Anda di halaman 1dari 16

CONTOH PROPOSAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia memiliki sistem perbankan yang ditangani langsung oleh bank Indonesia. Bank
yang ada di Indonesia sendiri jumlahnya sangat banyak, pada tahun 1988 syarat mendirikan bank
sudah ringan sehingga banyak bank yang bermunculan. Kurung waktu kurang dari 10 tahun,
yaitu tepatnya pada tahun 1997, dunia perekonomian mengalami kemunduran. Krisis moneter
terjadi dimana-mana, termasuk Indonesia didalamnya yang mengalami anjlokan nilai tukar dolar.
Jelas perbankan mengalami imbas dari keadaan tersebut, banyak perusahaan termasuk perbankan
didalamnya mengalami kepailitan atau bangkrut (bankcrupty). Ada beberapa bank yang
mengalami pembekuan usaha, ada pun bank yang mengalami penggabungan usaha.
Dalam penulisan ini penulis mengambil tema merger dan akuisisi. Merger dan akuisisi
memiliki tujuan yang sama yaitu melakukan penyelamatan terhadap perusahaan yang memiliki
kadar kesehatan keuangan yang sangat tidak sehat. Namun merger dan akuisisi memiliki
pengertian yang berbeda. Dimana merger memiliki pengertian penggabungan dua perusahaan
menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan
liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling
tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya
menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus,
1999, p.598). sedangkan akuisisi adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan
membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. (Brealey, Myers,
& Marcus, 1999, p.598).
Tujuan dari merger untuk memaksimalkan kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh
masing-masing bank sehingga dapat menciptakan sinergi yang baru, baik dalam penggunaan
modal, jaringan usaha yang lebih luas maupun sumber daya manusia (annual report bank Windu
Kentjana Internasional, Tbk). Namun seiring dengan berjalannya waktu dan biasnya fluktuasi di
Negara Indonesia, menjadi daya tarik tersendiri untuk bank yang melakukan merger. Hanya ada
2 kemungkinan bank pasca dimerger, yang pertama bank mengalami kenaikan hal yang positif
atau yang kedua bank mengalami penurunan hal yang negative.
Kinerja kesehatan keuangan bank yang telah melakukan merger rutin dilakukan
pemantauan agar pemerintah tidak kehilangan informasi atas yang terjadi pada bank yang
bersangkutan. Analisis yang digunakan oleh bank Indonesia adalah CAMELS (Capital, Asset
Quality, Management, Earnings, Liquidity, & Sensitivity to Market Risks) atau permodalan,
kualitas asset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar.
Sedangkan rasio yang digunakan untuk menganalisis adalah rasio CAR (Capital Adequacy
Ratio), ROE (Return On Equity), dan LDR (Loan to Deposit Ratio). Dimana rasio ROE, LDR,
dan NIM akan mempengaruhi rasio ROA. Penilaian rasio Return On Assets didasarkan
presentase yang dikelompokan menjadi 4 bagian yaitu sangat sehat, sehat, cukup sehat dan tidak
sehat dipengaruhi oleh Return On Equity, Loan to Deposit Ratio dan Net Interest Margin.
Bank Mandiri merupakan bank hasil merger dari bank Export Import, bank Budi Daya,
bank Pembangunan Indonesia, bank Dagang Negara. Bank ini berdiri pada tanggal 2 Oktober
1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Indonesia dan empat bank asalnya efektif mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada
pertengahan tahun 1999. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Mandiri). Bank Mandiri sendiri
merupakan perusahaan terbuka dan memiliki kode saham BMRI. Dalam penulisan ini judul
yang digunakan adalah ANALISIS ATAS PENGARUH RASIO CAPITAL ADEQUACY
RATIO (CAR) DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP RASIO RETURN ON
EQUITY (ROE) PADA BANK YANG TELAH MENGALAMI MERGER (STUDI KASUS
PADA PT. BANK MANDIRI PERSERO, TBK PERIODE 2006-2011).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bank Mandiri merupakan bank yang telah mengalami merger lebih dari 14 tahun.
Sehingga perkembangan mengenai kinerja keuangannya berangsur-angsur memulih. Dalam
melakukan penelitian ini, timbulah masalah yaitu :
1.) Apakah rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) mempengaruhi rasio ROE (Return On Equity)
dalam laporan keuangan triwulan bank Mandiri pada tahun 2006-2011?
2.) Apakah rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) mempengaruhi rasio ROE (Return On Equity) dalam
laporan keuangan triwulan bank Mandiri pada tahun 2006-2011?
Pertanyaan yang timbul ini berkaitan dengan bank Mandiri pasca mengalami merger,
sehingga diujikan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Masalah ini akan dibahas pada bab IV
yaitu pembahasan.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Melakukan riset terhadap suatu kondisi memiliki tujuan tersendiri. Seperti dalam
penelitian bank Mandiri pasca mengalami merger dengan menganalisis laporan keuangan dengan
rasio-rasio yang telah disedikan oleh Bank Indonesia. Dimana tujuan pertama dalam melakukan
penelitian ini adalah untuk menjawab masalah yang timbul kemudian dijawab secara ilmiah
dengan kajian yang sesuai, yaitu menganalisis rasio-rasio keuangan yang ada pada periode 2006-
2011. Selanjutnya untuk mengaplikasikan metode yang didapatkan saat belajar diperkuliahan
yang besar manfaatnya untuk penulis dan semua mahasiswa yang melakukan penulisan ilmiah
lainnya. Disamping itu, penulisan ini juga dapat digunakan secara umum untuk penelitian
selanjutnya atau untuk investor yang akan membeli saham di PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk.

BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 PENGERTIAN BANK


Bank merupakan tempat untuk menabung atau menyimpan uang, baik berbentuk
tabungan maupun deposito. Disisi lain, bank merupakan tempat untuk meminjam uang yang
secara sah diakui oleh Negara dan diatur dalam peraturan. Fungsi bank dewasa ini berkembang
lebih cepat, selain tempat untuk menyimpan dan meminjam uang bank juga dapat melayani
penukaran uang asing, pembayaran dan setoran seperti listrik, telepon, air, pajak, uang kuliah dan
pembayaran lainnya.
Ada banyak sekali definisi bank, salah satunya adalah sebagai berikut :
1.) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 pasal 1 tentang perbankan, yang dimaksud
dengan BANK adalah badan usaha yang menghimpun dani dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.) Menurut Kasmir, SE., MM. dalam bukunya yang berjudul Bnak dan Lembaga Keuangan
Lainnya, bank merupakan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, artinya aktivitas
perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.
Dari pengertian bank secara umum dapat diketahui bahwa kegiatan bank berkaitan erat
dengan keuangan. Sehingga tidak terlepas dari setiap masalah keuangan yang ada. Sebelum bank
memberikan layanan dapat menerima dana dari masyarakat, bank harus terlebih dahulu
menanamkan modalnya kepada bank Induk berdasarkan presentase ketentuan dari bank
Indonesia, bank Induk di Indonesia adalah bank Indonesia. Permasalahan dalam keuangan dan
kredit bank adalah permodalan dan resiko kredit macet. Masalah ini memberikan kontribusi yang
besar terhadap kelangsungan hidup bank.

2.2 PENGERTIAN MERGER


Perjalanan perbankan di Indonesia pasca krisis moneter 1998 tidak semulus yang
diharapkan dan diangan-angakan. Kendati demikian, pemerintah juga turut serta dalam
memberikan bantuan, baik dalam bentuk bantuan dana atau melebur bank yang mengalami kritis
keuangan maupun menutup bekukan bank yang bermasalah. Ini ada kaitannya dengan peleburan
bank atau istilah yang lebih dikenalnya sebagai merger.
Merger merupakan peleburan atau penggabungan 2 perusahaan atau lebih dengan tujuan
untuk memperbaiki kinerja dan keuangan perusahaan tersebut dimana perusahaan yang
melakukan merger mengubah nama perusahaan sesuai dengan induk perusahaan yang memiliki
jumlah saham lebih besar. Merger berbeda dengan bangkrut. Salah satu tujuan merger sebagai
penyelamatan sehingga, bank yang akan bangkrut dapat berdiri lagi dengan bantuan bank
lainnya untuk menghindari keadaan bangkrut yang sesungguhnya.
Pengertian merger menurut Kasmir, SE., MM. dalam bukunya yang berjudul Bank dan
Lembaga Keuangan Lainnya, merger merupakan penggabungan dari dua bank atau lebih dengan
cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu dari bank dan membubarkan bank-bank lainnya
tanpa melikuidasi terlebih dulu. Penggabungan dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
saham bank lainnya yang ikut bergabung menjadi satu dengan bank yang dipilih untuk dijadikan
bank yang akan dipertahankan. Sebagai contoh, Bank PT. Multicor dengan bank PT. Windu
Kentjana, Bank Multicor bergabung dan kemudian berubah namanya menjadi bank PT. Windu
Kentjana Internasional, Tbk.
2.3 TUJUAN DAN DAMPAK MERGER
Melakukan peleburan bukan hanya semena-mena untuk mempertahankan nama
kelangsungan hidup perusahaan, namun juga memiliki tujuan yang lain. Tujuan dari Merger dan
Akuisisi adalah :
1.) Sinergi.
Perusahaan baru yang merupakan gabungan dari dua perusahaan tersebut diharapkan untuk
meningkat nilainya. Efek sinergi ini muncul dari beberapa sumber yaitu: hasil operasional
perusahaan, hasil transaksi finansial, pengaruh pajak, efisiensi dan peningkatan kekuatan pasar.
Sinergi yang diperoleh dengan melakukan merger itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) kelompok, yaitu:
a.) Operating synergy yang diperoleh dengan adanya economic of scale, sumber daya yang dapat
saling melengkapi, koordinasi yang lebih baik antar berbagai tahap produksi.
b.) Financial synergy adalah bahwa dengan merger akan diperoleh biaya modal yang lebih rendah
dengan meningkatkan kapasitas utang atau dengan mencapai skala yang ekonomis flotation cost.
c.) Di samping itu juga synergy dalam kerangka perencanaan berjangka panjang dengan
memungkinkan perusahaan untuk melakukan ekspansi ke pasar baru secara lebih cepat sebagai
tanggapan atas adanya perubahan lingkungan bisnis.
2.) Pertimbangan pajak.
Pertimbangan pajak telah mendorong pula terjadinya sejumlah merger. Sebagai contoh,
perusahaan yang menguntungkan dan berada di rentang pajak tertinggi dapat mengakuisisi
sebuah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian pajak dalam jumlah besar. Kerugian
secara pajak ini selanjutnya dapat langsung diubah menjadi penghematan pajak daripada dibawa
ke tahun berikutnya dan digunakan di maa mendatang. Jika perusahaan mengalami kekurangan
peluang investasi internal jika dibandingkan dengan arus kas bebas yang tersedia, maka
perusahaan dapat membayarkan dividen tambahan, berinvestasi pada sekuritas, membeli kembali
sahamnya, atau membeli perusahaan lain.
3.) Diversifikasi
Para manajer sering kali menyebutkan diversifikasi sebagai salah satu alasan dari merger.
Mereka berpendapat bahwa diversifikasi akan membantu menstabilisasi keuntungan perusahaan
dan akibatnya memberikan keuntungan bagi para pemiliknya. Stabilisasi keuntungan sudah pasti
merupakan hal yang menguntungkan bagi para karyawan, pemasok dan pelanggan, namun dari
sudut pandang pemegang saham, stabilisasi merupakan nilai yang kurang pasti.
4.) Insentif manajer
Ekonom keuangan suka berpendapat bahwa keputusan bisnis hanya didasarkan atas
pertimbangan ekonomi saja, khususnya dalam hal memaksimalkan nilai sebuah perusahaan.
Namun, banyak keputusan bisnis sebetulnya lebih didasarkan pada motivasi pribadi manajer
daripada pada analisis ekonomi.
Pertimbangan pribadi akan dapat menghalangi sekaligus juga dapat memotivasi merger. Setelah
sebagian besar pengambilalihan, sebagian manajer dari perusahaan yang diakusisi kehilangan
pekerjaan mereka, atau paling tidak otonomi yang mereka miliki. Karenanya, para manajer yang
memiliki kurang dari 51% saham perusahaan mereka mencoba mencarai cara yang akan
memperkecil peluang erjadinya pengambilalihan. Merger defensif seperti itu sangat sukar untuk
dipertahankan berdasarkan alasan ekonomi.
5.) NilaiResidu
Perusahaan dapat dinilai dari nilai bukunya, nilai ekonominya, maupun nilai penggantinya. Baru-
baru ini, para spesialis pengambilalihan perusahaan telah mulai mengakui nilain residu sebagai
salah satu basis lain untuk melakukan valuasi.
Sedangkan melakukan merger disamping memiliki tujuan juga memiliki dampak. Untuk
Dampak Merger adalah apabila dua perusahaan, rasio pertukaran timbul yang menunjukkan
bobot relatif dari perusahaan-perusahaaan tersebut.tujuan merger haruslah memaksimisasi
kekayaan jangka panjang para pemegang saham yang ada. Oleh karena itu, yang berhasil adalah
merger yang telah meningkatkan harga pasar saham perusahaan melebihi harga yang akan
diperoleh seandainya kombinasi tidak terjadi. Dampak merger yang akan diuraikan adalah :
1.) Dampak Pada Laba
Dalam mengevaluasi pengambil alihan yang akan dilakukan, perusahaan yang mengambil alih
harus mempertimbangkan pengaruh merger terhadap harga per lembar saham perusahaan yang
bertahan. Kenaikan dan penurunan awal dalam laba perlembar mungkin terjadi. Besarnya
kenaikan atau penurunan tersebut merupakan fungsi dari perbedaan rasio harga / laba dan ukuran
relatif kedua perusahaan yang diukur menurut total laba. Semakin tinggi rasio harga / laba
perusahaan yang mengambil alih dibandingkan dengan rasio perusahaan yang diambil alih, dan
semakin besar laba perusahaan yang diambil alih dibandingkan dengan laba perusahaan yang
mengambil alih, maka semakin besar kenaikan laba per lembar saham perusahaan yang
mengambil alih.
2.) Dampak Pada Nilai Pasar
Penekanan utama dalam proses tawar-menawar (bargaining process) berada pada rasio
pertukaran harga pasar per lembar . dalam menilai nilai instrinsik suatu perusahaan, para investor
memusatkan perhatian pada harga pasar sahamnya . harga itu mencerminkan potensi laba
perusahaan , dividen , risiko usaha , struktural modal , nilai aktiva , dan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan penilaian .Perbaikan laba per saham (boots earning per share). Dengan
tidak adanya sinergisme, perbaikan manajemen, atau penurunan nilai saham perusahaan yang
dibeli pasar yang efisien, kita tidak akan bisa mengharapkan bahwa para pemegang saham
perusahaan yang membeli akan menawarkan harga yang lebih tinggi daripada harga pasar saham
pada saat berjalan dari perusahaan yang dibeli. (http://ececilia.blogspot.com/2010/06/jurnal-
penelitian-ilmiah-analisis.html)
Dari uraian diatas setelah melakukan merger, seharusnya bank yang bersangkutan
menjadi lebih baik dari kinerja keuangannya, karena itu merupakan salah satu tujuan dari usaha
penggabungan tersebut. Namun ada fakta yang menyatakan bank pasca merger mengalami
penurunan keuangan bank. Dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan vol.7, no.1 maret 2003
Agunan P. Samosir kinerja bank Mandiri setelah demerger selama 3 tahun justru tidak sehat,
dimana 73% pendapatan merupakan hasil bunga obligasi yang diberikan oleh pemerintah. Ini
menjadi kajian teori yang dapat memberikan kesempatan untuk membuka kinerja keuangan yang
mengalami merger agar dikoreksi dan dianalisis mengenai kesehatan keuangannya.
Kesehatan keuangan bank sangat penting selain untuk pemerintah bisa lebih berhati-hati
menjaga kestabilan keuangan perbankan di Indonesia juga untuk masyarakat dimana sebagai
nasabah bank yang bersangkutan, agar merasa aman dalam menyimpan uang mereka dibank.
Nasabah biasanya hanya melihat dari sisi laporan keuangan, tanpa melihat rasio-rasio keuangan
yang telah dibuat oleh bank Indonesia.

