Anda di halaman 1dari 71

DIKTAT

HUKUM PERBANKAN

UNIVERSITAS PUTERA BATAM


TAHUN 2021

22
Kode :
DIKTAT KULIAH Tanggal : 12 Agustus 2021
HUKUM PERBANKAN Revisi :0
Tanggal Berlaku :

DIKTAT HUKUM PERBANKAN

Penanggung jawab
Proses Tanggal
Nama Jabatan Tanda tangan
1. Pemeriksaan Padrisan Jamba, Kaprodi Ilmu Hukum
S.H., M.H.

2. Pemeriksaan Dr. Michael Jibrael Dekan Fakultas Ilmu


Rorong, S.T., Sosial dan
M.I.Kom. Humaniora

3. Persetujuan Dr. Yvonne Wakil Rektor Bidang


Wangdra, B.Com., Akademik
M. Com. Universitas Putera
Batam

4. Penetapan Dr. Nur Elfi Husda, Rektor Universitas


S. Kom., M.SI. Putera Batam

5. Pengendalian Dr. Realize, S. Ketua Pusat Jaminan


Kom., M.SI. Mutu Universitas
Putera Batam

ii
DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah Hukum Perbankan merupakan mata kuliah pengantar untuk menelaah sistem
keuangan dan perbankan dan hukum perbankan yang ada di Indonesia, sumber dana
perbankan di Indonesia, kredit dan jaminan bank, jasa-jasa perbankan, cara kerja jasa-jasa
perbankan, surat-surat berharga dan warkat perbankan dalam praktik perbankan, rahasia
bank, perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan, dana, tindak pidana di bidang
perbankan, pengaturan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia, dan Arsitektur
Perbankan Indonesia (API).

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
Diktat Hukum Perbankan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari Diktat ini adalah untuk menyediakan bahan ajar bagi mahasiswa yang sesuai
dengan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) Mata Kuliah Hukum Perbankan dan untuk
mendukung pencapaian Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) Prodi Ilmu Hukum Universitas
Putera Batam. Pada kesempatan kali ini Penulis mengucapkan rasa ”Terima Kasih” terutama
kepada Bapak Dr. Michael Jibrael Rorong, S.T., M.I.Kom., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora Universitas Putera Batam dan Bapak Padrisan Jamba, S.H., M.H., selaku
Ketua Program Studi Ilmu Hukum Universitas Putera Batam atas dukungan serta petunjuk
sehingga Penulis dapat menyelesaikan Diktat Hukum Perbankan. Penulis menyadari, bahwa
diktat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu Penulis sangat membutuhkan kritik
dan saran agar dapat menyempurnkan diktat-diktat lainnya dikemudian hari dan Penulis
berharap Diktat Hukum Perbankan ini dapat dipergunakan serta memberikan manfaat
kepada mahasiswa Prodi Ilmu Hukum Universitas Putera Batam.

Batam, 12 Agustus 2021

Moh. Andika Surya Lebang, S.H., M.H.

iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... ii
KATA PENGATAR ........................................................................................................ iii
DESKRIPSI MATA KULIAH ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ v

BAB I SISTEM KEUANGAN, SISTEM PERBANKAN


DAN HUKUM PERBANKAN DI INDONESIA.
1.1.Sistem Keuangan........................................................................................................... 1
1.2.Sistem Perbankan ........................................................................................................ 2
1.3.Hukum Perbankan di Indonesia ................................................................................... 6

BAB 2 SUMBER DANA PERBANKAN DI INDONESIA.


2.1. Definisi ........................................................................................................................ 9
2.2. Fungsi Sumber Dana Bagi Bank ................................................................................... 10
2.3. Sumber Dana Bank ...................................................................................................... 11

BAB 3 KREDIT DAN JAMINAN BANK.


3.1. Kredit ........................................................................................................................... 14
3.2. Perjanjian Kredit Bank ……………………………………………………………………………………………17
3.3. Penyelamatan Kredit Macet …………………………………………………………………………………...18
3.4. Penyelesaian Kredit Macet ……………………………………………………………………………………..20

BAB 4 JASA-JASA PERBANKAN (TRANSFER, INKASO, KLIRING, BANK GARANSI,


SAFE DEPOSIT BOX DAN CREDIT CARD).
4.1. Transfer ....................................................................................................................... 24
4.2. Inkaso ........................................................................................................................... 25
4.3. Kliring .......................................................................................................................... 26
4.4. Bank Garansi ................................................................................................................ 26
4.5. Safe Deposit Box .......................................................................................................... 27
4.6. Credit Card ................................................................................................................... 27

BAB 5 JASA-JASA PERBANKAN (VALAS, KUSTODIAN, DAN LETTER OF CREDIT).


5.1. Valas ............................................................................................................................. 29
5.2. Kustodian .................................................................................................................... 30
5.3. Letter Of Credit ............................................................................................................. 30

BAB 6 SURAT-SURAT BERHARGA DAN WARKAT PERBANKAN DALAM PRAKTIK


PERBANKAN.
6.1. Bentuk Surat Berharga dan Warkat Perbankan Dalam Praktik Perbankan ................ 32

BAB 7 RAHASIA BANK.


7.1. Sejarah dan Konsep Rahasia Bank .............................................................................. 38
7.2. Pengertian Rahasia Bank.............................................................................................. 39
7.3. Sifat Rahasia Bank ........................................................................................................ 39
v
7.4. Sanksi Pidana dan Perdata ........................................................................................... 40

BAB 8 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PENYIMPAN DANA.


8.1. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Dana ....................................... 43
8.2. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Dana Sebagai Kreditur ........... 44
8.3. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Dana Sebagai Debitur ............ 45

BAB 9 TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN.


9.1. Kejahatan Perbankan Sebagai Tindak Pidana Ekonomi ............................................... 47
9.2. Pengertian Tindak Pidana Perbankan ......................................................................... 48
9.3. Sanksi Bagi Pelaku Tindak Pidana Perbankan ............................................................. 49

BAB 10 PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK OLEH BANK INDONESIA.


10.1. Arah Pengaturan Bank ............................................................................................... 51
10.2. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank ..................................................... 52
10.3. Sistem Pengawasan ................................................................................................... 53

BAB 11 ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (PENGERTIAN, FUNGSI DAN TUJUAN,


PENTINGNYA API DAN ENAM PILAR API).
11.1. Arsitektur Perbankan Indonesia .............................................................................. 55
11.2. Enam Pilar Arsitektur Perbankan Indonesia ............................................................. 56

BAB 12 ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (TANTANGAN KEDEPAN DAN PROGRAM


API).
12.1. Tantang Kedepan ...................................................................................................... 58
12.2. Program Arsitektur Perbankan Indonesia ................................................................. 61

vi
BAB I
SISTEM KEUANGAN, SISTEM PERBANKAN DAN HUKUM PERBANKAN DI
INDONESIA

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan terkait dengan pembidangan ilmu hukum dan
mampu mencari solusi dan menyelesaikan masalah hukum tersebut.
- Mahasiswa menguasai konsep praktis bidang hukum sesuai dengan keahlian hukum
khusus yang menjadi pilihannya secara mendalam.
- Mahasiswa mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, dan inovatif dalam konteks
pengembangan atau implementasi ilmu hukum yang memperhatikan nilai-nilai
keadilan, kepastian dan kemanfaatan hukum.
- Mahasiswa mampu mengkorelasikan, menganalisis, mendiskusikan,
mengidentifikasi, tentang pengertian sistem keuangan, sistem perbankan, dan
hukum perbankan yang ada di Indonesia.

MATERI

1.1 SISTEM KEUANGAN


Sistem keuangan adalah suatu sistem yang dibentuk oleh lembaga-lembaga yang
mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan seluk beluk dibidang keuangan
(Hermansyah : 2011 ; 1). Menurut Dr. Insukindro, MA., sistem keuangan pada umumnya
merupakan suatu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada
dan yang kegiatan utamanya di bidang keuangan menarik dana dari dan menyalurkannya
kepada masyarakat. sistem keuangan berfungsi si sebagai perantara keuangan dan lembaga
transmisi yang mampu menjembatani mereka yang kelebihan dana dan kekurangan serta
untuk memperlancar transaksi ekonomi. Untuk mewujudkan sistem keuangan yang sehat
dan efisien, menurut Prof. Dr. Anwar Nasution, SE., menyampaikan bahwa untuk dapat

vii
menciptakan kondisi sektor keuangan yang sehat dan stabil diperlukan beberapa syarat-
syarat sebagai berikut :
1. Lembaga keuangan yang sehat
Lembaga keuangan yang sehat diyakini dapat memenuhi seluruh kewajibannya
tanpa dukungan ataupun bantuan pihak luar. sistem keuangan yang sehat
mempunyai beberapa alasan, sebagai berikut :
a. Keunikan karakteristik perbankan yang rentan terhadap serbuan masyarakat
yang menarik dana secara besar-besaran sehingga berpotensi merugikan
deposan dan kreditor bank.
b. Penyebaran kerugian diantara bank-bank sangat cepat melalui contagion
effect sehingga berpotensi menimbulkan masalah.
c. Proses penyelesaian bank-bank bermasalah membutuhkan dana dalam
jumlah yang banyak.
d. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan sebagai lembaga
intermediasi akan menimbulkan tekanan-tekanan dalam sektor keuangan.
e. Ketidakstabilan sektor keuangan berdampak pada kondisi makroekonomi
terkhusus dikaitkan tidak efektifnya transmisi kebijakan moneter.
2. Pasar keuangan yang stabil
Kondisi pasar keuang yang stabil dapat membangun keyakinan para pelaku pasar
untuk bertransaksi secara aktif mencerminkan kekuatan yang fundamental serta
memungkinkan para pelaku pasar untuk mengukur dan mengelola resiko-resiko
pasar atas informasi-informasi yang tersedia (Hermansyah : 2005 ; 5).
3. Lembaga Pengaturan dan pengawasan yang kompeten
Lembaga pengatur dan pengawasan yang berkompeten disektor keuangan, moneter
fiscal mampu meformulasikan, dan menerapkan kebijakan yang konsisten,
integrated, forward looking, dan cost effective serta dapat mempertahankan tingkat
kompetisi yang sehat mendukung inovasi pasar uang.

1.2 SISTEM PERBANKAN


Sistem perbankan Indonesia ialah sebuah tata cara, aturan-aturan dan pola
sebagaimana sebuah sektor perbankan (bank-bank yang ada) menjalankan usahanya, sesuai
dengan ketentuan atau sistem yang dibuat oleh pemerintah. Sistem perbankan di Indonesia

2
terbangun dengan suatu konsep yang dilandaskan pada sistem perekonomian yang ada.
Indonesia menetapkan sistem perekonomiannya sebagai sebuah sistem ekonomi yang
demokrasi sesuai dengan landasan negara yaitu Pancasila. Hal ini diatur dalam Undang-
Undang Azas Perbankan Indonesia, pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang
menyatakan, “perbankan Indonesia dalam menjalankan usahanya berasaskan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kehati-hatian”.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan memberikan
pendefinisian bank dimana dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan pada Pasal 1 huruf
a, “bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-
jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang”.
1. Pengertian Bank dan Fungsi Perbankan
G.M. Verryn Stuart berpendapat bahwa bank adalah badan usaha yang tujuan
utamanya adalah menciptakan kredit yang bertujuan memberikan kebutuhan kredit
dalam bentuk alat pembayaran sendiri ataupun dalam bentuk uang yang diperoleh
dari orang lain maupun melalui alat-alat penukar baru seperti uang giral. Uang giral
adalah tagiihan yang ada di bank umum dan dapat dipergunakan sebagai alat
pembayaran (bukan alat pembayaran utama) berbentuk cek dan giro. Menurut A.
Abdurrachman bank adalah lembanga keuangan yang melayani berbagai jasa seperti
memberikan pinjaman, mengedarkan dan mengawasi peredaran mata uang,
menyimpan benda-benda berharga milik nasabah serta memberikan bantuan
pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan sedangkan dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada Pasal 1 angaka 1 bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Berdasarkan pengertian-
pengertian bank yang telah disebutkan diatas maka penulis berpendapat bahwa
bank merupakan sebuah perusahaan yang bergerak didalam bidang jasa keuangan
yangmana semua kegiatannya berhubungan dengan keuangan dan apabila di
deskrispsikan kegiatannya adalah sebagai berikut :
a. Menghimpun dana (funding) dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dengan tujuan untuk keamanan, melakukan investasi untuk memperoleh
bunga dan mempermudah melakukan transaksi pembayaran dimana sebagai

3
contoh sebagian bank di Indonesia menawarkan jenis simpanan giro (demand
deposit), simpanan tabungan (saving deposit) dan simpanan deposito (time
deposit).
b. Menyalurkan dana (lending) kepada masyarakat dengan memberikan
pinjaman (kredit) atau menyediakan dana bagi seluruh masyarakat yang
membutuhkan dengan syarat-syarat dan ketentuan yang berlaku.
c. Memberikan jasa-jasa bank seperti pengiriman uang (transfer), penagihan
surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat
berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit
(L/C), safe deposit box, bank garansi, bank notes, traveller cheque dan jasa
lainnya (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 15).
Perbankan Indonesia berfungsi sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat
sebagaimana diatur pada Pasal 3 dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Menurut H. Dadang Husen Sobana fungsi perbankan sebagai berikut :
a. Tempat penukaran uang dimana para pedagang bersedia menukarkan uang
miliknya kepada bank karena adanya kepercayaan bahwa bank akan berlaku
jujur dan tidak akan menukarkan uang tersebut dengan uang palsu.
b. Tempat penitipan uang dimana para pedagang menitipkan uang miliknya
kepada bank karen ada rasa kepercayaan yang dimiliki bahwa uang tersebut
tetap akan utuh dan tidak akan hilang maupun berkurang.
c. Bank sebagai kasir, kasir yangmana para pedagang mempercayai bank untuk
mengelola uang miliknya dan dapat melayani keperluan para pedagang pada
saat pengambilan dan penyetoran uang.
d. Pemberi kredit, Pencipta Uang, Model Investasi, Cara melindungi nilai, dan
Bank sebagai Informasi harga.
2. Pengertian Bank Umum dan Fungsi
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 bank umum adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Bank umum juga dikenal dengan istilah “Bank Komersil (commercial

