Pengertian Politik
Ilmu politik mempelajari suatu segi khusus dari kehidupan masyarakat
yang menyangkut soal kekuasaan. Tumpuan kajian ilmu politik adalah bermacam-
macam kegiatan dalam suatu proses sistem politik (negara) yang menyangkut
proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan
tersebut (Miriam Budiharjo, 1992). Sistem itu menurut Deliar Noer (1983)
meliputi sistem kekuasaan, wibawa, pengaruh, kepentingan, nilai, keyakinan dan
agama, pemilikan, status dan sistem ideologi.
Menurut Syarbani (2002:13), tumpuan kajian ilmu politik adalah upaya-
upaya memperoleh kekuasaan, mempertahankan kekuasaan, penggunaan
kekuasaaan, dan bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan. Dengan
demikian dilihat dari aspek kenegaraan, ilmu politik mempelajari negara, tujuan
negara, dan lembaga negara, serta hubungan kekuasaan baik sesama warga
negara, hubungan negara dengan warga negara, dan hubungan antar negara.
Apabila dilihat dari aspek kekuasaan ilmu politik mempelajari kekuasaan dalam
masyarakat, yaitu sifat, hakikat, dasar, proses, ruang lingkup, dan hasil dari
kekuasaan itu. Dilihat dari aspek kelakuan, ilmu politik mempelajari kelakuan
politik dalam sistem politik yang meliputi budaya politik, kekuasaan, kepentingan,
dan kebijakan.
Melihat penjelasan di atas, kajian ilmu politik meliputi: (1) teori ilmu
politik, (2) lembaga-lembaga politik (undang-undang dasar, pemerintahan
nasional, pemerintahan daerah, fungsi ekonomi dan sosial dari pemerintah dan
perbandingan lembaga-lembaga politik), (3) partai politik, dan (4) hubungan
internasional.
Minimal ada enam hal yang ditekankan dalan ilmu politik, yaitu
kekuasaan, negara, pemerintahan, fakta-fakta politik, kegiatan politik, organisasi
masyarakat. Sedangkan obyek ilmu politik meliputi dua hal yaitu, (1) material
(obyek ini berwujud pada perjuangan memperoleh dan mempertahankan
kekuasaan dengan obyek negara, kekuasaan, pemerintah, fakta-fakta politik,
kegiatan politik, dan organisasi masyarakat). dan (2) formal (pengetahuan, pusat
perhatian). Dengan demikian, Syarbaini menyimpulkan ada lima konsep tentang
ilmu politik, yaitu (1) sebagai usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk
membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama, (2) segala hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan negara dan pemerintah, (3) segala kegiatan yang
diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan, (4) kegiatan yang
berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum, dan (5) sebagai
konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan sumber-sumber yang
dianggap penting.
Menurut Weber, sosiologi harus bebas nilai (value free), tidak bias
kepentingan atau keyakinan moral pribadi. Bias personal harus dihindari selama
melakukan riset ilmiah. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin objektivitas
kebenaran sosiologi.
Dari konseptualisasi sosiologis yang disumbangkan oleh para tokoh ilmu
sosial, selanjutnya dijadikan pijakan dalam merumuskan ruang lingkup
sosiologi politik. Dalam operasionalnva, cakupan materi sosiologi politik
terwujud dalam beberapa hal: (1) sosialisasi politik; (2) partisipasi politik; (3)
perekrutan politik; (4) komunikasi politik.
1. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah suatu proses agar setiap individu atau kelompok
dapat mengenali sistem politik dan menentukan sifat persepsi-persepsinya
mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap fenomena-fenomena politik.
Kerja sosialisasi politik meliputi pemeriksaan mengenai lingkungan
kultural, lingkungan politik dan lingkungan sosial individu maupun kelompok.
Dengan demikian, sosialisasi politik merupakan landasan sosiologi politik selain
yang terpenting juga memegang peranan utama dan pertama bagi setiap tindakan
politik.
2. Partisipasi Folitik
Partisipasi politik ialah keterlibatan individu atau kelompok pada level
terendah sampai yang tertinggi dalam sistem politik. Hal ini berarti bahwa
partisipasi politik merupakan bentuk konkret kegiatan politik yang dapat
mengabsahkan seseorang berperan serta dalam sistem politik.
Dengan demikian, maka setiap individu atau kelompok yang satu dengan
yang lainnya akan memiliki perbedaan-perbedaan dalam partisipasi politik; sebab
partisipasi menyangkut peran konkrit politik di mana seseorang akan berbeda
perannya, strukturnya dan kehendak dari sistem politik yang diikutinya.
3. Perekrutan Politik
Pengrekrutan politik adalah suatu proses yang menempatkan seseorang
dalam jabatan politik setelah vang bersangkutan diakui kredibilitas dan
lovalitasnya. Perekrutan politik merupakan konsekuensi logis dalam memenuhi
kesinambungan sistem politik dan adanva suatu sistem politik yang hidup dan
berkembang.
Dalam operasionalnya, perekrutan politik dapat ditempuh melalui dua
jalan. Pertama, perekrutan yang bersifat formal yakni ketika seseorang
menduduki jabatan politik direkrut secara terbuka melalui ketetapan-ketetapan
yang bersifat umum dan ketetapan-ketetapan itu disahkan secara bersama-
sama. Perekrutan ini dilaksanakan melalui seleksi atau melalui pemilihan. Kedua,
perekrutan tidak formal yakni usaha seseorang tanpa suatu proses terbuka
sehingga seseorang itu mendapatkan kesempatan atau mungkin didekati orang lain
untuk diberi posisi-posisi tertentu.
4. Komunikasi Politik
Komunikasi politik ialah suatu proses penyampaian informasi politik pada
setiap individu anggota sistem politik atau informasi dari satu bagian sistem
politik kepada bagian yang lainnya, dan informasi yang saling diterima di antara
sistem-sistem sosial dengan sistem-sistem politik.
Informasi tersebut bersifat terus-menerus, bersifat pertukaran baik antara
individu, individu ke kelompok maupun kelompok ke kelompok yang dampaknya
dapat dirasakan oleh semua tingkatan masyarakat. Informasi itu bisa dalam bentuk
harapan, kritikan, reakasi-reaksi masyarakat terhadap sistem politik dan pejabat
politik. Atau suatu harapan, ajakan, janji dan saran-saran pejabat politik kepada
masyarakatnya yang berdampak terhadap perubahan atau nwmperteguh tindakan-
tindakan politiknya agar dilaksanakan stau tidak dilaksanakan.
Landasan-landasan di atas merupakan proses-proses politik yang mesti ada dan
berjalan dalam suatu sistem politik dan embaga-lembaga politik ketika akan, dan
pasti, berurusan dengan.