2.4 JENIS BANK


Bank Indonesia bertindak sebagai bank induk, dimana kesehatan bank harus sesuai
dengan kriteria yang diberikan bank Indonesia. Bank Indonesia sendiri menggunakan metode
camel, yaitu mengenai permodalan, kualitas aktiva, manajemen, kemampuan laba dan likuiditas.
Jenis bank di Indonesia sendiri berdasarkan 2 pilihan, yaitu pembayaran bunga atau bagi
hasil usaha. Jenis pertama konvensional dan jenis kedua adalah bank berdasarkan prinsip syariah.
Yang akan dianalisis kinerja keuangannya adalah yang termasuk bank konvensional. Bank
Mandiri merupakan salah satu dari bank konvensional, dimana ada pembayaran bunga dalam
kredit yang diberikan oleh bank.

2.5 RASIO KEUANGAN


Analisis mengenai rasio yang digunakan hanya 3, yaitu rasio CAR (Capital Adequacy
Ratio), ROE (Return On Equity), LDR (Loan to Deposit Ratio).
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-
sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain,
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling
sedikit 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International
Settlements).
ROE (Return On Equity) adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal
sendiri. Rasio banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri
maupun pemegang saham baru) serta para investor dipasar modal yang ingin membeli saham
bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Namun Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian besarnya ROA daripada ROE. Karena menurut Bank Indonesia, sebagai
Pembina dan pengawas perbankan Indonesia, lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank
yang diukur dengan asset dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Dalam
hal seperti ini sebenarnya keduanya adalah rasio yang sama-sama harus digunakan, karena jika
investor tertarik dengan hasil dari rasio ROE memungkin menanamkan modalnya pada bank
yang bersangkutan.
LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio antara sejumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana
yang diterima bank adalah sebagai berikut :
1. KLBI (kredit likuiditas Bank Indonesia) (jika ada).
2. Giro, Deposito dan tabungan.
3. Pinjaman dari bukan bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman
subordinasi.
4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan.
6. Modal pinjaman.
7. Modal inti.
Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.