4
bank)” yang bertujuan mendukung kelancaran mekanisme pembayaran,
penghimpun dana, transaksi internasional, dan penyimpan barang berharga,
menurut Herbet Spero dan Lewis E. Davids bank umum berfungsi sebagai pihak yang
menerima dan menyimpan dana setoran, pihak yang membayar tagihan (penarikan
cek, deposito dan tabungan), pihak yang memberikan kredit kepada perusahaan-
perusahaan untuk modal kerja ataupun guna membeli aktiva tetap, pihak yang
memberikan kredit kepada pemerintah, pihak yang memberikan pinjaman
perseorangan dalam bentuk kredit konsumsi ataupun kredit bangunan, serta pihak
yang menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran dan efektivitas
kebijakan moneter.
Bank umum di Indonesia terdiri atas bank umum pemerintah, bank umum swasta,
bank umum asing dan bank umum koperasi. Apabila dilihat secara general fungsi
bank umum dapat rumuskan sebagai berikut :
a. Penciptaan uang
Bank umum menciptakan uang giral sebagai alat pembayaran dengan
mekanisme pemindahbukuan, kemampuan bank umum menciptakan uang
giral menyebabkan posisi dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan
moneter dan memiliki keterkaitan dengan bank sentral.
b. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran
Bank umum mengedepankan kemudahan bagi nasabah-nasabah berkaitan
dengan mekanisme pembayaran.
c. Penghimpun dana simpanan masyarakat
Giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk-bentuk lainnya
adalah bentuk simpanan yang disediakan oleh bank umum. Bank umum
memiliki kemampuan untuk menghimpun dana lebih besar dibandingkan
dengan lembaga keuangan lainya, dimana dana-dana simpanan tersebut
akan disalurkan kepda pihak-pihak yang membutuhkan melalui penyaluran
kredit.
d. Mendukung kelancaran transaksi internasional
Bank umum memudahkan transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa
maupun transaksi modal.
e. Penyimpanan barang-barang berharga

5
Masyarakat dapat menyimpan barang-barang berharga yang dimilikinya, seperti
perhiasan, uang, dan ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank
untuk disewa (safety box atau safe deposit box), menyimpan sekuritas atau surat-surat
berharga.
f. Pemberian jasa-jasa lainnya
Membayar listrik, membayar telepon, membeli pulsa telepon seluler, mengirimkan
uang melalui ATM, membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa-jasa
bank (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 43).

1.3 HUKUM PERBANKAN YANG ADA DI INDONESIA


Menurut H. Dadang Husen Sobana, hukum perbankan memiliki beberapa prinsip yaitu
sebagai berikut :
1. Prinsip kepercayaan
Prinsip kepercayaan adalah asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah
bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan
sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat. Prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat
(4) UU No. 10 tahun 1998.
2. Prinsip kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian adalah prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan
kegiatan usaha, baik dalam penghimpunan, terutama dalam penyaluran dana kepada
masyarakat, harus sangat berhati-hati. Tujuan penerapan prinsip kehati-hatian ini agar bank
selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik danmematuhi ketentuan-
ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-
hatian tertera dalam Pasal2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998.
3. Prinsip kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan bank diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47A UU No. 10 tahun
1998. Menurut Pasal 40, bank wajib merahasia- kan keterangan mengenai nasabah
penyimpan dan simpanannya. Akan tetapi, dalam ketentuan tersebut, kewajiban
merahasiakan bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecuali- kan
dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah
diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang/Panitia Urusan Piutang Negara

6
(UPLN/PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata
antara bank dan nasabah, dan dalam rangka tukar menukar informasi antara bank.
4. Prinsip mengenal nasabah
mengenal dan mengetahui identitas nasabah. Prinsip mengenal nasabah diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia No. 3/10/ PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah. Tujuan penerapan prinsip mengenal nasabah adalah meningkatkan peran
lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga
keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang
tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik
dan reputasi lembaga keuangan dan memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk
melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan.

RANGKUMAN

Sistem keuangan adalah suatu sistem yang dibentuk oleh lembaga-lembaga yang
mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan seluk beluk dibidang keuangan. Sistem
perbankan Indonesia ialah sebuah tata cara, aturan-aturan dan pola sebagaimana sebuah
sektor perbankan (bank-bank yang ada) menjalankan usahanya, sesuai dengan ketentuan
atau sistem yang dibuat oleh pemerintah. Hukum perbankan di Indonesia dikenal dengan
beberapa prinsip perbankan yang terdiri dari prinsip kepercayaan, prinsip kehati-hatian,
prinsip kerahasiaan dan prinsip mengenal nasabah.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Sobana, Husen, H. Dadang. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

7
LATIHAN

1. Apa yang saudara dan saudari ketahui tentang sistem keuangan pada hukum
perbankan di Indonesia ? Jelaskan.
2. Sebutkan perbedaan antara bank dengan bank umum sebagaimana diatur dalam
Peraturan perundang-undangan yang ada dan berlaku di Indonesia ?
3. Sebutkan dan jelaskan mengenai 4 (empat) prinsip yang dimiliki dalam hukum
perbankan ?

8
BAB II
SUMBER DANA PERBANKAN DI INDONESIA

CAPAIAN PEMBELAJARAN

– Mahasiswa menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik.


– Mahasiswa memiliki pengetahuan dalam pengembangan ilmu terkait dengan
penyelesaian masalah hukum yang terjadi.
– Mahasiswa mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural dalam tiap-
tiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat dengan berorientasi kepada
kemaslahatan umat.
– Mahasiswa mampu menunjukan kinerja mandiri, bermutu dan terukur.
– Mahasiswa mampu mengkorelasikan, mendiskusikan, mengidentifikasi konsep
sumber dana perbankan di Indonesia.

MATERI

2.1. DEFINISI
Dana bank adalah sejumlah uang yang dimiliki dan dikuasai suatu bank dalam
kegiatan operasionalnya. Dana bank terdiri dari dana (modal) sendiri dan dana asing (H.
Malayu SP. Hasibuan : 2011 ; 56). Menurut (Lukman Dendawijaya : 2009 ; 46) pengertian
dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai bank
dan setiap waktu dapat diuangkan. Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam
memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Sesuai dengan fungsi bank
sebagai lembaga keuangan dimana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak dibidang
keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk
menopang kegitan bank sebagai penjual uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih
bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan (Kasmir : 2004 ; 29).
Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung. Oleh
karena itu, pemilihan sumber dana harus dilakukan secara tepat. Sebagai lembaga
keuangan, maka dana merupakan persoalan yang paling utama. Tanpa dana, bank tidak

9
dapat berbuat apa- apa, artinya tidak berfungsi sama sekali. Dana untuk membiayai
operasi suatu bank dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung
bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga
lainnya. Disamping itu untuk membiayai operasinya dana dapat pula diperoleh dengan
modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau
menjual saham baru kepada pemilik baru. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan
dari penggunaan dana tersebut, adapun jenis sumber-sumber dana bank sebagai berikut :
1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri;
2. Dana yang bersumber dari pihak luar;
3. Dana yang bersumber dari masyarakat luas.
Dari ke 3 (tiga) dana-dana tersebut merupakan sumber dana utama dana bank berasal dari
dana-dana masyarakat yang terdiri dari, tabungan, deposito dan giro.

2.2. FUNGSI SUMBER DANA BAGI BANK


1. Sebagai alat pembayaran kegiatan usaha
Dana yang dihimpun memiliki karakteristik yang berbeda baik dari jangka waktu
maupun harga (tingkat bunga) maupun cara penarikannya. Identifikasi terhadap
sensitivitas dan jangka waktunya akan memudahkan bank dalam mengendalikan
sumber dana melalui maturity gap dan interest gap yang diinginkan bank. Oleh
karena itu sumber dana akan ditempatkan untuk membiayai usahanya dengan
melihat karakteristiknya dan sesuai prinsip- prinsip manajemen pasiva. Alokasi dana
tersebut diperuntukkan sebagai berikut :
a. Demand deposit, untuk membiayai kebutuhan dana jangka pendek seperti
primary reserve, secondary reserve dan kredit jangka panjang.
b. Saving deposit, untuk membiayaui kebutuhan penanaman jangka pendek
berupa primary reserve dan kredit jangka pendek.
c. Time deposit, untuk membiayai secondary reserve, kredit jangka menengah
dan surat berharga.
d. Capital deposit, untuk membiayai kredit jangka panjang, perdagangan, surat
berharga dan aktiva tetap.
2. Dana berfungsi sebagai sumber likuiditas bank

10
Semakin banyak sumber dana yang ditempatkan pada pos-pos tersebut, maka
semakin likuid bank yang bersangkutan, sebaliknya semakin mengecil dana yang
ditempatkan pada pos tersebut mengindikasikan likuid bank yang bersangkutan
relatif ketat.
3. Sebagai tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap bank
Volume dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat kepercayaan masyarakat
pada bank yang bersangkutan. Semakin tinggi volume dana pihak ketiga
mengindikasikan bahwa masyarakat relatif percaya kepada bank yang bersangkutan.
Sebaliknya bila volume dana pihak ketiga semakin mengecil maka mengindikasikan
masyarakat semakin tidak percaya pada bank tersebut.

2.3. SUMBER DANA BANK


1. Dana modal sendiri
Dana modal yang berasal dari pemegang saham dari bank tersebut :
a. Modal yang disetor, yaitu sejumlah uang yang disetor secara efektif oleh
pemegangsaham pada saat bank itu berdiri.
b. Cadangan-Cadangan yaitu sebagian dari profitabilitas bank yang disisihkan
dalam bentuk cadangan modal yang digunakan untuk menutup timbulnya
risiko dikemudian hari.
c. Laba yang ditahan, yang mestinya milik para pemegang saham, tapi oleh
mereka sendiri diputuskan untuk tidak dibagi dan dimasukkan kembali dalam
modal kerja.
2. Dana pinjaman dari pihak luar
a. Pinjaman dari bank-bank lain yang dikenal dengan call money yaitu pinjaman
harian antar bank. Pinjaman ini biasa diminta bila ada kebutuhan mendesak
yang diperlukan bank. Jangka waktu call money ini biasanya tidak lama,
sekitar satu bulan dan bahkan hanya beberapa hari saja.
b. Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain diluar negeri, yang biasanya
berbentuk pinjaman jangka menengah panjang. Realisasi pinjaman ini harus
melalui Bank Indonesia dimana secara tidak langsung Bank Indonesia selaku
bank sentral ikut serta mengawasi pelaksanaan pinjaman tersebut demi
menjaga solvabilitas bank yang bersangkutan.

11
c. Pinjaman dari lembaga keuangan non bank, pinjaman ini kadang kala tidak
benar-benar berbentuk pinjaman atau kredit. Tapi lebih banyak berbentuk
surat berharga yang dapat diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo,
misalnya berbentuk sertifikat bank atau deposito on call dengan jangka waktu
lebih dari tiga bulan dan dapat diperpanjang kembali tanpa mengeluarkan
sertifikat baru
d. Pinjaman dari bank sentral (BI). Untuk membiayai usaha-usaha masyarakat
yang tergolong prioritas apalagi yang berprioritas tinggi seperti kredit
investasi pada sektor- sektor yang harus ditunjang sesuai dengan petunjuk
pelita (misalnya pertanian, pangan, perhubungan, tekstil dan ekspor non
migas) maka bank Indonesia memberikan bantuan dana yang dikenal dengan
nama: kredit likuiditas, agar bank tidak terlikuiditasi.

RANGKUMAN

Dana bank adalah uang tunai yang dimiliki bank ataupun aktiva lancar yang dikuasai
bank dan setiap waktu dapat diuangkan. Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank
dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Pemilihan sumber
dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Hasibuan, H. Malayu SP. (2011). Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dendiwijaya, Lukman. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kasmir. (2004). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

12
LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan sumber dana bank ?
2. Sebutkan dan jelaskan fungsi dari sumber dana bagi sebuah bank ?
3. Sebutkan dan jelaskan sumber-sumber dana bank ?

13
BAB III
KREDIT DAN JAMINAN BANK

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa menunjukan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang keahlian


masing-masing secara mandiri.
- Mahasiswa menguasai pengetahuan tentang metode-metode yang digunakan dalam
ilmu hukum.
- Mahasiswa memiliki keahlian hukum khusus yang dimaksud terdiri dari ketrampilan
praktis dari hukum pidana, hukum perdata dan hukum tata negara, hukum
internasional serta administrasi negara yang mempunyai konsep metode dan
penyelesaiannya sendiri-sendiri.
- Mahasiswa mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
hukum yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan hukum sesuai dengan keahlian berdasarkan kaidah, tata cara dan etika
hukum dalam rangka menghasilkan solusi, opini, konsep, menyusun deskripsi
saintifik hasil kajian dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir.
- Mahasiswa mampu mengkaji ulang, merumuskan tentang kredit dan jaminan bank.

MATERI

3.1 KREDIT
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Dapat dipahami bahwa kredit perbankan adalah pemberian fasilitas pinjaman.
Pinjaman kas adalah fasilitas kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya yang tidak
memerlukan syarat-syarat khusus dalam penarikannya (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 78).

