bahwa RUPS berhak untuk mengesahkan setiap tindakan atau perbuatan
Direksi yang melanggar fiduciary duty. Namun demikian tidak semua tindakan atau
perbuatan Direksi yang melanggar fiduciary duty yang dapat disahkan RUPS
3) Mengambil alih harta kekayaan minoritas. Ini dapat terwujud melalui mekanisme
judgement rule merupakan pembelaan kepada para Direksi karena prinsip ini
menekankan bahwa para anggota Direksi tidak dapat dibebani tanggung jawaba tas
akibat-akibat yang timbul karena telah diambilnya suatu pertimbangan bisnis (business
itu keliru, kecuali dalam hal-hal tertentu. Selanjutnya business judgement rule
_
42
Ibid, hal. 48
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
“a presumption that in making a business decision, the directors of corporation and on
an informed basis in good faith and inthe honest belief that the action was taken in the
Tentu saja tidak semua keputusan dan kebijakan Direksi dapat berlindung
dengan alasan pertimbangan bisnis sehingga dapat dilindungi oleh rule ini. Di Amerika
pertimbangan anggota Direksi tidak dapat diganggu gugat kecuali apaila pertimbangan
yang mengambil alih pertimbangan telah menimbulkan kerugian bagi perseroan, tidak
dilindungi oleh business judgement rule, jika kerugian tersebut sebagai akibat kelalaian
anggota Direksi dari tuntutan tanggung jawab pribadi yang berbunyi sbb:
_
43
Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit., hal. 101
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
2) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
3) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tersebut. 44
sebagai intermediari antara pihak yang surplus dana kepada pihak yang defisit. Didalam
a. Bank Umum ;
Dalam tesis ini pembahasan difokuskan pada bank umum saja, karena memiliki
ruang lingkup usaha yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan BPR. Ruang
_
44
Pasal 97 ayat (5) Undang-Undang PT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito
dengan itu;
b. Memberikan kredit
d. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
e. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh Bank yang masa berlakunya
f. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih
i. Obligasi
k. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun:
nasabah ;
m. Menempatkan dana pada, peminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada
Bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
n. Menerima pembayaran dari tagihan atas ruat berharga dan melakukan perhitungan
kontrak;
q. Melakukan penempatan dana dari suatu nasabah kepada nasabah lainnya dalam
r. Melakkan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;
t. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank sepanjang tidak
berlaku. 45
Dari luasnya cakupan usaha perbankan tersebut tergambar bahwa hamp;ir semua
kegiatan ekonomi dan transaksi keuangan akan melibatkan Bank. Oleh karena
kedudukan Bank sangat penting dan menyangkut hajat hidup masyarakat luas, maka
harus ada lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatannya. Lembaga yang
mengatur perbankan biasanya disebut dengan Bank Sentral dan di Indonesia peran Bank
sentral itu dilakukan oleh Bank Indonesia, sebagaimana yang ditetapkan oleh Undang-
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran;
Oleh karena fungsi dan kedudukan perbankan sangat penting dan strategis,
maka Bank Indonesia mengaturnya dengan sangat ketat (highly regulated), sebab
Hal ini sudah terbukti ketika terjadinya krisis perbankan yang akhirnya mengakibatkan
krisis moneter pada tahun 1998 yang lalu. Begitu banyak peraturan dan ketentuan yang
sudah dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tetapi untuk keperluan tesis ini akan
Dunia usaha adalah dunia yang penuh dengan risiko, sehingga sebaik apapun
tindakan ataupun keputusan yang diambil Direksi untuk kepentingan Perseroan, tetap
saja mengandung risiko. Terutama usaha di bidang perbankan memiliki risiko yang
lebih banyak jenisnya dibanding dengan jenis usaha lain. Untuk memperjelas apakah
yang dimaksud dengan risiko itu Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (BSMR)
Definisi tersebut menyatakan bahwa risiko terkait dengan situasi dimana hasil
_
46
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2004
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
negatif dapat terjadi dan besar kecilnya kemungkinan terjadinya outcome tersebut
dapat diperkirakan 47
Definisi ini mengandung pengertian bahwa risiko hanya berkaitan dengan situasi
di mana suatu negative outcome dapat setiap saat terjadi dan bahwa kemungkinan atas
terjadinya kejadian itu dapat diperkirakan (estimated). Banyak peristiwa yang dapat
terjadi yang berimbas pada terjadinya kerugian bagi kegiatan perasional Bank. Hal itu
dapat terjadi kapan saja, menimpa Bank mana saja, dan di mana saja . Peristiwa itu
dapat pula berawal dari dalam diri Bank sendiri atau dari luar Bank. 48 Risiko yang harus
1) Risiko Kredit;
2) Risiko Pasar;
3) Risiko Likuiditas;
4) Risiko Operasional;
5) Risiko Hukum;
6) Risiko Hukum;
7) Risiko Strategik;
8) Risiko Kepatuhan. 49
_
47
Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, Work Book Tingkat I, Global Association of Risk
Professeionals, Dialihbahasakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko, (JakartaL BSMR, 2007), hal.
A-4.
48
Masyhud Ali, Po.Cit., hal. 3
49
Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Bank Indonesia mewajibkan setiap Bank menerapkan Manajemen Risiko secara
efektif di mana Direksi wajib mengawasinya dengan aktif. Ditinjau dari perspektif
4) Membentuk budaya risiko organisasi dengan “menetapkan contoh dari atas” bukan
hanya melalui perkataan, tetapi melalui tindakan dan memperkuat komitmen itu
melalui insentif.
pengembangan berkelanjutan. 50
metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha Bank tetap dapat terkendali
(manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan Bank. Namun
demikian mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas
usaha Bank, maka terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal untuk
_
50
James Lame, Enterprise Risk Management, Panduan Komprehensif bagi Direksi, Komisaris
dan Profesional Risiko, alih bahasa Tim BSMR, (Jakarta: PT. Ray Indonesia, 2007), hal. 53
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
seluruh Bank sehingga setiap Bank harus membangun sistem manajemen risiko sesuai
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
proses manajemen risiko, maka pada tahap awal Bank harus secara tepat
mengidentifikasi risiko dengan cara menganl dan memahami seluruh risiko yang sudah
ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru Bank,
termasuk risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya. 51
pembagian tugas dan tanggung jawab di antara para pihak atau para key players yang
pihak yang berkepentingan atas pengarahan dan pengendalian perusahaan itu meliputi :
Interaksi para pihak tersebut tentunya harus diatur sedemikian rupa sehingga perlu
diciptakan mekanisme pengaturan (rule of game) agar organisasi dapat berjalan dengan
baik, terciptanya rasa kepercayaan, dan jelasnya tugas serta tanggung jawab masing-
_
51
Lihat Juga Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Yang
Merupakan Lampiran Dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/21/DPNP Tahun 2003 Tentang
Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
53
Mashud Ali, Op. cit., hal., 3.34
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
masing pihak. Oleh karena itu, corporate governance juga dapat didefinisikan sebagai
operasional perusahaan. Hal itu juga berlaku bagi Bank, dimana corporate governance
sekaligus juga memfasilitasi terbentuknya struktur yang membantu Bank dalam berbagai
1) perumusan danpenerapan visi dan misi serta tujuan (objectives) yang ingin dicapai
manajemen Bank;
Bank;
6) berupaya melindungi kepentingan khususnya para deposan dan para pemilik sumber
_
53
Ibid.
54
Ibid, hal. 334-335
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Begitu pentingnya penerapan Corporate Governance atau di Indonesia lebih
dengan GCG) pada perbankan terutama untuk membangun industri perbankan yang
sehat dan kuat, sehingga Bank Indonesia mewajibkan Bank yang beroperasi di Indonesia
menerapkan GCG melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 tahun
2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta Nomor
tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Peraturan ini
pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG paling
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
7) transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank. 55
Ketentuan Bank Indonesia bersifat memaksa yang tercermin pada sanksi yang
akan dikenakan jika Bank atau pengurus Bank, pemegang saham dan pegawai bank
melanggar aturan yang telah ditetapkan pada ketentuan penerapan GCG ini. Sanksi
1) teguran tertulis;
sementara sampai Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota Koperasi
6) pengurus, pegawai, Pemegang Saham Bank dalam daftar tidak lulus melalui
Salah satu cara untuk mendorong terciptanya sistem perbankan yang sehat
perbankan. Oleh karena itu industri perbankan perlu dikelola oleh pihak-pihak yang
_
55
Pasal 2 PBI no. 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank
Umum.
56
Ibid, BAB XIII, Pasal 69.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
senantiasa memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi serta memenuhi persyaratan
tentang penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) guna mendapatkan
1) Integritas, meliputi ;
berlaku
sehat;
2) Kompetensi, meliputi :
jabatannya;
b) pengalaman dan keahlian dibidang perbankan dan atau bidang perbankan dan
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a) tidak terdapat dalam daftar kredit macet;
b) tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi Direksi atau komisaris yang
1) Lulus
2) Tidak Lulus
penilaian terhadap calon Direksi , yaitu integritas, kompetensi dan reputasi keuangan.
Khusus untuk faktor integritas, Direksi dilarang baik langsung maupun tidak langsung
melakukan berupa ;
ketentuan perbankan;
2) perbuatan menolak memberikan komitmen dan atau tidak memenuhi komitmen yang
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
3) perbuatan yang memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemilik,
pengurus, pegawai, dan atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi
adalah anggota Direksi Bank atau anggota pimpinan Kantor Cabang Bank Asing yang
yang berlaku dan perjanjian serta komitmen dengan Bank Indonesia. 57 Direktur
2) memantau dan menjaga agar kegiatan usaha Bank tidak menyimpang dari ketentuan
yang berlaku;
3) memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
terhadap ketentuan kehati-hatian. Dalam menjalankan tugasnya tersebut, Direktur
hatian yang dilakukan oleh Direktur Kepatuhan juga meliputi ketaatan pada jiwa atau
penyediaan fasilitas lainnya termasuk pemberian jaminan dan bidan treasury. Atas
dasar pengamatan Bank Indonesia selama ini terdapat 5 (lima) ketentuan kehati-hatian
yang sering dilanggar oleh perbankan dan akibat pelanggaran tersebut telah
menyebabkan sejumlah Bank mengalami kesulitan cukup parah. 60 Oleh sebab itu,
maupun penyediaan fasilitas lainnya yang terkena batasan ketentuan BMPK, baik
fasilitas baru maupun tambahan fasilitas serta baik pada debitur terkait dengan Bank
_
59
Materi Presentasi Siti Ch. Fadjrijah (Direktur Pengawasan dan Pembinaan Bank 2) Bank
Indonesia Pada Lokakarya Direktur Kepatuhan Gelombang IV, Jakarta 9 – 10 Agustus 2000.