2.6 PENELITIAN SEBELUMNYA


Ada beberapa kajian teori dari beberapa penelitian dari sebelumnya yang berhubungan
dengan rasio kesehatan keuangan perbankan di Indonesia, yaitu :
1. Theresia Gunawan (2008) dalam judul penelitiannya Model Prediksi Kegagalan Bank Pasca
Merger Berdasarkan Nilai Rasio Keuangan. Dengan hasil penelitiannya yaitu, untuk
meningkatkan ROA, pihak bank harus dapat memanjemeni spread pendapatan bunga dan biaya
bunga dengan meningkatkan tabungan, dan kemudian melepaskannya menjadi kredit
kemasyarakat dengan tetap memperhatikan kondisi pasar dan merepakan prinsip kehati-hatian.
Bank juga dapat meningkatkan efisiensi operasionalnya dengan teknologi informasi sehingga
feed based income yang diperoleh bank dapat lebih optimum. Dengan dana yang diperoleh dari
masyarakat, bank juga dapat memperoleh laba dalam kegiatan pinjaman antar bank dan
memperoleh laba dengan melakukan jual beli valuta asing.
2. Argo Asmoro (2010) dalam judul penelitiannya Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Prediksi Kondisi Bermasalah pada Bank. Dengan hasil pengujian regresi logistik diperoleh
bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh negatif signifikan (0.041) terhadap prediksi
kondisi bermasalah pada bank persero dan bank umum swasta nasional periode 2004-2007. Hal
ini menunjukkan bahwa kenaikan pada faktor permodalan dapat meredam kemungkinan
timbulnya risiko yang dapat mengakibatkan pada kondisi bermasalah.
3. Agunan P. samosir (2003) dalam judul penelitiannya Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah
Merger dan Sebagai Bank Rekapitalasi. Dengan hasil penelitiannya yaitu, merger tidak selalu
menciptakan efisiensi, walaupun peningkatan total aktiva dapat mencapai skala ekonomis, belum
cukup untuk menciptakan efisiensi Bank Mandiri. Beberapa aspek yang mempengaruhi efisiensi
Bank Mandiri terlihat dari aktiva, modal, utang jangka pendek, utang jangka panjang dan jumlah
SDM. Sementara itu, Bank Mandiri hanya diposisi keempat apabila dilihat efisiensi relatif
diantara bank-bank pemerintah saat ini.
4. Hesti Budiwati (2011) dalam judul penelitiannya Analisis Rasio Keuangan CAMEL terhadap
Prediksi Kepailitan pada Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia periode 2004-2007.
Dengan hasil penelitiannya yaitu, pengujian hipotesis menunjukkan bahwa rasio keuangan
CAMEL mempunyai perbedaan yang signifikan secara simultan dan rasio earnings (rentabilitas)
merupakan rasio yang dominant dalam membedakan bank yang pailit dan tidak pailit. Secara
keseluruhan rasio keuangan CAMEL dapat digunakan untuk memprediksi kondisi kepailitan
pada Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia. Hasil lain dan cukup menarik juga diberikan
dalam penelitian ini, dimana fungsi diskriminan yang dihasilkan disamping mampu
mengelompokkan bank dalam kondisi pailit dan tidak pailit, juga mampu mengelompokkan bank
yang sedang dalam kondisi kesulitan keuangan (financial distress).
5. Dery Maradona, SE dalam penelitiannya berjudulAnalisis Rasio Kinerja Keuangan Perbankan
Pre-merger dan Post-Merger pada Bank-Bank Umum Nasional. Dengan hasil penelitiannya
setelah melakukan merger rasio rata-rata ROA yang dimiliki oleh ke-5 bank diatas mengalami
peningkatan, tetapi belum terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil dari merger tersebut.
Gambaran ini menunjukkan bahwa pada bank-bank yang tergolong besar mempunyai
kemampuan dalam menghasilkan pendapatan dari setiap aset yang di investasikannya.
Sedangkan jika dilihat dari rasio bank-bank yang tergolong kecil yang memerger bank kecil juga,
tidak memberikan dampak atau hasil yang diinginkan. Rasio rata-rata ROE yang dihasilkan ke-5
bank diatas justru mengalami penurunan, gambaran ini menunjukkan bahwa sebagian dari bank-
bank tersebut belum dapat meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan pendapatan dari
setiap rupiah modal yang ditanamkannya. Rasio rata-rata NIM yang dimiliki ke-5 bank diatas
menunjukkan meningkatnya efisiensi kegiatan operasional bank-bank tersebut dan semakin
baiknya kinerja bank-bank yang bersangkutan dalam mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Sedangkan
rasio rata-rata LDR yang dimiliki ke-5 bank diatas justru menurun, gambaran ini mencerminkan
bahwa bank-bank tersebut umumnya hanya menampung dana pihak ketiga, kemudian melakukan
placing di pasar uang untuk mencari profit tanpa menyalurkan kredit. Sehingga timbul asumsi
bahwa merger yang dilakukan hanyalah sebagai cara untuk menghindari likuidasi dan
menggabungkan asset agar nampak baik.
6. Nurus Sifaiyah dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Dampak Merger terhadap Kinerja
Keuangan Industri Perbankan (Studi Kasus pada PT. Bank Danamon, Tbk di BEI). Dengan
hasil penelitiannya yaitu, Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis, penelitian ini mampu
membuktikan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara Return On Equity (ROE) baik sebelum
maupun sesudah melakukan merger. Hal ini berarti terdapat perbedaan ROE baik sebelum
maupun merger.
7. Pandu Mahardian, S.T dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio CAR,
BOPO, NPL, NIM dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan
Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002 Juni 2007). Dengan hasil Penelitiannya
yaitu, Secara umum dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan ROA, CAR, BOPO, NPL, NIM,
dan LDR perbankan yang tercatat di BEJ pada periode penelitian juni 2002 hingga juni 2007
mengalami fluktuasi yang kadang (untuk beberapa periode) bertentangan dengan teori yang ada.
Yaitu jika CAR, NIM dan LDR naik, maka ROA akan naik. Dan jika BOPO dan NPL naik, maka
ROA akan turun.
8. Ferdi Rindhatmono pada penelitiannya yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang
mempengaruhi Priftabilitas Bank Pasca Merger di Indonesia. Dengan hasil penelitian Secara
keseluruhan bank pasca merger sebagai lembaga keuangan perbankan, mempunyai ratio BOPO,
NPL, NIM, LDR, CAR dan MS sebagai variable independen yang mempengaruhi ROA dan
ROA sebagai variable dependent, belum dapat memenuhi batasan-batasan yang telah ditetapkan
oleh regulator. Hal ini membuktikan bahwa bank pasca merger di Indonesia yang telah
melakukan merger sejak tahun 1999, belum dapat melaksanakan fungsi intermediasi bank secara
optimal yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat atau
pihak ketiga yang membutuhkan. Persoalan merger bukan hanya merupakan permasalahan
keuangan semata-mata, tetapi juga kepada persoalan non finansial, seperti persoalan budaya,
sumber daya manusia, strategi bisnis, organisasi, dll.
9. Moch. Suwarno pada penelitiannya yang berjudul Analisis Merger Berdasarkan Kinerja
Keuangan Pada PD. BPER-BKK di Kabupaten Rembang. Hasil dari penelitiannya adalah
Kinerja bank setelah merger lebih baik daripada sebelum merger. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa merger berpengaruh terhadap upaya peningkatan kinerja bank.
10. Suwardi dengan judul penelitiannya adalahAnalisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah
Merger pada PD. BPR-BKK Purwodadi bahwa dengan beberapa temuan diatas, penelitian ini
selaras dengan landasan teori merger, tujuan bahwa perusahaan-perusahaan melakukan merger
adalah untuk menggunakan skala & skope ekonomi (Koch & Mac Donald, 2002 hal. 902),
sehingga mendapatkan peningkatan pada aset, efisiensi biaya (BOPO dan NPL), peningkatan
penjualan yanmg tercermin dalam LDR dan return (ROA).