14
1. Pertimbangan Penyaluran Dana Untuk Pemberian Kredit
Hal-hal yang ingin diketahui bank sebelum menyalurkan dananya dalam bentuk kredit
ataupun pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
a. Perizinan dan legalitas
Bentuk-bentuk perizinan dan legalitas yang harus dipenuhi debitur sangat
bervariasi bergantung pada bidang kegiatan atau usaha nasabah, antara lain :
1) Izin Mendirikan Bangunan (IMB);

2) Angka Pengenal Eksportir Terbatas;

3) Surat Izin Lokasi

4) Surat Izin Usaha

5) Sertipikat Tanah

6) Nomor Induk Berusaha (NIB).


b. Karakter
Untuk menilai karakter nasabah dan meramalkan perilakunya pada masa yang
akan datang, bank hanya dapat menggunakan beberapa indicator antara lain :
1) profesi;
2) penampilan;
3) lingkungan sosial;
4) pengalaman;
5) tindakan atau perilaku pada masa lalu (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ;
79).
c. Pengalaman dan manajemen
Pengalaman dan manajemen nasabah sangat memengaruhi ke- mampuan
nasabah untuk mengelola kegiatannya sehingga dapat meng- hasilkan dana untuk
membayar kewajibannya pada bank (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 79).
d. Kemampuan teknis
1) tersedianya bahan baku;
2) ketersediaan tenaga ahli;
3) ketersediaan mesin dan peralatan;
4) tempat usaha yang memenuhi syarat;
5) ketersediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan;

15
6) tingkat penguasaan teknologi (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 80).
e. Pemasaran
Apabila tidak berhasil menjual produknya, nasabah akan mengalami kesulitan
untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak bank (H. Dadang Husen Sobana :
2016 ; 80).
f. Sosial
Keberadaan kegiatan yang dibiayai oleh bank membawa dampak tertentu
terhadap masyarakat. Untuk itu, pihak bank harus ekstra hati-hati apabila dampak
yang ditimbulkan merupakan sesuatu yang tidak disukai oleh masyarakat (H.
Dadang Husen Sobana : 2016 ; 80).
g. Keuangan
Sehat dan tidak sehatnya keadaan usaha nasabah dapat dilihat dari keadaan
keuangan, yang dapat dilihat melalui laporan keuangannya (H. Dadang Husen
Sobana : 2016 ; 80).
2. Jenis Kredit Atas Dasar Penggunaan
a. Kredit Modal Kerja
Kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja nasabah. Ditinjau
dari jangka waktunya, KMK terdiri atas dua macam, yaitu KMK-Revolving dan KMK-
Einmaleg.
b. Kredit Investasi
Kredit yang digunakan untuk pengadaan barang modal jangka panjang untuk
kegiatan nasabah.
c. Kredit Konsumsi
Kredit yang digunakan dalam rangka pengadaan barang atau jasa untuk tujuan
konsumsi, bukan sebagai barang modal dalam kegiatan usaha nasabah.
3. Kolektibilitas Kredit
Setiap fasilitas kredit mempunyai tingkat kemungkinan realisasi pembayaran bunga dan
pokok oleh debitur dan tingkat kolektibilitas yang berbeda-beda. Kualitas kredit
digolongkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Penentuan kualitas tersebut didasarkan pada kriteria berikut :
a. Prospek usaha
b. Kinerja performance debitur

16
c. Kemampuan membayar (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 81).
4. Kredit Untuk Usaha Kecil dan Mikro
Kredit usaha kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil dengan kredit
maksimum Rp250 juta untuk pembiayaan usaha yang produktif. Usaha yang produktif
adalah usaha yang dapat mem- berikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan
jasa. Karakteristik kredit untuk usaha kecil dan mikro secara umum adalah :
a. memerlukan persyaratan agunan yang lebih lunak;
b. memerlukan metode monitoring kredit uang khusus;
c. cenderung menimbulkan biaya pelayanan kredit yang cukup tinggi;
d. memerlukan persyaratan persetujuan kredit yang lebih sederhana (H. Dadang
Husen Sobana : 2016 ; 81).
5. Batas Maksimum Pemberian Kredit
BMPK adalah batas maksimum kredit yang diperkenankan untuk diberikan oleh Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) kepada peminjam, kelompok peminjam yang tidak berkaitan
dengan BPR dan pihak-pihak yang berkaitan dengan BPR sebagai berikut :
a. BMPK bagi satu peminjam dan kelompok peminjam yang tidak berkaitan
dengan BPR adalah sebesar 20% dari modal BPR.
b. BMPK bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan BPR, baik secara individual
maupun secara keseluruhan, setinggi-tingginya sebesar 10% dari modal BPR.
c. Rumus BMPK: penyediaan dana saat realisasi-bmpk/modal saat realisasi ×
100% (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 84).

3.2 PERJANJIAN KREDIT BANK


Perjanjian kredit bank merupakan merupakan perjanjian baku (standard contract),
dimana isi atau klausul-klausul perjanjian kredit bank tersebut telah dibakukan dan
dituangkan dalam bentuk formulir (blangko), tetapi tidak terikat kepada suatu bentuk
tertentu (vorn vrij). Hal-hal yang berhubungan dengan ketentuan dan persyaratan
perjanjian kredit telah dibakukan terlebih dahulu oleh pihak perbankan. Calon nasabah
debitur tinggal membubuhkan tanda tangannya saja apabila bersedia menerima isi
perjanjian kredit tersebut, dan tidak memberikan kesempatan kepada calon debitur
untuk membicarakan lebih lanjut isi atau klausul-klausul yang diajukan pihak bank.
Perjanjian kredit bank yang distandarkan ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang

17
sifatnya praktis dan kolektif. Pada tahap ini, kedudukan calon debitur sangat lemah,
sehingga menerima saja ketentuan dan syarat-syarat yang disodorkan pihak perbankan,
karena jika tidak demikian calon debitur tidak akan mendapatkan kredit yang dimaksud
(Rachmadi Usman, 2001: 265).
Praktek penggunaan perjanjian standar (baku) dalam perjanjian kredit bank
mengandung kelemahan-kelemahan dan menempatkan nasabah debitur pada posisi yang
tertekan dna terpaksa menerima syarat-syarat atau klausul-klausul yang ada dalam
perjanjian karena dorongan kebutuhan. Kelemahan pokok dari perjanjian baku ini
karena kurangnya kesempatan bagi pihak lawan untuk menegosiasi atau mengubah klausul-
klausul dalam perjanjian yang bersangkutan, sehingga kontrak baku tersebut sangat
berpotensi untuk menjadi klausul yang berat sebelah. Faktor-faktor penyebab sering kali
perjanjian baku menjadi sangat berat sebelah tersebut yaitu :
1. Kurang adanya atau bahkan tidak adanya kesempatan bagi salah satu pihak
untuk melakukan tawar-menawar, sehingga pihak yang kepadanya disodorkan
perjanjian tidak banyak kesempatan untuk mengetahui isi perjanjian tersebut,
apalagi ada perjanjian yang ditulis dengan huruf-huruf yang sangat kecil.
2. Karena penyusunan perjanjian yang sepihak, pihak penyedia dokumen biasanya
memiliki cukup banyak waktu untuk memikirkan mengenai klausul-klausul dalam
dokumen tersebut bahkan mungkin saja sudah berkonsultasi dengan para ahli, atau
dokumen tersebut justru dibuat oleh para ahli, sedangkan pihak yang kepadanya
disodorkan dokumen tidak banyak kesempatan, dan seringkali tidak familiar dengan
klausul-klausul tersebut.
3. Pihak yang kepadanya disodorkan perjanjian baku menempati kedudukan yang
sangat tertekan, sehingga hanya dapat bersikap take it or leave it (Munir Fuady,
2003: 78).

3.3 PENYELAMATAN KREDIT MACET


Tindakan bank dalam usaha menyelamatkan dan menyelesaikan kredit bermasalah
akan beraneka ragam tergantung pada kondisi kredit bermasalah tersebut. Sebagai contoh
apakah debitur akan kooperatif dalam menyelesaikan kredit yang bermasalah, apabila
debitur kooperatif maka dia akan mencari solusi untuk menyelesaikan kredit yang
bermasalah dan jika debitur tersebut masih memiliki prospek maka bank akan menawarkan

18
restrukturisasi kredit. Apabila sebaliknya dimana debitur secara nyata tidak beritikad baik
untuk menyelesaikan permasalahan kreditnya maka perlu kembali merujuk pada tergantung
pada kuat atau tidaknya dari aspek hukum perjanjian kredit, pengikatan barang jaminan,
kondisi fisik jaminan dan nilai jaminan karena jaminan tersebut adalah sumber dari
pengembalian dari kredit. Untuk dapat menyelesaikan kredit yang bermasalah terdapat 2
(dua) cara yang dapat ditempuh oleh pihak bank selaku kreditur dengan cara
“penyelamatan kredit macet dan penyelesaian kredit macet”.
Penyelamatan adalah sebuah cara penyelesaian kredit bermasalah, melalui
perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memberikan keringanan pada
syarat-syarat pengembalian kredit, dimana tujuan kreditur agar debitur memiliki
kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit. Penyelesaian kredit melalui tahap
penyelamatan kredit disebut dengan penyelesaian melalui restrukturisasi kredit dimana
proses tersebut bisa dijalankan apabila adanya kemauan, itikad baik dan tindakan kooperatif
dari pihak debitur yang bersedia mengikut syarat-syarat yang ditentukan oleh pihak bank
(kreditur). Proses restrukturisasi lebih mengedepankan cara negosiasi dan solusi yang
ditawarkan pihak bank untuk menentukan syarat dan ketentuan, dimana langkah-langkah
yang dapat ditempuh oleh pihak bank dalam upaya penyelamatan kredit sebagai berikut,
yaitu :
1. Penjadwalan kembali
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
Konsep ini memberikan debitur keringanan dalam masalah jangka waktu
kredit dengan contoh debitur yang pada awalnya memiliki kewajiban
pelunasan dalam jangka waktu 6 bulan setalah diberikan perpanjangan
jangka waktu kredit maka kewajiban pelunasan yang awalanya hanya diberi
waktu 6 bulan bisa berubah menjadi 1 tahun (sesuai kesepakatan antara
pihak kreditur dan debitur), konsep ini diharapkan dapat memberikan debitur
waktu yang lebih lama untuk melunasi hutangnya kepada pihak bank.
b. Memperpanjang jangka waktu angsuran kredit
Memperpanjang jangka waktu angsuran hampir sama dengan konsep dari
memperpanjang jangka waktu kredit dimana jangka waktu pembayaran akan
diperpanjang dengan contoh jumlah pembayaran awal yang harus dibayar
sebanyak 36 kali setelah diperpanjang oleh pihak bank maka debitur

19
diberikan kesempatan membayar sebanyak 46 kali. Dengan konsep tersebut
maka jumlah angsuran debitur menjadi semakin mengecil tiap bulannya
seiring bertambahnya jumlah angsuran ataupun tenggat waktunya.
2. Penyesuaian kambali
Merupakan sebuah konsep dengan mengubah berbagai persyaratan yang telah ada
sebagai berikut, yaitu :
a. Kapitalisasi bunga dengan menjadikan bunga sebagai hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu yangmana konsep
tersebut ialah hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya sedangkan
biaya pokok pinjamannya tetap harus dibayarkan seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga dengan tujuan agar lebih meringankan beban dari
debitur dengan contoh jika debitur memiliki bunga pertahun sebesar 20%
kemudian pihak bank menurukan suku bunganya menjadi 18% (dengan
pertimbangan dari pihak bank selaku kreditur) yangmana konsep tersebut
mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil sehingga diharapkan
dapat membantu meringankan hutang dari debitur itu sendiri.
d. Pembebasan bunga, hal ini diberikan dan dilakukan oleh pihak bank selaku
kreditur dengan harapan dimana debitur sudah akan mampu lagi membayar
kredit (hutang) tersebut, akan tetapi pihak debitur tetap dibebankan akan
kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya (hutang) sampai lunas
kepada pihak bank.
3. Restrukturisasi
a. Dengan menambahkan jumlah kredit
b. Dengan menambah equality dilakukan dengan menyetor uang tunai.