60
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
(pemilik dan pengurus Bank) maupun debitur lainnya. Perlu diingatkan bahwa yang
kebenaran debiturnya.
a) Jual – beli saham atau modal kerja bagi perusahaan-perusahaan untuk jual beli
saham. Perlu diingatkan bahwa larangan pemberian kredit untuk jual beli saham
Komersial.
Pada saat ini berlaku ketentuan di atas yang mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu ;
yang diterbitkan oleh grup pihak yang terkait dengan Bank, baik penerbitan yang
ini bersifat mutlak tanpa dikaitkan apakah masih terdapat kelonggaran BMPK untuk
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
c) Larangan pembelian dan/atau pemberian jaminan atas surat-surat berharga komersial
yang diterbitkan oleh pihak-pihak lain yang memperoleh rating tergolong dalam
secara sehat yang diatur dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Kredit Perbankan
Hal yang perlu disoroti atau dipantau secara khusus oleh Direktur Kepatuhan dalam
suatu pemberian kredit yang terkait dengan PPKPB meliputi 3 aspek, yaitu ;
a) Kebenaran pihak-pihak yang meminjam uang Bank; yaitu misalnya pihak yang akan
menggunakan dana kredit Bank tersebut adalah grup usaha terkait, maka harus
tercanum secara jelas baik dalam dokumentasi kredit maupun administrasi dan
pelaporannya.
b) Mark-up Kredit, yaitu jumlah kredit Bank tidak dilebihkan jumlahnya dari yang
_
61
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
5) Ketentuan Kehati-hatian dalam Transaksi Valuta Asing.
Yaitu transaksi valas yang dapat menimbulkan risiko yang besar bagi Bank,
meliputi :
a) Ketentuan Posisi Devisa Netto (PDN) atau Net Open Position (NOP)
b) Transaksi Forward
c) Transaksi derivatif. 62
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pendekatan Penelitian
berlak dalam dunia perbankan, sehingga kajian akan didasarkan kepada perundang-
undangan yang berkaitan dengan judul tesis, ketentuan yang diterbitkan oleh Bank
2. Sumber Data
_
62
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. Bahan hukum primer, berupa berbagai peraturan
judul tesis.
pengumpulan data akan dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research)
ilmiah, putusan pengadilan, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan objek
penelitian.
4. Analisis data
rupa sehingga menjadi suatu rangkaian yang sistematis yang akan dipergunakan untuk
membedah dan menganalisis permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini. Dari hasil
analisis yang dilakukan diharapkan akan diperoleh temuan-temuan dan kesimpulan yang
dapat bermanfaat bagi dunia akademis dan juga dapat dipakai oleh para praktisi hukum
dan bisnis.
BAB II
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Bank merupakan bisnis yang berbeda dengan jenis bisnis lainnya karena
produknya ada pada dua sisi yaitu produk penyaluran dana (sisi aktiva neraca) dan
produk penghimpunan dana (sisi pasiva neraca). Di samping itu kegiatan Bank sangat
bersentuhan dengan hajat hidup orang banyak, bahkan krisis perbankan dapat
Indonesia. Kondisi ini tergambar dalam buku “BPPN The End” oleh I Putu Gede Ary
Suta yang menguraikan awal dari krisis perbankan dan moneter. 63 Sebelum krisis di
tahun1997, Bank-Bank begitu gencar mengucurkan kredit. Proyek yang dibiayai tidak
dikaji kelayakannya, ditambah lagi banyak Bank-Bank tersebut yang dimiliki oleh
konglomerat. Tampaknya sudah tidak ada lagi yang mengindahkan kehati-hatian dalam
dalam mengelola Bank pada saat itu seolah-olah ditolerir oleh pemegang
perbankan. Hal ini tercermin pada tingginya tingkat kredit macet yang disalurkan ke
grup atau pihak terkait baik di Bank umum swasta maupun Bank milik Pemerintah.
Akibatnya, semua sektor usaha yang dibiaya Bank macet, Bank kesulitan karena
dananya tidak kembali. Pada akhir tahun 1997, jumlah kredit macet di perbankan
_
63
I Putu Gede Ary Suta dan Soebowo Musa, BPPN The End, (Jakarta : Yayasan Sad Satria
Bhakti, 2004), hal. 11
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
mencapai sekitar Rp.234,1 triliun. 64 Sementara itu, kewajiban Bank terhadap nasabah
Bank mengembalikan uang nasabah semakin berkurang bahkan berhenti, yang akhirnya
Akibat krisis ini banyak Bank yang ditutup dan diambil alih oleh Pemerintah dan
Bank sentral. Bahkan Bank Central Asia (BCA), Bank swasta terbesar di Indonesia saat
itu juga turut diambil alih oleh pemerintah. Inilah yang menyebabkan keterlibatan
pemeritnah untuk memberikan dana talangan bagi Bank-Bank yang tidak lagi dipercaya
nasabahnya, baik karena Bank-Bank ditutup maupiun berubah status menjadi Bank
dalam penyehatan. 65
Oleh karena itu belajar dari pengalaman masa lalu, Direksi dituntut untuk
mengelola Bank dengan prinsip kehati-hatian dan mampu mengelola risiko. Sesuai
a. Risiko merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari bisnis Bank atau yang
b. Risiko bisnis Bank bisa diperkirakan, sehingga Bank wajib membangunn sistem
untuk mengelola risiko (risk control sytem) agar kelangsungan usaha dapat terjaga.
_
64
Ibid, hal. 11
65
Ibid, hal. 12
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
B. Kewajiban mengelola risiko
umum dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 5/8/PBI/2003. Pada Pasal 2 peraturan
mencakup:
melakukan risiko;
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1) evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur
kegiatan usaha Bank, produk, transaksi, faktor risiko, yang bersifat material.
Bank, produk, transaksi, faktor risiko, teknologi informasi dan sistem informasi
e. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian risiko suku bunga, risiko nilai tukar, dan
management (ALMA) 66
Selanjutnya, jenis risiko yang wajib di kelola Bank ada 8 (delapan) jenis yaitu:
_
66
Asset Liabilities Management (ALMA) adalah suatu risk management yang diterapkan oleh
suatu financial institution, termasuk bank.. Di dalam financial risk management ini dicakup risk
assessments dari hampir semua dimensi dalam kegiatan operasional Bank, mulai dari policy setting,
pengendalian atas bank’s repricing dan maturity schedules, pengendalian atas financial hedge positions,
capital budgeting dan internal profitability measuruments, termasuk pula penetapan langkah dan
kebijakan darurat (contingency planning) di mana Bank harus segera melakukan analisis dan tindakan
atas dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari peruahan-perubahan yang terjadi di luar
Bank,seperti perubahan atas tingkat suku bunga, iklim persaingan antar Bank, pertumbuhan ekonomi dan
sebagainya.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Risiko kredit
Risiko kredit yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterplay
fungsional Bank seperti perkreditan (penyediaan dana), treasury dan investasi dan
syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam
atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
aktiva produktif Bank. Bank Indonesia memberikan klasifikasi kualitas kredit dalam lima
kelas, yaitu :
a. lancar
c. kurang lancar
d. diragukan; atau
e. macet. 68
struktur klasifikasi kualitas kredit yang dimiliki suatu Bank sangat menentukan
tingkat kesehatan Bank. Perkreditan suatu Bank dikategorikan sehat bila Bank tersebut
memiliki ratio Non Performing Loan (NPL) lebih kecil dari 5 %. Rasio Non Performing
_
67
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP, 29 September 2003 perihal
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, hal. 19
68
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005, tanggal 29 Januari 2005, tentang Penilaian
Kualitas Aktivita Bank Umum.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Loan adalah perbandingan antara kredit lancar dengan jumlah kredit kurang lancar,
investasi atas surat berharga. Khusus untuk investasi pada surat berharga, Bank dapat
tanggal 30 April 2008, tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia no.10/19/DPNP, tanggal 30 April 2008, tentang Lembaga dan Peirngkat yang
Diakui Bank Indonesia
_
69
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tanggal 12 April 2004, tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP, tanggal
31 Mei 2004, tentang system Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
*) Keterangan : Setiap Lembaga Pemeringkat memberikan peringkat investasi yang menggambarkan tingkat risiko surat
berharga dengan simbol-simbol tertentu. Bank Indonesia menyatarakan masing-masing simbol seperti y
ang tertera yang artinya simbol-simbol tersebut memiliki tingkat risiko yang setara.
risk tolerance Bank terhadap risiko. Kalau peringkat ini tidak menjadi ukuran dalam
melakukan investasi surat berharga maka Bank akan kesulitan untuk memilih surat
berharga yang layak untuk dibeli. Dengan perkataan lain bahwa sebelum melakukan
investasi terhadap surat berharga, Bank wajib melakukan analisis yang mendalam
yang mungkin harus ditanggung Bank dan besarnya penyisihan penghapusan aktiva
simpan sampai tanggal jatuh temponya (hold to maturity) dan berapa lama jangka
waktunya, atau akan diperdagangkan setiap saat. Hal ini penting karena akan
2. Risiko pasar
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Risiko pasar yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel besar
(adverse movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank, yang dapat merugikan
Bank. Variabel pasar dari suku bunga dan nilai ukur termasuk derivasi dari kedua jenis
risiko pasar tersebut yaitu perubahan harga options. 70 Risiko pasar merupakan risiko
yang harus dipantau dengan cermat karena memiliki volitality yang cepat mengikuti
kondisi pasar yang berubah dalam hitungan detik perdetik. Untuk perbankan di Indonesia
biasanya risiko pasar ini melekat pada portofolio berupa investasi pada surat berharga
3. Risiko Likuiditas
Yaitu risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi kewajiban
yang telah jatuh waktu. Ditinjau dari sudut kepada siapa kewajiban tersebut harus
a. Bank Indonesia, yaitu penyediaan sejumlah dana di rekening Bank Umum yang ada di
Bank Indonesia atau yang dikenal dengan kewajiban menyediakan Giro Wajib Minimum
(GMW). 71
b. Internal bank, yaitu untuk memenuhi kewajiban untuk internal baik sepert pembayaran
_
70
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP, 29 September 2003 Lampiran I
Surat Edaran bank Indonesia No.5/21/DPNP, 29 September 2003, Op. Cit., hal. 27
71
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/51/PBI/2004, tanggal 28 Juni 2004, tentang giro wajib
minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valuta asing. Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7./29/PBI/2005, tanggal 6 September 2005, tentang perubahan atas peraturan Bank Indonesia
Nomor 6/15/2004 tentang giro wajib minimum Bank umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan
Valuta Asing. Peraturan bank Indonesia Nomor : 7/49/PBI/2005, tanggal 29 November 2005, tentang
perubahan kedua atas Peraturan Bank Indoensia Nomor 6/15/PBI/2004 tentang giro wajib minimum Bank
Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
7/54/DPNP tanggal 29 November 2005, tentang Giro Wajib minimum Bank Umum pada Bank Indonesia
dalam Rupiah dan Valuta Asing.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
c. Nasabah, yaitu pemenuhan kewajiban kepada para deposan untuk menarik dana
a. Risiko likuiditas pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu melakukan
offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak
b. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena Bank tidak mampu
4. Risiko operasional
Risiko operasional yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidak
cukupan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
a. Dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan
b. Dapat melekat pada setiap aktivitas fungsional Bank, seperti kegiatan perkreditan
(penyediaan dana), treasury dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan,
_
72
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP, 29 September 2003 Lampiran 1
Surat Edaran Bank Indonesia NO.5/21/DPNP, 29 September 2003, Op. Cit., hal. 36
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi
Risiko ini memiliki cakupan yang sangat luas karena dapat terjadi dalam berbagai
a. People risk, risiko operasional yang diakibatkan oleh faktor manusia berupa
b. Proses risk, yaitu tidak / kurang berfungsinya proses internal Bank. Risiko ini akan
pegawai dan tingginya fraud. Oleh karena itu Bank harus senantiasa melakukan review
terhadap Standar Operasional dan Prosedurnya untuk menilai apakah masih mampu
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
operasional dengan jenis risiko ini karena akan menyebabkan Bank menderita kerugian
yang cukup besar. Kalaupun Bank berupaya melakukan pengendalian, akan memerlukan
biaya yang cukup tinggi. Sedangkan untuk jenis risiko dengan ciri nomor “d”, sebaiknya
diabaikan karena kerugiannya yang tidak material. Sehingga yang harus menjadi
perhatian Bank adalah jenis risiko dengan ciri-ciri nomor “b” dan “c”. 76
5. Risiko Hukum
Risiko hukum yaitu yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan
dipebuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. 77
6. Risiko Reputasi
Yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang terkait
dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank. 78 Risiko ini bisa
disebabkan oleh dampak dari kegagalan Bank mengatasi 7 (tujuh) risiko lainnya. Sebagai
contoh; Bank yang tidak menerapkan prinsip mengenal nasabah (know Your Customer
Principle), akan mudah dipakai oleh para teroris dan kriminal lainnya untuk mencuci
_
76
Ibid.
77
Lampiran 1 Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP, 29 September 2003 Lampiran I
Surat Edaran Bank Indonesia No. 5/21/DPNP, 29 September 2003, Op.Cit, hal 46
78
Ibid, hal 49
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
uang hasil kejahatannya. Rumor ini akan berkembang di masyarakat dan sebagai
akibatnya citra Bank tersebut menjadi negatif. Masyarakat akan takut untuk menyimpan
uangnya di Bank tersebut karena khawatir pada suatu saat pihak yang berwenang akan
mencabut izin Bank tersebut. Disamping mengelola risiko yang ada agar tidak
memberikan dampak kepada peningkatan citranya. Apalagi Bank adalah bisnis yang
7. Risiko Strategik
Antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi Bank yang
tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya
untuk membuka kantor cabang baru di suatu daerah. Sebelum melakukan pembukaan
kantor cabang, bank harus melakukan analisa kelayakan dari berbagai aspek dan
(RKAT). Kebijakan ini mengandung risiko bila kelak setelah kantor cabang di
_
79
Ibid, hal.50.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
operasionalkan, ternyata tidak mencapai target yang sudah ditetapkan dalam RKAT.
Kesalahan strategik dalam skala yang lebih besar akan menggerus modal Bank.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan Bank tidak memiliki atau tidak melaksanakan peraturan
Bank didalam mengelola risiko ini akan mengakibatkan Bank terbelit masalah hukum
yang tentunya memerlukan biaya besar disamping juga akan mengganggu operasional
mengakibatkan Bank dijatuhi denda dan penurunan tingkat kesehatan Bank atau yang
_
80
Ibid, hal.52
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB III
umum berupa: Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perusahaan Daerah. Khusus dalam
tulisan ini akan dibahas mengenai Bank umum yang berbentuk hukum Perseroan
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memerlukan suatu sistem dan organ yang
melaksanakan dan mewujudkan visi, misi dan program kerjanya. Di dalam Undang-
undang Perseroan Terbatas (UUPT), ditentukan bahwa organ perseroan terdiri atas
memahaminya berikut ini akan diuraikan tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung
jawab masing-masing organ perseroan tersebut berdasarkan UUPT, anggaran dasar dan
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau
anggaran dasar. Salah satu kewenangan absolut RUPS adalah mengangkat dan
Oleh karena prinsip pola hubungan RUPS dan Direksi adalah fiduciary, maka
RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan
Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-undang ini dan / atau anggaran
dasar. 82 Beberapa wewenang RUPS yang tidak diberikan kepada Direksi berdasarkan
UUPT adalah :
melalui RUPS. Mengenai substansi wewenang yang akan dibatasi tersebut sangat
_
81
Pasal 94 ayat (1) dan Pasal 105 ayat (1) UUPT serta penjelasannya
82
Pasal 75 ayat (1) dan ayat (2) UUPT
83
Pasal 102 ayat (1) UUPT, juga dijelaskan bahwa kekayaan perseroan tersebut merupakan lebih
dari 50 % (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik
yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
84
Pasal 104 ayat (1) UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
bobot wewenang tersebut terhadap kelangsungan usaha bila disalah gunakan dan
berkaitan dengan perseroan dari Direksi dan / atau Dewan Komisaris, sepanjang
berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan
Perseroan.
2. Dewan Komisaris
mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi. 86
Pengawasan dan pemberian nasehat dilakukan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan. 87 Oleh karena itu Dewan Komisaris harus
pengawas. Beberapa instrumen yang dapat digunakan oleh Dewan Komisaris untuk
periodik.
_
85
Pasal 111 ayat (1) UUPT
86
Pasal 108 ayat (1) UUPT
87
Pasal 108 ayat (2) UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Mengevaluasi laporan hasil temuan pengawas internal dan eksternal, memberikan
penyelesaiannya.
mengawasi pelaksanaannya. 89
Dewan Komisaris yang terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang anggota merupakan
majelis dan setiap anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak sendiri-sendiri,
Dalam pasal 117 ayat 1 disebutkan bahwa dalam anggaran dasar dapat ditetapkan
bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu. Selanjutnya dalam
adalah memberikan persetujuan secara tertulis dari Dewan Komisaris. Sedangkan yang
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Pemberian persetujuan atau bantuan oleh Dewan Komisaris kepada Direksi
diberikan kepada Direksi sepanjang hal itu diatur dalam anggaran dasarnya, tetapi
wewenang eksekusinya tetap berada di tangan Direksi. Tujuannya adalah sebagai proses
pengawasan pada hal-hal tertentu yang dianggap sangat krusial dan memiliki risiko
tinggi. Ketentuan ini juga mewajibkan bentuk persetujuan harus tertulis, yang bisa
harus ada alasan dan analisa yang mendukung disetujuinya usulan tersebut. Alasan dan
usulan tersebut nantinya akan berguna sebagai dasar untuk menilai apakah seorang
Komisaris bersalah atau tidak jika kelak akibat keputusan tersebut perseroan menderia
kerugian.
bantuan yang dapat ditafsirkan hanya bersifat sukarela, di mana wewenangnya ada pada
Direksi. Untuk pemberian bantuan ini, Dewan Komisaris tidak bertanggung jawab
berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan Komisaris juga wajib mempunyai
Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah bertugas memberikan nasehat dan
saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai dengan prinsip
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
3. Direksi
Sesuai dengan definisi yang diberikan oleh UUPT, Direksi adalah orang
untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar.
a. Tugas Direksi
dimiliki oleh pihak yang melakukan perbuatan hukum tersebut. Kewenangan ini oleh
2) Kapasitas sebagai pemegang kuasa yang bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa;
3) Kapasitas untuk bertindak dalam jabatan yang dalam hal ini bertindak selaku yang
dihubungkan dengan konsekuensi hukum dan tidak terpenuhinya syarat subjektif sahnya
berlaku mengancam setiap perbuatan hukum yang tidak memenuhi syarat subjektif ini
dengan ancaman batal (dapat dibatalkan) setiap saat, selama masa daluwarsa masih
belum terlewati dan atau dalam hal perjanjian ini tidak diratifikasi lebih lanjut. Dalam
_
92
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaya, seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, (Jakarta :
Rajawali Pers, 1999), hal. 118
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
kitab Undang-undang Hukum Perdata, hak untuk membatalkan perjanjian yang
hukum dalam kapasitas untuk bertindak dalam jabatan yang dalam hal ini bertindak
persyaratan, yaitu :
1) Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum dan dalam
a) Dinyatakan pailit
b) Menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
c) Dihukum karena melakukan tindakan pidana yang merugikan keungana negara dan/atau
2) Lulus fit and proper test oleh Bank Indonesia untuk Direksi Bank. 95
_
93
Gunawan Wijaya, Op. Cit., hal. 75., Lihat juga ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata.
94
Pasal 93 ayat (1) UUPT
95
Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/25/PBI/2003, tanggal 10 November 2003.
96
Pasal 94 ayat (1) & ayat (3) UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Direksi menjalankan pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan
sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan. Ketentuan ini menugaskan Direksi untuk
mengurus Perseroan yang, antara lain meliputi pengurusan sehari-hari dari Perseroan.
tepat, dalam batas yang ditentukan dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang
dan/atau anggaran dasar. Sedangkan yang dimaksud dengan “kebijakan yang dipandang
tepat “adalah kebijakan yang antara lain didasarkan pada keahlian, peluang yang
1) Menyusun Rencana Kerja jangka pendek yang lazim di sebut sebagai Rencana Kerja
dan Anggaran Tahunan (RKAT), Rencana Kerja jangka menengah (Rencana Bisnis
berjangka waktu 3 – 5 tahun) dan Rencana Kerja jangka panjang yang berjangka waktu
di atas 5 (lima) tahun. Rencana kerja ini harus disesuaikan dengan visi dan misi
perusahaan yang telah ditetapkan oleh pendiri perusahaan tidak boleh hanya ditentukan
2) Menyusun Standar Operasional dan prosedur disemur lini kegiatan perusahaan sebagai
3) Mengelola risiko agar Perseroan tidak mengalami kerugian yang dapat mengancam
kelangsungan usaha;
_
97
Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) UUPT beserta penjelasannya
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
4) Menerapkan GCG. Banyak literatur yang menjelaskan mengenai GCG tetapi khusu
untuk Bank Umum telah ada peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang
penerapan GCG. tetapi khusus untuk Bank Umum telah ada peraturan Bank Indonesia
pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling
Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, pembagian
keputusan RUPS. Jika RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang
anggota Direksi maka Direksi harus mengatur pembagian tugas dan wewenang
pengurusan Perseroan memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan. Oleh karena itu,
apabila RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota Direksi,
sekurang-kurangnya untuk ;
_
98
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006, tentang Pelaksanaan
Good Corporate Governance bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/2006 tentang
perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Goog Corporate
Governance.
99
Pasal 92 ayat (5) ayat (6) UUPT serta penjelasannya.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1) Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan Bank telah memenuhi
seluruh peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku
2) Memantau dan menjaga agar kegiatan usaha Bank tidak menyimpang dari ketentuan
yang berlaku;
3) Memantau dan menjaga kepatuhan Bank terhadap seluruh perjanjian dan komitmen
wajib mencegah Direksi Bank agar tidak menempuh kebijakan dan/atau menetapkan
keputusan yang menyimpang dari peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-
hukum, perseroan diwakili oleh Direksi. Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1
(satu) orang, yang berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggoa Direksi, kecuali
ditentukan lain dalam anggaran dasar. Undang-undang ini pada dasarnya menganut
sistem perwakilan kolegial, yang berarti tiap-tiap anggota Direksi berwenang mewakili
bahwa Perseroan diwakili oleh anggota Direksi tertentu. Kewenangan Direksi untuk
_
100
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/6/PBI/1999, tanggal 20 September 1999, tentang
penugasan direktur kepatuhan (compliance director) dan penerapan standar pelaksanaan fungsi audit
intern umum.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
mewakili Perseroan adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain
Agar jiwa kolegial yang dianut oleh Undang-undang ini tidak hilang, maka
setiap pengambilan keputusan harus dilakukan secara kolegial agar ada process check
and balance. Setelah keputusan diambil secara kolegial , maka salah seorang Direksi ,
biasanya Direktur Utama, akan mewakili Perseroan untuk bertindak untuk dan atas
anggota Direksi yang memiliki wewenang absolut di dalam menjalankan tugasnya. Hal
penuh tanggung jawab. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara
pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai
menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan. Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua)
anggota Direksi atau lebih, tanggungjawab berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
_
101
Pasal 98 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UUPT serta penjelasannya
102
Pasal 97 ayat (1), ayat (2), ayat (3) UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Ketentuan mengenai pertanggungjawaban Direksi yang bersifat pribadi dan
wewenang absolut atau pengambil keputusan tertinggi dalam menjalankan roda operasi
Perseroan. Lalu sebagai apakah Direktur Utama dalam perseroan ? Bagaimana kalau
koordinator Direksi. Oleh karena itu, kriteria untuk menjadi seorang Direktur Utama
menjadi lebih berat, tidak hanya sekedar memenuhi syarat legalitas yang ditentukan oleh
UUPT dan peraturan lainnya, tetapi harus mampu merefleksikan dirinya sebagai seorang
3) Menguasai pekerjaan
4) Memiliki visi;
perbankan Indonesia juga diatur dalam ketentuan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum. Setiap kebijakan dan keputusan strategis wajib diputuskan melalui rapat
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Hasil rapat Direksi tersebut wajib
dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan secara baik. Jika terjadi
perbedaan pendapat (dissenting opinions) dalam rapat Direksi, maka wajib dicantumkan
secara jelas dalam notulen rapat beserta alasan perbedaan pendapat tersebut. 103 Adanya
independen baik terhadap pihak di luar Direksu maupun terhadap anggota Direksi
lainnya.
Sedangkan untuk mendapatkan anggota Direksi yang dapat bekerja sama atau
memiliki teamwork yang harmonis, maka peran fit and proper test mutlak diperlukan
sebelum seorang diangkat menjadi anggota Direksi. Untuk menilai apakah calon
Direksi dapat bekerjasama dalam satu tim, maka dinilai melalui beberapa aspek antara
lain visi, rencana kerja, cara pandang dan pemikiran oleh masing-masing kandidat
Direksi. Calon-calon Direksi yang memiliki kesamaan, kesejalanan dan saling bersinergi
pada hal-hal tersebut adalah mereka yang bisa bekerjasama. Dengan demikian
sebagaimana dijelaskan pada Pasal 97 ayat (1) yang menyatakan bahwa Direksi
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan
_
103
PBI NO.8/4/PBI/2006, Pasal 35 ayat (5)
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Sedangkan di pasal 97 ayat (2) UUPT menetapkan bahwa setiap anggota Direksi
wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab melaksanakan pengurusan tersebut.
secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sendiri. 104
Di dalam penjelasan Pasal 97 ayat (2) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Namun perlu ditekankan bahwa kewajiban utama dari Direksi adalah kepada
perusahaan secara keseluruhan bukan kepada pemegang saham baik secara individu
maupun kelompok sesuai dengan posisi seorang Direksi sebagai trustee dalam
perseroan. 105
kepercayaan yang telah diberikan kepadanya yang dapat dilihat pada Pasal 97 ayat (3)
yang menyatakan bahwa setiap anggota bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 97 ayat (2) 106 . Proporsi tanggung
jawab adalah bersifat tanggung renteng jika Direksi terdiri dari dua orang atau lebih
sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 97 ayat (4) bahwa dalam hal Direksi terdiri
atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.
_
104
Pasal 97 ayat (2) UUPT
105
Janet Dine, Company Law (London : Sweet & Maxweel, 1998), hal. 182
106
UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
UUPT menganut prinsip good faith (itikad baik), yang dapat dilihat pada Pasal
untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. 107
Sehingga ukuran itikad baik ada tiga, yaitu keputusan dan kebijakan Direksi harus :
Prinsip good faith (itikad baik) ini sulti dicapai jika ada konflik kepentingan,
oleh karena itu UUPT ini juga mengatur bagaimana jika terdapat benturan kepentingan
yaitu pada pasal 99 ayat (1), yang mengatur bahwa anggota Direksi tidak berwenang
bersangkutan; atau
Perseroan;
Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak
perseroan;
_
107
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan
c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan
lain yang lebih rinci dan bersifat preventif yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan
a. Jumlah anggota Direksi paling kurang 3 (tiga) orang, ketentuan ini dimaksudkan jika
terjadi perbedaan pendapat dalam pengambilan keputusan maka dapat dilakukan voting
b. Direksi dipimpin oleh Presiden Direktur atau Direktur Utama. Namun demikian,
pekerjaan menjadi tanggung jawab Direktur Utama dan harus mendapat persetujuannya;
c. Presiden Direktur atau Direktur Utama wajib berasal dari pihak yang independen
dapat terjaga;
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
d. Anggota Direksi dilarang merangkap jabatan sebagai anggota Dewan Komisaris,
Direksi atau Pejabat Eksekutif pada Bank, perusahaan dan/atau lembaga lain.
Disamping untuk menghindari Direksi dari benturan kepentingan, ketentuan ini juga
baik untuk menjaga agar Direksi fokus untuk mengelola Bank karena mengelola Bank
memang harus dilakukan dengan serius, hati-hati serta fokus, mengingat tingginya risiko
saham melebihi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal disetor pada Bank/atau
pada suatu perusahaan lain. Ketentuan ini untuk menantisipasi penyaluran kredit atau
f. Mayoritas anggota Direksi dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan
derajat kedua dengan sesama anggota Direksi dan/atau dengan anggota Dewan
1) Kepemilikan sahamnya, baik pada Bank yang bersangkutan maupun pada Bank dan
2) Hubungan keluarga dan hubungan keluarga dengan anggota Dewan Komisaris; anggota
_
108
Pasal 101 ayat (1) UUPT juga menyebutkan bahwa anggota Direksi wajib melaporkan kepada
perseroan mengenai saham yang dimiliki oleh anggota Direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya
dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Ayat (2) menyatakan
anggota Direksi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
menimbulkan kerugian bagi perseroan, bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian perseroan tersebut.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
h. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan Bank untuk kepentingan sendiri, keluarga,
dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan Bank;
i. Anggota Direksi dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari Bank,
selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS;
Indonesia. 109
Sedangkan untuk melihat apakah suatu keputusan dan kebijakan Direksi akan
mendekatkan perseroan kepada visinya dapat dilihat dari 4 (empat) perspektif dengan
yang dipilih tersebut merupakan alat bagi pimpinan perusahaan untuk berkomunikasi
kepada karyawan dan pihak luar dan juga mengarahkan hasil yang akan dicapai agar
Empat persepsktif itu adalah pelanggan, proses internal, proses pembelajaran dan
_
109
Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
Bagi Bank Umum, tanggal 30 Januari 2006, dan Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tentang
Perubahan atas Peraturan bank Indonesia Nomr 8/14/PBI/2006
110
Paul R.Niven, Balanced Scorecard step by step; Maximizing Performance and Maintaining
Results, (New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2006), hal. 13
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. Perspektif Pelanggan, ketika kita berbicara mengenai perspektif pelanggan, maka
Direksi harus menentukan siapa target pasar perseroan, value apa yang dipakai untuk
melayani pelanggan, dan apa yang diharapkan pelanggan dari perseroan. Sehingga
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
diperbaiki untuk terus bisa meningkatkan value kepada pelanggan dan juga kepada
pemilik.
c. Perspektif proses pembelajaran dan peningkatan ketrampilan karyawan, aspek ini sangat
d. Perspektif keuangan, adalah ukuran yang sangat penting dalam sistem balanced
scorecard, khususnya pencapaian laba perseroan. Tujuan dan ukuran dalam perspektif
ini akan mencerminkan apakah eksekusi strategi perseroan, yang telah ditetapkan pada
yang berada di luar kewenangannya. Sebagaimana yang telah diuraikan terdahulu bahwa
ada wewenang RUPS yang tidak diberikan kepada Direksi. Ada pula wewenang RUPS
_
111
Ibid, hal. 14 – 16
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
diluar wewenangnya Direksi wajib memohon persetujuan dari RUPS atau Dewan
Komisaris.
Direksi juga dilarang melakukan perbuatan hukum yang tidak sejalan dengan
maksud dan tujuan perseroan, di samping itu juga harus memperhatikan kelaziman
praktek dalam dunia usaha yang sejenis sebagaimana yang tergambar pada Pasal 92
Dengan kata lian, apabila perseroan melakukan kegiatan di luar ruang lingkup
maksud dan tujuannya atau dalam teori hukum Perseroan disebut tindakan ultra vires,
maka perseroan tersebut, melalui Direksinya telah melakukan perbuatan yang ilegal.
Walaupun UUPT tidak menegaskan konsekuensi hukum yang dapat timbul jika
ketentuan Pasal 92 ayat (1) dan (2) dilanggar, tetapi dapat ditafsirkan bahwa perbuatan
hukum yang dilakukan Perseroan bertentangan dengan maksud dan tujuan Perseroan,
kelaziman dalam dunia yang sejenis, batal demi hukum atau dapat dibatalkan oleh
hakim. Apabil abatal demi hukum, maka sejak semula transaksi itu tidak mempunyai
kekuatan hukum atau tidak sah, sedang apabila dibatalkan oleh hakim, maka transaksi
itu menjadi tidak mengikat bagi para pihak sejak putusan hakim dijatuhkan.
