Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS YURIDIS PENANGANAN BANK BERMASALAH MELALUI PROSES

MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI

Oleh:
Hendra Cendekiawan
Universitas Darma Agung
E-mail:
hendracendekiawan@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian skripsi ini adalah Analisis Yuridis Penanganan Bank Bermasalah Melalui Proses
Merger, Konsolidasi dan Akuisisi. Adapun yang menjadi tujuan penelitian yakni (pertama)
untuk mengetahui pengaturan merger, konsolidasi dan akuisisi dalam kegiatan usaha
perbankan di Indonesia. (kedua) untuk mengetahui faktor-faktor pendukung untuk
terlaksananya merger, konsolidasi dan akuisisi pada perbankan, dan (ketiga) untuk
mengetahui hambatan-hambatan dalam penyelenggaraan proses merger, konsolidasi dan
akuisisi pada Perbankan. Hasil penelitian bahwa pengaturan merger, konsolidasi dan akuisisi
dalam kegiatan usaha perbankan di Indonesia tertuang dalam Menurut Surat Keterangan
Direksi Bank Indonesia Nomor 32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan
Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi, yang mana apabila menurut penilaian Bank
Indonesia suatu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan
bank tidak dapat melakukan langkah-langkah perbaikan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dapat meminta kepada pemilik atau pengurus bank yang bersangkutan untuk melakukan
merger, konsolidasi dan akuisisi dengan bank lain. Pelaksanaan merger, konsolidasi, dan
akuisisi dilakukan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank.
(kedua) Faktor pendukung untuk terlaksananya merger, konsolidasi dan akuisisi pada
perbankan untuk meningkatkan pangsa pasar; meningkatkan sinergi operasional ataupun
menciptakan efisiensi yang lebih baik lagi terhadap Bank; Bank menginginkan pertumbuhan
yang cepat, baik ukuran, pasar saham maupun untuk peningkatan dana/modal bank;
meningkatkan ketrampilan manajemen atau teknologi; mengurangi resiko pajak yang lebih
besar; dan mengurangi resiko kebangkrutan. (ketiga) Hambatan dalam penyelenggaraan
proses merger, konsolidasi dan akuisisi pada Perbankan dapat menyebabkan adanya personil
karyawan yang tersingkir/dirumahkan; penyetelan ulang atau penyelerasan organisasi dalam
manajemen Bank. Adapun saran penelitian ini adalah Bank yang mengalami kondisi
bermasalah diharapkan mengikuti langkah kebijakan yang ditawarkan oleh Bank Indonesia
melalui tiga cara, apakah merger, konsolidasi atau akuisisi sesuai dengan kebutuhan daripada
bank bank yang dalam keadaan bermasalah, hal ini solusi supaya keberlanjutan daripada
usaha perbankan tersebut. Dengan terlaksananya merger, konsolidasi atau akuisisi pada bank-
bank diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar; meningkatkan sinergi operasional pada
Bank; peningkatan dana/modal bank; meningkatkan ketrampilan manajemen atau teknologi.
Dalam melaksanakan merger, konsolidasi atau akuisisi ternyata tidak mudah seperti
membalik telapak tangan, banyak persoalan yang muncul mengikutinya. Untuk itu, perlu
ditekankan kepada bank-bank yang melakukan merger, konsolidasi atau akuisisi harus
melaksanakan prinsip-prinsip transparansi bank. Prinsip transparansi bank atau lebih dikenal
dengan sebutan Good Corporate Governance/GCG (tata kelola perusahaan yang baik dan
sehat).
Kata Kunci : Merger, Konsolidasi, Akuisisi, Bank.

JURNAL DIKTUM, Vol. 2, No. 3, (2023) Desember : 59 - 66 59


1. PENDAHULUAN diinvestasikan ke perusahaan-perusahaan
sendiri yang ada dalam grup tersebut.
Perkembangan industri perbankan Bank Indonesia sebagai lembaga
sangat tergantung pada kinerja bank-bank pengawas dan pengontrol di bidang
yang menjadi pelaku utamanya. Dalam kegiatan ekonomi suatu negara, kedudukan
perjalanannya, Liberalisasi industri Bank Indonesia sebagai badan hukum oleh
perbankan terlihat menggembirakan pada undang-undang diakui secara tegas. Begitu
akhir tahun 1988 setelah pemerintah juga halnya dengan independensi Bank
mengeluarkan Paket Deregulasi Oktober Indonesia secara tegas diakui pula oleh
1988 yang lebih dikenal dengan Pakto 88. undang-undang. Bahkan Undang-Undang
Menurut Sunarsip. Sorotan utama Dasar 1945 setelah amandemen keempat,
Pakto 88 adalah “sosialisasi perbankan menyatakan, “Negara memiliki satu bank
nasional dengan memberikan kemudahan- sentral yang susunan, kedudukan,
kemudahan dan kejelasan aturan pendirian kewenangan, tanggung jawab dan
bank-bank swasta baru yang bertujuan independensinya diatur dengan undang-
untuk meningkatkan pengerahan dana undang”. Oleh undang-undang diakui pula
masyarakat guna pembiayaan kedudukan Bank Indonesia sebagai badan
pembangunan serta efisiensi daya saing hukum dan Bank Indonesia diberi
perbankan Indonesia”. kewenangan untuk mengelola kekayaan
Menurut Zulkarnain Sitompul. sendiri yang terlepas dari Anggaran
“Kebijakan Deregulasi Oktober ini Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
kemudian diikuti dengan dikeluarkannya Salah satu tujuan Bank Indonesia
Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dalam menjalankan fungsi pengawasan
sebagai pengganti Undang-Undang Nomor bank adalah untuk mewujudkan sistem
14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok perbankan yang sehat, agar dapat berperan
Perbankan dan sebagaimana telah dirubah sebagai sarana transmisi kebijakan dalam
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun menjaga kestabilan harga. Dalam kaitan ini
1998 tentang Perbankan”. apabila bank mengalami
Setelah paket deregulasi perbankan kesulitan/bermasalah yang membahayakan
tahun 1988 dilaksanakan, pertumbuhan kelangsungan usahanya, sesuai Pasal 37
bank menjadi cukup pesat, terutama bank Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
umum swasta nasional, bank asing, bank sebagaimana diubah dengan Undang-
campuran dan bank perkreditan rakyat. Undang Nomr 10 Tahun 1998 tentang
Pesatnya pertumbuhan bank, pada Perbankan, maka Bank Indonesia (BI)
akhirnya menciptakan persaingan antar akan mengambil langkah-langkah
bank semakin sengit dan mengarah ke penyelamatan adalah melalui penambahan
persaingan tidak sehat. modal, penggabungan usaha merger,
Kemudahan yang diberikan konsolidasi dan menjual bank kepada
ternyata memiliki sisi negatif. Adalah hal pihak lain (melalui proses akuisisi), dalam
yang wajar apabila bank-bank setelah hal ini yang akan dikaji adalah merger.
Pakto 88 lahir dengan besaran aset dan Paling tidak ada tiga alasan penting
modal yang rendah. Penyebarannya pun yang mendasari mengapa bank perlu
tidak merata dengan berbagai melakukan merger yaitu, Pertama, untuk
permasalahan pada kurangnya sumber menciptakan suatu sinergi, khususnya
daya manusia yang handal dan yang berkaitan dengan memperkuat aset,
berpengalaman serta terbatasnya investasi modal dan jaringan pemasaran yang telah
pada teknologi dan sistem informasi. ada, Kedua, untuk meningkatkan efisiensi
Sebagian di antara bank-bank tersebut dan optimalisasi kerja bank dan Ketiga,
merupakan bagian dari grup usaha tertentu meningkatkan peran manajerial bagi bank
dimana dana yang dikumpulkan bank hasil merger.

60 ANALISIS YURIDIS PENANGANAN BANK BERMASALAH MELALUI PROSES MERGER,


KONSOLIDASI DAN AKUISISI
Hendra Cendekiawan
Berdasarkan uraian tersebut keuangan adalah “suatu sistem yang
peneliti tertarik mengangkat judul skripsi dibentuk oleh lembaga-lembaga yang
Analisis Yuridis Penanganan Bank mempunyai kompetensi yang berkaitan
Bermasalah Melalui Proses Merger, dengan seluk-beluk di bidang perbankan”.
Konsolidasi Dan Akuisisi sebagai tugas
akhir pada Fakultas Hukum Universitas B. Pengaturan Pelaksanaan
Darma Agung. Penanganan Bank Bermasalah
Melalui Proses Merger, Konsolidasi,
2. METODE PENELITIAN dan Akuisisi
Menurut Soerjono Soekanto. Menurut Surat Keterangan Direksi
Metode adalah “cara kerja atau tata kerja Bank Indonesia Nomor 32/51/KEP/DIR
untuk dapat memahami obyek yang tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan
menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi, dan
yang bersangkutan”. Sedangkan penelitian Akuisisi, yang berbunyi sebagai berikut:
merupakan suatu kerja ilmiah yang (1) Apabila menurut penilaian Bank
bertujuan untuk mengungkapkan Indonesia suatu bank mengalami
kebenaran secara sistematis, metodologis kesulitan yang membahayakan
dan konsisten. kelangsungan usahanya dan bank
Menurut Bambang Waluyo tidak dapat melakukan langkah-
Penelitian hukum merupakan “suatu langkah perbaikan yang ditetapkan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada oleh Bank Indonesia dapat
metode, sistematika dan pemikiran tertentu meminta kepada pemilik atau
yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu pengurus bank yang bersangkutan
atau beberapa gejala hukum tertentu untuk:
dengan cara menganalisisnya”. a. Melakukan merger atau
Dengan demikian metode konsolidasi dengan bank lain;
penelitian adalah upaya ilmiah untuk atau
memahami dan memecahkan suatu b. Menjual sebahagian atau
masalah berdasarkan metode tertentu. seluruh kepemilikannya kepada
bank lain atau pihak lain.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN (2) Pelaksanaan merger, konsolidasi,
Pengaturan merger, konsolidasi dan dan akuisisi sebagaimana dimaksud
akuisisi Dalam kegiatan usaha dalam Ayat (1) dilakukan sesuai
perbankan dengan ketentuan sebagaimana
A. Sistem Perbankan di Indonesia diatur dalam Peraturan Pemerintah
Dalam kegiatan ekonomi sistem Republik Indonesia Nomor 28
keuangan merupakan elemen penting, Tahun 1999 tentang Merger,
dimana sistem ini mempertemukan para Konsolidasi dan Akuisis Bank.
subjek pelaku ekonomi. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia sistem adalah Faktor Faktor Pendukung Untuk
perangkat unsur yang secara terstruktur Terlaksananya Merger, Konsolidasi,
saling berkaitan sehingga membentuk Dan Akuisisi Dalam Perbankan
suatu totalitas. Sedangkan keuangan A. Kebijakan Terhadap Bank
adalah pengetahuan teori dan praktik Bermasalah
mengenai keuangan yang mencakup uang, Langkah kebijakan penanganan
kredit, perbankan, sekuritas, investasi, bank bermasalah oleh Bank Indonesia di
valuta asing, penjaminan emisi, bagi dalam dua bagian besar:
kepialangan, trust, dan sebagainya. 1. Program Peyehatan Perbankan
Berdasarkan pengertian tersebut Kebijakan ini dapat ditempuh
Hermansyah mendefinisikan sistem dengan menyelesakan permasalahan di sisi