3.4 PENYELESAIAN KREDIT MACET


Penyelesaian kredit adalah suatu Langkah penyelesaian kredit macet melalui lembaga
hukum seperti Pengadilan atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara atau melalui
badan-badan lainya dikarenakan upaya pelaksanaan penyelamatan kredit sudah tidak
membawa hasil atau tidak dimungkinkan lagi. Penyelesaian kredit melalui lembaga
bertujuan agar kreditur dapat menjual dan mengeksekusi benda-benda miliki debitur yang

20
dijadikan jaminan hutang. Adapun fungsi dari lembaga-lembaga sebagaimana telah
disebutkan diatas sebagai berikut, yaitu :
1. Melalui Pengadilan
Mengajukan gugatan pada Pengadilan adalah hal yang lumrah apabila ada pihak
yang merasa dirugikan, penyelesaian kredit macet salah satunya dimana debitur
tidak memenuhi kewajibannya (prestasi) kepada pihak bank. Apabila dalam kejadian
tersebut maka pihak bank selaku kreditur berhak untuk mengajukan gugatan ke
pengadilan negeri setempat atau sesuai dengan domisili hukum yang telah
ditetapkan oleh para pihak dalam surat perjanjian. Pengadilan berhak dan
berkewajiban untuk memutus suatu sengketa yang telah diajukan, dimana putusan
tersebut mempunyai kekuatan hukum tetap untuk segara dilaksanakan (mempunyai
kekuatan eksekutorial).
Apabila dalam putusan tersebut pihak debitur tetap tidak mau melaksanakan
kewajibannya untuk melakukan kewajiban pelunasan hutang kepada pihak bank
maka atas dasar perintah dari Ketua Pengadilan dilakukan penyitaan harta kekayaan
debitur (upaya hukum sita jaminan), untuk kemudian dilelang dengan bekerjasama
dengan Kantor Lelang serta hasil penjualan tersebut akan diserahkan kepada
kreditur sebagai bentuk pelunasan hutang debiturnya.
2. Melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
Penyelesaian kredit macet dimana krediturnya adalah bank milik negara biasanya
kredit macet dan telah diupayakan penagihannya melalui BUPLN untuk selanjutnya
dilakukan pelelangan benda jaminan. Namun tidak selamanya pelelangan dilakukan
menggunakan bantuan Lembaga BUPLN, hal ini dapat terjadi apabila pihak bank
telah memiliki akta kuasa untuk menjual dimana pihak bank sesuai denga isi akta
dapat menjual harta jaminan tersebut. Untuk memperoleh pengembalian dana
kredit macet dari hasil pelelangan bukanlah hal yang mudah dan cepat, berdasarkan
pengalaman menunjukan bahwa untuk menjual harta jaminan melalui prosedur
lelang sangat sulit untuk memperoleh harga yang sesuai dengan harapan, dimana
terdapat potong-potongan cukup besar atas proses pelelangan tersebut, agar tidak
terlalu dirugikan maka hukum perbankan memberikan kepada pihak bank untuk
turut serta dalam proses pelelangan (sebagai pembeli lelang). Cara tersebut
diharapkan dapat dimanfaatkan pihak bank untuk memenangkan pelelangan atas

21
barang milik debitur yang kemudian nantinya dapat dijual kembali oleh pihak bank
dengan harga yang berlaku dipasaran sebagaimana diatur pada Pasal 6 huruf dalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
3. Melalui Arbitrase atau Perwasitan
Seperti yang telah dijabarkan diatas bahwa penyelesaian kredit macet melalui BUPLN
maupun melalui Pengadilan dipandang kurang menguntungkan karena jangka waktu
yang diperlukan relatif lama dan jumlah uang yang bisa ditarik dinilai sangat kecil.
Oleh karena itu kalangan pakar hukum perbankan mencoba menawarkan
menggunakan penggunaan Lembaga Arbitrase untuk menyelesaikan permasalahan
kredit macet. Pada umumnya pada bagian akhir dalam perjanjian kredit dicantumkan
suatu klausula yang menentukan bahwa apabila dikemudian hari timbul sebuah
sengketa akibat dari perjanjian tersebut maka para pihak secara bersama-sama
memilih dan menetapkan penyelesaian sengketa melalui Lembaga Arbitrase
(perwasitan).
Dalam klausula penyelesaian sengketa tersebut biasanya ditetapkan cara-cara
penunjukan arbiter (wasit) dan susunan tim arbiter yang akan memutuskan
sengketa. Terbentuknya tim arbiter itu dimulai dengan masing-masing pihak
menunjuk seorang arbiter dan dua orang arbiter yang telah terpelih tersebut
menunjuk seorang arbiter ketiga untuk dijadikan sebagai ketua tim arbiter. Tim
arbiter hanya berwenang memutuskan sengketa jika sebelumnya telah ada
kesepakatan antara kedua belah pihak untuk tidak menyelesaikan sengketa yang
terjadi melalui lembaga Pengadilan, melainkan melalui Arbitrase yang telah
dituliskan dalam suatu perjanjian ataupun klausula Arbitrase

RANGKUMAN

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga. Perjanjian kredit bank merupakan merupakan perjanjian baku
(standard contract), dimana isi atau klausul-klausul perjanjian kredit bank tersebut telah
dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir (blangko), tetapi tidak terikat kepada

22
suatu bentuk tertentu (vorn vrij). Penyelamatan adalah sebuah cara penyelesaian kredit
bermasalah, melalui perundingan kembali antara kreditur dan debitur dengan memberikan
keringanan pada syarat-syarat pengembalian kredit, dimana tujuan kreditur agar debitur
memiliki kemampuan kembali untuk menyelesaikan kredit. Penyelesaian kredit adalah suatu
Langkah penyelesaian kredit macet melalui lembaga hukum seperti Pengadilan atau Badan
Urusan Piutang dan Lelang Negara atau melalui badan-badan lainya dikarenakan upaya
pelaksanaan penyelamatan kredit sudah tidak membawa hasil atau tidak dimungkinkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Usman, Rachmadi. (2001). Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Fuady, Munir. (2003). Jaminan Fidusia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan kredit ? Jelaskan


2. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari perjanjian kredit ?
3. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari penyelamatan kredit macet ?
4. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur dari penyelesaian kredit macet ?

23
BAB IV
JASA-JASA PERBANKAN (TRANSFER, INKASO, KLIRING, BANK GARANSI, SAFE
DEPOSIT BOX, CREDIT CARD)

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa memperlihatkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang mencerminkan


pribadi yang mengetahui tentang peran dan tanggung jawab ahli hukum yang
profesional, berintegritas, dan berkarakter.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan terkait dengan pembidangan ilmu hukum dan
mampu mencari solusi dan penyelesaikan masalah hukum tersebut.
- Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu hukum dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dengan memberikan solusi serta jalan keluar terhadap
permasalahan hukum tersebut.
- Mahasiswa mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah di bidang hukum, berdasarkan hasil analisis, informasi, dan data.
- Mahasiswa mampu mendiskusikan, mengidentifikasikan, bentuk, fungsi tentang jasa-
jasa perbankan.

MATERI

4.1 TRANSFER
Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank yang sama atau bank yang berlainan.
Pengiriman uang juga dapat dilakukan dengan tujuan dalam kota, luar kota, atau luar negeri.
Pengiriman uang ke luar negeri harus melalui bank devisa. Nasabah pengirim dikenakan biaya
kirim yangbesarnya bergantung pada bank yang bersangkutan. Pertimbangannya adalah nasabah
bank yang bersangkutan (memiliki rekening di bank yang bersangkutan) atau bukan, serta sejak
jarak pengiriman antara bank tersebut.
1. Transfer keluar
Salah satu jenis pengiriman uang yang dapat menyederhanakan lalu lintas
pembayaran adalah dengan pengiriman uang keluar. Untuk melakukan transfer ini

24
digunakan media secara tertulis ataupun melalui kawat. Pembatalan transfer hanya
dapat dilakukan apabila transfer keluar belum dibayarkan kepada pihak penerima uang.
Dengan demikian, bank pemberi amanat harus memberi perintah berupa “stop payment”
kepada cabang pembayaran. Pembatalan pembayaran ini baru dapat dilakukan oleh bank
pemberi amanat kepada nasabah pemberi amanat hanya apabila telah diterima berita
konfirmasi dari bank pembayar bahwa transfer tersebut belum dibayarkan.
2. Transfer masuk
Transfer masuk, yaitu bank menerima amanat dari salah satu cabang untuk membayar
sejumlah uang kepada seseorang beneficiary. Selanjutnya, bank pembayar akan
membukukan hasil transfer kepada rekening nasabah beneficiary apabila ia memiliki
rekening di bank pembayar. Transfer masuk tidak dikenakan lagi komisi karena nasabah
pemberi amanat telah dibebankan sejumlah komisi pada saat memberi- kan amanat
transfer. Jika terjadi pembatalan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memeriksa,
apakah hasil transfer telah dibayarkan kepada beneficiary. Apabila belum dibayarkan,
transfer dibatalkan dan dikembalikan kepada cabang pemberi amanat melalui pemindah
bukuan (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 58).

4.2 INKASO
Inkaso merupakan penagihan pembayaran atas warkat (surat-surat berharga, seperti cek,
bilyet giro) kepada pihak ketiga ditempat atau kota lain didalam negeri. Sebagai contoh apabila kita
memperoleh selembar cek yang diterbitkan oleh bank di Kota Bandung, cek tersebut dapat
dicairkan di Jakarta melalui jasa inkaso. Proses penagihan melalui inkaso bergantung pada jarak lokasi
penagihan dan biasanya memerlukan waktu 1 (satu) minggu sampai 1 (satu) bulan. Besarnya
biaya penagihan bergantung pada bank yang bersangkutan dengan pertimbangan jarak dan
pertimbangan lainnya.
1. Warkat inkaso terbagi sebagai berikut :
a. Warkat inkaso tanpa lampiran yaitu warkat-warkat inkaso yang tidak dilampirkan
dengan dokumen-dokumen apa pun, seperti cek, bilyet giro, wesel, dan surat
berharga.
b. Warkat inkaso dengan lampiran yaitu warkat-warkat inkaso yang dilampirkan
dengan dokumen-dokumen lainnya, seperti kwitansi, faktur, polis asuransi, dan
dokumen-dokumen penting.

25
2. Inkaso terbagi sebagai berikut, yaitu :
a. Inkaso keluar merupakan kegiatan untuk menagih warkat yang telah
diterbitkan oleh nasabah bank lain. Bank menerima amanat dari nasabahnya
untuk menagih warkat tersebut nasabah lain di kota lain.
b. Inkaso masuk merupakan kegiatan yang masuk atas warkat yang telah diterbitkan
oleh nasabah sendiri. Dalam inkaso masuk, bank hanya memeriksa kecukupan
dari nasabahnya yang telah menerbitkan warkat kepada pihak ketiga (H. Dadang
Husen Sobana : 2016 ; 59).

4.3 KLIRING
Kliring merupakan jasa penyelesaian utang piutang antar bank dengan cara saling
menyerahkan warkat-warkat yang akan dikliringkan dilembaga kliring. (Penagihan warkat
seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Lembaga kliring ini dibentuk dan
dikoordinasikan oleh Bank Indonesia setiap hari keja. Peserta kliring adalah bank yang sudah
mengantongi izin dari Bank Indonesia. Kliring merupakan penagihan warkat (surat berharga,
seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari dalam kota. Proses penagihan melalui kliring hanya
memerlukan waktu satu hari. Besarnya biaya penagihan bergantung pada bank yang bersangkutan
(Kasmir : 2012 ; 58).

4.4 BANK GARANSI


Bank garansi adalah jaminan pembayaran yang diberikan oleh bank kepada suatu pihak,
baik perseorangan, perusahaan, maupun badan atau lembaga lainnya dalam bentuk surat
jaminan. Dengan pemberian jamin an tersebut bank menjamin akan memenuhi (pembayar)
kewajiban-kewajiban dari pihak yang dijaminkan kepada pihak yang menerima jaminan, apabila
pihak yang dijamin ternyata tidak memenuhi kewajiban kepada pihak lain sesuai dengan yang
diperjanjikan atau cedera janji. Dalam pemberian fasilitas bank garansi terdapat tiga pihak yang
terlibat, yaitu pihak penjamin (bank), pihak terjamin (nasabah), dan pihak penerima jaminan (pihak
ketiga). Sebelum jaminan bank dikeluarkan, bank mempelajari kredibilitas nasabah tersebut (H.
Dadang Husen Sobana : 2016 ; 60).

26
4.5 SAFE DEPOSIT BOX
Safe deposit box atau dikenal dengan istilah safe loket. Jasa pelayanan ini memberikan layanan
penyewaan kotak pengaman tempat menyimpan surat berharga atau barang berharga milik
nasabah. Surat atau barang-barang berharga yang disimpan didalam kotak tersebut dilengkapi
dengan sistem keamanan terus-menerus selama 24 jam sehingga aman dari pencurian dan
kebakaran. Nasabah penyewa kotak penyimpanan dikenakan biaya sewa yang besarnya
bergantung pada ukuran kotak penyimpanan serta jangka waktu penyewaan. Pembukaan SDB
dilakukan dengan dua buah anak kunci, yang satu dipegang oleh bank dan satunya lagi oleh
nasabah (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 59).

4.6 CREDIT CARD


Bank card lebih populer dengan sebutan kartu kredit atau uang plastik. Bank card
merupakan “kartu plastik” yang dikeluarkan oleh bank dan diberikan kepada nasabahnya untuk
dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran di swalayan, hotel, restoran, tempat hiburan, dan
tempat-tempat lainnya. Kartu ini juga dapat digunakan untuk mengambil uang tunai di ATM-ATM
yang tersebar diberbagai tempat yang strategis. Pemegang kartu kredit dikenakan biaya iuran
tahunan yang besarnya bergantung pada bank yang mengeluarkan. Setiap pembelanjaan
memiliki tenggang waktu pembayaran dan akan dikenakan bunga dari jumlah uang yang telah
dibelanjakan jika melewati tenggang waktu yang telah ditetapkan (H. Dadang Husen Sobana : 2016
; 60).

RANGKUMAN

Jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran


kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Dalam prakteknya bank menawarkan jasa-
jasa yaitu transfer, inkaso, kliring, bank garansi, safe deposit box dan credit card.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Sobana, Husen, H. Dadang. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

27
Kasmir. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali Pers.

LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan transfer dan sebutkan jenis-jenisnya ? Jelaskan


2. Apakah yang dimaksud dengan inkaso dan sebutkan bentuk dan jenisnya ? Jelaskan
3. Apakah yang dimaksud denga kliring dan jelaskan bagaimana prosedur
pelaksanaannya ?
4. Apakah yang dimaksud bank garansi ? Jelaskan
5. Apakah yang dimaksud dengan safe deposit box ? Jelaskan
6. Apakah yang dimaksud dengan credit card ? Jelaskan

28
BAB V
JASA-JASA PERBANKAN (VALAS, KUSTODIAN DAN LETTER OF CREDIT)

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa memiliki sikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan


dibidang ilmu hukum dengan mencerminkan nilai-nilai dan budaya hukum yang baik
sebagai etos kerja.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan dalam pengembangan ilmu hukum terkait dengan
penyelesaian masalah hukum yang terjadi.
- Mahasiswa mampu mengkaji setiap masalah yang timbul dengan menggunkan
metode-metode dalam ilmu hukum dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan hukum yang terjadi.
- Mahasiswa mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
pembimbing, kolega, serta sejawat baik didalam maupun diluar Universitas Putera
Batam.
- Mahasiswa mampu mendiskusikan, mengidentifikasikan cara kerja jasa-jasa
perbankan.

MATERI

5.1 VALAS
Valuta asing adalah mata uang yang dapat dipakai atau mudah diterima oleh banyak
negara dalam perdagangan internasional. Dengan adanya valuta asing kita dapat membeli
barang atau dapat memenuhi kebutuhan kita dinegara lain dengan menggunakan mata
uang yang diterima dalam perdagangan internasional. Dari pengertian tersebut dapat
diketahui bahwa valuta asing atau valas itu adalah uang yang di gunakan oleh semua
negara, yang mana uang tersebut dapat digunakan dalam perdagangan internasional,
namun mata uang yang diterima dalam perdagangan internasional salah satunya adalah
uang Dollar. Adapun fungsi dari valuta asing sebagai alat tukar internasional, alat
pembayaran internasional, alat pengendali kurs, alat memperlancar perdagangan
internasional.

29
5.2 KUSTODIAN
Kustodian adalah lembaga penunjang dalam kegiatan pasar modal. Menurut Pasal 1
angka 8 Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa, kustodian adalah
pihak yang memberikan jasa penitipan efek atau harta lain yang berkaitan dengan efek
serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan
transaksi efek dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabah.

5.3 LETTER OF CREDIT


Letter of Credit (L/C) merupakan surat kredit yang diberikan kepada para eksportir dan
importir yang digunakan untuk melakukan pembayaran atas transaksi ekspor impor yang
mereka lakukan. Kegunaan Letter of Credit adalah menampung dan menyelesaikan kesulitan-
kesulitan dari pihak pembeli (importir) ataupun penjual (eksportir) dalam transaksi dagangnya.
Pengertian secara umumnya merupakan pernyataan dari bank atas permintaan nasabah
(biasanya importir) untuk menyediakan dan membayar sejumlah uang tertentu untuk
kepentingan pihak ketiga (penerima L/C atau eksportir). Pembukaan oleh importir dilakukan
nasabah melalui bank yang disebut opening bank atau issuing bank, sedangkan bank eksportir
merupakan bank pembayar terhadap barang yang diperdagangkan. L/C ini terdiri atas
berbagai macam sehingga nasabah dapat memilih bentuk L/C yang sesuai dengan kondisi yang
diinginkannya (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 61).

RANGKUMAN

Valuta asing adalah mata uang yang dapat dipakai atau mudah diterima oleh banyak
negara dalam perdagangan internasional. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa
penitipan efek atau harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk
menerima dividen, bunga dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek dan mewakili
pemegang rekening yang menjadi nasabah. Letter of Credit (L/C) merupakan surat kredit yang
diberikan kepada para eksportir dan importir yang digunakan untuk melakukan pembayaran
atas transaksi ekspor impor yang mereka lakukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Sobana, Husen, H. Dadang. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan Valuta Asing ? Jelaskan


2. Apakah yang dimaksud dengan kustodian dan sebutkan peraturan perundang-undang
yang berkaitan dengan Kustodian ? Jelaskan
3. Apakah yang dimaksud dengan Letter of Credit ? Jelaskan

31
BAB VI
SURAT-SURAT BERHARGA DAN WARKAT PERBANKAN DALAM PRAKTIK
PERBANKAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
- Mahasiswa menguasai pengetahuan tentang metode-metode yang digunakan dalam
dalam ilmu hukum.
- Mahasiswa mampu membuat dokumen-dokumen hukum sesuai dengan bidang
keahlian dalam bidang ilmu hukum baik pidana, perdata maupun hukum tata
Negara.
- Mahasiswa mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan
kepada anggota kelompok yang berada di bawah tanggung jawab yang diemban.
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi surat-surat berharga dan warkat perbankan
dalam praktik perbankan.

MATERI

6.1 BENTUK SURAT BERHARGA DAN WARKAT PERBANKAN DALAM PRAKTIK


PERBANKAN
Adapaun bentuk-bentuk dari surat berharga dan warkat perbankan sebagai berikut,
yaitu :
1. Wesel
Istilah wesel dalam bahasa Belanda disebut wisselbrief, bill of exchange dalam
bahasa Inggris, atau letter de charge dalam bahasa Perancis, dan wechsel dalam
bahasa Jerman. Secara etimologi kata wesel berasal dari bahasa Arab al wasail,
wasilah, tawassul, yang berarti jalan atau alat perantara (Sufirman Rahman dan
Eddie Rinaldy : 2013 ; 29). Menurut H. M. N. Purwosutjipto, yang dimaksud dengan
surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel di dalamnya, ditanggali
dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana penerbit (trekker) memberi

32
perintah tidak bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayar sejumlah
uang pada hari bayar (vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit yang
disebut penerima (nemer), atau penggantinya di suatu tempat tertentu
(Hermansyah : 2011 ; 110). Berdasarkan pengertian tersebut bisa diketahui bahwa
surat wesel memiliki unsur- unsur sebagai berikut: pertama, surat berharga yang
bertanggal dan mencantumkan tempat penerbitannya; kedua merupakan perintah
tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang; ketiga pihak-pihak yang terkait adalah
(trekker), tersangkut atau tertarik (betrokkene), penerima (nemer), pemegang
(houder) dan endosan (endossant).
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan, dapatlah dikatahui bahwa pihak-pihak
yang terkait dengan surat wesel yaitu :
a. Penerbit atau penarik yaitu orang yang membuat atau menerbitkan atau
mengeluarkan surat wesel.
b. Tersangkut atau tertarik yaitu orang yang mendapat perintah dari penerbit
untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar kepada penerima.
c. Penerima yaitu orang yang ditunjuk oleh penerbit untuk menerima sejumlah
uang sebagai mana disebut dalam surat wesel pada hari bayar.
d. Endosan adalah kedudukan penerima atau pemegang yang menyerahkan
surat wesel kepada orang lain, sedangkan orang yang menerima penyerahan
surat wesel itu disebut pemegang (Hermansyah : 2011 ; 111).
2. Cek
Istilah cek berasal dari kata Inggris, cheque, yang berarti mencocokkan, dalam
pengertian itu juga meliputi melihat serta memperlihatkan. Menurut kamus besar
bahasa Indonesia, cek adalah perintah tertulis pemegang rekening kepada bank yang
ditunjuknya supaya membayar sejumlah uang pemegangnya. Berkaitan dengan itu,
menurut Imam Syakir dan Soedarjanto, yang dimaksud dengan cek adalah surat
perintah pembayaran dari orang yang menandatanganinya atau nasabah kepada
bank untuk membayar kepada orang yang membawa atau orang yang namanya
disebut dalam surat cek, atas sejumlah uang yang jumlahnya tercantum pada cek,
sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa cek adalah surat
yang memuat kata cek yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan
mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada bankir untuk membayar

33
sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau pembawa di tempat tertentu
(Hermansyah : 2011 ; 112).
Secara sederhana cek diartikan sebagai surat perintah tidak bersyarat dari penerbit
kepada tertarik (bank) untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada nama atau
pihak yang tersebut dalam cek atau kepada pihak lain yang ditunjukkan olehnya,
ditempatdi mana pembayaran harus dilakukan.
3. Bilyet Giro
Istilah bilyet giro berasal dari bahasa Belanda. Kata Bilyet Giro terdiri dari dua kata
yaitu bilyet yang berarti surat dan giro berarti simpanan nasabah pada bank yang
pengambilalihan dapat dilakukan setiap saat dnegan menggunakan cek, bilyet giro
atau sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan pemindahbukuan. Menurut
H.M.N Purwosutjipto, bilyet giro adalah surat perintah tidak bersyarat dari nasabah
yang telah dibakukan bentuknya, kepada bank penyimpan dana untuk
memindahkan sejumlah dana dari rekening giro yang bersangkutan kepada pihak
penerima yang disebutkan namanya, kepada bank yang sama atau kepada bank
lainnya. Dalam pengertian lain, Munir Fuady merumuskan pengertian bilyet giro
sebagai suatu perintah tanpa syarat dari penerbitnya untuk memindahbukukan
sejumlah uang yanga da pada bank di mana penerbit memiliki rekening giro dan
dana dalam jumlah yang cukup, dana tersebut dipindahbukukan atau ditrasfer ke
rekening (baik pada bank yang sama tau pada bank lain) milik pihak yang namanya
tersebut dalam bilyet giro tersebut (Hermansyah : 2011 ; 114).
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 4/570/HPPB/PbB tanggal 24 Januari
1972, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan bilyet giro adalah surat perintah
nasabah yang telah distandarisasi bentuknya kepad penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan kepada pihak
penerima yang disebutkan namanya pada bank yang sama atau pada bank yang
lainnya.
4. Promes
Istilah promes yang dalam bahasa Belanda disebut promesse adalah suatu perjanjian
dagang yang berisi pengakuan utang dari pihak yang berutang dan bernilai uang
sekian sehingga surat promes itu dapat diperdagangakan. Selaku promesse aan
toonder, kesanggupan ini tidak berbeda dari kesanggupan dalam surat aksep yaitu
kedua- duanya tanpa unsur setelah ada permintaan (Emmy Pangaribuan Simanjuntak

34
: 1982 ; 178). Perbedaannya terletak pada hal, bahwa promes untuk pembawa atau
promes atas tunjuk ini memberi hak kepada setiap pembawa atau pengunjuk yang
memperlihatkan surat itu (toonder) untuk menerima pembayaran sejumlah uang
hanya orang yang diberi kuasa (order) dari yang semula berhak menerima
pembayaran sejumlah uang (Wirjono Prodjodikoro : 1992 ; 14).
Secara sederhana surat promess atas pembawa atas tunjuk (promesse aan toonder)
itu berisikan kesanggupan penanda tangan untuk melakukan pembayaran sejumlah
uang tertentu pada saat diperlihatkan kepada pemegang/tertunjuk. Sebagaimana hal
surat sanggup, dalam penerbitan promes hanya melibatkan dua pihak saja, yaitu
pihak penanda tangan sebagai penerbit dan pihak pemegang.
5. Sertifikat Bank Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang
diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek
dengan sistem diskonto murni. Jadi, Sertifikat Bank Indonesia ini diterbitkan oleh
Bank Indonesia sebagai salah satu piranti operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter untuk memupuk dana masyarakat berjangka pendek melalui
perbankan (Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman : 2012 ; 470). Selain itu penerbitan
Sertifikat Bank Indonesia juga dimaksudkan untuk mendorong pembangunan pasar
uang dalam rangka meningkatkan efisiensi peengolaan dana. Operasi pasar terbuka
adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan
bank dan pihak lain dalam rangka pengendalian moneter.
Mengenai sertifikat Bank Indonesia di atur dalam Keputusan Presiden Nomor 5
Tahun 1984 tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia. Peraturan pelaksanaan
dari Keputusan Presiden tersebut adalah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No. 31/67/KEP/DIR, yang dimaksud dengan sertifikat Bank Indonesia adalah surat
berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai
pengakuan uatang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.
Sistem diskonto adalah di mana pihak yang memberi Sertifikat Bank Indonesia
menerima pembayaran bunga di muka atau seketika itu, dengan ketentuan bunga
yang telah diterimanya itu akan diperhitungkan pada saat Sertifikat Bank Indonesia
dibayarkan kembali tepat pada tanggal jatuh tempo. Yang dapat memiliki Sertifikat
Bank Indonesia adalah perseorangan/perusahaan. Untuk memiliki Sertifikat Bank
Indonesia tersebut diperoleh melalui bank atau perusahaan pialang pasar uang, baik

35
dijual melalui pasar perdana maupun pasar sekunder. Adapun Bank Indonesia
melakukan penjualannya melalui lelang, yang dapat diikuti oleh bank dan/atau
pialang. Bank sebagai peserta lelang dapat mengajukan penawaran kuantitas dan
tingkat diskonto menurut jangka waktu untuk kepentingan sendiri atau pihak lain.
6. Surat Berharga Pasar Uang
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat-surat berharga pendek yang bisa
diperjualbelikan secara diskonto dengan Bank Indonesia atau dengan lembaga
keuangan yang ditunjuk oleh Bank Indonesia (Hermansyah : 2011 ; 120). Warkat
surat berharga pasar uang terbagi dua jenis. Yang pertama surat sanggup atau aksep
adalah surat berharga, bertanggal dan menyebutkan tempat penerbitannya yang
merupakan kesanggupan tanpa syarat oleh penerbit untuk membayar (pengakuan
utang) kepada pihak pemegang atau pembawanya, pembayaran mana dilakukan
pada waktutertentu oleh pihak penerbit sendiri (Hermansyah : 2011 ; 121).
Surat sanggup atau aksep berupa, surat sanggup yang diterbitkan oleh nasabah
dalam rangka penerimaan kredit dari bank atau lembaga keuangan bukan bank
untuk membiayai kegiatan tertentu. Surat sanggup yang diterbitkan oleh bank atau
lembaga keuangan bukan bank dalam rangka pinjaman antar bank. Kedua surat
wesel yang berupa surat wesel yang ditarik oleh suatu pihak dan diaksepkan oleh
pihak lain dalam rangka transaksi tertentu. Penarikan dan/atau tertarik adalah
nasabah bank atau lembaga keuangan bukan bank. Surat wesel yang tertarik oleh
nasabah bank atau lembaga keuangan bukan bank dalam rangka pemberian kredit
untuk membiayai kegiatan tertentu. Ketiga surat-surat berharga lainnya yang akan
ditetapkan kemudian oleh Bank Indonesia. SBPU yang dapat dijualbelikan harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kertas dan percetakan warkatnya harus bermutu baik dan tinggi
sehingga daat disimpan dan tahan sampai daluarsa (Rachmadi Usman : 2001 ; 466).
7. Commercial Paper
Commercial paper (CP) adalah suatu surat berharga berupa pengakuan utang jangka
pendek dua sampai dua ratus tujuh puluh hari (2-270) yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan sebagai meinjam uang kepada pihak lain yang mempunyai dana segar
untuk membeli obligasi tersebut, utang tersebut tanpa memberikan suatu jaminan
utang, utang mana diberikan diskon tertentu meskipun ada juga yang diberikan
dengan memberikan suatu bunga tertentu (Hermansyah : 2011 ; 121). Berkaitan

36
dengan commercial paper ini, dapat dikemukakan bahwa pihak-pihak yang terkait
dengan suatu commercial paper adalah pihak penerbit (issuer), pihak penanam
modal (investor), pihak pengatur penerbitan (arranger), pihak agen penerbit (issuing
agent), pihak agen pembayaran (paying agent), pihak pedagang efek (dealer), pihak
perusahaan pemeringkat (rating agency).

RANGKUMAN

Surat-Surat berharga dan warkat perbankan dalam praktik perbankan terdiri dari
wesel, cek, bilyet giro, promes, sertifikat bank Indonesia, surat berharga pasar uang dan
commercial paper.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Rahman, Sufirman, Rinaldy, Eddie. (2013). Hukum Surat Berharga Pasar Uang. Jakarta: Sinar
Grafika.
Simanjuntak, Pangaribuan, Emmy. (1982). Hukum Dagang Surat-Surat Berharga. Yogyakarta:
Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Prodjodikoro, Wirjono. (1992). Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia. Bandung: Sumur.
Gazali, Djoni S, Usman, Rachmadi. (2012). Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika.
Usman, Rachmadi. (2001). Dimensi Hukum Surat Berharga: Warkat Perbankan dan Pasar
Uang. Jakarta: Djambatan.

LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan Wesel dan Cek ? Jelaskan.


2. Apakah yang dimaksud dengan Bilyet Giro dan Promes ? Jelaskan.
3. Apakah yang dimaksdu dengan Sertifikat Bank Indonesia ? Jelaskan.
4. Apakah yang dimaksud dengan Surat Berharga Pasar Uang dan Commercial Paper ?
Jelaskan.

37
BAB VII
RAHASIA BANK

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa menunjukan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang keahlian


masing-masing secara mandiri.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan dalam pengembangan ilmu hukum terkait dengan
penyelesaian masalah hukum yang terjadi.
- Mahasiswa mampu menerapkan keahlian-keahlian kekhususan dalam ilmu hukum
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan hukum yang terjadi.
- Mahasiswa mampu menunjukan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur.
- Mahasiswa mampu mendiskusikan, mengidentifikasikan konsep rahasia bank.

MATERI

7.1 SEJARAH DAN KONSEP RAHASIA BANK


Pada dasarnya bank menjalankan prinsip kepercayaan yang diberikan oleh nasabah untuk
menjaga kerahasiaan rekeningnya. Hal ini seringdisebut dengan rahasia bank. Istilah rahasia bank
mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan interaksi antara bank dan nasabahnya. Konsep
rahasia bank bermula dari tujuan untuk melindungi nasabah. Pemikiran untuk merahasiakan
keadaan keuangan nasabah bank melahirkan ketentuan hukum mengenai kewajiban rahasia
bank yang semula bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah secara individual. Akan
tetapi, rahasia bank dapat dikesampingkan apabila terjadi perkembangan sehubungan dengan
keadaan politik dalam negeri, keadaan sosial, terutama menyangkut timbulnya kejahatan dalam
bidang money laundering, yang menyangkut sebagai berikut, yaitu :
1. Ruang lingkup kerahasiannya, apakah dari sisi aktiva (asset) atau sisipasiva (liabilities).
2. Jangka waktu bagi bank untuk merahasiakan apabila nasabah tersebut tidak lagi menjadi
nasabah.
3. Pihak-pihak yang dibebani untuk merahasiakan itu.
4. Jangka waktu kewajiban merahasiakan itu bagi pengurus dan pegawai bank.
5. Sikap yang seharusnya diambil apabila terdapat benturan antara kepentingan nasabah

38
secara individual dan kepentingan masyarakat luas.
6. Keadaan yang berhubungan dengan upaya melindungi kepentingan bank.
7. Mengungkapkan rahasia bank sebagai pengecualian demi hukum atau harus terlebih
dahulu memperoleh izin dari otoritas yang berwenang.
8. Otoritas yang berwenang memberikan izin pengecualian tersebut.
9. Adanya persetujuan nasabah yang dapat menghapuskan kewajiban bank untuk
memegang teguh rahasia bank (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 152).

7.2 PENGERTIAN RAHASIA BANK


Di Indonesia, pengaturan rahasia bank untuk pertama kali dilakukan pada tahun 1960
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 tahun 1960
tentang Rahasia Bank. Pengaturan rahasia bank selanjutnya mengalami perubahan dari waktu ke
waktu yangdapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Pengertian rahasia bank yang hanya meliputi keterangan mengenai nasabah penyimpan
dana dan simpanannya. Pengertian ini sangat terbatas dan berlaku sejak 10 November
1998 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Undang-
Undang Perbankan.
2. Pengertian rahasia bank meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan keuangan
dan lain-lain dari segala macam nasabah yang hanya menggunakan jasa bank. Pengertian
ini sangat luas meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan nasabah dan diterapkan
dalam ketentuan yang berlaku dari tahun 1960 sampai tanggal 10 November 1998 dengan
lahirnya Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.
Pengertian rahasia bank dalam Undang-Undang Nomor 7 1992 yang dimuat dalam Pasal 1
ayat 16 yang menyebutkan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan
wajib dirahasiakan. Pengertian ini diubah dengan pengertian baru oleh Undang- Undang Nomor
10 tahun 1998 yang menyebutkan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan ketentuan mengenai nasabah menyimpan dan penyimpan (H. Dadang
Husen Sobana : 2016 ; 150).

7.3 SIFAT RAHASIA BANK


Sifat rahasia bank memiliki 2 (dua) teori yang dikemukakan pertama teori yang
mengatakan rahasia bank yang bersifat mutlak (absolute theory) dan kedua teori yang

39
mengatakan bersifat relatif (relative theory). Adapun penjelasan mengenai kekuatan
berlakunya kedua teori tersebut sebagai berikut, yaitu :
1. Teori mutlak
Menurut teori ini, rahasia bank bersifat mutlak. Semua keterangan mengenai nasabah
dan keuangannya tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan
pembatasan. Dengan alasan apapun dan oleh siapapun kerahasiaan mengenai nasabah
dan keuangannya tidak boleh dibuka (diungkapkan). Apabila terjadi pelanggaran terhadap
kerahasiaan tersebut, bank yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala
akibat yang ditimbulkannya.
2. Teori relatif
Menurut teori ini, bank bersifat relatif (terbatas). Semua keterangan tentang nasabah dan
keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan. Akan tetapi, jika ada alasan yang
dapat dibenarkan oleh undang- undang, rahasia bank mengenai keuangan nasabah boleh
dibuka kepada pejabat yang berwenang, misalnya pejabat perpajakan, pejabat penyidik
tindak pidana ekonomi (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 151).

7.4 SANKSI PIDANA DAN PERDATA


Sanksi Pidana menurut Pasal 40 UU No. 7 tahun 1989 bagi mereka yang memaksa pihak
bank dan pihak terafiliasi untuk memberikan keterangan sekurang-kurangnya 2 tahun
penjara dan paling lama 4 tahun serta denda sekurang-kurangnya 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak 200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah), sedangkan Sanksi
Perdata; nasabah yang dirugikan dapat menggugat bank berdasarkan dalil bahwa bank telah
melakukan perbuatan melawan hukum berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata. Jelas bahwa
perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang dilanggar oleh bank tersebut adalah Pasal 40
UU No. 10 tahun 1998. Menurut ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang
Perbankan, sanksi pidana atas pelanggaran prinsip rahasia bank ini bervariasi. Ada tiga ciri khas
dalam sanksi pidana terhadap pelanggar rahasia bank dalam undang-undang perbankan ini,
sebagaimana juga terhadap sanksi-sanksi pidana lainnya dalam undang- undang perbankan yang
bersangkutan. Ciri dan sanksi pidana terhadap pelanggaran prinsip rahasia bank, yaitu sebagai
berikut :
1. terdapat ancaman hukuman minimal di samping ancaman maksimal.
2. antara ancaman hukuman penjara dengan hukuman denda bersifat kumulatif, bukan
alternatif.

40
3. tidak ada korelasi antara berat ringannya ancaman hukuman penjara dengan hukuman
denda (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 161).
Ancaman hukuman pidana terhadap pelaku tindak pidana di bidang perbankan menurut
Undang-Undang Perbankan dapat dibagi dalam tiga kategori berikut yaitu :
1. Pidana penjara minimal 2 (dua) tahun dan maksimal 4 (empat) tahun serta denda
sekurang-kurangnya Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah), diancam terhadap barang siapa yang tanpa
membawa perintah tertulis atau izin dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 41, 41A, dan Pasal 42 dengan sengaja me- maksa bank atau pihak terafiliasi
untuk memberikan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 Undang-Undang
Perbankan.
2. Penjara minimal 2 (dua) tahun dan maksimal 4 (empat) tahun serta denda minimal Rp.
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan maksimal denda Rp. 8.000.000.000,00 (delapan
miliar rupiah), di- ancam terhadap anggota dewan komisaris, direksi, pegawai bank, atau
pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang wajib
dirahasiakan menurut Pasal 40 Undang-Undang Perbankan.
3. Pidana penjara minimal 2 (dua) tahun dan maksimal 7 (tujuh) tahun serta denda minimal
Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan denda maksimal Rp. 15.000.000.000,00
(lima belas miliar rupiah) diancam kepada anggota dewan komisaris, direksi, pegawai
bank, atau pihak terafiliasi lainnya yang dengan sengaja memberikan keterangan yang
wajib dirahasiakan menurut Pasal 40 Undang- Undang Perbankan (H. Dadang Husen
Sobana : 2016 ; 162).

RANGKUMAN

Konsep rahasia bank bermula dari tujuan untuk melindungi nasabah. Rahasia bank
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ketentuan mengenai nasabah menyimpan
dan penyimpan. Sifat dari rahasia bank dikenal dengan 2 teori yaitu mutlak dan relatif. Dalam
rahasia bank terdapat sanksi pidana dan sanksi perdata

41
DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Sobana, Husen, H. Dadang. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan sejarah dan konsep dari Rahasia Bank ?


2. Apakah yang dimaksud dengan Rahasia Bank dan sebutkan dasar hukumnya ?
3. Sebutkan dan jelaskan dari sifat Rahasia Bank ?
4. Sebutkan dan jelaskan bentuk sanksi pidana dan perdata dalam Rahasia Bank ?

42
BAB VIII
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH PENYIMPAN DANA

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa memperlihatkan pemikiran, sikap, dan perilaku yang mencerminkan


pribadi yang mengetahui tentang peran dan tanggung jawab ahli hukum yang
profesional, berintegritas, dan berkarakter.
- Mahasiswa menguasai pengetahuan tentang metode-metode yang digunakan dalam
ilmu hukum.
- Mahasiswa menguasai konsep praktis bidang hukum sesuai dengan keahlian hukum
khusus yang menjadi pilihannya secara mendalam.
- Mahasiswa mampu mengkaji implikasi pengembangan atau implementasi ilmu
hukum yang memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan hukum sesuai dengan keahlian berdasarkan kaidah, tata cara dan etika
hukum dalam rangka menghasilkan solusi, opini, konsep, menyusun deskripsi
saintifik hasil kajian dalam bentuk skripsi atau laporan tugas akhir.
- Mahasiswa mampu mendiskusikan, mengidentifikasikan perlindungan hukum bagi
nasabah penyimpan dana.

MATERI

8.1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA


Pada prinsipnya hubungan antara bank dan nasabah penyimpan dananya dilandasi
hubungan kepercayaan, yang lazimnya disebut fiduciary relation. Bank terutama
bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan,
sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan masyarakat untuk
menyimpan sebagian uangnya di bank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan
bahwa uangnya akan dapat dipeolehnya kembali pada waktu yang diinginkan yang
disertai dengan imbalan pula. Apabila kepercayaan nasabah penyimpan dana terhadap
suatu bank telah berkurang, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi rush terhadap

43
dana yang disimpannya. Berbagai faktor dapat menyebabkan ketidakpercayaan nasabah
penyimpan dana terhadap suatu bank. Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
dan sekaligus melindungi hak-hak penyimpan dana, akhirnya pemerintah mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban
Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang
Program Penjaminan Bank Perkreditan Rakyat, yang pada intinya memberi perlindungan
hukum secara langsung kepada nasabah penyimpan dana terhadap kegagalan Bank
Umum maupun BPR dalam memenuhi kewajibannya.

8.2 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA SEBAGAI


KREDITUR
Marulak Pardede dalam bukunya Likuidasi dan Perlindungan Nasabah
menjelaskan bahwa menurut sistem perbankan Indonesia, perlindungan terhadap
nasabah sebagai kreditur atau nasabah penyimpan dana atau deposan dapat dilakukan
melalui 2 (dua) cara, yaitu :
1. Perlindungan secara implisit
Perlindungan secara Implisit adalah perlindungan yang dihasilkan oleh
pengawasan dan pembinaan bank yang efektif yang dapat menghindarkan
terjadinya kebangkrutan bank yang diawasi. Perlindungan ini dapat diperoleh
melalui sebagai berikut :
a. Peraturan perundang-undangan di bidang Perbankan (Undang-undang
nomor 10 Tahun 1998).
b. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang
efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
c. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai suatu lembaga pada
khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada
umumnya.
d. Memelihara tingkat kesehatan bank.
e. Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
f. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah.
g. Menyediakan informasi resiko pada nasabah.
2. Perlindungan secara eksplisit

44
Yang dimaksud dengan Perlindungan secara eksplisit adalah perlindungan melalui
pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat sehingga apabila
bank mengalami kegagalan maka lembaga tersebut akan mengganti dana
masyarakat yang disimpan di bank tersebut. Perlindungan secara eksplisit dapat
diperoleh melalui adanya Lembaga Penjamin Simpanan. Untuk dapat mengambil
kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan yang pernah terpuruk
pada saat krisis moneter tahun 1998, maka dibuatlah suatu Lembaga Penjamin
Simpanan yang dapat melindungi uang masyarakat yang dihimpun dalam suatu
bank dari kondisi bank gagal. Bank gagal (failing bank) adalah suatu kondisi
dimana bank mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan
usahanya serta tidak dapat lagi disehatkan oleh LPP sesuai dengan kewenangan
yang dimilikinya. Adapun dasar hukum dari lembaga ini adalah Undang-undang
No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan ( LPS ). Dengan adanya
undang-undang ini maka dapat dilakukan perlindungan secara implisit atau
secara langsung terhadap nasabah.
Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 hanya mengatur perlindungan
kepada nasabah secara implisit/ tidak langsung. Dalam undang-undang tersebut,
pada dasarnya perlindungan kepada nasabah tidak dapat dipisahkan dengan
upaya menjaga kelangsungan bank sebagai suatu lembaga pada khususnya dan
perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya.

8.3 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN DANA SEBAGAI


DEBITUR
Apabila berbicara tentang perlindungan nasabah sebagai Debitur, maka kita tidak
bisa melepaskan diri dari pembahasan isi suatu perjanjian kredit. Telah dibahas diatas
bahwa hubungan bank dan nasabah antara lain berdasarkan asas kebebasan
berkontrak, namun asas kebebasan berkontrak tidaklah bekerja secara tak terbatas.
Pembatasan-pembatasan dilakukan dibuat untuk mengingat adanya kepentingan pihak
yang lemah bertentangan dengan peraturan-peraturan yang ada. Di Indonesia,
kebebasan berkontrak dibatasi antara lain oleh KUHPerdata pasal 1320 yang
menyatakan bahwa suatu perjanjian dibuat atas dasar kesepakatan mengenai hal
tertentu oleh para pihak yang cakap untuk membuat perjanjian, serta tidak menyangkut
kuasa yang dilarang oleh undang-undang atau bertentangan dengan kesusilaan dan

45
ketertiban umum. Selain itu, UU Perlindungan Konsumen juga melindungi nasabah
bank melalui pasal-pasal mengenai klausula baku yang terutama dijelaskan pada pasal
18 yang pada intinya mengatur tentang kewajiban-kewajiban dari pelaku usaha.

RANGKUMAN

Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang


Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor
193 Tahun 1998 tentang Program Penjaminan Bank Perkreditan Rakyat untuk melindung
nasabah penyimpan dana. Perlindungan hukum terhadap nasabah penyimpan dana sebagai
kreditur dibagi 2 yaitu implisit berdasarkan peraturan perundang-undang yang terkait dan
eksplisit melalui sebuah lembaga yang dipercaya oleh pemerintah. Perlindungan hukum
terhadap nasabah penyimpan dana sebagai debitur mengacu pada Pasal 1320 KUHPerdata
dan pada Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Pardede, Marulak. (1998). Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan perlindungan hukum bagi nasabah
penyimpan dana ?
2. Bagaimana bentuk peran pemerintah untuk memberikan perlindungan hukum bagi
nasabah penyimpan dana ? Jelaskan
3. Sebutkan dan jelaskan perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana baik
sebagai kreditur dan debitur ?

46
BAB IX
TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa memiliki sikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan


dibidang ilmu hukum dengan mencerminkan nilai-nilai dan budaya hukum yang baik
sebagai etos kerja.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan terkait dengan pembidangan ilmu hukum dan
mampu mencari solusi dan menyelesaikan masalah hukum tersebut.
- Mahasiswa mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural dalam tiap-
tiap peristiwa hukum yang terjadi dalam masyarakat dengan berorientasi kepada
kemaslahatan umat.
- Mahasiswa mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian
masalah dibidang hukum, berdasarkan hasil analisis, informasi dan data.
- Mahasiswa mampu merumuskan serta mendiskusikan tindak pidana dibidang
perbankan.

MATERI

9.1 KEJAHATAN PERBANKAN SEBAGAI TINDAK PIDANA EKONOMI


Tindak Pidana Perbankan dan tindak pidana di bidang perbankan merupakan tindak
pidana ekonomi. Adapun unsur-unsur dari tindak pidana ekonomi menurut Conklin sebagai
berikut, yaitu :
1. Suatu perbuatan melawan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.
2. Dilakukan oleh perorangan atau korporasi di dalam pekerjaannya yang sah atau
dalam usahanya di bidang industri atau perdagangan.
3. Tujuannya memperoleh uang, kekayaan, menghindari pembayaran
uang/menghindari kekayaan/kerugian/keuntungan bisnis atau keuntungan pribadi
(Neni Sri Imaniyati : 2008 ; 193).
Adapun bentuk-bentuk pelanggaran ekonomi antara lain mengenai pelanggaran atau
penghindaran pajak dan dikatagorikan sebagai berikut, yaitu :
1. Penipuan atau kecurangan di bidang perkreditan ( credit fraud ).
47
2. Penggelapan dana masyarakat, penyalahgunaan dana masyarakat.
3. Pelanggaran terhadap aturan keuangan.
4. Spekulasi dan penipuan transaksi tanah.
5. Delik-delik lingkungan.
6. Menaikkan penyamaran atau sifat tersembunyi maksud dan tujuan kejahatan.
7. Keyakinan si pelaku terhadap kebodohan, dan kesembronoan si korban, kurang
keahlian, kurang pengetahuan, keteledoran korban.
8. Penyembunyian pelanggaran.
9. Melebihkan harga faktur.
10. Eksploitasi tenaga kerja.
11. Penipuan konsumen (Neni Sri Imaniyati : 2008 ; 193).
Tindak pidana dibidang perbankan merupakan white collar crime. White collar
crime dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Kejahatan yang dilakukan oleh kalangan profesi dalam melakukan pekerjaannya,
seperti advokat, akuntan, dokter.
2. Kejahatan yang dilakukan oleh pemerintah atau aparatnya, seperti korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hak warga negara (Neni Sri Imaniyati :
2008 ; 194).
Pengenaan pidana terhadap kejahatan dan pelanggaran perbankan umumnya mengacu
pada Pasal 10 KUHP yang mengatur mengenai :
1. Pidana pokok dan Pidana tambahan (penjara, kurungan, denda, pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu, pengumuman putusan hakim).
2. Sanksi Administrartif oleh Bank Indonesia berupa denda, teguran, penurunan tingkat
kesehatan, larangan mengikutu kliring, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin
usaha sanksi administratif tidak mengurangi ketentuan ancaman pidana (Neni Sri
Imaniyati : 2008 ; 194).

9.2 PENGERTIAN TINDAK PIDANA PERBANKAN


Tindak pidana perbankan adalah tindakan (conduct), baik berupa melakukan sesuatu
(commission) atau tidak melakukan sesuatu (omission), yang menggunakan produk perbankan
(banking product) sebagai sarana tindakan pelaku atas produk perbankan (banking product)
sebagai sasaran tindakan pelaku yang telah ditetapkan sebagai tindak pidana oleh undang-undang
secara legal dan formal, atau yang ditetapkan sebagai tindak pidana oleh Undang-Undang

48
Perbankan Indonesia UU No. 7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun
1998 (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 273). Undang-Undang Perbankan Indonesia
menegaskan bahwa setiap perilaku yang bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (khusus) bagi bank merupakan tindak pidana sebagaimana diatur oleh
peraturan perundang-undangan perbankan Indonesia, yaitu Undang-Undang No. 7 tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dan
berbagai Peraturan Bank Indonesia.

9.3 SANKSI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PERBANKAN


Bahwa atas perbuatan tindak pidana perbankan yang kerap terjadi di Indoensia, atas
perbuatan para pelaku dapat diberikan sanksi pidana penjara dan pidana denda serta sanksi
administrastif secara bertahap sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Adapaun sanksi atau hukum yang dapat menjerat para pelaku diatur dalam
Pasal 47 ayat 1 dan 2, Pasal 47 A, Pasal 48 ayat 1 dan 2, Pasal 49 ayat 1 dan 2, Pasal 50,
Pasal 50 A, Pasal 51 ayat 1, Pasal 51 ayat 1, Pasal 52 ayat 1, 2, dan 3, Pasal 55 dan Pasal 59
A. Dengan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dan berbagai Peraturan Bank Indonesia, semua
jenis tindak pidana perbankan dapat dikenakan sanksi pidana. Oleh karena itu, dalam Pasal 42
ayat (1) sampai dengan ayat (3) ditegaskan bahwa: (1) untuk kepentingan peradilan dalam
perkara pidana, Pimpinan Bank Indonesia dapat memberikan izin kepada Polisi, Jaksa, atau
Hakim untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai simpanan tersangka atau terdakwa
pada bank; (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan secara tertulis atas
permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung, atau Ketua Mahkamah
Agung; (3) Permintaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menyebutkan nama dan
jabatan Polisi, Jaksa, atau Hakim, nama tersangka atau terdakwa, alasan diperlukannya keterangan
dan hubungan perkara pidana yang bersangkutan dengan keterangan yang diperlukan.

49
RANGKUMAN

Perbuatan secara melawan hukum yang dilakukan oleh perseorangan atau korporasi
demi memperoleh keuntungan dan mengakibat kerugian bagi orang lain adalah unsur-unsur
dari tindak pidana ekonomi. Tindak pidana perbankan adalah tindakan (conduct), baik berupa
melakukan sesuatu (commission) atau tidak melakukan sesuatu (omission), yang menggunakan
produk perbankan (banking product) sebagai sarana tindakan pelaku atas produk perbankan
(banking product) sebagai sasaran tindakan pelaku. Bahwa bentuk sanksi bagi para pelaku
tindak pidana perbankan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perbankan berupa
pidana penjara, pidana denda dan sanksi administrative.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Imaniyati, Sri, Neni. (2008). Hukum Perbankan. Bandung: Fakultas Hukum Unisba.
Sobana, Husen, H. Dadang. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan Tindak Pidana Ekonomi dan sebutkan unsur-unsurnya
?
2. Apakah yang dimaksud dengan Tindak Pidana Perbankan ? Jelaskan.
3. Sebutkan dasar hukum dan bentuk sanksi bagi para pelaku Tindak Pidana Perbankan ?

50
BAB X
PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK OLEH BANK INDONESIA

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan dalam pengembangan ilmu hukum terkait dengan
penyelesaian masalah hukum yang terjadi.
- Mahasiswa memiliki keahlian hukum khusus yang dimaksud terdiri dari ketrampilan
praktis dari hukum pidana, hukum perdata, dan hukum tata negara, hukum
internasional, serta hukum administrasi negara yang mempunyai konsep metode
dan penyelesaiannya sendiri-sendiri.
- Mahasiswa mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja dengan
pembimbing, kolega, serta sejawat baik di dalam maupun di luar Universitas Putera
Batam.
- Mahasiswa mampu menganalisis, mendiskusikan, mengidentifikasi pengaturan dan
pengawasan bank oleh bank Indonesia.

MATERI

10.1 ARAH PENGATURAN BANK


Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan
Indonesia sebagai :
1. lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan
penyalur dana.
2. pelaksana kebijakan moneter.
3. lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta
pemerataan, agar tercipta sistem perbankan yang sehat, baik sistem perbankan secara
menyeluruh maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat
dengan baik, berkembang secara wajar, dan bermanfaat bagi perekonomian nasional (H.
Dadang Husen Sobana : 2016 ; 243).
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan :

51
1. kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi).
2. kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking).
3. pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten
ketentuan intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya, dengan tetap mengacu pada prinsip kehati-hatian (H. Dadang
Husen Sobana : 2016 ; 243).

10.2 KEWENANGAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK


Pengaturan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia meliputi wewenang sebagai berikut
:
1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu menetapkan tata cara perizinan
dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh Bank Indonesia, yang meliputi
pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan
dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan
kepengurusan bank, dan pemberian izin pada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan
usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu menetapkan ketentuan yang
menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan untuk menciptakan perbankan sehat,
yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu melakukan pengawasan melalui
pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan tidak langsung (off-site
supervision). Pengawasan langsung berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus
untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan keuangan dan memantau tingkat
kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku, serta mengetahui adanya praktik-
praktik tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Adapun pengawasan
tidak langsung, yaitu pengawasan melalui alat pemantauan, seperti laporan berkala yang
disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan, dan informasi lainnya. Dalam
pelaksanaannya, apabila diperlukan, Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan
terhadap bank, termasuk pihak lain yang meliputi perusahaan induk, perusahaan anak,
pihak berkaitan, pihak terafiliasi dan debitur bank. Bank Indonesia dapat menugasi pihak
lain untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan tugas pemeriksaan.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu menjatuhkan
sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila bank

52
tersebut kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur
pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat (H. Dadang Husen
Sobana : 2016 ; 244).

10.3 SISTEM PENGAWASAN


Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, Bank Indonesia melaksanakan sistem
pengawasannya dengan menggunakan dua pendekatan berikut, yaitu :
1. Pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance based supervision), menekankan
pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan yang berkaitan dengan
operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank pada masa
lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara
baik dan benar menurut prinsip kehati-hatian.
2. Pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision), pengawasan berdasarkan risiko (risk
based supervision/RBS), yaitu upaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap,
pendekatan pengawasan yang diterapkan oleh Bank Indonesia akan beralih menjadi
sepenuhnya pengawasan berdasarkan risiko, yaitu pendekatan pengawasan yang
berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut,
pengawasan/ pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat
(inherent risk), aktivitas fungsional bank, serta sistem pengendalian risiko (risk control
system). Pendekatan ini lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif
dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di suatu
bank (H. Dadang Husen Sobana : 2016 ; 245).

RANGKUMAN

Bank menjadi lembaga masyarakat penghimpun dan penyalur dana, selaku pelaksana
kebijakan moneter, berperan membantu pertumbuhan dan pertambahan ekonomi hal ini
merupakan arah dari pengaturan bank sebagai pengatur dan pengawas. Bank memiliki
kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan yaitu kewenangan memberikan izin,
kewenangan untuk mengatur, kewenangan untuk mengawasi dan kewenangan untuk
mengenakan sanksi. Sistem pengawasan bank terbagi menjadi 2 (dua) menurut H. Dadang

53
Husen Soban yaitu, sistem pengawasan berdasarkan kepatuhan dan sistem pengawasan
berdasarkan resiko.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Sobana, Husen, H. Dadang. (2016). Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

LATIHAN

1. Sebutkan fungsi dan tujuan dari bank sebagai pengatur dan pengawas ? Jelaskan
2. Sebutkan dan jelaskan kewenangan-kewenangan dari bank selaku pengatur dan
pengawas ?
3. Sebutkan dan jelaskan bentuk sistem pengawasan bank ?

54
BAB XI
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (PENGERTIAN, FUNGSI DAN TUJUAN,
PENTINGNYA API DAN ENAM PILAR API)

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik.


- Mahasiswa menguasai pengetahuan tentang metode-metode yang digunakan dalam
ilmu hukum.
- Mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmu hukum dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi dengan memberikan solusi serta jalan keluar terhadap
permasalahan hukum tersebut.
- Mahasiswa mampu bertanggungjawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi dan evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang ditugaskan
kepada anggota kelompok yang berada di bawah tanggung jawab yang diemban.
- Mahasiswa mampu mendiskusikan, mengidentifikasi, menganalisis arsitektur
perbankan Indonesia (API) dalam praktek perbankan di Indonesia.

MATERI

11.1 ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA


Arsitektur Perbankan Indonesia (API) adalah suatu kerangka dasar sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri
perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Jadi dapat dikatakan
bahwa API akan menjadi arah dan bentuk yang dituju oleh perbankan nasional. Dengan
arsitektur perbankan ini, perbankan nasional akan memiliki fundamental yang kuat dalam
kurun waktu sepuluh tahun ke depan dari sisi struktur modal, regulasi, pengawasan,
infrastruktur, operasional perbankan dan keamanan nasabah. Menurut A. Sugiarto
arsitektur perbankan nasional bukan hanya merupakan suatu policy recommendation bagi
industri perbankan nasional dalam menghadapi segala perubahan yang terjadi di masa
mendatang melainkan juga menjadi policy direction. Menjadi sebuah Policy direction
berarti API menjadi arah dan bentuk yang harus dituju dan dibangun oleh perbankan

55
Indonesia. Dengan demikian arsitektur perbankan itu merupakan suatu design mengenai
tatanan industri perbankan ke depan. Setelah melakukan penyelesaian cetak biru API, maka
sejak tahun 2004 ini secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh
tahun API diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi Arsitektur Perbankan Indonesia
adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan
kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional. Krisis ekonomi 1998 menjadi bukti bahwa perbankan nasional sangat rapuh
menghadapi gejolak yang terjadi. Arsitektur Perbankan Indonesia akan menjadi pondasi
dasar dalam mewujudkan sebuah sistem perbankan nasional yang tangguh terhadap
gejolak yang terjadi dan mampu menjadi lembaga intermediasi bagi sektor riil dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

11.2 ENAM PILAR ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA


Bank Indonesia memperkenalkan adanya enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia
untuk mencapai visi Arsitektur Perbankan Indonesia yaitu: menciptakan struktur perbankan
domestik yang sehat, menciptakan sistem pengaturan yang efektif, pengawasan bank yang
independen dan efektif, menciptakan industri perbankan yang kuat, mewujudkan
infrastruktur yang lengkap, dan perlindungan konsumen perbankan. Arsitektur Perbankan
Indonesia juga memuat program-program dan tahapan kegiatan yang bersifat konkrit
mengenai implementasinya guna mewujudkan pilar-pilar di atas.

RANGKUMAN

Arsitektur Perbankan Indonesia (API) adalah suatu kerangka dasar sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan tatanan industri
perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan. Arsitektur Perbankan
Indonesia akan menjadi arah dan bentuk yang dituju oleh perbankan nasional. Arsitektur
Perbankan Indonesia menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional. Enam pilar Arsitektur Perbankan Indonesia yaitu:
menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat, menciptakan sistem pengaturan
yang efektif, pengawasan bank yang independen dan efektif, menciptakan industri

56
perbankan yang kuat, mewujudkan infrastruktur yang lengkap, dan perlindungan konsumen
perbankan.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Sugiarto, A. (2003). Arsitektur Perbankan Indonesia Suatu Kebutuhan dan Tantangan
Perbankan Kedepan. Jakarta: Kompas.

LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan Arsitektur Perbankan Indonesia ? Jelasakan.


2. Sebutkan fungsi dan tujuan dari Arsitektur Perbankan Indonesia ? Jelasakan.
3. Jelaskan pentingnya Arsitektur Perbankan Indonesia bagi perbankan Indonesia ?
4. Sebutkan 6 (enam) pilar dari Arsitektur Perbankan Indonesia ?

57
BAB XII
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA (TANTANGAN KEDEPAN DAN
PROGRAM API)

CAPAIAN PEMBELAJARAN

- Mahasiswa menunjukan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan dibidang keahlian


masing-masing secara mandiri.
- Mahasiswa memiliki pengetahuan terkait dengan pembidangan ilmu hukum dan
mampu mencari solusi dan menyelesaikan masalah hukum tersebut.
- Mahasiswa mampu mengkaji setiap masalah yang timbul dengan menggunakan
metode-metode dalam ilmu hukum dalam menyelesaikan permasalahan-
permasalahan hukum yang terjadi.
- Mahasiswa mampu menerapkan pemikiran logis, kritis sistematis, dan inovatif dalam
konteks pengembanggan atau implementasi ilmu hukum yang memperhatikan nilai-
nilai keadilan, kepastian, dan kemanfaatan hukum.
- Mahasiswa mampu mendiskusikan, mengidentifikasikan arsitektur perbankan
Indonesia dalam praktek perbankan di Indonesia.

MATERI

12.1 TANTANGAN KEDEPAN


Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus
dilakukan diberbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan‐tantangan yang
dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan‐tantangan
tersebut adalah sebagai berikut yaitu :
1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima
tahun kedepan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar.
Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit
dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya.

58
Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit dalam banyak
hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit
karena kemampuan manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum
baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi (Lista Kusprinati).
2. Struktur perbankan yang belum optimal
Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh
terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang
menguasai 75% asset perbankan Indonesia). Namun demikian bank‐ bank kecil
dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak,
bank‐bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relative sama
dengan bank‐bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen
risiko, dan corporate governance yang relatif lebih terbatas. Demikian pula,
dibandingkan dengan negara‐negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia
dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi dikawasan asia. Hal ini
juga merupakan persoalan tersendiri terhadap struktur perbankan karena
dapatmenimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar
(Lista Kusprinati).
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai
oleh masyarakat masih kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan
ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai
kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih
banyaknya praktek penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat
semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM
sudah mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relative rendah. Selain itu,
meningkatnya kompleksitas jasa dan produk keuangan sebagai akibat dari
globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respons yang memadai dari
berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin penting mengingat masyarakat
pengguna jasa keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas
pelayanan dan akses perbankan yang semakin tinggi (Lista Kusprinati).
4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan
penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa

59
prinsip‐prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi
pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang
belum optimal, dan pelaksanaan law‐enforcement pengawasan yang belum
efektif.
Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan
dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Core Principles for
Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana teknologi
pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat
dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan
merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus menerus oleh Bank
Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
pada saatnya nanti (Lista Kusprinati).
5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah
Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate
governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga
diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Meskipun
kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun kapabilitas perbankan
secara umum masih di bawah international best practices. Demikian pula
kemampuan bank dalam merespon meningkatnya risiko operasional masih perlu
terus diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal control dan
kepatuhan terhadap prinsip‐prinsip prudensial (Lista Kusprinati).
6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable
Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan
pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable.
Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank‐bank.
Margin yang diperoleh bank‐bank semakin mengecil karena adanya
kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak
sustainablenya profitibilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan
perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio
asset pernasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif
tinggi dibandingkan negara‐negara lain (Lista Kusprinati).
7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan

60
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang
berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh
karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank
Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama‐sama menciptakan
standar-standar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah
dan transparansi informasi produk perbankan. Disamping itu, edukasi pada
masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu
segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan
keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan
(Lista Kusprinati).
8. Perkembangan Teknologi Informasi
Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh
perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI) menyebabkan makin
pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga
resiko-resiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi. Disamping itu,
persaingan industri
perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan persaingan antar
bank menjadi semakin ketat sehingga bank‐bank nasional harus mampu
beroperasi secara lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi (Lista
Kusprinati).

12.2 PROGRAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA


1. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional
Program ini bertujuan untuk memperkuat permodalan bank umum
(konvensional dan syariah) dalam rangka meningkatkan kemampuan bank
mengelola usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun
meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas
pertumbuhan kredit perbankan. Implementasi program penguatan permodalan
bank dilaksanakan secara bertahap. Upaya peningkatan modal bank‐bank
tersebut dapat dilakukan dengan membuat business plan yang memuat target
waktu, cara dan tahap pencapaian (Lista Kusprinati).
2. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan

61
Program ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengaturan serta
memenuhi standar pengaturan yang mengacu pada international best practices.
Program tersebut dapat dicapai dengan penyempurnaan proses penyusunan
kebijakan perbankan serta penerapan 25 Basel Core Principles for Effective
Banking Supervision secara bertahap dan menyeluruh. Dalam jangka waktu lima
tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah sejajar dengan negara‐negara
lain dalam penerapan international best practices termasuk 25 Basel Core
Principles for Effective Banking Supervision. Dari sisi proses penyusunan
kebijakan perbankan diharapkan dalam waktu dua tahun ke depan Bank
Indonesia telah memiliki sistem penyusunan kebijakan perbankan yang efektif
yang telah melibatkan pihakpihak terkait dalam proses penyusunannya (Lista
Kusprinati).
3. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan independensi dan efektivitas
pengawasan perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dicapai
dengan peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan koordinasi antar
lembaga pengawas, pengembangan pengawasan berbasis risiko, peningkatkan
efektivitas enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan di Bank
Indonesia. Dalam jangka waktu dua tahun ke depan diharapkan fungsi
pengawasan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan
sejajar dengan pengawasan yang dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain
(Lista Kusprinati).
4. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional Perbankan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan good corporate governance (GCG),
kualitas manajemen risiko dan kemampuan operasional manajemen. Semakin
tingginya standar GCG dengan didukung oleh kemampuan operasional
(termasuk manajemen risiko) yang handal diharapkan dapat meningkatkan
kinerja operasional perbankan. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan
diharapkan kondisi internal perbankan nasional menjadi semakin kuat (Lista
Kusprinati).
5. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
Program ini bertujuan untuk mengembangkan sarana pendukung operasional
perbankan yang efektif seperti credit bureau, lembaga pemeringkat kredit

62
domestik, dan pengembangan skim penjaminan kredit. Pengembangan credit
bureau akan membantu perbankan dalam meningkatkan kualitas keputusan
kreditnya. Penggunaan lembaga pemeringkat kredit dalam publicly‐traded debt
yang dimiliki bank akan meningkatkan transparansi dan efektivitas manajemen
keuangan perbankan. Sedangkan pengembangan skim penjaminan kredit akan
meningkatkan akses kredit bagi masyarakat. Dalam waktu tiga tahun ke depan
diharapkan telah tersedia infrastruktur pendukung perbankan yang mencukupi
(Lista Kusprinati).
6. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah
Program ini bertujuan untuk memberdayakan nasabah melalui penetapan
standar penyusunan mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga
mediasi independen, peningkatan transparansi informasi produk perbankan dan
edukasi bagi nasabah. Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan
program‐program tersebut dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada
system (Lista Kusprinati).

RANGKUMAN

Tantangan kedepan bagi Arsitektur Perbankan Indonesia adalah untuk mewujudkan


perbankan yang lebih kokoh dengan menjawab kedelapan tantang yang telah dirumuskan.
Program Arsitektur Perbankan Indonesia terdiri 6 (enam) pilar yang sebagaimana telah
dijabarkan diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Hermansyah. (2011). Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group.
Kusprianti, Lisa. Garis Besar Program Pembelajaran, IV. Arstitektur Perbankan Indonesia.
Jakarta: Universitas Gunadarma.

LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan tantangan kedepan bagi Arsitektur Perbankan Indonesia ?


2. Sebutkan dan jelaskan Program Arsitektur Perbankan Indonesia ?
63

Anda mungkin juga menyukai