Berikut ini diuraikan tentang dan pandangan yang berkaitan dengan doktrin ultra
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Public document rule
public dokument rule atau doctrine of cousntructive’s notice. Doktrin ini didasarkan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia dan didaftarkan dalam
Daftar Perusahaan), semua mereka yang berhubungan dengan suatu perseroan dianggap
sudah memeriksa dokumen-dokumen perseroan, dan oleh karena itu dianggap telah
rbankan, selain anggaran dasar, ketentuan yang mengatur Bank scara umum seperti yang tercantum dalam
Perbankan, Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia harus juga dicermati dan dipatuhi. 113
ng-Undang Perbankan telah mengatur jenis usaha yang boleh dilakukan oleh Bank Umum. Setiap pihak yang
nis dengan Bank/Perseroan dianggap sudah mengetahui bidang usaha apa saja yang boleh dilakukan Bank. Jika
di luar bidang-bidang yang telah ditentukan Undang-Undang ini, maka Bank/Perseroan melalui Direksinya dapat
kegiatan ultra vires. Dengan demikian, pihak lain yang berhubungan dengan Bank/Perseroan tidak dapat lagi
kepada hakim, jika transaksi yang dilakukan oleh Bank dinyatakan batal demi hukum, atau dibatalkan oleh
n bahwa transaksi itu telah dilakukan oleh Bank/Perseroan dengan melanggar asas ultra vire.
_
112
Sutan Remi sjahdeni, Op. Cit., hal. 103-104
113
UU Perbankan No.7 tahun 1992 dan No.10 tahun 1998, Peraturan Bank Indonesia serta surat
Edaran Bank Indonesia mengatur tentang jenis usaha yang boleh dilakukan serta kegiatan –kegiatan yang
dilarang dilakukan oleh Bank.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Sebagaimana telah dikemukakan tertahulu, berdasarkan public documents rule,
semua orang yang melakukan transaksi dengan suatu perseroan dianggap telah
mengetahui isi anggaran dasar perseroan tersebut. Namun bekerjanya public documents
asas tersebut, karena dokumen-dokumen itu tidak mengungkapkan hal-hal tertentu yang
seyogianya dipenuhi bagi sahnya tindakan Direksi, atau transaksi Perseroan yang
dilakukan dengan pihak luar. Hal-hal yang tidak mungkin diketahui oleh pihak luar
2) Apakah mereka yang menyatakan dirinya berhak bertindak sebagai (para) Direktur
4) Apakah RUPS atau rapat Direksi telah diselenggarakan memenuhi kuorum yang
ditentukan ?
mestinya ?
6) Apakah keputusan Direksi yang diambil telah diteruskan oleh Direksi kepada pihak-
pihak yang perlu mengetahui dan atau terhadapnya berlaku keputusan itu? 114
_
114
Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit., hal. 104
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
adalah putusan pengadilan Inggris dalam perkara Royal British Bank vs Turquand (1856), pihak luar dapat
rak yang dibuatnya dengan suatu perseroan adalah sah dan mengikat, sekalipun terdapat kekurangan yang
n anggota Direksi yang bersangkutan. Asas yang ditetapkan dalam putusan pengadilan Turquand’s Case itu
ungi seseorang yang beritikad baik melakukan transaksi dengan suatu perseroan, dan yang tidak mengetahui
-syarat intern perseroan yang diperlukan bagi manajemen untuk melakukan transaksi dengan pihak luar tidak
u berhak untuk menganggap bahwa semua hal yang menyangkut pengurusan internal dan prosedur yang
garan dasar perusahaan telah dipenuhi. Asas yang diterapkan dalam Turquand’s Case itu disebut the indoor
_
115
Ibid. Berdasarkan putusan pengadilan Inggris dalam Perkara Royal British Bank vs Turquand
(1856), pihak luar dapat mengklaim bahwa kontrak yang dibuatnya dengan suatu perseroan adalah sah
dan mengikat, sekalipun terdapat kekurangan yang menyangkut kewenangan anggota Direksi yang
bersangkutan. Asas yang ditetapkan dalam putusan pengadilan dalam Turquand’s case itu bertujuan
untuk melindungi seorang yang beritikad baik melakukan transaksi dengan suatu perseroan, dan yang
tidak mengetahui kenyataan bahwa syarat-syarat intern perseroan yang diperlukan bagi manajemen untuk
melakukan transaksi dengan pihak luar tidak dipenuhi. Pihak ketiga itu tidak disyaratkan meneliti untuk
memastikan bahwa seluruh ketntuan intern perseroan telah dipenuhi. Pihak luar itu berhak untuk
menganggap bahwa semua hal yang menyangkut pengurusan internal dan prosedur yang diharuskan
menurut Anggaran Dasar perusahaan telah dipenuhi. Asas yang ditetapkan dalam Turquand’s case itu
disebut the indoor management rule.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Penulis sependapat bahwa asas the indoor management rule dapat dilakukan,
dengan ketentuan bahwa hal-hal yang umum yang seharusnya di periksa dan patut
Peraturan yang berlak harus dipelajari dan dipatuhi oleh pihak sebelum melakukan
transaksi atau perbuatan hukum lainnya dengan perseroan. Jika pihak lain tidak
melakukan pemeriksaan dan memastikan bahwa transaksi dan tindakan hukum yang
akan dilakukan dengan Perseroan bukan tergolong kegiatan ultra vires, dan kemudian
hari ternyata tidak sesuai dengan anggaran dasarnya misalnya, maka tindakan Direksi
dapat digolongkan ilegal atau melakukan kegiatan ultra vires. Konsekuensinya adalah
perbuatan Direksi itu batal demi hukum atau dapat dibatalkan oleh hakim.
pertanggungjawaban secara pribadi jika melanggar azas fiduciary duty dan/atau ultra
1. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang
1. 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/ 10 (satu
pemeriksaan; ata
ng saham minoritas atas nama pemegang saham memiliki hak untuk mengajukan gugatan derivatif kepada
aris. Tentu saja tidak semua pemegang saham minoritas berhak melakukan gugatan derivatif. Memang masing-
peraturan yang berbeda mengenai hal ini. UUPT yang berlaku di Indonesia hanya mengatur bahwa pemegang
erhak mengajukan gugatan derivatif atas nama perseroan adalah pemegang saham yang mewakili paling sedikit
agian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara melalui pengadilan negari terhadap anggota Direksi dan
UUPT No.40 tahun 2007 tidak menyinggung masalah apakah gugatan dari
existing share holder (pemegang saham saat ini) atau pemegang saham saat kesalahan
di berbagai negara lain, menurut penulis, hati nurani dan rasa keadilannya.jika
_
116
Pasal 138 ayat (1) UUPT
117
Pasal 138 ayat (3) UUPT
118
Pasal 97 ayat (6) dan Pasal 114 ayat (6) UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
pengadilan mengikuti aliran contemporaneous owenership, maka ia akan menolak jika
yang mengajukan gugatan adalah existing share holder yang belum menjadi pemegang
saham pada saat kesalahan tersebut terjadi. Sebaliknya jika hakim tidak menganut
disidangkan. Pemahaman yang terakhir ini dilandasi pemikiran bahwa pihak yang tidak
lagi pemegang saham tidak akan maksimum lagi memperjuangkan hak-hak perusahaan.
tetapi diajukan setelah permohonan terlebih dahulu meminta data atau keterangan
kepada Perseroan dalam RUPS dan perseroan tidak memberikan data atau keterangan
tersebut. 119 Permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentang perseroan
atau permohonan pemeriksaan untuk mendapatkan data atau keterangan tersebut harus
dirinya sendiri, tetapi atas nama perseroan, maka terdapat beberapa karateristik khusus
_
119
Pasal 138 ayat (4) UUPT
120
Pasal 138 ayat (5) UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1. Sebelum melakukan gugatan, sejauh mungkin dimintakan yang berwenang (dalam
hal ini Direksi), untuk melakukan gugatan untuk dan atas nama perseroan sesuai
2. Pihak pemegang saham yang lain sejauh mungkin dimintakan juga partisipasinya
3. Harus diperhatikan juga kepentingan stake holder yang lain, seperti pemegang
saham yang lain, pihak pekerja dan kreditur. Karena itu, bukan hanya pemegang
saham penggugat yang harus didengar oleh Pengadilan. Misalnya, dalam adanya
4. Tindakan penolakan gugatan derivatif berdasarkan alasan ne bis in idem 122 tidak
5. Harus dibatasi bahkan dilarang penerimaan manfaat oleh pemegang saham yang ikut
terlibat dalam tindakan yang merugikan Perseroan terhadap mana gugatan derivatif
diajukan, yakni manfaat dari ganti rugi yang diberikan terhadap gugatan derivatif
tersebut.
_
121
Pasa pasal 97 ayat (7) UUPT disebutkan bahwa ketentuan pada pasal 97 ayat (5) UUPT tidak
mengurangi hak anggota direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajikan gugatan atas
nama perseroan.
122
Istilah Ne Bis In Idem berasal dari bahasa latin yang menurut Saochid Kartanegara berarti
seseorang tidak boleh dituntut terhadap suatu delict (tindak pidana), apabila terhadap delict yang
dilakukannya itu diberi keputusan hakim dan keputusan mana mempunyai kekuatan terakhir atau
seseorang tidak dapat dituntut lagi dalam delict itu juga, karena telah ada keputusan hakim sebelumnya.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
6. Seluruh manfaat yang diperoleh dari gugatan dari derivatif menjadi milik Perseroan
derivatif (termasuk fee lawyer) selayaknya ditanggung oleh pihak Perseroan. 123
Kalau di dalam prinsip fiduciary duty, seorang Direksi dituntut standar prilaku
tertentu dan kewajiban serta tanggung jawab yang harus dipenuhi, maka business
judgement rule sebaliknya adalah suatu pembebasan tanggung jawab pribadi atas
segala kerugian yang terjadi akibat keputusan, tindakan dan periaku bisnis yang
dilakukan oleh Direksi. Dengan adanya business judgement rule memberikan kelegaan
hukum PT. Sepintas ada pertentangan antara prinsip fiduciary duty dengan business
judgement rule, tetapi sebenarnya kedua hal tersebut bersifat komplementer atau saling
melengkapi. Seorang Direksi terbebas dari tanggung jawab Direksi jika ia dapat
fidufiary duty, misalnya telah melakukan duty of care, goodfaith, tidak melanggar
doktrin ultra vires, tidak melakukan gross neglegence dan lain sebagainya.
_
123
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 260-261
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Prinsip business judgement rule juga telah diakomodir dalam UUPT nomor 40
tahun 1997 pada Pasal 97 ayat (5), disebutkan bahwa seorang Direksi bebas dari
2. Telah melakukan pengurusan dengan itikd baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
3. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tersebut.
business judgement rule, namun demikian ada sedikit perbedaan versi dengan ketentuan
judgement rule yang diadopsi oleh UUPT Nomor 40 tahun 2007 jika dibandingkan
Pertama, pada umumnya prinsip business judgement rule hanya berlaku pada
keputusan bisnis saja. Dalam UUPT, prinsip ini berlaku pada “pengurusan perseroan”
yang merupakan aspek yang lebih luas dibandingkan dengan keputusan bisnis. Hal ini
berarti Direksi dapat dibebaskan dari tanggung jawabnya bukan hanya dalam hal
_
124
Bismar Nasution, Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris dalam Pengelolaan Perseroan
Terbatas Bank, disampaikan pada seminar sehari yang diselenggarakan oleh Bank Pembangunan Daerah
Nusa Tenggara Timur, tanggal 02 April 2008, hal. 13
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
keputusan bisnis yang ia ambil, tetapi juga dalam aspek manajemen perusahaan juga
Kedua, tidak ada kejelasan definisi mengenai “kesalahan” dan “kelalaian”. Hal
ini akan mengakibatkan sangat sulit untuk membuktikan bahwa tidak ada unsur
kesalahan atau kelalaian dalam keputusan bisnis atau kepengurusan tanpa parameter
yang jelas tentang apa yang dapt dikategorikan sebagai kesalahan atau kelalaian. Dalam
tersebut. Hal yang sama terjadi dalam hal keputusan bisnis. Dalam iklim usaha yang
semakin kompetitif, tidak jarang Direksi harus mengambil keputusan yang bersifat
keputusan tersebut mengakibatkan kerugian, Direksi dapat dianggap salah atau lalai.
Hal ini sedikit berbeda dengan Negara common law yang pada umumnya tidak
mencantumkan unsur ini dalam bunyi pasalnya. Standar yang dilakukan adalah standar
kewajaran (reasonable) mana pengadilan akan melihat keputusan yang diambil oleh
Direksi dengan melihat apa yang akan dilakukan oleh orang lain yang mempunyai
posisi dan dalam kondisi yang sama. Apabila orang lain tersebut cenderung mengambil
keputusan yang sama, maka keputusan bisnis tersebut dapat dikatakan merupakan
keputusan bisnis yang wajar. Hal ini dilakukan untuk mendorong Direksi untuk berani
dimana para par Direksi dihadapkan dengan pesaing dari berbagai negara.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Ketiga, permasalahan ukuran “itikad baik” dan “kehati-hatian” masih juga
terdapat di UUPT. Seperti juga ketidakjelasan dalam definisi kesalahan dan kelalaian,
tidak adanya unsur yang jelas dari ketentuan itikad baik dan kehati-hatian dapat
mengakibatkan ketidakpastian bagi para Direksi. Oleh karena itu, para Direksi haruslah
Direksi tidak mengurangi kesalahan dan kelalaian yang diatur oleh Undang-Undang
Hukum Pidana. Artinya walaupun menurut ketentuan UUPT ini seorang Direksi dapat
dapat dituntut dengan ketentuan lain dalam peraturan undang-undang lainnya. Hal ini
tentunya dapat mengaburkan dari penerapan prinsip business judgement rule itu sendiri.
Di satu sisi ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan safe harbour kepada para
Direksi, namun di sisi lain UUPT tidak secara otomatis melindungi Direksi dari
berbagai persoalan dan kendala sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, tetapi
harus ada pendekatan yang dilakukan agar ketentuan pasal 97 ayat (5) UUPT dapat
ketentuan dan kelaziman yang berlaku di dunia perbankan di samping ketentuan UUPT
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB IV
Sebagaimana yang telah diuraikan pda bab sebelumnya, bahwa UUPT sudah
mengadopsi prinsip business judgement rule dalam pasal 97 ayat (5). Berikut ini akan
Bank Perseroan Terbatas, dengan menguraikan satu persatu ini dari pasal 97 ayat(5)
UUPT tidak menjelaskan ukuran apa yang dipakai sehingga seorang Direksi
melakukan pendepatan yang lebih terarah, perlu dipahami arti kata “kesalahan” dan
“kelalaian” dan ukuran yang dipakai sebagai tolak ukur untuk menilai apakah kebijakan
Sebagaimana diketahui bahwa pasal 136 KUH Perdata 127 mensyaratkan adanya
unsur kesalahan (schuld) terhadap suatu perbuatan melawan hukum. Sudah merupakan
tafsiran umum dalam ilmu hukum bahwa unsur kesalahan tersebut dianggap ada jika
_
127
Pasal 1365 KUH Perdata berbunyi
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. ada unsur kesengajaan, atau
Ditinjau dari segi berat ringannya derajat kesalahan dari pelaku perbuatan
dengan unsur kesengajaan derajat kesalahannya lebih tinggi. Jika seseorang yang
dengan sengaja merugikan orang lain (baik untuk kepentingannya sendiri atau bukan),
berarti dia telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum tersebut dalam arti yang
Dari definisi di atas bahwa dibalik kata kesalahan atau kelalaian itu terkandung
pengertian bahwa ada suatu perbuatan melanggar hukum. Hukum dalam konteks
industri perbankan harus ditafsirkan secara luas mengingat begitu banyak aturan yang
ketentuan yang harus dipatuhi oleh Direksi Bank. Ada beberapa ketentuan-ketentuan di
_
128
Pasal 367 KUH Perdata berbunyi “Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas
kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kesembronoannya.
129
Munir Fuady, Perbuatan melawan hokum, pendekatan kontemporer, (Bandung : PT.Citra
Aditya Bakti, 2005).
130
Ibid, hal. 45-46
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
atas dunia perbankan yang harus dipedomani Direksi dalam menjalankan tugasnya
antara lain :
c. Komitmen dengan bank Indonesia. Komitmen biasanya diminta oleh Bank Indonesia
harus ditempuh dalam memproses suatu pekerjaan sejak awal sampai pekerjaan
selesai;
f. Pendapat yang dikeluarkan oleh Direktur Kepatuhan atas hasil uji kebijakan yang
akan dikeluarkan oleh Direksi, sebagaimana yang telah dijelaskan pada uraian
sebelumnya bahwa salah satu tugas Direktur Kepatuhan adalah mencegah Direksi
Indonesia yaitu Bank for International Settlement (BIS) atau yang dikenal
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
dengan Basel Accord. Perbankan Indonesia harus tunduk kepada aturan dan
dilakukan oleh bank-bank itu dalam bentuk peraturan yang mengandung sifat
h. Kelaziman dan kebiasaan yang berlaku dan sudah diakui sebagai best practice
Ilmu dibidang perbankan yang sudah dipraktekkan secara luas juga dapat
dikategorikan dalam golongan ini. Salah satu contoh adalah praktek dalam bidang
perkreditan. Untuk menilai kelayakan calon nasabah debitur, Bank wajib menilai
kelayakannya minimal melalui 5 (lima) unsur yang dikenal dengan Five Cs (5 C), yaitu ;
1) Character
Aspek ini meliputi sifat, pola hidup maupun kebiasaan calon nasabah
penerima kredit (debitur). Karakter sangat penting karena akan sangat menentukan
kelancaran suatu kredit. Bank harus menghindari penyaluran kredit kepada pemohon
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
kredit yang memiliki pola hidup, kebiasaan dan sifat negatif seperti; pemboros, sulit
membayar hutang, penjudi, pembohong, tidak tertib, dll. Gambaran mengenai calon
nasabah bisa diperoleh dengan beberapa teknik, seperti dengan wawancara, meneliti
daftar riwayat hidup calon debitur, mencari informasi melalui sistem informasi
debitur, dan informasi lainnya dari pihak yang kredibel, dll. 131
2) Capital
Capital adalah modal yang dimiliki oleh calon debitur. Calon debitur wajib
Hal ini penting untuk memastikan tanggung jawab finansial calon debitur dan juga
kelazimannya,modal sendiri (self financing) ini biasanya lebih besar dari kredit yang
3) Collateral
Collateral adalah jaminan atau agunan yang dimiliki oleh calon debitur
sebagai jaminan untuk pelunasan hutang. Manfaat collateral adalah sebagai alat
pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit gagal oleh sebab apappun juga.
suatu usaha (proyek), karena objek utama pembiayaan adalah prospek usaha yang
_
131
Teguh Pujo Muljono, Manajemen Perkredita Bagi Bank Komersiil, (Yogyakarta : BPFE,
2001), hal. 12-13.
132
Ibid, hal. 15.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
akan dibiayai dengan kredit Bank. Namun jaminan tetap diperlukan agar proyek
yang feasible tersebut menjadi Bankable artinya layak untuk dibiayai Bank 133
4) Capacity
atau proyek yang akan dibiayai sehingga nantinya hasil usaha tersebut dapat
b) Pendekatan finansial, yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan Rugi/Laba
dalam beberapa tahun terakhir atau menilai ratio-ratio keuangannya apakah sehat
atau tidak.
sebagai subjek hukum untuk mewakili dirinya ataupun badan hukum yang
_
133
Ibid, hal. 16
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
5) Candidat of Economic
pengertian ini adalah situasi ekonomi, politik, sosial, budaya dan lain-lain yang
mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun
Setiap aspek tersebut di atas wajib dituangkan dalam pedoman perusahaan dan
dengan memakai buku pedoman atau menerbitkan buku pedoman yang tidak
mengakomodir 8 aspek tersebut, maka hal itu menjadi tanggung jawab Direksi dan
dapat dikategorikan sebagai kesalahan atau kelalaian Direksi. Jika akibat hal tersebut
menghindari unsur kesalahan dan kelalaian dan menjamin terpenuhinya unsur kehati-
_
134
Ibid, hal. 14
135
Ibid, hal. 17
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Agenda dan dokumen pendukung mengenai aspek-aspek kepengurusan dan
pengambilan keputusan
e. Membentuk sebuah komite untuk menjamin hal-hal penting yang berkaitan dengan
keputusan yang akan diambil telah diperiksa para ahli di bidang tersebut dalam hal
B. Direksi telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
mengelola perusahaan jika telah melaksanakan prinsip fiduciary duty dan tidak
melakukan kegiatan ultra vires. Sedangkan untuk dapat melaksanakan prinsip fiduciary
duty dan tidak terjebak pada kegiatan ultra vires , Bank wajib melaksanakan GCG
_
136
Bismar Nasution, Op. Cit., hal. 16
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Secara umum prinsip utama GCG itu terdiri dari: 137
a. Transparansi
terkait akan dapat melihat dan memahami bagaimana dan atas dasar apa keputusan-
keputusan tertentu dibuat serta bagaimana perusahaan di kelola. Namun hal tersebut
b. Akuntabilitas
perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yang telah disetujui oleh pemegang saham
c. Responsibilities
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
d. Independensi
pengambilan keputusan bebas dari pengaruh atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai
e. Fairness
perdagangan dan penyalahgunaan oleh orang dalam (selfdealing atau insider trading).
berkepentingan sesuai dengan kriteria dan proporsi yang seharusnya. Dalam hal ini
hatian. Prinsip ini sejalan dengan prinsip pengelolaan bank yang harus dilakukan dengan
Perbankan dan yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap Bank agar terhindar dari
masalah dan tidak terjebak dengan kredit bermasalah (Non Performing Loan), antara
lain :
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank atau perusahaan lain
3) Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal
_
138
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998
139
Peraturan Bank Indonesia nomor 7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang batas
maksimum pemberian kredit (BMPK) sebagaimana telah diubah dengan peraturan Bank Indonesia Nomor
8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Di samping pengaturan yang telah disebutkan di atas, Bank Indonesia juga
mewajibkan setiap bank untuk mengelola risikonya dengan membangun Risk Control
System agar operasional bank terhindar dari risiko kerugian yang dapat menggerus
Manajemen risiko itu meliputi serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan
dari kegiatan usaha Bank. Sedangkan risiko yang harus dikelola meliputi Risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko
Sebagai wujud dari kehati-hatian dalam mengelola setiap risiko, Bank wajib
c. Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko. 140
yang tepat dan sesuai dengan data historis bank. Penetapan besar limit risiko juga
tergantung kepada “risk appetite” dan ”risk tolerance” Bank. Risk appetite adalah
jenis dan tingkat risiko yang bersedia ditanggung oleh bank atas suatu produk atau
bidang usaha. Semakin besar keuntungan yang ada di balik suatu risiko, maka semakin
besar daya tarik untuk mengambil risiko tersebut. Namun risk appetite untuk boleh
_
140
Pasal 9 ayat (3), PBI No. 5/8/PBI2003
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
kebijakan. Harus juga dihitung seberapa besar risiko kerugian yang dapat ditanggung
oleh Bank jika hal yang terburuk terjadi. Dengan metodologi dan cara perhitungan
statistik, perkiraan risiko dengan range tertentu dapat diperkirakan dan sampai
seberapa besar bank mampu menanggung risiko kerugian bila risiko tersebut benar-
Risk tolerance sangat tergantung kepada tipikal Direksi, karena perkiraan risiko
itu sendiri biasanya merupakan suatu perhitungan statistik yang memperkirakan suatu
kemungkinan risiko berdasarkan data historis yang dimiliki Bank. Artinya Direksi
mempunyai ruang untuk menetapkan apakah bank melalui keputusan Direksi akan
mengambil risiko tersebut atau menghindarinya. Bagi Direksi yang memiliki tipikal risk
taker akan lebih berani mengambil risiko. Tetapi bagi Direksi yang tergolong risk
averse tentunya akan menolak setiap transaksi yang memiliki kemungkinan risiko
risiko, maka mustahil Direksi dapat mengelola risiko tersebut tanpa ada kelengkapan
yang mendukungnya. Oleh karena itu dalam rangka pelaksanaan proses dan sistem
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama, yang sekurang-kurangnya
meliputi :
operasional (risk taking unit) dan terhadap satuan kerja yang melaksanakan
Direksi ;
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
e) Evaluasi terhadap akurasi model dan validitas data yang digunakan untuk
mengukur risiko, bagi Bank yang menggunakan model untuk keperluan intern
(intern model);
f) Memberikan rekomendasi kepada satuan kerja operasional (risk taking unit) dan
ditugaskan secara khusus dan komite manajemen Risiko secara berkala. 141
Salah satu contoh yang lazim dilakukan dalam manajemen risiko Bank untuk
menanggulangi risiko yang patut dilakukan oleh Direksi untuk melindungi Bank, antara
lain:
a. Mitigasi risiko
Mitigasi risiko adalah suatu teknik mengatasi risiko dengan cara mengalihkan
risiko tersebut kepada pihak lain. Salah satu contoh mitigasi risiko adalah dengan cara
mengasuransikan. Dengan demikian risiko beralih kepada Bank penanggung risiko yaitu
agunan, sehingga jika terjadi sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan nilai
barang agunan tersebut (misalnya terbakar) maka pihak asuransi akan menggantinya
kepada Bank.
_
141
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Hedging
Disamping mitigasi risiko, cara lain mengatasi risiko adalah dengan transaksi
hedging. Hedging dalah teknik mengunci risiko akibat gejolak nilai tukar uang. Teknik
ini bisanya digunakan dalam perdagangan Valuta Asing. Beberapa contoh teknik
hedging adalah :
Masyarakat kita sadar atau tidak, di dalam teknik dan pelaksanaannya sehari-hari
pribadi-pribadi yang memiliki harta cair, sementara keuntungan atau harta cairnya
belum ditanam dalam asset produktif, di belikan ke emas untuk kemudian di jual
kembali saat memerlukan uang tunai, emas sejak beradab-abad yang lewat menduduki
Harga emas naik bila inflasi naik dan karenanya memiliki fungsi terbalik dengan
nilai uang di dalam negeri, artinya inflasi naik sama dengan nilai tukar turun. Tindakan
Melalui pasar devisa spot, apabila perusahaan memiliki kewajiban yang harus
diselesaikan pada waktu tertentu dikemudian hari, agar perusahaan tidak menghadapi
beban tambahan akibat nilai tukar uang menjadi mata uang yang diperjanjikan menaik
pada saat tanggal penyelesaian kewajiban jatuh tempo, perusahaan membeli mata uang
_
142
Raflus
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
yang diperjanjikan melalui pasar spot, kemudian disimpan di bank sampai tanggal jatuh
Liabilities dalam denominasi mata uang asing. Di lihat dari sudut jual beli devisa,
merupakan transaksi menjual dan membeli mata uang asing atau devisa, yang
menimbulkan perbedaan penyerahan dengan nilai tukar yang telah disepakati pada saat
melakukan kerja sama atau perjanjian dengan bank lain yang isinya berupa komitmen
Bank lain untuk menyediakan jumlah dana jika Bank tersebut mengalami kesulitan
likuiditas.
Direksi harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang manajemen risiko serta
memperhatikan analisa dan rekomendasi dari komite Manajemen Risiko dan Satuan
Kerja Manajemen Risiko. Jika didalam pengambilan keputusan bisnis Direksi tidak
mengambil tindakan yang lazim digunakan dalam dunia perbankan dan mengabaikan
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
3. Melakukan pengurusan sesuai kepentingan, maksud dan tujuan perusahaan
Setiap pendirian suatu perseroan pasti memiliki maksud dan tujuan tertentu atau
yang dikenal dengan misi dan visi. Misi adalah pernyataan untuk menjawab mengapa
suatu perusahaan tersebut didirikan. Sedangkan visi adalah suatu pernyataan untuk
menjawab akan menjadi seperti apakah perseroan dalam kurun waktu tertentu. Oleh
karena itu setiap pengambilan keputusan Direksi harus diarahkan dan sejalan dengan
perusahaan. Pencapaian visi dan misi oleh Direksi harus direalisasikan melalui
atas keputusan Nasabah Bank secara umum dapat dilihat antara lain dari indikator;
1) Market share (pangsa pasar) meningkat, baik dari sisi penghimpunan dana
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Keputusan dan kebijakan yang diambil Direksi tersebut harus memiliki dampak
memperbaiki proses internal sehingga perusahaan berjalan lebih efesien dan efektif.
Indikator atas perbaikan proses internal dapat dilihat antara lain dari :
3) Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk suatu transaksi semakin berkurang dll.
kepuasan dan ketrampilan karyawan sehingga mereka bekerja lebih produktif dan
semakin berkurang;
4) Rasio keluar dan masuknya pegawai ke bank (Labour Turn Over Ratio)
semakin kecil;
pegawai; dll.
d. Tindakan atas seluruh keputusan dan kebijakan 3 (tiga) perspektif sebelumnya harus
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
menggunakan kriteria yang diterapkan oleh Bank Indonesia dalam Surat Edaran
berikut ;
b) Komposisi permodalan
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain
banch marknya lebih kecil dari 3%. Sedangkan klasifikasi kualitas aktiva produktif
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
(1) Lancar
b) Debitur inti kredit di luar pihak terkait dibandingkan dengan total kredit;
dengan aktiva produktif, tingkat non performing loan (NPL) lebih kecil dari 5%
3) Rentebalitas (Earnings)
_
145
Peraturan Bank Indonesia Nomor 71/PBI/2005, tanggal 20 Januari 2005, tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum.
146
ROA = Laba sebelum pajak x 100%
rata-rata total aset
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
b. Return on Equity (ROE), benchmarknya adalah harus lebih besar dari tingkat
c. Net Interest Margin (NIM), benchmarknya lebih besar dari 2%; 148
4) Likuiditas (liquidity)
a) aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan passiva likuid kurang dari 1
bulan;
c) Loan to Deposit Ratio (LDR), saat ini bench marknya diatas 50% dan maksimal
75% 151
_
147
ROE = Laba sebelum pajak x 100%
rata-rata modal inti
148
NIM = Pendapatan Bunga Bersih x 100%, Pendapatan bunga bersih= pendapatan bunga –
rata-rata aktiva produktif biaya bunga
149
BOPO = Beban Operasional x 100%
pendapatan operasional
150
1 Month maturity mismatch adalah selisih antara tagihan dan kewajiban yang jatuh tempo
dalam 1 bulan ke depan.
151
LDR = Kredit x 100%
dana pihak ke tiga
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
e) Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti;
g) KEMAMPUAN Bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal,
6) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengantisipasi fluktuasi suku bunga
suku bunga;
7) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengantisipasi nilai tukar dibandingkan
dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar ; dan
Jika Direksi telah mengarahkan keputusan dan kebijakan sesuai denan keempat
perspektif tersebut dan dampaknya dapat dinilai dari ukuran-ukuran sebagaimana yang
telah diuraikan maka dapat dikatakan bahwa Direksi sudah mengambil keputusan
sesuai dengan visi dan misi perseroan atau dengan perkataan lain Direksi telah
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
4. Direksi tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
interest, untuk menjamin keputusan yang diambil dari dan pengurusan perusahaan
Bank Indonesia mengaturnya lebih ketat lagi bahkan sifatnya sangat preventif yang
diatur dalam ketentuan tentang GCG, antara lain mengatur tentang transparansi
kepemilikan saham Direksi bank, hubungan darah antara sesama Direksi dan
Komisaris, serta pelarangan rangkap jabatan bagi anggota Direksi. Semua pengaturan ini
kepentingan, maka paling tidak ada tiga jenis transaksi yang harus dihindari oleh para
b. Dua perusahaan yang mempunyai satu orang Direksi yang sama melakukan
perjanjian;
_
152
Pasal 99 ayat (1) dan (2) UUPT.
153
Bismar Nasution Op.Cit., hal. 17
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Selain itu Direksi tidak boleh membuat apa yang disebut dengan secret profit
and benefits from office dan harus menggunakan kewenangannya untuk tujuan yang
kerugian.
Penjelasan mengenai hal ini pada UUPT menyebutkan bahwa yang dimaksud
pengurusan yang dapat mengakibatkan kerugian, antara lain melalui forum rapat
Direksi.
Ketentuan ini secara implisit menuntut Direksi memahami dan menguasai setiap
memadai agar Direksi well informed terhadap segala perkembangan yang terjadi
didalam perusahaannya.
Di samping itu peran pengawas internal (internal control) sangat penting untuk
penyimpangan yang terjadi. Pengawasan dan prosedur dibentuk dengan hati-hati. Senior
_
154
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
manajemen harus ikut dalam pengawasan dan operasi dari prosedur tersebut. Prosedur
tersebut harus dibuat tertulis dan mempunyai petunjuk penggunaan serta disesuaikan
dengan struktur manajemen Bank dan proses bisnisnya. 155 Adapun dokumen untuk
dibuka;
f. Bagaimana draft laporan ditinjau dan direvisi, termasuk tinjauan oleh para
penasehat luar, seperti auditor, para ahli lainnya, konsultan luar dan oleh Direksi
bagian dari sistem pengendalian bank, perannya sangat penting karena diharapkan
yang melibatkan dana dari masyarakat luas. Untuk itu Bank harus membangun suatu
_
155
Ibid, hal. 18
156
Ibid
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Mekanisme pengendalian umum adalah kebijakan dan kegiatan yang ditentukan
oleh manajemen bank di bidang pengawasan dalam rangka memperoleh keyakinan yang
engguna jasa serta perekonomian nasional dapat terpelihara dengan serasi, dan dapat
Dengan sistem pengendalian yang baik dan efektif, maka Direksi akan memiliki
sisem peringatan dini (early warning system) yang memberikan aba-aba jika ada
kesalahan sejak awal maka kerugian yang terjadi bisa diminimalisir atau bahkan
dicegah.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak intern, Bank juga diaudit oleh
eksternal auditor seperti ; Bank Indonesia, Akuntan publik dan Badan pemeriksa
keuangan (untuk Bank milik Pemerintah). Hal yang tak kalah penting dari sistem
pengawasan ini adalah, temuan dari pengawas tersebut harus ditinjak lanjuti segera.
Semakin cepat temuan ditindak lanjuti, hal itu menunjukkan bahwa Direksi
Contoh lain tentang tindakan Direksi yang dapat mencegah timbul atau
kredit. Kredit bermasalah dengan kriteria tertentu harus diselamatkan, karena kalau
_
157
Peraturan Bank Indonesia Nomor : 1/6/PBI/1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan
Penerapan Standar Pelaksanaan Fungsi Audit Intern Bank Umum, tanggal 25 Oktober 1999.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Ada persepsi salah yang berkembang dimasyarakat bahkan pada aparat penegak
hukum sekalipun dalam memandang non performance loan (kredit non lancar), antara
lain:
a. Kredit non lancar adalah kredit yang tidak layak karena proses realisasinya tidak
negatif bahwa ada praktek tidak sehat yang dilakukan oleh pejabat atau petugas
b. Debitur yang kreditnya tidak lancar adalah Debitur nakal sehingga tidak perlu diberi
Pendapat itu tidak selamanya benar karena walaupun proses realisasi kredit
sudah berjalan sesuai dengan azas perkreditan yang sehat, risiko kredit tetap saja bisa
terjadi. Banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan debitur (counterparty) gagal
memenuhi kewajibannya kepada Bank. Oleh karena itulah, walaupun Bank telah
menjalankan praktek prekreditan yang sehat, tetapi tetap diwajibkan mengelola risiko
prekreditannya karena untuk level tertentu yang bisa ditolerir akan terjadi kredit non
lancar.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
c. Pengurangan tunggakan bunga kredit;
Tentu saja restrukturisasi kredit harus melalui suatu analisa yang mendalam serta
itikad baik Bank dan Debitur. Khusus untuk penambahan fasilitas kredit untuk debitur
macet, Bank diwajibkan meneliti penyebab macetnya kredit debitur, baik debitur
korporasi maupun debitur usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Apabila kredit
macet disebabkan kondisi di luar kemampuan debitur tetapi debitur menunjukkan itikad
untuk memenuhi kewajibannya, dan dengan pemberian kredit baru tersebut diperkirakan
akan memperbesar potensi debitur untuk membayar kembali kredit macet tersebut maka
kepada debitur masih dimungkinkan untuk diberikan kredit baru. Dalam hal ini Bank
perlu meyakini kelayakan debitur tersebut untuk memperoleh kredit baru berdasarkan
analisis secara komperehensif dan profesional, sesuai asas-asas pemberian kredit yang
sehat. Namun dalam hal kredit macet lebih disebabkan karakter dan tidak ada itikad baik
pemberian kredit baru kepada debitur bermasalah dan atau macet, meskipun usaha yang
_
158
Pasal 1 angka (25) Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI tanggal 20 Januari 2005, tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum.
159
Lihat Juga Deputy Gubernur Bank Indonesia Nomor 9/4/DpG/DPNP tanggal 29 Maret 2007
perihal Penjelasn atas Beberapa ketentuan Bank Indonesia yang terkait dengan Penyediaan Dana,
khususnya butir C Pedoman Penyusunan Kebijakan Perkreditan Bank.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Bank hanya dapat melakukan restrukturisasi kredit terhadap debitur yang
a. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau bunga kredit; dan
b. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah
kredit direstrukturisasi
Hal tersebut dapat dipahami karena ketiga tindakan tersebut dapat digolongkan
sebagai upaya window dressing yaitu upaya mempercantik laporan keuangan bank yang
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
BAB V
A. Kesimpulan
1. Peranan bank sangat penting bagi perekonomian suatu bangsa dan negara. Hal ini
tidak terlepas dari peran utama Bank yaitu menyangkut peranannya sebagai lembaga
development) dalam perekonomian. Setiap kegiatan yang dilakukan bank, baik dari
sisi penghimpunan dan penyaluran dana serta jasa bank lainnya, selalu
mengandung risiko. Ada 8 (delapan) risiko yang melekat pada industri perbankan
dan harus dikelola bank agar terhindar dari kerugian yang membahayakan
kelangsungan usaha bank yaitu ; risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko
Namun dengan adanya inherent risk yang melekat pada bisnis bank tersebut,
perlu payung hukum bagi para Direksi Bank agar tidak dengan mudahnya dituduh
merugikan bank. Jika kondisi ini tidak dicari jalan keluarnya, maka Bank akan sangat
peraturan yang melegakan para Direksi Bank karena sudah mengadopsi prinsip
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
2. Prinsip business judgement rule sudah lama berkembang di negara-negara yang
menganut sistem common law. Didalam sistem common law, prinsip business
judgement rule tidak berarti berdiri sendiri tetapi disandingkan dengan prinsip
fiduciary duty seperti; duty of loyalty, duty of care, duty of good faith serta tidak
fiduciary duty yang menekankan pada kewajiban dan larangan kepada Direksi.
Sebaliknya business judgement rule merupakan pembelaan kepada para Direksi karena
prinsip ini menekankan bahwa para anggota Direksi tidak dapat dibebani pertimbangan
bisnis (business judgement) oleh anggota Direksi yang bersangkutan, sekalipun apabila
Prinsip fiduciary duty dan prinsip business judgement rule adalah dua prinsip
tentang perseroan terbatas pasal 97 ayat (5) telah menadopsi prinsip business judgement
rule. Untuk bisa diterapkannya prinsip ini ini maka Direksi harus bisa membuktikan hal
tersebut adalah:
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
a. Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya ;
5) Pendapat yang dikeluarkan oleh Direktur Kepatuhan atas hasil uji kebijakan
multirateral;
7) Kelaziman dan kebiasaan yang berlaku dan sudah diakui sebagai best practice;
ketentuan tersebut diatas, hal pertama yang harus dipenuhi adalah prinsip fiduciary duty
Selanjutnya kebijakan yang diambil Direksi harus sesuai dengan vis idan misi
perusahaan yang telah disetujui oleh pemegang saham. Pencapaian misi tersebut harus
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
1) Peningkatan kepuasan pelanggan dan stakeholder pada umumnya;
c. Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
Untuk menilai apakah seorang Direksi telah memenuhi ketentuan tersebut diatas
2) Direksi Bank wajib membangun Risk Control System (RCS) yang sesuai dengan
kompleksitas usaha bank agar bank dapat terlindungi dari risiko yang tidak
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
3) Direksi Bank wajib menindak lanjuti setiap temuan auditor agar kerugian yang
ditimbulkan oleh penyimpangan tersebut segera bisa diatasi dan tidak berlanjut.
4) Direksi Bank wajib melakukan rapat-rapat berkala dan harus dituangkan secara
B. Saran
agar lebih berperan aktif dalam menyalurkan dananya untuk membantu sektor riel,
perlu diterbitkan suatu ketentuan yang mengatur bahwa sebelum aparat penegak
dana dan jasa perbankan lainnya harus mendapat izin kelegaan bagi para bankir
untuk lebih berani menyalurkan dana Bank yang akan berdampak kepada
duty dan prinsip business judgement rule dikalangan pengusaha, bankir dan aparat
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
3. Walaupun prinsip business judgement rule telah diadopsi pada pasal 97 ayat 5
yang diatur dalam undang-undang ini tidak mengurangi ketentuan yang diatur dalam
apakah kerugian yang terjadi akibat keputusan Direksi besifat perdata atau pidana.
Oleh karena itu perlu peraturan lanjutan yang bisa menarik benang merah antara dua
isu tersebut.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali, H.Masyud, Manajemen Risiko, Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi
Tantangan Globalisasi Bisnis. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006
Grifis, H.Steven, Law Dictionary, Newyork : Barron’s Educational Series, Inc, 1984 .
O’Kelley. Jr, Charles and Robert B. Thompson, Corporation and Other Business
Associationes. Boston, Toronto, London : Little, Brown and Company, 1992.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Suta, I putu Gede Ary dan Soebowo Musa, BPPN The End, Jakarta : Yayasan Said
Satria Bhakti, , 2004.
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis, Perseroan Terbatas, Jakarta :
Rajawali Pers, 1999
-----, Work Book Tingkat 1, Global Association of Risk Professionals, Jakarta : Badan
Sertifikasi Manajemen Risiko, 2007.
B. Majalah/Publikasi/Karya Ilmiah
Fadjriah, Siti CH, Materi Lokakarya Direktur Kepatuhan Gelombang IV, Jakarta 9-10
Agustus 2000
Nasution, Bismar, Pengaruh Globalisasi Ekonomi pada Hukum Indonesia, bahan kuliah
pada Pasca Sarjana Hukum Ekonomi USU
Sjahdeni, Sutan Remy, Tanggung Jawab Pribadi Direksi dan Komisaris, Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 14, Juli 2001.
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
-------, Statistik Perbankan Indonesia, November 2007, Vol 5, No.12, Bank Indonesia.
C. Undang-Undang
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) Sebagaimana telah Diubah Dengan Peraturan bank Indonesia
Nomor 8/13/PBI/2006
Rudi Dogar Harahap : Penerapan Business Judgement Rule Dalam Pertanggungjawaban Direksi Bank..., 2008
USU e-Repository © 2008