Anda di halaman 1dari 24

1.

1 Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang


berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus
sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan
anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua
adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia
kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama.
Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu
perlu penanganan yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang
berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya
kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap
perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal
itu bersumber pada kelainan plasenta .
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah
plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas
sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua
persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga
atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami
perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang
untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda
permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung
banyak , mereka datang untuk mendapatkan pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih
banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai
perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera
dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat
dan cepat dari segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang
sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

1.2 Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

1.2.1 Bagaimana Tinjauan Teoritis dari plasenta previa?

1.2.2 Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan Plasenta Previa?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien


dengan plasenta previa
1.3.2 Tujuan khusus
1) Agar mahasiswa mengetahui tinjauan teoritis dari plasenta previa

2) Agar mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada plasenta


previa

2.1 Pengertian
Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen
bawah uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anotomik antara letak
plasenta dan segmen bawah uterus. Suatu plaenta previa telah melewati
batas atau menutup (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri
internum Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari
plasenta melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke setiap bagian
osteum uteri internum, tetapi tidak menutupinya. Plasenta previa parsialis
dikatakan demikian bila bagian dari plasenta menutup sebagian osteum
uteri internum. Plasenta previa totalis dikatakan demikian bila setiap
bagian plasenta secara total menutupi osteum uteri internum. Insiden
plasenta previa hampir mendekati 1 dalam 200-400 kelahiran.

Plasenta previa adalah dimana letak plasenta berimplantasi pada


tempat abnormal yaitu pada segemen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian / seluruh jalan lahir

2.2 Klasifikasi

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya


jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu
:

2.2.1 Plasenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas
tidak mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam
(normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.
Gambar 1. Plaseta Previa Total

2.2.2 Plasenta Previa Parsialis/Lateralis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada


tempat implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui pervaginamPlasenta Previa Marginalis

Gambar. 2 Previa Parsialis/Lateralis

2.2.3 Plasenta Previa Marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan
pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
Gambar 3 Plasenta Previa Marginalis

2.2.4 Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari


tepi jalan lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan
bisa dilahirkan pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-
kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan
teraba pada pembukaan jalan lahir.

Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya


pembukaan, misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm
mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada
pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai
dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan
Gambar. 4 Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

2.3 Etiologi

Belum diketahui pasti frekuensi plasenta previa meningkat pada grande


multipara, primi gravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leiumioma uteri.
Faktor-faktor yang meningkatkan kejadian placenta previer:
2.3.1 Umur penderita:
1) Umur muda karena endometrium masih belum sempurna

2) Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang

subur
2.3.2 Paritas

Pada paritas yang tinggi kejadian placenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
2.3.3 Endometrium yang cacat

1) Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek

2) Bekas operasi, bekas kuretage atau placenta manual


3) Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip

4) Pada keadaan malnutrisi

2.4.1 Gejala utama plasenta previa adalah Perdarahan per vaginam tanpa

sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. Darah pervaginam


biasanya berwarna merah segar.
2.4.2 Awitan perdarahan terjadi tiba-tiba

2.4.3 Biasanya terjadi pada trimester ke tiga

2.4.4 Kemungkinan karena iritabilitas uterus


2.4.5 Kelainan presentasi (bokong, letak lintang, kepala mengambang)

2.4.6 Anemis

2.4.7 Fundus uteri masih rendah 2.4.8

Bagian bawah janin belum turun

2.5 Patofisiologi

Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan


10 minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar
serta menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke 3 karena segmen bawah
uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah
uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus uterus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari pla senta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah. Uterus untuk berkontraksi
seperti pada plasenta letak normal.

2.6 Komplikasi

Meliputisyok hipovolemik, kelahiran prematur dan plasenta akreta. Pada


ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan, plasentitis, dan endometris pasca persalinan. Pada
janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasinya sepertia
asfiksia berat.
2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Terapi spesifik

2.7.1.1 Terapi ekspektatif

Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir prematur,


penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis
servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara noninvasif.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

∙ Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian


berhenti.

∙ Belum ada tanda-tanda in partum.

∙ Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas


normal).

∙ Janin masih hidup.

a) Rawat inap, tirah baring dan berikan anti biotik profilaksis.

b) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantansi plasenta,


usia kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.

c) Berikan tokolitik (mencegah terjadinya persalinan prematur) bila ada

kontraksi: Betamethason 24 mg IV dosis tinggal untuk pematangan


paruh janin.

d) Uji pematangan paru janin dengan test kocok ( bluble test). Dari hasil
amniosentesis.

e) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih berada

disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa


menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling
untuk menghadapai kemungkinan kegawatdaruratan.

f) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu

masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali


apabila rumah pasien diluar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih
dari 2 jam) dengan pesan untuk segera kembali ke RS apabila terjadi
pendarahan ulang.

2.7.1.2 Terapi Aktif (tindakan segera)

a) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervagina yang

aktif dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa


memandang maturitas janin.

b) Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan cara


menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,
lakukan PDMO (Periksa Dalam di Meja Operasi) jika:

- Infus atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah
siap.
- Kehamilan ≥ 37 minggu ( BB ≥ 2500 gr) dan in partu.

- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (mis:


anensefali).

- Pendarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewati


pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

2.7.2 Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa ialah:

2.7.2.1 Seksio sesarea

1) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk

menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya


harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilaksanakan. Tujuan seksio
sesarea:

Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera


berkontraksi dan menghentikan pendarahan.

Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri,


jika janin dilahirkan pervagina.

2) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi

sehingga servik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan
mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi plasenta sering
menjadi sumber pendarahan karena adanya perbedan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri.

- Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.

- Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan


pendarahan, infeksi dan keseimbangnan cairan masuk keluar.

2.7.2.2

Pendarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.


Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sbb:

1) Amniotomi dan akselerasi

Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis atau


marjinalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala.
Dengan memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawah
rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada
atau masih lemah, akselerasi dengan infus oksitosin.

- Versi braxton hicks

Tujuan melakukan versi braxton hicks ialah mengadakan


tamponade plasnta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi braxton
hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.

- Traksi dengan Cunam Willet

Kulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai pendarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektifuntuk
menekan plasenta dan sering kali menyebabkan pendarahan
pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang
telah meninggal dan pendarahan yang tidak aktif

2.8.1 Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap pasien dengan

tujuan menilai derajat anemia.


2.8.2 Urinalis biasanya normal.

2.8.3 Golongan darah dan rhesus: 2-4 unit darah harus dipersiapkan untuk

kemungkinan transfusi. Kecepatan dan luasnya perdarahan


menentukan perlunya penggantian darah.

2.8.4 Pemeriksaan ultrasonografi : dapat ditentukan implantasi plasenta atau

jarak tepi plasenta terhadap ostium.

2.8.5 Pemeriksaandarah: Hemoglobin, Hematokrit


3.1 Pengkajian

3.1.1 Usia

Ibu saat hamil dengan usia 35thn atau lebih, makin besar kemungkinan
kehamilan plasenta previa, dibanding dengan usia dibawah 25thn.

3.1.2 Keluhan utama

Perdarahan berwarna segar tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri saat
tidak beraktifitas.

3.1.3 Riwayat penyakit keluarga

Kehamilan ganda, penyakit HT, DM.

3.1.4 Riwayat obstetric

Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta previa
yaitu riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat
kehamilan kembar dan riwayat plasenta previa sebelumnya.

3.1.5 Riwayat Haid/Menstruasi

Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui


yaitu menarche (untuk mengetahui usia pertama haid. Usia menarche
dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan
keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai siklus
normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti abnormal
dan kemungkinan adanya gangguan yang mempengaruhinya),
banyaknya(untuk mengetahui apakah ada gejala kelainan banyaknya
darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah klien menderita nyeri
setiap haid).

3.1.1 Riwayat kehamilan dan Persalinan Sekarang

Kemungkinan klien merasa mual, muntah serta perdarahan, kapan


pergerakan janin pertama kali dirasakan. Apakah ibu telah melakukan
kunjungan antenatal dengan tenaga kesehatan, ibu mendapat imunisasi
TT dan belum ada tanda-tanda persalinan.

Pada klien dengan plasenta previa terjadiperdarahan bewarna merah


segar pada TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi pada
TM I dan TM II.perdarahan biasanya tidak disertasi rasa sakit walaupun
kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian wanita tidak mengalami
perdarahan sama sekali.

3.1.6 Riwayat kehamilan yang lalu

Adanya kemungkinan klien pernah mengalami seksio saisaria curettage


yang berulang-ulang.

3.1.7 ADL

3.1.7.1 Nutrisi

Dirumah: Makan tertatur 3x/sehari, namun terkadang makan 2x/hari


karena malaise

Dirumah Sakit: Makan dari RS habis, terkadang makan makanan ringan


(puding, roti)

3.1.7.2 Hyigiene Personal

Dirumah: Saat dirumah mandi, keramas, ganti baju dapat dilakukan


secara mandiri, terkadang dibantu oleh keluarga

Dirumah Sakit: sebagian dibantu oleh perawat, misal saat keramas

3.1.7.3 Eliminasi

Dirumah: Saat dirumah BAB dan BAK dilakukan sendiri dan teratur

Dirumah Sakit: BAB dan BAK terkadang dibantu oleh keluarga dan
perawat

3.1.7.4 Aktifitas istirahat

Dirumah: Saat dirumah tidur malam 5-6jam karena, perdarahan yang


tiba-tiba terutama saat tidur malam hari

Dirumah Sakit: tidur siang, Tidur malam juga hanya 6jam

3.1.8 Pemeriksaan fisik

Inspeksi:

1) Mata: Conjungtiva terlihat pucat dan anemishal ini disebabkan oleh

perdarahan yang banyak (Sofian, 2012)

2) Genitalia: Perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit, darah

beku dan sebagainya (sofian, 2012)

Palpasi
Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi
abdomenyang didapat yaitu :

1) Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah

2) Sering dijumpai kesalahan letak janin

3) Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu


bantalanpadasegmen bawah rahim, terutama pada ibu yang kurus

4) Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala,


biasanyakepala masih goyang atau terapung (floating) atau di atas
pintu ataspanggul (sofian,2012)

Auskultasi:
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung
janin, frekuensinya teratur atau tidak.Pada klien dengan plasenta previa,
denyut jantung janin dapat bervariasi dari normal sampai asfiksia dan
kematian dalam rahim (norma, dkk. 2013)
3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatrnya pertahanan


primer karena kurang bersihnya vulva.

3.2.2 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.

3.2.3 Resiko tinggi terjadinya cidera janin berhubungan dengan perfusi


darah ke plasenta berkurang

3.2.4 Kecemasan berhubungan dengan keadaan yang di alami.

3.3 Intervensi
3.3.1 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer karena kurang bersihnya vulva

Tujuan: Pasien tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan


setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x24 jam

Kriteria Hasil:

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

Intervensi

1) Kaji kondisi keluaran/ discard yang keluar: jumlah, warna, dan bau

R/ Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dishart


keluar. Adanya warna gelap disertai bau tidak enak merupakan tanda
infeksi

2) Jelaskan pada klien perawatan vulva selama masa perdarahan

R/ infeksi dapat timbul akibat kurang kebersihan genital yang lebih


luar

3) Lakukan pemeriksaan biakan dischart

R/ berbagai kuman dapat teridentifikasi melalaui dischart

4) Kaji tanda-tanda vital dan indicator lain infeksi, seperti menggigil.

R/ peningkatan suhu, nadi, pernapasan, dan TD merupakan indicator


infeksi yang di sebabkan oleh pemajanan jaringan plasenta dan
penurunan resistansi sekunder akibat anemia.

5) Kaji adanya nyeri tekan uterus dan rabas vagina dengan bau yang tak
sedap.

R /Untuk mendeteksi tanda awal infeksi saluran reproduksi.

6) Lakukan perawatan vulva

R/ inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat


menyebabkan infeksi.

7) Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi tanda infeksi

R/ berbagai manifestasi klinik dapat menjadi tanda non-spesifik


infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan
gejala infeksi

8) Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama

selama masa perdarahan

R/ pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan


ibu

9) Berikan obat sesuai terapi

R/ antibiotika profilaktik/ pengobatan

3.3.2 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan.

Tujuan: Pasien suplai/kebutuhan darah kejaringan terpenuhi setelah


dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam

Kriteria Hasil: Conjuntiva tidak anemis, akral hangat, Hb normal, muka


tidak pucat, tidak lemas.
Intervensi :

1) Jelaskan penyebab terjadi perdarahan

R/ pasien paham tentang kondisi yang dialami

2) Monitor tanda-tanda vital Auskultasi dan laporkan DJJ , catat

bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin

R/ tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi


menunjukkan gangguan sirkulasi darah. (hipoaktivitas atau
hiperaktivitasMengkaji berlanjutnya hipoksia janin . Pada awalnya ,
janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan
peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan
aktivitas terjadi.

3) Observasi tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit

R/ mengantisipasi terjadinya syok, Kejadian perdarahan potensial


merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia
atau hipoksia uteroplasenta.

4) Catat intake dan output cairan

R/produksi urin yang kurang dari 30 ml/jam menunjukkan penurunan


fungsi ginjal.

5) Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik

R/ cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang


akiba perdarahan. Rasional : tranfusi darah mengganti komponen
darah yang hilang akibat perdarahan.
3.3.3 Resiko tinggi terjadinya cidera janin berhubungan dengan perfusi darah
ke plasenta berkurang

Tujuan: Tidak terjadi fetal distres setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama .. x24 jam

Kriteria Hasil: DJJ normal/ terdengar, adanya pergerakan bayi, bayi lahir
selamat

Intervensi:

1) Jelaskan risiko terjadinya distres janin/ kematian janin pada ibu

R/ koopertaif ibu pada tindakan

2) Hindari tidur terlentang dan anjurkan tidur keposisi kiri

R/ tekanan uterus pada vena cava aliran darah ke jantung menurun


sehingga terjadi perfusi jaringan

3) Observasi tekanan darah dan nadi klien

R/ penurunan dan peningkatan denyut nadi terjadi pada sindroma


vena cava sehingga klien harus dimonitor secara teliti

4) Observasi perubahan frekuensi dan pola DJ Janin

R/ penurunan frekuensi plasenta mengurangi kadar oksigen dalam


janin sehingga menyebabkan perubahan frekuensi jantung janin

5) Berikan O2 10-12Lt dengan masker jika terjadi tanda-tanda fetal


distres

R/ meningkatkan oksigen pada janin


2.3.4 Ansietas berhubungan dengan keadaan yang dialami.

Tujuan : Pasien tidak cemas dan dapat mengerti tentang keadaannya


setelah dilakukan tindakan keperawatan .. x24 jam

Kriteria hasil : penderita tidak cemas, penderita tenang, klien tidak


gelisah.

Intervensi :

1) Anjurkan klilen untuk mengemukakan hal-hal yang dicemaskan.

R/ Dengan mengungkapkan perasaannyaaka mengurangi beban


pikiran.

2) Ajak klien mendengarkan denyut jantung janin

R/ Mengurangi kecemasan klien tentang kondisi janin.

3) Beri penjelasan tentang kondisi janin

R/ Mengurangi kecemasan tentang kondisi / keadaan janin.

4) Beri informasi tentang kondisi klien

R/ Mengembalikan kepercayaan dan klien.

5) Anjurkan untuk menghadirkan orang-orang terdekat

R/ Dapat memberi rasa aman dan nyaman bagi klien

6) Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan diberikan

R/ Agar pasien kooperatif.


4.1 Simpulan

Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmen


bawah uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anotomik antara letak
plasenta dan segmen bawah uterus. Suatu plaenta previa telah melewati
batas atau menutup (secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteri
internum Plasenta previa marginalis disebut demikian bila sebagian dari
plasenta melekat pada segmen bawah uterus dan meluas ke setiap bagian
osteum uteri internum, tetapi tidak menutupinya. Plasenta previa parsialis
dikatakan demikian bila bagian dari plasenta menutup sebagian osteum
uteri internum. Plasenta previa totalis dikatakan demikian bila setiap
bagian plasenta secara total menutupi osteum uteri internum. Insiden
plasenta previa hampir mendekati 1 dalam 200-400 kelahiran. Ibu saat
hamil dengan usia 35thn atau lebih, makin besar kemungkinan kehamilan
plasenta previa, dibanding dengan usia dibawah 25thn.

Anda mungkin juga menyukai