2.7 HIPOTESIS

Hipotesis 1
Ho : rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap rasio ROE
(Return On Equity) pada laporan keuangan periode 2006-2011.
Ha : rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh secara parsial terhadap rasio ROE
(Return On Equity) pada laporan keuangan periode 2006-2011.

Hipotesis 2
Ho : rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) tidak berpengaruh secara parsial terhadap rasio ROE
(Return On Equity) pada laporan keuangan periode 2006-2011.
Ha : rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh secara parsial terhadap rasio ROE (Return
On Equity) pada laporan keuangan periode 2006-2011.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian adalah penelitian dasar, dimana merupakan penelitian mandiri
dan menguji signifikansi secara statistic. Berdasarkan karakter masalah termasuk kedalam studi
kasus dan lapangan karena cenderung menguji banyak variable penelitian dengan jumlah sampel
relative sedikit. Variable adalah segala sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai. Contoh
variable adalah umur dan tingkat pendidikan. Berdasarkan jenis data, termasuk kedalam
penelitian arsip karena penelitian terhadap fakta yang tertulis (dokumen) atau berupa arsip data.
Dokumen yang digunakan adalah laporan keuangan triwulan PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk
pada periode 2006-2011.

3.2 VARIABEL PENELITIAN


Variable menunjukan sifat kuantitas, akan menghasilkan data kuantitatif melalui cara
pencacahan atau pengukuran atau pemeriksaan laboratorium dll. Yang bisa berupa diskrit atau
kontinyu dengan skala interval dan rasio. (Rowland pasaribu Teknik analisis data).
Variable dependen merupakan varibel terikat, dalam penelitian ini ROE (Return On Equity)
merupakan varibel Y. Variabel independen merupakan variable tidak terikat atau bebas, dalam
penelitian ini sebagai variable X1 adalah CAR (Capital Adequacy Ratio) dan sebagai variable
X2 adalah LDR (Loan to Deposit Ratio).

3.3 POPULASI DAN SAMPEL


Populasinya merupakan laporan tahunan keuangan triwulan PT. Bank Mandiri (Persero),
Tbk dengan sampel yang diambil dari periode 2006-2011. Karena pada tahun 1998 bak Mandiri
mengalami merger dengan 4 bank, yaitu bank EXIM, BAPINDO, BBD, dan BDN. Sehingga
menarik untuk dianalisis mengenai pengaruh rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) dan LDR
(Loan to Deposit Ratio) terhadap ROE (Return On Equity).

3.4 INSTRUMEN PENELITIAN


Dalam laporan keuangan triwulan bank Mandiri, Tbk tahun 2006-2011 dapat diunduh di
website bank Indonesia (www.bi.go.id), untuk rasio menggunakan perhitungan manual yang
dilakukan dengan excel karena rasio tidak tertera pada laporan keuangan. Data yang digunakan
termasuk kedalam data sekunder, karena menggunakan laporan keuangan.
3.5 DEFINISI OPERASIONAL
CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)
ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-
sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain,
Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk menunjang aktiva yang mengandung
atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Berdasarkan ketentuan Bank
Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat harus memiliki CAR paling
sedikit 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS (Bank for International
Settlements).
Berdasarkan ketentuan yang dibuat BI dalam rangka tata cara penilaian tingkat kesehatan bank
terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Rumusnya
adalah :

ROE (Return On Equity) adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri.
Rasio banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun
pemegang saham baru) serta para investor dipasar modal yang ingin membeli saham bank yang
bersangkutan (jika bank tersebut telah go public). Namun Bank Indonesia lebih mementingkan
penilaian besarnya ROA daripada ROE. Karena menurut Bank Indonesia, sebagai Pembina dan
pengawas perbankan Indonesia, lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur
dengan asset dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Dalam hal seperti
ini sebenarnya keduanya adalah rasio yang sama-sama harus digunakan, karena jika investor
tertarik dengan hasil dari rasio ROE memungkin menanamkan modalnya pada bank yang
bersangkutan.
Selanjutnya adalah rasio ROE (Return On Equity) merupakan perhitungan dengan perbandingan
antara laba bersih bank dengan modal sendiri.
LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah rasio antara sejumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini
disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Dalam rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) cara perhitungan dimulai dengan rasio antara
sejumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Dalam tata cara
penilaian tingkat kesehatan bank, BI menetapkan ketentuan sebagai berikut:
Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut
dinilai tidak sehat.
Untuk rasio LDR sebesar dibawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut
dinilai sehat.

3.6 PROSEDUR PENELITIAN


Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu melakukan persiapan. Persiapan yang
dilakukan adalah software SPSS yang telah terinstal dan laporan keuangan triwulan PT. Bank
Mandiri (Persero), Tbk pada peroide 2006-2011. Kemudian menunguduh berbagai penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya pelaksanaan dalam
mengolah data yang akan dikaji. Data diolah dengan software IBM SPSS Statistic 20 dengan
metode statistic yang sesuai dengan penelitian.

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik yang digunakan adalah menguji data terlebih dahulu dengan uji normalitas, jika
data terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji parametric. Jika data tidak terdistribusi
normal maka menggunakan non-parametrik. Uji normalitas menggunakan metode uji one sample
kolmogorov smirnov. Selanjutanya saat uji parametric menggunakan regresi linear berganda
dengan melewati uji asumsi klasik yaitu uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Jika data telah
melewati uji asumsi klasik maka dilanjutkan dengan uji F dan uji T untuk pengambilan
keputusan menjawab hipotesa yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai