Anda di halaman 1dari 5

1.

Konsep Asuhan Keperawatan


Menurut Nursalam (2008), asuhan keperawatan pada kasus BPH.
a. Pengkajian
1. Kaji gejala riwayat adanya gejala meliputi serangan, frekuensi urinaria setiap hari,
berkemih pada malam hari, sering berkemih, perasaan tidak dapat mengosongkan
vasika urinaria, dan menurunya pancaran urin.
2. Gunakan indeks gejala untuk menentukan gejala berat dan dampak terhadap gaya
hidup
3. Lakukan pemeriksaan rektal (palpasi ukuran, bentuk, dan konsistensi) dan
pemeriksaan abdomen untuk mendeteksi distensi kandung kemih serta derajat
pembesaran prostat.
4. Lakukan pengukuran erodinamika yang sederhana, uroflowmetry, dan pengukuran
residual prostat, jika diindikasikan.
SMenurut Doenges (1999) fokus pengkajian pasien dengan BPH adalah sebagai
berikut :
1. Sirkulasi
Pada kasus BPH sering dijumpai adanya gangguan sirkulasi; pada kasus
preoperasi dapat dijumpai adanya peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh
karena efek pembesaran ginjal. Penurunan tekanan darah; peningkatan nadi sering
dijumpai pada. kasus postoperasi BPH yang terjadi karena kekurangan volume cairan.
2. Integritas Ego
Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu integritas egonya karena
memikirkan bagaimana akan menghadapi pengobatan yang dapat dilihat dari tanda-
tanda seperti kegelisahan, kacau mental, perubahan perilaku.
3. Eliminasi
Gangguan eliminasi merupakan gejala utama yang seringkali dialami oleh pasien
dengan preoperasi, perlu dikaji keragu-raguan dalam memulai aliran urin, aliran urin
berkurang, pengosongan kandung kemih inkomplit, frekuensi berkemih, nokturia,
disuria dan hematuria. Sedangkan pada postoperasi BPH yang terjadi karena tindakan
invasif serta prosedur pembedahan sehingga perlu adanya obervasi drainase kateter
untuk mengetahui adanya perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi
warna urin, contoh : merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada
bekuan, peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi
gangguan eliminasi urin, juga ada kemugkinan terjadinya konstipasi. Pada preoperasi
BPH hal tersebut terjadi karena protrusi prostat ke dalam rektum, sedangkan pada
postoperasi BPH, karena perubahan pola makan dan makanan.
4. Makanan dan cairan
Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu karena efek
penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi), maupun efek dari anastesi pada
postoperasi BPH, sehingga terjadi gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan, tindakan yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan
maupun nutrisinya.
5. Nyeri dan kenyamanan
Menurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan dasar yang
utama. Karena menghindari nyeri merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada
pasien postoperasi biasanya ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul tajam dan
kuat, nyeri punggung bawah.
6. Keselamatan/ keamanan
Pada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH faktor keselamatan tidak
luput dari pengkajian perawat karena hal ini sangat penting untuk menghindari segala
jenis tuntutan akibat kelalaian paramedik, tindakan yang perlu dilakukan adalah kaji
adanya tanda-tanda infeksi saluran perkemihan seperti adanya demam (pada
preoperasi), sedang pada postoperasi perlu adanya inspeksi balutan dan juga adanya
tanda-tanda infeksi baik pada luka bedah maupun pada saluran perkemihannya.
7. Seksualitas
Pada pasien BPH baik preoperasi maupun postoperasi terkadang mengalami masalah
tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksualnya, takut inkontinensia/menetes
selama hubungan intim, penurunan kekuatan kontraksi saat ejakulasi, dan pembesaran
atau nyeri tekan pada prostat.

b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
2) Hambatan mobilitas fisik
3) Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan

c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan 1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan: Agen 2. Pain control secara komprehensif
injuri (biologi, 3. Comfort level termasuk lokasi,
kimia, fisik, karakteristik, durasi,
psikologis), Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan factor
kerusakan tindakan keperawatan presipitas
jaringan. selama 3 x 24 jam 2. Observasi reaksi nonverbal
Pasien tidak dari ketidaknyamanan.
mengalami nyeri, 3. Bantu pasien dan keluarga
dengan kriteria hasil: untuk mencari dan
1. Mampu mengontrol menemukan dukungan.
nyeri (tahu penyebab 4. Kontrol lingkungan yang
nyeri, mampu dapat mempengaruhi nyeri
menggunakan tehnik seperti suhu ruangan,
nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan.
mengurangi nyeri, 5. Kurangi faktor presipitasi
mencari bantuan). nyeri.
2. Melaporkan bahwa 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri berkurang untuk menentukan intervensi.
dengan menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non
manajemen nyeri. farmakologi: nafas dalam,
3. Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
nyeri (skala, hangat/ dingin.
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.

Gangguan NOC: NIC : Exercise therapy :


mobilitas fisik 1. Joint Movement : ambulation
Batasan Active 1. Monitoring vital sign
Karakteristik: 2. Mobility level sebelum atau sesudah latihan
1.Kesulitan 3. Self care : ADLs dan lihat respon pasien saat
membolak balik 4.Transfer latihan
posisi performance 2. Konsultasikan dengan
2.Perubahan cara Kriteria Hasil : terapi fisik tentang rencana
berjalan 1. Klien meningkat ambulasi sesuai dengan
3.Keterbatasan dalam aktivitas fisik kebutuhan
kemampuan 2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk
melakukan peningkatan mobilitas menggunakan tongkat saat
keterampilan 3. Membervalisasikan berjalan dan cegah terhadap
motorik halus perasaan dalam cedera 4. Ajarkan pasien atau
4.Keterbatasan peningkatan kekuatan tenaga kesehatan lain tentang
kemampuan dan kemmapuan teknik ambulasi.
melakukan berpindah 5. Kaji kemampuan pasien
keterampian 4.Memperagakan dalam mobilisasi
motorik kasar penggunaan akat 6. Latihan pasien dalam
5.Keterbatasan 5.Bantu untuk pemenuhan kebutuhan adls
rentang pergerakan mobilisasi secara mandiri sesuai
sendi Faktor yang kemampuan
berhubungan 1.
Penurunan kendali 7. Dampingi dan bantu pasien
otot saat mobilisasi dan bantu
2. Gangguan 3penuhi kebutuhan ADLS
neuromoskular 8. Berikan alat bantu jika
3. Penurunan klien memerlukan
kekuatan otot 9. Ajarkan pasien bagaimana
4. Kurang merubah posisi dan berikan
pengetahuan bantuan jika diperlukan
tentang aktivitas
fisik
5. Keengganan
memulai
pergerakan
Resiko infeksi NOC : NIC :
1. Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : 2. Knowledge : infeksi)
Peningkatan resiko Infection control 1. Bersihkan lingkungan
masuknya 3. Risk control setelah dipakai pasien lain
organisme patogen Kriteria Hasil : 2. Pertahankan teknik isolasi
1. Klien bebas dari 3. Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor tanda dan gejala perlu
resiko : infeksi 4. Instruksikan pada
- Prosedur 2. Mendeskripsikan pengunjung untuk
Infasif proses penularan mencuci tangan saat
- Ketidakcuk penyakit, factor berkunjung dan setelah
upan pengetahuan yang mempengaruhi berkunjung meninggalkan
untuk menghindari penularan serta pasien
paparan patogen penatalaksanaannya 5. Gunakan sabun
- Trauma 3. Menunjukkan antimikrobia untuk cuci
- Kerusakan kemampuan untuk tangan
jaringan dan mencegah 6. Cuci tangan setiap
peningkatan timbulnya infeksi sebelum dan sesudah
paparan 4. Jumlah leukosit tindakan keperawtan
lingkungan dalam batas normal 7. Gunakan baju, sarung
- Ruptur 5. Menunjukkan tangan sebagai alat
membran amnion perilaku hidup sehat pelindung
- Agen 8. Pertahankan lingkungan
farmasi aseptik selama
(imunosupresan) pemasangan alat
- Malnutrisi 9. Ganti letak IV perifer dan
- Peningkata line central dan dressing
n paparan sesuai dengan petunjuk
lingkungan umum
patogen 10. Gunakan kateter
- Imonusupre intermiten untuk
si menurunkan infeksi
- Ketidakade kandung kencing
kuatan imum 11. Tingkatkan intake nutrisi
buatan 12. Berikan terapi antibiotik
- Tidak bila perlu
adekuat pertahanan Infection Protection
sekunder (proteksi terhadap infeksi)
(penurunan Hb, 1. Monitor tanda dan gejala
Leukopenia, infeksi sistemik dan lokal
penekanan respon 2. Monitor hitung
inflamasi) granulosit, WBC
- Tidak 3. Monitor kerentanan
adekuat pertahanan terhadap infeksi
tubuh primer (kulit 4. Batasi pengunjung
tidak utuh, trauma 5. Saring pengunjung
jaringan, terhadap penyakit
penurunan kerja menular
silia, cairan tubuh 6. Pertahankan teknik
statis, perubahan aspesis pada pasien yang
sekresi pH, beresiko
perubahan 7. Pertahankan teknik isolasi
peristaltik) k/p
- Penyakit 8. Berikan perawatan kuliat
kronik pada area epidema
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi
17. Laporkan kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif

Anda mungkin juga menyukai