JURNAL DIKTUM, Vol. 2, No. 3, (2023) Desember : 59 - 66 61


aktiva maupun pasiva bank. Terhadap program pokok pemantapan
program penyehatan perbankan meliputi efektivitas pengawasan langsung
Segi liability yang meliputi program (pemeriksaan Bank) maupun tidak
penjaminan pemerintah, untuk mengatasi langsung. Rencana induk tersebut
krisis kepercayaan terhadap perbankan meliputi: (1) Program pengawasan
nasional. Pemerintah mengeluarkan intensif, (2) Pemantapan fungsi
kebijakan berupa jaminan untuk membayar penelitian, (3) Proses Pengawasan,
semua kewajiban bank kepada masyarakat. (4) Proses pemeriksaan onsite, (5)
Jaminan tersebut meliputi untuk seluruh Kompetensi Pengawasan dan
dana masyarakat yang disimpan dalam pemeriksaan, (6) Penyempurnaan
semua jenis tabungan, giro, dan deposito pengaturan perbankan, (8)
pada semua bank baik bank pemerintah Governance, (9) Peningkatan
maupun bank swasta nasional. Tidak metode kerja dengan menggunakan
termasuk terhadap dana yang disimpan di perangkat lunak sistem informasi
cabang-cabang bank asing. manajemen sektor Perbankan bank
2. Pemantapan Ketahanan Sistem Indonesia(SIM-SPBI), (10)
Perbankan Penegakan pengawasan, (11)
Pemantapan ketahanan sistem integritas pengawas dan pemeriksa,
perbankan yaitu kebijakan yang ditujukan dan (12) Transparansi internal dan
untuk membangun kembali sistem peran Komite Evaluasi Perbankan
perbankan yang sehat dan kuat untuk (KEP); dan
mencegah terjadinya krisis dimasa
mendatang. Langkah-langkah yang B. Faktor Pendukung Merger,
ditempuh adalah: Konsolidasi dan Akuisisi pada
1) Memperbaiki infrastruktur Perbankan
perbankan, langkah ini Perbankan/Perusahaan dalam
mewujudkan dalam bentuk upaya menjalankan kegiatan operasional
pengembangan BPR, terkadang perusahaan perlu melakukan
pengembangan bank syariah dan penggabungan perusahaan. Penggabungan
pembentukan Lembaga penjaminan usaha ini sebagai aktivitas mengekspansi
Simpanan; perusahaan yang mana dilakukan oleh
2) Menyempurnakan ketentuan dan suatu perusahaan dengan satu atau
memantapkan pengawasan beberapa perusahaan kedalam suatu
perbankan. Langkah yang perusahaan yang mana tujuannya adalah
ditempuh dengan mengubah untuk memperluas usaha. Dalam hal
ketentuan yang semula belum menggabungkan dua perusahaan terdapat
berstandar ke standar yang lebih tiga cara, yakni dengan cara merger,
Internasional. Selain itu, Bank konsolidasi dan akuisisi. Sehingga ada
Indonesia juga menata kembali beberapa kemungkinan mengapa
beban pekerjaan dalam perusahaan dapat menggabungkan
pelaksanaan tugas pemeriksaan dan perusahaannya menjadi satu kesatuan baik
pengawasan perbankan bank, melalui merger, konsolidasi dan akuisisi.
reorganisasi juga dimaksudkan
untuk meningkatkan fungsi Hambatan Hambatan Dalam
perizinan, pengaturan dan Penyelenggaraan Merger, Konsolidasi,
penelitian perbankan. Berdasarkan Dan Akuisisi Dalam Perbankan
kerangka kerja pengawasan dan A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank di
pemeriksaan bank tersebut, bank Indonesia
Indonesia telah menyusun rencana Untuk membentuk bank-bank yang
induk perbankan yang berisi sehat, saat ini Bank Indonesia senantiasa

62 ANALISIS YURIDIS PENANGANAN BANK BERMASALAH MELALUI PROSES MERGER,


KONSOLIDASI DAN AKUISISI
Hendra Cendekiawan
mengatur, mengawasi, dan menilai bank- Komponen keempat adalah earning
bank berdasarkan lima aspek yang atau rentabilitas. Rasio yang digunakan
meliputi CAMEL (Capital, Aktiva, yakni, Pertama, rasio total laba terhadap
Management, Earning, Liquidity). Dengan aktiva atau sering juga disebut return on
dasar tersebut, maka Bank Indonesia dapat assets (ROA), Kedua, rasio antara biaya
menetapkan status bank umum. operasional terhadap pendapatan rasional.
Komponen Capital atau modal,
menurut ketentuan Bank Indonesia diukur B. Hambatan-Hambatan Yang
dari perbandingan antara global yang Dihadapi Dalam Penyelenggaraan
dimiliki terhadap Aktiva Tertimbang Aspek Perlindungan Dalam Proses
Menurut Risiko (ATMR) atau sering juga Merger Bank
disebut CAR. Berdasarkan Peraturan Bank Kendati tujuan utama sebuah
Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 tentang merger adalah untuk memperkuat bisnis
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan kinerja perusahaan, efisiensi usaha
Bank Umum, besar CAR yang harus merupakan hal lain yang mendasari sebuah
dipenuhi adalah minimum 8% terhitung proses merger tersebut. Dalam banyak hal
sejak akhir bulan Desember 2001. Bank personil, teknologi, cabang, produk, dan
yang tidak dapat memenuhi ketentuan delivery channel dan lainnya dapat
sebagaimana yang dimaksud tersebut, akan dihindari sehingga perusahaan lebih efisien
ditempatkan dalam pengawasan khusus beroperasi dan mampu meraih kinerja
sebagaimana dengan ketentuan yang yang lebih tinggi. Namun dalam
berlaku. melakukan merger atau penggabungan
Komponen yang kedua adalah usaha bank di Indonesia masih sangat sulit
kualitas aset. Dalam hal ini ada dua hal dan jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan
menurut penulis yang perlu diperhitungkan merger secara murni sangat jarang terjadi,
yaitu, Pertama, rasio aktiva produktif yang yang ada hanya pencaplokan bank-bank
dikalsifikasi terhadap total aktiva yang kecil oleh bank-bank secara besar.
produktif. Jumlah rasio aktiva produktif Letak persoalan utamanya adalah karena
diklasifikasikan diperoleh dari setiap proses merger, konsolidasi maupun
perhintungan sebagai berikut: 5% dari akuisisi selalu menyebabkan adanya
aktiva produktif kurang lancar, 75% dari personil karyawan yang tersingkir. Ini
aktiva produktif diragukan, dan 100% dari terjadi di hampir semua level perusahaan.
aktiva produktif yang macet. Semakin Perusahaan tentunya tidak memerlukan
kecil rasio tersebut, menandakan bahwa dua atau lebih manajer untuk menjalankan
aktiva produktif yang bermasalah di bank fungsi yang sebenarnya bisa dijalankan
tersebut relatif kecil, Kedua, rasio oleh satu manajer saja.
cadangan aktiva produktif terhadap aktiva Calon investor mapun pelaku
produktif yang diklasifikasikan. Semakin bisnis pada umumnya ingin mengetahui
besar rasioa ini, maka akan semakin baik. secara lebih dalam semua masalah yang
Artinya bahwa benk tersebut telah benar- dihadapi sehingga saat merger dilakukan,
benar siap mengantisipasi penghapus bank hasil merger merupakan lembaga
bukuan kredit. yang cukup sehat, bukan saja itu, juga
Selanjutnya komponen yang ketiga karena bank terbawa oleh masalah
adalah manajemen. Untuk penilaian ini, struktural di dalam bank itu sendiri.
Bank Indonesia melihat bagaimana bankir Untuk itu, perlu ditekankan kepada
dalam mengelola bank dengan menerapkan bank-bank yang melakukan merger, harus
manajemen umum dan manajemen resiko melaksanakan prinsip-prinsip transparansi
yang melekat dalam berbagai kegiatan- bank. Prinsip transparansi bank atau lebih
kegiatan bank. dikenal dengan sebutan Good Corporate
Governance/GCG (tata kelola perusahaan

JURNAL DIKTUM, Vol. 2, No. 3, (2023) Desember : 59 - 66 63


yang baik dan sehat) dalam perbankan tentang Merger, Konsolidasi dan
adalah suatu prinsip di mana tingkat Akuisisi Bank.
pengukuran terhadap apa stakehilders 2. Faktor pendukung untuk terlaksananya
(pemegang saham, pihak berpiutang, dan merger, konsolidasi dan akuisisi pada
pihak-pihak terkait lainnya seperti halnya perbankan untuk meningkatkan pangsa
analisis-analisis sekuritas dan agen-agen pasar; meningkatkan sinergi operasional
rating) yang mampu mengakses kondisi ataupun menciptakan efisiensi yang
keuangan terkini dari institusi-institusi, lebih baik lagi terhadap Bank; Bank
prospek dan resiko untuk penanaman masa menginginkan pertumbuhan yang cepat,
depan dan memungkinkan masyarakat baik ukuran, pasar saham maupun
mengetahui lebih banyak informasi untuk peningkatan dana/modal bank;
mengenai bank tersebut. meningkatkan ketrampilan manajemen
Kesadaran tersebut muncul karena atau teknologi; mengurangi resiko pajak
sebelum krisis, penerapan prinsip GCG yang lebih besar; dan mengurangi
belum disadari sepenuhnya oleh kalangan resiko kebangkrutan.
perbankan. Padahal, perbankan merupakan 3. Hambatan dalam penyelenggaraan
lembaga intermediasi yang memiliki proses merger, konsolidasi dan akuisisi
karakteristik berbeda dengan perusahaan pada Perbankan dapat menyebabkan
lain pada umumnya. Sebab, fungsinya adanya personil karyawan yang
sebagai lembaga kepercayaan yang tersingkir/dirumahkan. Bank tentunya
menghimpun dan menyalurkan dana tidak memerlukan dua atau lebih
masyarakat. manajer untuk menjalankan fungsi yang
sebenarnya bisa dijalankan oleh satu
4. SIMPULAN manajer saja. Penyetelan ulang atau
penyelerasan organisasi dalam
Simpulan manajemen Bank.
1. Pengaturan merger, konsolidasi dan
akuisisi dalam kegiatan usaha Saran
perbankan di Indonesia tertuang dalam 1. Bank yang mengalami kondisi
Menurut Surat Keterangan Direksi bermasalah diharapkan mengikuti
Bank Indonesia Nomor 32/51/KEP/DIR langkah kebijakan yang ditawarkan
tanggal 14 Mei 1999 tentang oleh Bank Indonesia melalui tiga cara,
Persyaratan dan Tata Cara Merger, apakah merger, konsolidasi atau
Konsolidasi, dan Akuisisi, yang mana akuisisi sesuai dengan kebutuhan
apabila menurut penilaian Bank daripada bank bank yang dalam
Indonesia suatu bank mengalami keadaan bermasalah, hal ini solusi
kesulitan yang membahayakan supaya keberlanjutan daripada usaha
kelangsungan usahanya dan bank tidak perbankan tersebut.
dapat melakukan langkah-langkah 2. Dengan terlaksananya merger,
perbaikan yang ditetapkan oleh Bank konsolidasi atau akuisisi pada bank-
Indonesia dapat meminta kepada bank diharapkan dapat meningkatkan
pemilik atau pengurus bank yang pangsa pasar; meningkatkan sinergi
bersangkutan untuk melakukan merger, operasional pada Bank; peningkatan
konsolidasi dan akuisisi dengan bank dana/modal bank; meningkatkan
lain. Pelaksanaan merger, konsolidasi, ketrampilan manajemen atau teknologi.
dan akuisisi dilakukan sesuai dengan 3. Dalam melaksanakan merger,
ketentuan sebagaimana diatur dalam konsolidasi atau akuisisi ternyata tidak
Peraturan Pemerintah Republik mudah seperti membalik telapak
Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tangan, banyak persoalan yang muncul
mengikutinya. Untuk itu, perlu

64 ANALISIS YURIDIS PENANGANAN BANK BERMASALAH MELALUI PROSES MERGER,


KONSOLIDASI DAN AKUISISI
Hendra Cendekiawan
ditekankan kepada bank-bank yang Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan
melakukan merger, konsolidasi atau di Indonesia, Citra Aditya Bakti,
akuisisi harus melaksanakan prinsip- Bandung, 2006.
prinsip transparansi bank. Prinsip Martono, Bank dan Lembaga Keuangan
transparansi bank atau lebih dikenal Lain, Ekonosia, Yogyakarta, 2002.
dengan sebutan Good Corporate Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip
Governance/GCG (tata kelola Pengawasan Bank, Jakarta: PT.
perusahaan yang baik dan sehat). Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Rachmadi Usman., Aspek-Aspek Hukum
5. DAFTAR PUSTAKA Perbankan Indonesia, Jakarta:
Gramedia, 2003.
A. Buku Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan
Adrian Sutedi, Hukum Perbankan ; Suatu Berkontrak dan Perlindungan Yang
Tinjauan Pencucian Uang, Merger, Seimbang Bagi Para Pihak Dalam
Likuidasi dan Kepailitan, Sinar Perjanjian Kredit Bank di Indonesia,
Grafika, Jakarta, 2008. Institut Bankir Indonesia, Jakarta,
Amiruddin dan Zainal Asikin., Pengantar 1993.
Metode Penelitian Hukum, Rajawali Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi
Pers, Jakarta, Cetakan ke-6, 2012 Penelitian Hukum Empiris, (Jakarta:
Agus Budianto, Merger Bank di Indonesia Indonesia Hillco, 1990).
Beserta Akibat-Akibat Hukumnya, Soedjono Dirdjosisworo., Hukum
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2004). Perusahaan Mengenai Hukum
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Perbankan di Indonesia, (Bandung:
Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: CV Mandar Maju, 2003).
PT. Raja Grafindo Persada, 2001). Sunarsip, “Analisis atas Deregulai, Krisis
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dan restrukturisasi Perbankan di
dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Indonesia”, Jurnal keuangan Publik
Grafika, 1996). Volume 1/Nomor 1, September
Dahlan Siamat., Manajemen Lembaga 2003.
Keuangan: Kebijakan Moneter dan Zulkarnain Sitompul, Prolematika
Perbankan, (Jakarta: Lembaga Perbankan, (Bandung: Books
Penerbit Fakultas ekonomi Terrace & Library, 2005).
Universitas Indonesia, 2005).
Didik J. Racbini, Suwido Ton, dkk, Bank B. Peraturan Peruundang-Undangan
Indonesia Menuju Independensi Undang-Undang Dasar 1945.
Bank Sentral, (Jakarta : PT. Mardi Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
Mulyo, 2000). tentang Bank Indonesia.
Go Marcel., Akusisi Bisnis Analisis dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998,
Pengelolaan, (Jakara: Rineka Cipta, Tentang Perbankan.
1992). Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004
Hermansyah., Hukum Perbankan Nasional Tentang Perubahan Undang-Undang
Indonesia, Jakarta, Kencana, 2008. Nomor 23 Tahun 1999 Tentang
Kusumaningtuti, Peranan Hukum Dalam Bank Indonesia.
Penyelesaian Krisis Perbankan di Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan
Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, Nomor 5 Tahun 2006 tentang
2008. Penanganan Bank Gagal Yang
Lani Dharmasetya, dan Vonny Sulaiman., Berdampak Sistemik.
Merger & Akuisisi Tinjauan dari Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28
Sudut Akuntansi dan Perpajakan, Tahun 1999 tentang Merger,
(Jakarta: Gramedia, 2009). Konsolidasi dan Akuisisi Bank.

JURNAL DIKTUM, Vol. 2, No. 3, (2023) Desember : 59 - 66 65


B. Jurnal dan Internet
Badan Pemeriksa Keuangan Negara
Republik Indonesia, “Laporan Hasil
Pemeriksaan Investigasi Atas Kasus
Bank Century Pada BI, LPS, KSSK
dan Bank Century No.
64/LHP/XV/11/2009”, Jakarta, 20
November 2009.
Zulkarnain Sitompul, Perlindungan dana
Nasabah Suatu Gagasan Tentang
Pendirian Lembaga Penjamin
Simpanan di Indnesia, (Jakarta:
Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Universitas Indonesia,
2002).
http://www.bankpermata.co.id/corporate01
/about_merger.asp,diakses terakhir
12 Januari 2022.
http//www.bankindonesia.go.id/sejarah
perbankan masa krisis moneter
1997/artikel// diakses terakhir 16
Januari 2022.
http://www.hukumonline.co.id/corporate0
1100/analisakinerjabank//about_mer
ger.asp, diakses terakhir 20 Januari
2022.
http//www.bankindonesia.go.id///bank-
bankdalambermasalah///, diakses
terakhir 12 Januari 2022.
Syahril Sabirin., Tuntutan Transparansi
Bank-Bank Syahril: Tidak bisa
serentak, lihat, di http/bico./library,
diakses terakhir tanggal 11 Mei
2022.
https://www.pelatihan-sdm.net/faktor-
perusahaan-melakukan-merger-dan-
akuisisi/, diakses terakhir tanggal 10
Mei 2022.

66 ANALISIS YURIDIS PENANGANAN BANK BERMASALAH MELALUI PROSES MERGER,


KONSOLIDASI DAN AKUISISI
Hendra Cendekiawan

Anda mungkin juga menyukai