Anda di halaman 1dari 19

PEMBELAJARAN CASE METHOD (AKUISISI PT BANK CENTRAL ASIA Tbk

DAN PT BANK ROYAL INDONESIA)

MATA KULIAH:
Hukum Perusahaan (A)

Genap 2022/2023

Dosen Pengampu:

Iswi Hariyani, S.H., M.H

Dr. Ermanto Fahamsyah, S.H., M.H

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

2022
AKUISISI PT BANK CENTRAL ASIA Tbk DAN PT BANK ROYAL INDONESIA

Regika Pramesti Echa Marsanto Putri / 190710101342


Evin Oktaviyani / 190710101332
Eka Putri Amalia Sari / 190710101333
Vony Maulia / 190710101354
Ilham Putra Oktanda / 190710101360
Margaretha Helena / 190710101363
Putri Mega Utami / 190710101364
Nabila Dwi Safitri / 190710101369
Desyana Himami / 190710101386
M. Nur Fahmi / 190710101390
Fakultas Hukum, Universitas Jember

Abstract

Acquisition is carried out to take over all or part of the company's shares by a legal
entity or individual. PT Bank Central Asia made an acquisition by taking over 99.99% shares
and PT BCA Finance as a subsidiary take over 0.01% shares of PT Bank Royal Indonesia.
The acquisition step was chosen by PT Bank Central Asia with the aim of completing its
services to customers. After the acquisition, PT Bank Royal Indonesia changed its name to
PT Bank Digital BCA. The acquisition by PT Bank Central Asia with PT Bank Royal
Indonesia certainly has legal consequences for all parties, from shareholders, companies,
company organs, creditors to investors.

Keywords: Acquisition, PT Bank Central Asia, PT Bank Royal Indonesia

Abstrak

Akuisisi dilakukan untuk mengambil alih seluruh atau sebagian saham perseroan oleh
suatu badan hukum atau perseorangan. PT Bank Central Asia melakukan akuisisi dengan
mengambil alih saham sebesar 99,99% dan PT BCA Finance sebagai entitas anak mengambil
alih sebesar 0,01% terhadap PT Bank Royal Indonesia. Langkah akuisisi dipilih oleh PT
Bank Central Asia dengan tujuan untuk melengkapi layanan nya terhadap para nasabah.
Setelah dilakukan akuisisi, PT Bank Royal Indonesia mengubah nama menjadi PT Bank
Digital BCA. Terjadinya akuisisi oleh PT Bank Central Asia dengan PT Bank Royal
Indonesia tentu menimbulkan akibat hukum bagi seluruh pihak, mulai dari pemegang saham,
perseroan, organ perseroan, kreditur hingga investor.

Kata Kunci: Akuisisi, PT Bank Central Asia, PT Bank Royal Indonesia

A. Pendahuluan
Perusahaan dalam menjalankan usahanya membutuhkan segala jenis strategi dalam
memperluas usahanya demi keuntungan yang didapat. Perluasan yang dilakukan oleh
perusahaan salah satunya adalah dengan melakukan akuisisi, hal tersebut juga sering
dilakukan oleh bank dalam memperbesar potensi pasar. Bank dalam melakukan akuisisi ini
memiliki banyak alasan dengan tujuan agar fungsi bank selain agara fungsi bank berjalan
efektif tetapi akuisisi ini juga dapat memperluas usaha bank. Dalam ekspansi atau perluasan
usaha, akuisisi merupakan suatu upaya yang diminati oleh bank. Berdasarkan pendapat Hitt
dan Hadiningsih, (dalam Kurniawan, 2011), akuisisi memiliki definisi yang sedikit berbeda,
akuisisi bisa dijadikan suatu strategi bank dengan tujuan menggunakan kompetensi inti bank
secara efektif dengan menjadikan bank yang telah diakuisisi tersebut sebagai bagian bisnis
portofolio, hal ini dilakukan bank dengan membeli hak dalam mengontrol kepemilikan 100
persen terhadap bank tersebut.1
Sedangkan menurut Hadiningsih, (dalam Kurniawan, 2011) yang memandang akuisisi
bank dalam terminologi bisnis mengatakan bahwa bank yang telah diambil alih (diakuisisi)
sekalipun masih dapat menjalankan fungsinya sebagai badan hukum terpisah walaupun telah
diambil alih aset atau sahamnya oleh bank lain, sehingga proses akuisisi disini tidak
mengganggu bank dalam menjalankan fungsi utamanya. Akuisisi dalam penambahan modal
inti bank menjadi strategi terbaik khususnya dalam rangka peningkatan nilai ekonomi yang
didapat dari proses pengambilalihan pengendalian saham. Dengan pengambilalihan melalui
akuisisi tersebut menjadikan adanya penggabungan kedua bank lebih besar daripada
penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan, sehingga menciptakan
sinergi dan menghasilkan motif ekonomi yang dijadikan motif bank dalam melakukan
akuisisi berdasarkan pendapat dari Wiagustini.2
Berdasarkan sudut pandang neoklasik, dalam memaksimalkan kekayaan pemegang
saham bank maka bank akan melakukan akuisisi, berikut alasan bank melakukan akuisisi
berdasarkan pandangan manajer, yaitu yang pertama berdasarkan penghasilan, bonus,status
1
Dewi, Ida. Purnawati, Ni Ketut. “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada
Bank Sinar Bali.” E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana 5, no 6 (2016): 253573.
2
Ibid
ataupun kebiasaan yang merupakan fungsi ukuran bank maka akuisisi dijadikan sebagai
langkah dalam memperbesar fungsi bank (sindrom empire building), kemudian yang kedua
perlunya akuisisi adalah sebagai langkah dalam memaksimalkan kemampuan manajerial
yang belum terwujud dengan baik, kemudian yang ketiga yaitu akuisisi dijadikan sebagai
langkah dalam mengurangi risiko atau diversifikasi berdasarkan Sudarsana (dalam
Kurniawan, 2011).3
Berdasarkan Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, terdapat
beberapa kepentingan yang harus diperhatikan mengenai kegiatan akuisisi atau
pengambilalihan suatu perusahaan atau corporate action, yaitu4:
1. Perseroan, pemegang saham minoritas, karyawan Perseroan
2. Kreditor dan mitra usaha lainnya dari Perseroan
3. Masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha 
Akuisisi memerlukan persetujuan dalam RUPS karena memiliki implikasi yang
penting terhadap semua stakeholder dalam perbuatan hukum suatu perusahaan. Persetujuan
dalam RUPS ini sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 89 UUPT maka dalam akuisisi
adanya prinsip tertentu seperti prinsip minimal quorum serta prinsip minimal volting harus
ada. 
Pengambilalihan atau akuisisi tersebut menjadikan orang atau badan hukum yang
melakukan akuisisi atau pihak yang mengambil alih dapat mengendalikan perseroan yang
diakuisisi sehingga dapat dikatakan bahwa akuisisi tersebut bersifat signifikan. Bila saham
yang diambil alih hanya menjadi pemegang saham mayoritas maka pengambilalihan dapat
dikatakan tidak signifikan atau tidak dapat dikatakan atau dikategorikan sebagai akuisisi.
Akuisisi merupakan perbuatan hukum oleh badan hukum atau perseorangan dalam
mengambil alih seluruh atau sebagian saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian terhadap perseroan tersebut, hal ini sesuai dengan definisi dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan
Pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Akusisi yang dilakukan oleh badan hukum yang masih dalam bisnis yang sama
disebut dengan akuisisi horizontal, kemudian bila akuisisi tersebut dilakukan pada pelanggan
badan usaha yang dibeli berarti disebut akuisisi vertikal, sedangkan bila akusisi yang

3
Ibid
4
Febrina, R. “Proses Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Undang-Undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas.” Jurnal Ilmu Hukum Riau 4, no 1 (2014): 9091.
dilakukan badan usaha tidak ada hubungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli
maka disebut juga dengan akuisisi konglomerat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuisisi
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu akuisisi horizontal, akuisisi vertikal dan
akuisisi konglomerat. Ketiganya memiliki perbedaan pada jenis badan usaha yang diakuisisi
baik dalam lingkup badan usaha yang memiliki bisnis yang sama, badan usaha pelanggan
maupun badan usaha yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.5
PT Bank Central Asia Tbk. yang berlokasi di Jakarta Pusat merupakan sebuah
perseroan terbatas terbuka yang pendiriannya sesuai dengan peraturan hukum di Indonesia.
Selanjutnya, PT Bank Royal Indonesia bertempat di Jakarta Pusat merupakan sebuah
perseroan terbatas yang didirikan dan diatur menurut hukum Indonesia. PT Bank Central
Asia Tbk percaya bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan terus menerus tumbuh
dengan positif yang mana didukung oleh meningkatnya konsumsi lokal dan penyelesaian
berbagai proyek-proyek infrastruktur sebagai landasan dalam kegiatan investasi. Industri
perbankan adalah salah satu pilar utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dan berbagai kegiatan usaha nasional.
Pada beberapa tahun terakhir, perekonomian di Indonesia dan industri perbankan
nasional berhasil melalui beberapa tantangan yang turut dipengaruhi oleh kondisi global.
Regulator senantiasa berupaya untuk mempertahankan industri perbankan yang sehat.
Program konsolidasi industri perbankan merupakan salah satu langkah strategis yang
dirancang oleh regulator untuk menciptakan soliditas industri perbankan. Akuisisi akan
mendukung arsitektur perbankan Indonesia tersebut dan memberikan kontribusi bagi
tercapainya konsolidasi perbankan nasional. Besarnya populasi usia produktif dan
pertumbuhan ekonomi akan terus meningkatkan jumlah kelas menengah setiap tahunnya
yang mana tren demografi tersebut akan membutuhkan layanan keuangan dan perbankan
yang semakin komprehensif.
Sekarang ini, PT Bank Central Asia Tbk mempunyai entitas-entitas anak yang
bergerak di bidang perbankan syariah, sekuritas, pembiayaan mobil, pembiayaan sepeda
motor, remittance, penanaman modal ventura, asuransi umum, dan asuransi jiwa. Basis
nasabah PT Bank Central Asia Tbk yang besar memberikan potensi bagi pengembangan
bisnis entitas-entitas anak melalui cross selling dan sebaliknya bisnis entitas-entitas anak
akan memperkokoh hubungan nasabah melalui penyediaan layanan dan produk yang
komprehensif. Setelah diakuisisi oleh PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Royal Indonesia

5
Ibid
akan menjadi entitas anak PT Bank Royal Indonesia yang baru di samping delapan entitas
anak yang ada. PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Royal Indonesia akan
mengembangkan sinergi bisnis untuk fokus di layanan perbankan atau segmen tertentu.
Melalui entitas yang terpisah, PT Bank Central Asia Tbk dapat menawarkan diferensiasi
secara jelas atas produk dan layanan perbankan dengan risk appetite tertentu.
PT Bank Central Asia Tbk melakukan akuisisi terhadap PT Bank Royal Indonesia
dengan didasarkan pada Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT
Bank Central Asia Tbk No. 62 tanggal 20 Juni 2019, yang telah dibuat di hadapan Notaris
Christina Dwi Utami, S.H., M.Hum., M.Kn.,. Akuisisi PT Bank Royal Indonesia tersebut
telah memperoleh persetujuan dari OJK sebagaimana yang tertera pada Surat No.
SR-60/PB.33/2019 dengan tanggal 22 Oktober 2019.6 Menurut Subur Tan (Direktur BCA),
bahwa keputusan melakukan akuisisi terhadap Bank Royal adalah langkah strategis BCA
untuk dapat melengkapi layanan perbankan BCA guna menjangkau kebutuhan para nasabah.
Akuisisi ini dalam jangka panjang dapat memberi nilai tambah yang terus berkesinambungan
terhadap seluruh stakeholders. Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya akta akuisisi
tersebut, maka perseroan telah sah mempunyai seluruh saham Bank Royal baik secara
langsung maupun tidak langsung dan Bank Royal telah menjadi anak perusahaan terkendali
perseroan.7
Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank
Royal Indonesia No. 308 tanggal 31 Oktober 2019, yang dibuat di hadapan Notaris Christina
Dwi Utami, S.H., M.Hum., M.Kn., terjadi suatu pengalihan saham pada PT Bank Royal
Indonesia yang telah diterbitkan dengan cara menjual seluruh saham-saham yang dimiliki
oleh PT Royalindo, Sdr. Leslie, Sdr. Ibrahim, Sdr. Herman, Sdr. Sugiarto dan Sdr. Nevin
kepada Bank dan PT BCA Finance (Entitas Anak) yang masing-masing sebesar 99,99% dan
0,01%. Akta tersebut, telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. AHU-AH.01.03-0356474 tanggal 7 November 2019.
Sebagaimana yang tercantum di Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan terdapat pada akta
akuisisi, bahwa BCA dan anak usahanya yakni BCA Finance melakukan pembelian sebanyak
2.872.000 saham Bank Royal, mewakili seluruh modal yang telah ditempatkan dan disetor

6
“Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak.” (2020),
https://www.bca.co.id/-/media/Feature/Report/File/S8/ACGS/Laporan-ACGS/Indeks-Laporan-Tahunan/2021/20
210330-laporan-keuangan-konsolidasian-ID.pdf
7
CNBC Indonesia. “Sah BCA Rampungkan Akuisisi Bank Royal Rp 988 M.” (2019)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191105084435-17-112656/sah-bca-rampungkan-akuisisi-bank-royal-r
p-988-m
oleh para penjual pada Bank Royal. Sehingga, komposisi kepemilikan saham pada Bank
Royal saat ini ialah, BCA 2.871.999 saham dan BCA Finance 1 saham.
PT Bank Royal Indonesia melakukan perubahan nama menjadi PT Bank Digital BCA
yang didasarkan pada Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT Bank Royal
Indonesia No. 37 tanggal 2 April 2020, yang dibuat di hadapan Notaris di Jakarta yakni Sakti
Lo S.H.,. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan
No. AHU-0027414.AH.01.02 tanggal 2 April 2020 telah memberikan pengesahan pada akta
perubahan tersebut.8
Pendanaan akuisisi PT Bank Royal Indonesia oleh PT Bank Central Asia Tbk adalah
melalui modal sendiri yakni dari dana yang tersimpan sebagai laba ditahan (retained
earnings). PT Bank Central Asia Tbk memberikan pernyataan dan jaminan bahwa pendanaan
akuisisi tersebut tidak: (i) berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk
apapun dari suatu Bank atau pihak lain di Indonesia, (ii) berasal dari dan untuk tujuan
pencucian uang sebagaimana diatur dalam Undang Undang No. 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang atau (iii) berasal dari tindak
pidana perbankan atau tindak pidana lainnya. Pada penulisan ini, penulis melakukan analisis
terhadap akuisisi yang dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk dengan PT Bank Royal
Indonesia dari berbagai segi mulai dari alasan dilakukannya akuisisi, keuntungan dan
kerugian, dan akibat hukum serta analisis dokumen pendukung dari akuisisi kedua
perusahaan tersebut.

B. Pembahasan
1. Alasan PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Royal Indonesia Melakukan
Akuisisi
Banyaknya perusahaan menjadi salah satu rintangan untuk dapat memetakan secara
strategi bagaimana suatu perusahaan dapat berjalan ditengah persaingan yang ketat saat ini,
yang artinya membuat perusahaan harus memiliki plan dan strategi bisnisnya yang memiliki
orientasi ke depan tidak hanya saat ini saja yang tentu saja harus memiliki tujuan untuk
mempertahankan perusahaannya agar dapat berlangsung dan perkembang. Adanya suatu
strategi bisnis di dalamnya akan menciptakan keputusan yang nantinya dapat dijadikan acuan
untuk memilih arah perusahaannya akan condong ke arah mana yang berkaitan dengan
pengembangan perusahaan tersebut. Pengembangan usaha dibagi atau ekspansi menjadi dua
yakni ekspansi internal dan eksternal. Ekspansi internal sendiri adalah pengembangan
8
Loc Cit. “Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak.”
perusahaan dari dalam perusahaan itu sendiri dengan cara melakukan perluasan bisnis baik
yang berkaitan dengan bisnis sebelumnya ataupun tidak. Sedangkan ekspansi eksternal dapat
dilakukan dengan melakukan penggabungan usaha dengan cara baik merger atau akuisisi,
yang mana penggabungan ini dapat memberikan untung karena diperolehnya kepastian dari
pangsa pasar, penghematan bahan baku melalui penggunaan fasilitas dan sarana yang efisien
dan praktis.
Dalam hal ini pengertian akuisisi itu sendiri merupakan pengambilalihan suatu
perusahaan oleh perusahaan lain dengan tetap mempertahankan identitas dari perusahaan
yang diambil alih. Perusahaan pengambil alih disebut dengan acquiring company, sedangkan
perusahaan yang diambil alih disebut dengan perusahaan target (target company)
(Sitanggang, 2013:201). Terdapat 13 alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi yaitu
nilai sinergi, modal kerja, finansial, penjualan, manajemen profesional, kompetisi efektif,
skala ekonomi, persaingan, posisi pemegang saham, resiko industri baru, kapasitas utang,
penyebaran resiko, pertumbuhan (kamaludin, 2015:131).9
Di dalam studi kasus pun dijelaskan terkait dengan alasan dilakukannya akuisisi
kedua perusahaan tersebut bahwasannya keputusan melakukan akuisisi terhadap Bank Royal
adalah langkah strategis BCA untuk dapat melengkapi layanan perbankan BCA guna
menjangkau kebutuhan para nasabah. Akuisisi ini dalam jangka panjang dapat memberi nilai
tambah yang terus berkesinambungan terhadap seluruh stakeholder. Serta apabila dikaitkan
dengan keberhasilan strategi dalam melakukan akuisisi salah satunya yakni dalam melihat
kinerja perusahaan baik dalam nilai sinergi dari kedua perusahaan tersebut yang melakukan
akuisisi yang mana secara otomatis kedua perusahaan akan melakukan semaksimal mungkin
untuk mendapatkan peluang dan keuntungan terlebih kedua perusahaan telah bergabung.
Menilai keberhasilan strategi akuisisi salah satunya ialah dengan melihat kinerja keuangan
perusahaan pasca melakukan akuisisi, baik bagi perusahaan pengakuisisi maupun terakuisisi.
Menurut Wiagustini (2014:84-90) kondisi kinerja keuangan bisa dilihat dari beberapa rasio
antara lain : Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang tersedia, salah satu
proksi yang digunakan adalah current ratio.10

9
Firdausi, Nila Nuzula. Esterlina, Prisya. “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah
Merger Dan Akuisisi” (PhD Thesis, Brawijaya University, 2017).
10
Loc Cit. Dewi, Ida. Purnawati, Ni Ketut.
Dalam modal kerja pun otomatis setidaknya terjadi pengurangan dikarenakan efisiensi
dari produk tersebut mempermudah kedua perusahaan yang dalam hal ini guna kebutuhan
nasabah menjadikan modal yang dikeluarkan sebanding dengan apa yang diperoleh. Artinya
perusahaan yang sudah melakukan akuisisi tentunya akan memiliki ukuran perusahaan yang
lebih besar, apalagi ditambah sinergi seharusnya akan lebih meningkatkan laba perusahaan
sehingga akan menguntungkan. Dari kondisi menguntungkan tersebut akan menunjukkan
juga bahwa setelah melakukan aktivitas akuisisi seharusnya terdapat perbedaan kondisi
kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik.11
Beberapa perusahaan bergabung untuk diakuisisi oleh perusahaan lain. Karena
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah untuk diambil-alih, beberapa
diantaranya memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan
usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain, salah satu contohnya ialah ketika PT Bank BCA
mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia sehingga secara otomatis cara tersebut mengurangi
persaingan perusahaan dalam bidang perbankan. Dan layanan yang telah disediakan oleh
Bank Royal Indonesia sebelumnya dapat diadopsi oleh Bank BCA agar para customer merasa
puas dengan layanan baru yang lebih lengkap tersebut dan membuat orang lebih berminat
untuk berinvestasi maupun melakukan kegiatan mengenai perbankan dengan PT Bank BCA.
Selain itu peningkatan efisiensi terjadi ketika ada transfer keahlian manajerial dari
entitas yang lebih handal ke entitas yang kurang handal. Tim manajemen yang lebih baik
akan meningkatkan kinerja keuangan. Selain itu efisiensi dapat meningkat dengan
pengurangan fasilitas yang tidak diperlukan dan pengurangan karyawan serta adanya sinergi
penguasaan teknologi dari entitas-entitas yang melakukan merger.
Salah satu peristiwa penting di tahun 2019 yaitu pada tanggal 31 Oktober 2019, Bank
Royal Indonesia telah diakuisisi oleh PT Bank Central Asia, Tbk. Dengan demikian Bank
Royal Indonesia menjadi salah satu entitas anak perusahaan Bank BCA. Bank Royal
Indonesia akan tetap beroperasi sebagai bank nasional yang memberikan layanan produk dan
jasa perbankan namun akan bertransformasi menjadi bank berbasis digital dalam jangka
panjang. Dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang, dengan dukungan Bank
BCA, Bank Royal Indonesia akan melakukan langkah-langkah strategis yang bertujuan untuk
menjaga likuiditas, manajemen risiko dan rentabilitas yang berkelanjutan.
Maka dari itu, Bank BCA selaku induk perusahaan memastikan keberlanjutan Bank
Royal Indonesia dengan memberikan Pinjaman sebesar Rp 1,5 triliun dan Dana Setoran

11
Loc Cit. Febrina, R.
Modal sebesar Rp 1 triliun. Laporan Tahunan 2019 Bank Royal Indonesia 3 Dimana seluruh
dana dan pinjaman tersebut ditempatkan pada surat berharga Obligasi Pemerintah untuk
menjaga tingkat rentabilitas Bank Royal Indonesia.
Bank berkewajiban untuk menyampaikan laporan profil risiko secara rutin kepada
Otoritas Jasa Keuangan. Laporan tersebut meliputi laporan pengelolaan risiko Bank. Risiko
yang dilaporkan mencakup risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional,
risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko reputasi dan risiko stratejik.
Penilaian Profil Risiko Bank Royal Indonesia didasarkan pada Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum. Hasil penilaian risiko inheren dan penilaian kecukupan
sistem pengendalian risiko (risk control system) menghasilkan lima peringkat risiko
komposit, yaitu rendah (low), rendah cenderung moderat (low to moderate), moderat
(moderate), moderat cenderung tinggi (moderate to high), serta tinggi (high).
Berdasarkan self-assessment Bank Royal Indonesia, profil risiko secara keseluruhan
pada posisi 31 Desember 2019 memiliki peringkat 1 (Low) yang menunjukkan bahwa Bank
Royal Indonesia dapat mengelola risiko secara memadai dengan tingkat kemungkinan
kerugian yang dihadapi Bank Royal Indonesia tergolong rendah. Risiko utama yang menjadi
perhatian pada tahun 2019 adalah risiko kredit, risiko operasional, dan risiko stratejik. Bank
telah menyusun langkah mitigasi risiko yang diperlukan sehingga risiko tersebut dapat
dikelola dengan baik. Selain itu, Bank Royal Indonesia juga telah memiliki perumusan
tingkat risiko yang diambil, dan toleransi risiko yang memadai dan telah sejalan dengan
sasaran strategis serta strategi bisnis bank secara keseluruhan.

2. Keuntungan dan Kerugian dari Akuisisi antara PT Bank Central Asia Tbk dan PT
Bank Royal Indonesia
Akuisisi perusahaan bisa memberikan banyak manfaat kepada perusahaan yang bisa
menjalankannya dengan baik antara lain yaitu memperluas pangsa pasar, mengurangi tingkat
persaingan dengan membeli beberapa badan usaha untuk menggabungkan kekuatan pasar,
pembatasan persaingan yang bisa meminimalisir risiko yang akan dihadapi perusahaan dan
juga bisa memperoleh cash flow dengan cepat. Tujuan utama dilakukannya akuisisi adalah
sebagai bentuk strategi perusahaan dalam memperluas kegiatan usaha perusahaan. Pangsa
pasar yang susah untuk didapatkan bisa dengan mudah diperoleh oleh perusahaan
pengakuisisi (acquirer), misalkan perusahaan ingin mendapatkan pangsa pasar asing di luar
negeri, perusahaan bisa dengan mudah mendapatkan pangsa pasar tersebut dengan
mengakuisisi perusahaan asing yang sudah memiliki pangsa pasar asing. Bisnis yang dibeli
akan memiliki personel sendiri, merek dan aset tidak berwujud lainnya menjadikan pihak
pengakuisisi (acquirer) bisa menjalankan bisnisnya di pangsa pasar baru dengan pondasi yang
kuat.
Menurut Brigham dan Houston (2013), salah satu motivasi atau alasan utama
perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah menciptakan sinergi. Sinergi merupakan
nilai keseluruhan perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih besar daripada
penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Sinergi
dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan atau lebih
elemen-elemen perusahaan yang bergabung. Pengaruh sinergi dapat timbul dari empat
sumber, yaitu: (1) penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam
manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi
biaya transaksi yang lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analis sekuritas; (3)
perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan
aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4) peningkatan
penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan. Pada tahun 2019 yang lalu, PT Bank
Central Asia Tbk mengeluarkan pengumuman akuisisi terhadap PT Bank Royal Indonesia
Tbk setelah diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal
20 juni 2019, dimana rencana akuisisi tersebut telah memperoleh persetujuan dari RUPSLB.
Selanjutnya PT Bank Central Asia Tbk akan mengajukan permohonan izin-izin terkait
rencana akuisisi PT Bank Royal Indonesia Tbk kepada Otoritas Jasa Keuangan, karena PT
Bank Central Asia Tbk optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus tumbuh secara
positif didukung oleh peningkatan konsumsi domestik serta penyelesaian berbagai
proyek-proyek infrastruktur sebagai landasan aktivitas investasi. Industri perbankan
merupakan salah satu pilar utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
berbagai aktivitas usaha nasional. Dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian Indonesia
dan industri perbankan nasional berhasil melalui beberapa tantangan yang turut dipengaruhi
oleh kondisi global. Regulator senantiasa berupaya untuk mempertahankan industri
perbankan yang sehat. Program konsolidasi industri perbankan merupakan salah satu langkah
strategis yang dirancang oleh regulator untuk menciptakan soliditas industri perbankan.
Rencana akuisisi akan mendukung arsitektur perbankan Indonesia tersebut dan memberikan
kontribusi bagi tercapainya konsolidasi perbankan nasional. Besarnya populasi usia produktif
dan pertumbuhan ekonomi akan terus meningkatkan jumlah kelas menengah setiap tahunnya
yang mana tren demografi tersebut akan membutuhkan layanan keuangan dan perbankan
yang semakin komprehensif. Pada saat ini PT Bank Central Asia Tbk memiliki entitas-entitas
anak yang bergerak di bidang pembiayaan mobil, pembiayaan sepeda motor, asuransi umum,
asuransi jiwa, perbankan syariah, sekuritas, remittance dan penanaman modal ventura. Basis
nasabah PT Bank Central Asia Tbk yang besar memberikan potensi bagi pengembangan
bisnis entitas-entitas anak melalui cross selling, dan sebaliknya bisnis entitas-entitas anak
akan memperkokoh hubungan nasabah melalui penyediaan layanan dan produk yang
komprehensif. Setelah diakuisisi oleh PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Royal Indonesia
Tbk akan menjadi entitas anak PT Bank Central Asia Tbk yang baru di samping delapan
entitas anak yang ada. PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Royal Indonesia Tbk akan
mengembangkan sinergi bisnis untuk fokus di layanan perbankan atau segmen tertentu.
Melalui entitas yang terpisah, PT Bank Central Asia Tbk dapat menawarkan diferensiasi
secara jelas atas produk dan layanan perbankan dengan risk appetite tertentu dan bank royal
digadang-gadang disiapkan PT Bank Central Asia Tbk menjadi bank digital. Rencana akuisisi
akan dilaksanakan dengan ketentuan PT Bank Central Asia Tbk akan membeli 2.871.999
saham dari para pemegang saham Bank Royal yang mewakili 99,99% dari total Saham yang
telah ditempatkan dan disetor pada PT Bank Royal Indonesia Tbk dan BCA Finance, yang
merupakan anak perusahaan terkendali PT Bank Central Asia Tbk, akan membeli 1 Saham
dari PT Royalindo Investa Wijaya yang mewakili 0,01% dari total saham yang telah
ditempatkan dan disetor pada PT Bank Royal Indonesia Tbk. Adapun total nilai transaksi jual
beli saham Bank Royal adalah sebesar maksimal Rp1.007 miliar. Dalam akuisisi saham,
perusahaan yang membeli bisa berurusan langsung dengan pemegang saham perusahaan yang
dibeli, dengan melakukan tender offer. Sehingga, tidak diperlukan persetujuan dari
manajemen perusahaan. Lantaran tak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris
perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tak
bersahabat 'hostile takeover'.
Akuisisi saham tak memerlukan rapat pemegang saham serta suara pemegang saham.
Sehingga apabila pemegang saham, tak menyukai tawaran bidding firm, mereka dapat
menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak bidding firm. Tak perlu mengurus
banyak persyaratan, terutama yang berkaitan dengan badan hukum.
Kekurangan Akuisisi
a. Jika para pemegang saham cukup banyak minoritas yang tak menyetujui pengambilan alih
tersebut, maka akuisisi batal. Anggaran dasar pada perusahaan umumnya bisa menentukan
paling sedikit 2/3 suara persetujuan pada suatu akuisisi (agar akuisisi bisa terjadi).
b. Jika perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli, maka terjadi merger.
c. Pengeluaran biaya yang tinggi dalam proses legalitas.
d. Perlu adanya pengawasan dan sistem yang baik agar perusahaan yang sudah diakuisisi
selaras dengan visi misi perusahaan yang mengakuisisi.
3. Akibat Hukum dari Akuisisi terhadap PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank
Royal Indonesia
3.1 Akibat hukum pemegang saham
Akuisisi mempunyai akibat hukum bagi pemegang saham, baik pemegang saham
minoritas maupun mayoritas. Bagi pemegang saham minoritas, akuisisi ini justru akan
menimbulkan kerugian dengan seringkali suaranya tidak dapat mempengaruhi jalannya
perseroan. Tetapi jika pemegang saham minoritas merasa dirugikan atas keputusan RUPS
maka pemegang saham minoritas tetap mempunyai hak untuk mengusahakan agar sahamnya
dibeli oleh pihak ketiga atau pihak perseroan. Kedudukan pemegang saham minoritas juga
penting,karena jika tidak diperhatikan maka pengambilalihan atau akuisisi tidak dapat
dilakukan. Hal ini terdapat pada pasal 126 atau (1) huruf a Undang-undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas: “perbuatan hukum penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, atau pemisah wajib memperhatikan kepentingan perseroan, pemegang
saham minoritas, karyawan perseroan.”
Selanjutnya, bagi pemegang saham mayoritas tentu mempunyai dampak yaitu dengan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan terbatas ke pihak yang mengambil alih. Dimana
dalam akuisisi ini perusahaan yang mengakuisisi melakukan pembelian saham lebih dari 50%
saham yang dimiliki oleh perusahaan yang diakuisisi dan sebelum dilakukannya akuisisi,
perusahaan yang mengakuisisi tentunya telah mendapat informasi terkait perusahaan yang
akan diakuisisi yang memiliki tujuan agar mengetahui perusahaan tersebut sehat dan mampu
membangun perusahaan yang mengakuisisi.
Para pemegang saham yang mempunyai saham di perusahaan yang mengakuisisi,
maupun terhadap perusahaan yang diakuisisi mendapatkan perlindungan dari yang terjamin ,
baik perlindungan dari segi ekonomi maupun perlindungan dari segi hukum.12 Perlindungan
hukum terhadap pemegang saham minoritas terhadap tidak setujunya pengambilalihan
perseroan terbatas dijelaskan dalam pasal 62 ayat (1) Undang-undang No 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.
3.2 Akibat hukum terhadap pekerja atau karyawan perseroan

12
Khairandy, Ridwan. Perseroan Terbatas Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan, dan Yurisprudensi.
(Yogyakarta: Total Media, 2009). hlm 260.
Dengan dilakukannya akuisisi sebuah perseroan, maka status pekerja pada perseroan
yang bersangkutan berdasarkan pasal 61 ayat 2 dan 3 Undang-undang No 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja antara perusahaan dengan pekerja tidak berakhir
secara otomatis kecuali jika diperjanjikan lain dalam perjanjian peralihan perusahaan.
Selanjutnya pada pasal 63 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, hubungan kerja antara perusahaan dan pekerja akan berakhir
apabila pihak pekerja itu sendiri yang tidak mau bekerja sama dengan pemilik perusahaan
yang baru ataupun sebaliknya pihak perusahaan tidak mau bekerja sama dengan pekerja yang
lama.
Berdasarkan penjelasan pasal 126 ayat (1) UUPT dan pasal 61 ayat (2)
Undang-Undang Ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa dalam akuisisi perusahaan tidak
berpengaruh pada kontrak kerja karyawan, para karyawan memiliki hak atas pekerjaannya
tanpa harus terpengaruh dengan adanya akuisisi perusahaan.
3.3 Akibat hukum terhadap organ perseroan
Akibat pengambilalihan perseroan juga dapat menimpa organ perseroan, yaitu direksi
dan komisaris. Dimana direksi dan komisaris memiliki tanggung jawab terhadap perseroan.
Sehubungan dengan akibat hukum yang timbul dari akuisisi, akuisisi dilakukan dengan upaya
untuk meningkatkan manajemen perseroan. Tidak menutup kemungkinan jika pemegang
saham yang baru ingin merubah anggota direksi dan komisaris dengan mengacu pada tujuan
akuisisi untuk menjadikan perseroan lebih baik, maka dibutuhkan organ perseroan yang baik
pula. Bagi organ perseroan yang terpaksa tidak diterima atau tidak diangkat kembali oleh
pemegang saham yang baru, tentu merasa dirugikan dengan adanya pengambilalihan tersebut.
Dengan adanya kemungkinan pemberhentian organ perseroan,organ perseroan harus menjadi
pembahasan yang penting yang harus disampaikan pemegang saham dalam Rapat Umum
Pemegang Saham. Di dalam Rapat Umum Pemegang Saham harus adanya negosiasi antara
pemegang saham yang lama dan pemegang saham yang baru, jika pemegang saham ingin
mempertahankan organ perseroan.
Dengan demikian, kedudukan direksi dan komisaris telah secara mendalam
dibicarakan dan dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham. Apabila keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, organ perseroan
terpaksa harus diberhentikan. Yang memiliki kekuasaan utama dalam pemberhentian direksi
dan komisaris adalah pemegang saham, karena pada dasarnya pemegang saham adalah
pemilik. Pemberhentian direksi dan komisaris tidak bisa dilakukan sewenang-wenang.
Keputusan RUPS atas pemberhentian organ perseroan harus menyebut alasannya, apabila
pemberhentian organ perseroan dilakukan tanpa menyebut alasannya, maka akan
bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Untuk menghindari masalah yang akan
timbul dalam pemberhentian organ perseroan tersebut perlu dibuat secara tertulis yang berisi
sebuah pertanyaan bahwa organ perseroan tidak keberatan atas pemberhentian yang akan
diputuskan RUPS.
3.4 Akibat hukum terhadap Pihak tertentu atau Kreditur
Akibat hukum pengambilalihan perseroan terbatas selanjutnya adalah terhadap
pihak-pihak tertentu, terutama adalah terhadap pihak ketiga atau kreditur dari perseroan
terbatas yang diakuisisi. Dalam praktek yang terjadi status piutang kreditur pada perseroan
terbatas yang diakuisisi menjadi tanggung jawab pemegang saham yang baru yang dijelaskan
berdasarkan Pasal 126 ayat (1) huruf b menyebutkan bahwa perbuatan hukum
pengambilalihan harus memperhatikan kepentingan kreditor dan mitra usaha lainnya dalam
perseroan. Ketentuan tersebut kemudian diperjelas dalam penjelasannya yaitu
pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan apabila merugikan pihak-pihak tertentu termasuk
kreditur. Untuk menghindari kerugian terhadap kreditur, maka pengambilalihan harus
berdasarkan keputusan RUPS. Di dalam RUPS, pihak yang akan mengambil alih maupun
yang akan diambil alih menyampaikan maksudnya masing-masing kepada direksi yang
bersangkutan. Untuk direksi harus menyusun rancangan pengambilalihan, yang didalam
rancangan pengambilalihan tersebut sekurang-kurangnya memuat laporan keuangan.
Kreditur diberikan waktu paling lambat 14 (empat belas) hari untuk mengajukan
keberatan sebelum RUPS memutuskan rancangan pengambilalihan. 34 Kreditur dianggap
menyetujui rancangan pengambilalihan apabila Apabila kreditur tidak mengajukan keberatan
dalam jangka waktu tersebut. Dan kemudian apabila kreditur menyampaikan keberatan, maka
keberatan tersebut harus disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham guna untuk
mendapatkan penyelesaian. Berdasarkan Pasal 127 ayat (7), apabila keberatan kreditur tidak
dapat diselesaikan, maka pengambilalihan tidak dapat dilaksanakan.
3.5 Akibat Hukum terhadap Pembeli Saham (Investor).
Investor ke dalam negara mempunyai akibat hukum, baik dari investor lokal maupun
investor asing. Akibat jual beli saham yang berakibat akuisisi pada perseroan terbatas
terhadap investor (pembeli saham) asing. Di dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dijelaskan bahwa investor asing dapat melakukan
penanaman modal di indonesia, hal tersebut dapat dilakukan dengan “Mengambil bagian
saham pada pendirian perseroan terbatas, membeli saham, dan melakukan cara lain yang
tentunya sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Dapat disimpulkan bahwa
mengambil alih bagian saham perseroan tersebut merupakan hal yang sangat penting, dimana
pengambilalihan saham tersebut tidak terlepas dari persoalan bahwa pengambilalihan harus
menyebabkan orang atau badan hukum itu dapat menguasai perseroan. Jika saham yang
diambil alih tidak bersifat signifikan, maka tidak dapat dikategorikan sebagai
pengambilalihan atau akuisisi.13
Akibat jual beli saham yang berakibat akuisisi pada perseroan terbatas terhadap
investor (pembeli saham) lokal. Proses pengambilalihan dengan cara membeli sebagian
saham pada perseroan yang menyebabkan pembeli menjadi pemegang saham mayoritas pada
perusahaan tersebut, sehingga pemegang saham mempunyai hak untuk mengendalikan
perusahaan tersebut. Maka akibat hukumnya bagi status perusahaan yang sahamnya dibeli
oleh investor lokal adalah hanya sebatas beralihnya pengendalian terhadap perseroan kepada
pembeli saham mayoritas tersebut, sebesar saham yang dibeli oleh pihak yang mengambil
alih.
4. Analisis terhadap Dokumen Pendukung Akuisisi PT Bank Central Asia Tbk dan PT
Bank Royal Indonesia
a. Laporan Keuangan 3 (tiga) tahun terakhir dengan ketentuan:
1. Pada transaksi pengambilalihan saham dan/atau aset perusahaan, perusahaan
pengambilalih sampai dengan Badan Usaha induk tertinggi beserta anak-anak
usahanya, dan perusahaan yang diambil alih beserta anak-anak usahanya.
Khusus bagi perpindahan aset, laporan keuangan perusahaan yang menerima
atau mengambil alih aset;
2. Pada transaksi penggabungan, perusahaan yang menerima penggabungan
sampai dengan Badan Usaha induk tertinggi beserta anak-anak usahanya,
perusahaan yang menggabungkan diri beserta anak-anak usahanya;
3. Pada transaksi peleburan, perusahaan yang saling meleburkan diri sampai
dengan Badan Usaha induk tertinggi perusahaan yang mengendalikan
perusahaan hasil peleburan beserta anak-anak usahanya;
b. Skema struktur kelompok pelaku usaha sebelum dan setelah transaksi Penggabungan,
Peleburan, atau pengambilalihan saham dan/atau aset perusahaan;
c. Anggaran dasar perubahan sebelum dan setelah transaksi dilakukan;

13
Yoantha, Ucok. “Akibat Hukum Pembelian Saham Perusahaan Bukan Penanaman Modal Asing Oleh Warga
Negara Asing Atau Badan Hukum Asing.” USU Law Journal 3, no. 1 (2021).
d. Profil perusahaan yang paling sedikit memuat identitas perusahaan termasuk
informasi struktur pemegang saham, komisaris, dan direksi, daftar dan penjelasan
produk yang dihasilkan perusahaan, dan jangkauan pemasaran;
e. Ringkasan transaksi paling sedikit memuat tanggal efektif secara yuridis, nilai
transaksi, dan perjanjian-perjanjian terkait transaksi;
f. Rencana bisnis setelah transaksi dilakukan oleh para pihak; dan
g. Analisis dampak transaksi yang memuat paling sedikit memuat estimasi pangsa pasar
para pihak, pasar yang terdampak terkait dengan transaksi, dan manfaat transaksi bagi
para pihak.
Berdasarkan Peraturan KPPU terbaru No 3 Tahun 2019 tentang Penilaian Terhadap
Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha, atau Pengambilalihan Saham Perusahaan Yang
Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli Dan/Atau Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Di dalam peraturan ini terdapat berbagai perubahan hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan,
penilaian dan notifikasi diatur di dalam Peraturan KPPU No 1 Tahun 2009 Tentang Pra
Notifikasi Pengabungan, Peleburan dan Akuisisi. Kedua aturan ini pada intinya sama
membahas mengenai pelaporan, penilaian dan notifikasi terhadap aksi korporasi yakni
adanya Dokumen Tambahan Berkaitan dengan data dan dokumen.
Berdasarkan Pasal 12 ayat 1 Peraturan KPPU No 3 Tahun 2019 KPPU dapat meminta
data dan dokumen pendukung atau tambahan. Apabila tidak dipenuhi maka KPPU berhak
mengeluarkan penilaian dengan asumsi dan dokumen seadanya. Sedangkan dalam peraturan
sebelumnya tidak mengatur mengenai dokumen pendukung dan penilaian berdasarkan
asumsi. Penolakan jika dokumen tidak lengkap Dalam peraturan baru, Pihak KPPU dapat
menolak pelaku usaha aksi korporasi yang tidak melengkapi dokumen selama waktu 90 hari.
Dalam Pasal 11 Perkom tersebut juga diatur mengenai proses klarifikasi dan
penelitian dokumen pendukung yang dilakukan oleh KPPU setelah menerima notifikasi yang
akan dilakukan selama jangka waktu 60 hari, dan jika diperlukan KPPU dapat meminta untuk
melengkapi informasi lanjutan dalam formulir notifikasi dan dokumen pendukung yang
diperlukan dalam proses penilaian dan harus melengkapinya dalam jangka waktu tersebut.

C. Kesimpulan
Perbuatan hukum oleh badan hukum atau perseorangan dalam mengambil alih seluruh
atau sebagian saham perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap
perseroan disebut juga dengan akuisisi seperti yang dilakukan oleh PT Bank Central Asia
Tbk yang mengakuisisi PT Bank Royal Indonesia akan mengembangkan sinergi bisnis untuk
fokus di layanan perbankan atau segmen tertentu. Hal ini merupakan langkah strategis BCA
untuk dapat melengkapi layanan perbankan BCA guna menjangkau kebutuhan para nasabah.
Akuisisi ini dapat memberi nilai tambah yang terus berkesinambungan serta modal kerja pun
otomatis akan lebih efisien bila dilakukan dalam jangka panjang. Kemudian dampak bagi
pemegang saham mayoritas yaitu beralihnya pengendalian terhadap perseroan terbatas ke
pihak yang mengambil alih. Kemudian dampak bagi para pekerja dan karyawan tidak
mempengaruhi baik dalam ketentuan perjanjian kerja maupun terhadap kontrak kerja
karyawan. Namun dari segi organ perusahaan maka terdapat kemungkinan pergantian direksi
dan komisaris sesuai tujuan baru yang hendak dicapai dari adanya akuisisi tersebut. Selain itu
bagi pihak-pihak tertentu termasuk kreditur, keputusan RUPS digunakan sebagai dasar dalam
menghindari kerugian.
Sehingga dapat diketahui bahwa dalam proses akuisisi yang dilakukan PT Bank
Central Asia Tbk terhadap PT Bank Royal Indonesia, dapat mendatangkan berbagai dampak
baik bagi pemegang saham, maupun bagi kreditur atau pihak-pihak tertentu. Dampak tersebut
tidak lepas dari berbagai keuntungan yang didapatkan baik dari segi efisiensi modal kerja
hingga menjadikan nilai tambah bila dilakukan dalam jangka panjang. Tujuan akuisisi ini
yaitu untuk memperluas dan menjangkau dalam memberikan pelayanan terhadap para
nasabah, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan kepuasan para nasabah
kedepannya.
Daftar Pustaka

Artikel Jurnal

Dewi, Ida. Purnawati, Ni Ketut. 2016. “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum Dan
Sesudah Akuisisi Pada Bank Sinar Bali.” E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana
5 (6): 253573
Febrina, R. 2014. “Proses Akuisisi Perusahaan Berdasarkan Undang- Undang No 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas.” Jurnal Ilmu Hukum Riau 4 (1): 9091
Yoantha, Ucok. 2021. “Akibat Hukum Pembelian Saham Perusahaan Bukan Penanaman
Modal Asing Oleh Warga Negara Asing Atau Badan Hukum Asing.” USU Law
Journal 3 (1)
Buku

Khairandy, Ridwan. 2009. Perseroan Terbatas Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan,


dan Yurisprudensi. Yogyakarta: Total Media.

Sumber Lainnya

CNBC Indonesia. “Sah BCA Rampungkan Akuisisi Bank Royal Rp 988 M.” (20 19)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191105084435-17-112656/sah-bca-rampun
gkan-akuisisi-bank-royal-rp-988-m. Diakses pada tanggal 14 April 2022.
Firdausi, Nila Nuzula. Esterlina, Prisya. (2017). “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi.” PhD Thesis. Brawijaya University.
“Laporan Keuangan Konsolidasian PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak.” (2020).
https://www.bca.co.id/-/media/Feature/Report/File/S8/ACGS/Laporan-ACGS/Indeks-
Laporan-Tahunan/2021/20210330-laporan-keuangan-konsolidasian-ID.pdf. Diakses
pada tanggal 14 April 2022.
“Laporan Tahunan 2019 Royal Bank.” (2019).
https://bcadigital.co.id/documents/AnualReport2019.pdf. Diakses pada tanggal 14
April 2022.
Murdabahari, Yoga Ferdi. (2013). Analisis Kerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger
dan Akuisisi. Universitas Diponegoro: Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai