Anda di halaman 1dari 4

1.

Inti dari pokok perkara


UU Minerba seharusnya memberi ruang yang cukup bagi keterlibatan BUMN dan
BUMD dan pemerintah daerah dalam proses pertambangan. Namun berdasarkan hal tersebut
menunjukkan bahwa ketentuan pada 169A UU minerba bertentangan dengan ketentuan Pasal
27 ayat (1) UUD 1945 dikarenakan adanya perbedaan perlakuan antara pemegang KK dan
PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara) dengan badan usaha
swasta untuk memperoleh IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus). Dan bertentangan
dengan Pasal 33 (ayat 2 dan 3) dan Pasal 18 A ayat (2) UU 1945.

2. Nama Pemohon
Kurniawan, S.H., M.H, (Konsultan Hukum) (Dr. Drs, Helvis, S.Sos, SH., MH);
Pangestuti S.H,M.H.(Wiraswasta/Sekretaris Umum PP ISNU) (Muhammad Kholid
Syeirazi, M.Si.), dan Wijayanti S.H. (Wiraswasta/Ketua Umum Forum Kajian Hukum
(FKH) (Bayu Segera, S.H dan Kurniawan SH).

3. Siapa yang berhak mengajukan permohonan


Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya
dirugikan oleh berlakunya UU atau Perppu, yaitu:
a. Perorangan WNI atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama.
b. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat [Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945].
C. Badan hukum publik atau privat;
d. Lembaga negara. Bisa lembaga negara yang kewenangan diberikan oleh UUD atau UU
artinya tidak dibedakan.

4. Petitum Permohonan
Berdasarkan uraian-uraian sebagaimana disebutkan di atas, Pemohon memohon
kepada Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa dan mengadili permohonan ini
untuk berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut :
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Pasal 169A Undang-Undang No. 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 147 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6525) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik
Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.
3. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia
sebagaimana mestinya.
5. Legal Standing Pemohon
Yang berhak mengajukan permohonan adalah
a. Perorangan WNI atau kelompok orang yang mempunyai kepentingan yang sama.
b. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat [Pasal 18B Ayat (2) UUD 1945].
c. Badan hukum publik atau privat;
d. Lembaga negara. Bisa lembaga negara yang kewenangan diberikan oleh UUD atau UU
artinya tidak dibedakan.
berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) UU MK beserta Penjelasannya, yang dapat
mengajukan permohonan pengujian undang- undang terhadap UUD 1945 adalah mereka
yang menganggap hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD
1945 dirugikan oleh berlakunya suatu undang-undang, yaitu:
a. perorangan warga negara Indonesia (termasuk kelompok orang yang mempunyai
kepentingan sama);
b. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-
undang
c. badan hukum publik atau privat;
d. lembaga negara.
Dengan demikian, Pemohon dalam pengujian undang-undang terhadap UUD 1945
harus menjelaskan terlebih dahulu:
a. kedudukannya sebagai Pemohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat
(1) UU MK;
b. ada tidaknya kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional yang diberikan oleh
UUD 1945 yang diakibatkan oleh berlakunya undang-undang yang dimohonkan pengujian
dalam kedudukannya sebagaimana dimaksud pada huruf a;

6. Tahapan persidangan MK
a PemeriksaanPendahuluan (3 hakim)
- Penyampaian Pokok-Pokok Permohonan Secara Lisan. - Penyampaian Nasihat Oleh Hakim.
Hakim mempunyai kewajiban untuk memberikan nasihat terkait hal-hal yang perlu
dilengkapi misalnya legal standing tidak jelas atau ada putusan yang sejenis. Nasihat tidak
mengikat tetapi sangat penting untuk dipertimbangkan karena kalau ada hal-hal yang secara
formil tidak terpenuhi sidang tidak akan masuk sampai pada tahap pembuktian artinya akan
langsung diputus. -Penyampaian Perbaikan Permohonan
b. Pemeriksaan Persidangan (9 hakim)
- Pemeriksaan pokok permohonan, alat-alat bukti tertulis,

- Mendengarkan keterangan Presiden/Pemerintah; DPR dan/atau DPD; saksi. ahli; Pihak


Terkait;
- Pemeriksaan alat-alat bukti
- Penyampaian Kesimpulan
c. Pembacaan Putusan.

7. Amar putusan
1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk sebagian;
2. Menyatakan ketentuan Pasal 169A ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 147,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6525) sepanjang frasa “diberikan jaminan”
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai “dapat diberikan”;
3. Menyatakan ketentuan Pasal 169A ayat (1) huruf a dan huruf b Undang- Undang Nomor 3
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 147, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6525), sepanjang kata “dijamin”
bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sepanjang tidak dimaknai “dapat”;
4. Menyatakan ketentuan Pasal 169A ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 147, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6525) selengkapnya berbunyi, “KK dan PKP2B sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 169 dapat diberikan perpanjangan menjadi IUPK sebagai Kelanjutan
Operasi Kontrak/Perjanjian setelah memenuhi persyaratan dengan ketentuan: ...”;
5. Menyatakan ketentuan Pasal 169A ayat (1) huruf a dan huruf b Undang- Undang Nomor 3
Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 147, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6525), selengkapnya menjadi
berbunyi:
a. kontrak/perjanjian yang belum memperoleh perpanjangan dapat mendapatkan 2 (dua) kali
perpanjangan dalam bentuk IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian masing-
masing untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun sebagai kelanjutan operasi setelah
berakhirnya KK atau PKP2B dengan mempertimbangkan upaya peningkatan penerimaan
negara.
b. kontrak/perjanjian yang telah memperoleh perpanjangan pertama dapat untuk diberikan
perpanjangan kedua dalam bentuk IUPK sebagai Kelanjutan Operasi Kontrak/Perjanjian
untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun sebagai kelanjutan operasi setelah
berakhirnya perpanjangan pertama KK atau PKP2B dengan mempertimbangkan upaya
peningkatan penerimaan negara.
6. Menolak permohonan Para Pemohon untuk selain dan selebihnya;
7. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita Negara Republik
Indonesiasebagaimana mestinya.

9. Nomor Perkara
64/PUU-XVIII/2020

10. Pihak Terkait (DPR, Pemerintah, dan Ahli) menyampaikan:


DPR : Dalam skenario sidang II hlm 3-7
Pemerintah : Dalam skenario sidang II hlm 8-10
Ahli : Dalam skenario sidang III hlm 2-8

11. Kaspos (perkara apa dan kenapa terjadi perkara tersebut)


Perkara apa? Perihal pengujian UU No.3 Tahun 2020 tentang perubahan atas UU
No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Minerba terhadap UUD 1945.
Kenapa terjadi? Karena UU Minerba seharusnya memberi ruang yang cukup bagi
keterlibatan BUMN dan BUMD dan pemerintah daerah dalam proses pertambangan. Namun
berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa ketentuan pada 169A UU minerba
bertentangan dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 dikarenakan adanya perbedaan
perlakuan antara pemegang KK dan PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batu Bara) dengan badan usaha swasta untuk memperoleh IUPK (Izin Usaha Pertambangan
Khusus). Dan bertentangan dengan Pasal 33 (ayat 2 dan 3) dan Pasal 18 A ayat (2) UU 1945.

Anda mungkin juga menyukai