Anda di halaman 1dari 5

Nama : Riska Afriyanti Ahmad

Nim : 821419013

Kelas : D-S1 farmasi 2019

1. Pengertian penetrasi kebudayaan

Penetrasi kebudayaan adalah masuknya suatu kebudayaan ke kebudayaan lain. Penetrasi


kebudayaan ini dilakukan dengan 2 cara, yakni penetrasi kekerasan dan penetrasi damai. Penetrasi
kekerasan adalah masuknya suatu kebudayaan dari suatu daerah ke daerah lain dengan cara memaksa
atau kebudayaan itu bersifat merusak, contohnya kerja paksa yang dilakukan Jepang dan Belanda
kepada Indonesia waktu zaman penjajahan. Hal itu dilakukan dengan memaksakan kebudayaan mereka
pada Indonesia.

Penetrasi damai adalah masuknya suatu kebudayaan dengan cara yang damai tanpa
menimbulkan konflik, tetapi dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan masyarakat. Contoh agama
Hindu-Buddha yang ada di Indonesia yang masuk dengan damai tanpa timbulnya konflik.

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaanke
kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

Penetration pasipique

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruhkebudayaan Hindu
dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebuttidak mengakibatkan konflik,
tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budayamasyarakat.Penyebaran kebudayaan secara damai
akan menghasilkan kulturasi, similasi, atau sintesis. kulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru tanpamenghilangkan unsur kebudayaan asli. !ontohnya, bentuk
bangunan !andi "orobudur yangmerupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan
kebudayaan India. similasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan
baru. #edangkansintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya
sebuahkebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

Penetration violante

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. !ontohnya,


masuknyakebudayaan"arat ke Indonesia pada $aman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehinggamenimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.

2. pengaruh kebudayaan yang terjadi di lingkungan


Budaya adalah sebuah ciri atau identititas dari sekumpulan orang yang mendiami wilayah tertentu.
Budaya ini timbul dari perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat secara berulang – ulang sehingga
membentuk suatu kebiasaan yang pada akhirnya menjadi sebuah budaya dari masyrakat itu sendiri.
Budaya yang telah terbentuk itu akan masuk dan mengakar di dalam kehidupan manusia, sehingga
tanpa kita sadari budaya ini telah mempengaruhi kehidupan manusia. Berdasarkan ilustrasi di atas,
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan mempengaruhi manusia dalam berperilaku. Manusia akan
didekte oleh budaya dalam hal berperilaku baik perilaku baik maupun buruk. Banyak sekali perilaku –
perilaku manusia yang dipengaruhi oleh budaya. Di bawah ini adalah sebagian perilaku – perilaku
manusia yang dipengeruhi oleh budaya.

Yang pertama adalah budaya mempengaruhi perilaku manusia dalam berinteraksi dengan
manusia lainnya. Kebiasaan – kebiasaan manusia dalam berinteraksi dengan orang lain telah merubah
perilaku manusia ketika bersosialisasi. Saat ini kita telah hidup di jaman yang serba canggih. Semua
aspek di kehidupan ini telah disentuh oleh tehnologi, salah satunya adalah aspek komunikasi dengan
hand phone sebagai produknya. Hal ini membuat manusia terbisa menggunakan hand phone untuk
berkomunikasi, sehingga terbentuklah budaya media sosial. Manusia kini lebih memilih bersosialisai
melalui media – media sosial seperti facebook, twitter, My Space, dan lain – lain. Akibatnya, mereka
menjadi pasif terhadap lingkungan sekitarnya.

Budaya mempengaruhi manusia mengambil keputusan dalam perilaku konsumsi.


Berkembangnya industri akibat tehnologi membuat perusahaan memproduksi barang – barangnya
secara massal dan relative murah. Hal ini juga turut mempengaruhi perubahan kebudayaan manusia
yang pada awalnya merupakan masyarakat agraris secara bertahap berubah menjadi masyarakat
perkotaan. Akibatnya, terciptalah tata nilai baru dan pola hidup yang baru akibat dari budaya manusia
yang telah menjadi masyarakat perkotaan. Hal ini menyebabkan kebutuhan hidup mereka menjadi
semakin banyak, sehingga membuat mereka terus menerus membeli produk untuk memuaskan
kebutuhan budaya baru tersebut. Pada akhirnya terbentuklah masayarakat konsumtif, yaitu masyarakt
yang selalu mengkonsumsi barang maupun jasa.

Terlebih lagi, budaya mempengaruhi tatanan kehidupan bermasyarakat. Tehnologi yang


semakin berkembang ini mempengaruhi tatanan hidup manusia. Manusia terbiasa menggunkan
tehnologi - tehnologi canggih yang telah diciptakan. Akibatnya, budaya manusia yang dahulunya hidup
dengan sederhana, kini berubah menjadi sangat canggih. Perubahan budaya ini menciptakan
masyarakat modern, yaitu masyarakat yang hidup dengan dikelilingi oleh tekhnologi – teknologi canggih.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya mempengaruhi kehidupan


manusia, dalam bersosialisasi, menciptakan masayarakat konsumtif, dan masyarakat modern. Oleh
karena itu, budaya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Karena budaya akan selalu
berkembang, maka perilaku manusia akan berkembang pula.

3. perbedaan antara difusi kebudayaan dengan asimilasi kebudayaan disertasi contoh.


diffusion merupakan suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh dunia. Difusi
dijadikan sebagai salah satu objek ilmu penelitian antropologi, terutama sub-ilmu antropologi diakronik.

Proses difusi tidak hanya dilihat dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke
tempat lain di muka bumi saja, tetapi terutama sebagai proses di mana unsur kebudayaan dibawa oleh
individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain.

Bentuk-Bentuk Difusi :

Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi karena dibawa oleh
kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi dari satu tempat ke tempat lain di dunia. Hal ini terutama
terjadi pada zaman prehistori, puluhan ribu tahun yang lalu, saat manusia yang hidup berburu pindah
dari suatu tempat ke tempat lain yang jauh sekali, saat itulah unsur kebudayaan yang mereka punya juga
ikut berpindah. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tidak hanya terjadi ketika ada perpindahan dari
suatu kelompok manusia dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga dapat terjadi karena adanya
individu-individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Individu-individu
yang dimaksud adalah golongan pedagang, pelaut, serta golongan para ahli agama.

Bentuk difusi yang lain lagi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang terjadi ketika
individu-individu dari kelompok tertentu bertemu dengan individu-individu dari kelompok tetangga.
Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok itu dapat berlangsung dengan 3 cara, yaitu :

1. Hubungan symbiotic

Hubungan symbiotic adalah hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing hampir tidak
berubah. Contohnya adalah di daerah pedalaman negara Kongo, Togo, dan Kamerun di Afrika Tengah
dan Barat; ketika berlangsung kegiatan barter hasil berburu dan hasil hutan antara suku Afrika dan suku
Negrito. Pada waktu itu, hubungan mereka terbatas hanya pada barter barang-barang itu saja,
kebudayaan masing-masing suku tidak berubah.

2. Penetration pacifique (pemasukan secara damai)

Salah satu bentuk penetration pacifique adalah hubungan perdagangan. Hubungan perdagangan ini
mempunyai akibat yang lebih jauh dibanding hubungan symbiotic. Unsur-unsur kebudayaan asing yang
dibawa oleh pedagang masuk ke kebudayaan penemrima dengan tidak disengaja dan tanpa paksaan.
Sebenarnya, pemasukan unsur-unsur asing oleh para penyiar agama itu juga dilakukan secara damai,
tetapi hal itu dilakukan dengan sengaja, dan kadang-kadang dengan paksa.

3. Penetration violante (pemasukan secara kekerasan/tidak damai)

Pemasukan secara tidak damai ini terjadi pada hubungan yang disebabkankarena peperangan atau
penaklukan. Penaklukan merupakan titik awal dari proses masuknya kebudayaan asing ke suatu tempat.
Proses selanjutnya adalah penjajahan, di sinilah proses pemasukan unsur kebudayaan asing mulai
berjalan.

Ada juga difusi yang disebut stimulus diffusion. Stimulus diffusion adalah proses difusi yang terjadi
melalui suatu rangkaian pertemuan antara suatu deret suku-suku bangsa. Konsep stimulus diffusion juga
kadang dipergunakan ketika ada suatu unsur kebudayaan yang dibawa ke dalam kebudayaan lain, di
mana unsur itu mendorong (menstimulasi) terjadinya unsur-unsur kebudayaan yang dianggapsebagai
kebudayaan yang baru oleh warga penerima, walaupun gagasan awalnya berasal dari kebudayaan asing
tersebut.

Proses difusi terbagi dua macam, yaitu:

Difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu lingkup
kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima.

Difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan berkembang dulu
di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan penerima.

Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan
yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup
kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.

Contoh-Contoh Difusi

Pada kalangan masyarakat Indonesia, contoh difusi yang terjadi dapat dilihat pada berbagai kata yang
ada dalam Bahasa Indonesia. Tanpa kita sadari, Bahasa Indonesia sendiri merupakan contoh hasil dari
proses difusi yang terjadi dalam masyarakat. Berbagai kata dalam Bahasa Indonesia merupakan hasil
serapan dari bahasa asing dan bahasa-bahasa daerah, seperti Bahasa Jawa, Sunda, dan lain-lain.

Berbagai kontak budaya yang terjadi dalam masyarakat, menyebabkan terjadinya difusi dalam struktur
Bahasa Indonesia. Proses difusi yang menyebabkan munculnya kosakata baru dalam Bahasa Indonesia
terbagi dalam dua bahagian proses, yakni:

Difusi ekstern yaitu penyerapan kosakata asing oleh Bahasa Indonesia yang mengubah Bahasa Indonesia
ke arah yang lebih modern. Dampak dari difusi ekstern ini terlihat dari kreativitas orang-orang Indonesia,
yang memadukan berbagai unsur bahasa asing sehingga menjelma menjadibentuk kata-kata baru,
seperti : gerilyawan, ilmuwan, sejarawan, Pancasilais, agamis, dan lain-lain.

Difusi intern yaitu timbulnya hubungan timbal balik antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa
(seperti masuknya kata lugas, busana, pangan dll) atau dengan bahasa Sunda (kata-kata nyeri, pakan,
tahap, langka) mengenai penyerapan kosakata.

Asimilasi atau assimilation adalah proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan
latar belakangan kebudayaan yang berbeda-beda yang saling bergaul langsung secara intensif untuk
waktu yang lama, sehingga kebudayaan-kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah
sifatnya yang khas, dan unsur-unsurnya masing-masing berubah menjadi unsur-unsur kebudayaan
campuran. Ringkasnya, pengertian asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga
membentuk kebudayaan baru.

Golongan yang biasanya mengalami proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan
minoritas. Dalam hal ini, kebudayaan minoritaslah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur
kebudayaannya, dengan tujuan menyesuaikan diri dengan kebudayaan mayoritas; sehingga lambat laun
kebudayaan minoritas tersebut kehilangan kepribadian kebudayaannya dan masuk ke dalam
kebudayaan mayoritas.

Asimilasi ini umumnya dapat terjadi apabila ada rasa toleransi dan simpati dari individu-individu dalam
suatu kebudayaan kepada kebudayaan lain. Sikap toleransi dan simpati pada kebudayaan ini dapat
terhalang oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang dihadapi


2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
3. Perasaan superioritas pada individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang lain.

Contoh-Contoh Asimilasi

Salah satu contoh proses asimilasi adalah program transmigrasi yang dilaksanakan di Riau pada masa
pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi ini tidak hanya berhasil meratakan jumlah penduduk di
berbagai pulau di Indonesia, tetapi program transmigrasi ini juga mengakibatkan terjadinya asimilasi,
terutama di wilayah Riau. Hal ini terlihat dari banyaknya transmigran yang menghasilkan budaya baru,
misalnya Jawa-Melayu, Mandailing-Melayu, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai