Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

EKSTRAKSI DENGAN METODE MASERASI ETIL ASETAT

Disusun Oleh:
Tiara Nur Azzahra P2.06.30.1.18.036

Ulfah Hasanah P2.06.30.1.18.037

Yosafat Mirnanto P2.06.30.1.18.038

Yulian Irham PermanaP2.06.30.1.18.039

Zahra Nur Azizah P2.06.30.1.18.040

PROGRAM STUDI DIII


JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIMALAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada sumber segala kebenaran dan ilmu pengetahuan, Allah
SWT, karena atas segala rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan
Praktikum Fitokimia: Maserasi. Laporan ini kami susun sebagai salah satu tugas
mata kuliah Fitokimia di Program Studi D3 Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Tasikmalaya.

Laporan Praktikum ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada Bapak Irvan Herdiana, M. Farm, Bapak Nur Aji, M. Farm.,
Apt dan Ibu Rani Rubiyanti, M. Farm., Apt selaku dosen mata kuliah Fitokimia.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat


banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun.

Tasikmalaya, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i

Daftar Isi.......................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan........................................................................................ 1

A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan Laporan................................................................................ 2
D. Manfaat Laporan.............................................................................. 2

BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................... 3

A. Metode Maserasi.............................................................................. 3

B. Simplisia Biji Buah Alpukat............................................................. 4

BAB III Metode............................................................................................... 6

A. Alat................................................................................................... 6

B. Bahan................................................................................................ 6

C. Prosedur Praktikum.......................................................................... 6

BAB IV Hasil Pengamatan dan Pembahasan.............................................. 7

A. Hasil Pengamatan............................................................................. 7

B. Pembahasan...................................................................................... 9

BAB V Kesimpulan......................................................................................... 11

Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak
memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari
organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki
berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai
aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri,
antioksidan dan antifungi. Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam
tanaman dapat dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil
metabolit sekunder atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang
memiliki aktivitas biologis.
Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam
dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat
yang diinginkan dari suatu material tanaman. Metode ekstraksi mengandalkan
sifat kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang
digunakan. Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga
perlu adanya ketelitian dalam memilihmetode ekstraksi yang digunakan untuk
mengekstrak senyawa metabolit sekunderyang diinginkan.
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat
padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka,
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses dalam memperoleh ekstrak kental simplisia dengan metode
maserasi?
2. Bagaimanakan prinsip dari metode maserasi?

C. Tujuan Praktikum
1. Mampu membuat ekstrak kental dengan metode meserasi
2. Untuk mengetahui prisip dari metode meserasi

1
D. Manfaat Laporan
Untuk menambah wawasan mengenai proses ekstraksi suatu simplisia dengan
metode maserasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Maserasi

2
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif dan zat aktif akan larut (Anonim, 1986). Simplisia yang akan diekstraksi
ditempatkan pada wadah atau bejana yang bermulut lebar bersama larutan penyari
yang telah ditetapkan, bejana ditutup rapat kemudian dikocok berulang–ulang
sehingga memungkinkan pelarut masuk ke seluruh permukaan simplisia (Ansel,
1989). Rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah 6
reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau perubahan warna). Waktu maserasi pada
umumnya 5 hari, setelah waktu tersebut keseimbangan antara bahan yang
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel telah tercapai. Dengan
pengocokan dijamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi lebih cepat dalam
cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif (Voight, 1994).
Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Prinsip maserasi adalah
pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut
(like dissolved like), cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel.
Berikut kelebihan metode maserasi: 1) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya
dibutuhkan bejana perendam. 2) Biaya operasionalnya relatif rendah. 3) Prosesnya
relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan. Sedangkan kekurangannya adalah
proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi
sebesar 50% saja.

B. Simplisia Biji Buah Alpukat


Alpukat (Persea americana Mill) berasal dari Amerika Tengah. Tumbuhan ini
masuk ke Indonesia sekitar abad ke-18. Alpukat tumbuh liar di hutan-hutan,
banyak juga ditanam di kebun dan pekarangan yang lapisan tanahnya gembur dan
subur serta tidak tergenang air. Tumbuh di daerah tropik dan subtropik dengan

3
curah hujan antara 1.800 mm sampai 4.500 mm tiap tahun. Pada umumnya
tumbuhan ini cocok dengan iklim sejuk dan basah. Tumbuhan ini tidak tahan
terhadap suhu rendah maupun tinggi. Di Indonesia tumbuh pada ketinggian
tempat antara 1 m sampai 1000 m di atas permukaan laut (Nurrasid, 1998).
Menurut Nurrasid (1998), secara taksonomi klasifikasi lengkap tanaman alpukat
adalah sebagai berikut:

Kerajaan Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonenae
Bangsa Ranales
Suku Lauraceae
Marga Persea
Jenis Persea Americana Mill

Buah alpukat memiliki biji yang berkeping dua, sehingga termasuk dalam
kelas Dicotyledoneae. Biji buah alpukat berbentuk bulat atau lonjong, sedangkan
keping biji berwarna putih kemerahan. Kepingan ini mudah terlihat apabila kulit
bijinya dilepas atau dikuliti. Kulit biji umumnya mudah lepas dari bijinya. Pada
saat buah masih muda, kulit biji itu menempel pada daging buahnya (Indriani dan
Suminarsih, 1997). Bila buah telah tua, biji akan terlepas dengan sendirinya.
Umumnya sifat ini dijadikan sebagai salah satu tanda kematangan buah. Buah
yang berbentuk panjang mempunyai biji yang lebih panjang dibanding biji yang
terdapat di dalam buah yang bentuk bulat. Walaupun demikian, semua biji alpukat
mempunyai kesamaan, yaitu bagian bawahnya agak rata dan kemudian membulat
atau melonjong (Indriani dan Suminarsih, 1997). Hasil penapisan fitokimia
ekstrak biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol,
flavonoid, triterpenoid, kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid dan
seskuiterpenoid yang diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri sehingga
ekstrak biji alpukat (Persea americana Mill) diindikasikan memiliki daya
antibakteri (Zuhrotun, 2007). Biji alpukat juga dilaporkan mengandung 59,87%
pati, 12,67% air, 2,78% abu dan 0,54% mineral serta mengandung campuran
komponen polifenolik seperti katekin dan epikatin (Atsuhendra, 2007). Dalam biji

4
alpukat juga ditemukan adanya zat bitter alkaloid sehingga rasanya sangat pahit
(Zuhrotun, 2007).

BAB III
METODE

A. Alat
1. Bejana Maserator
2. Batang Pengaduk
3. Cawan Petri
4. Corong
5. Erlenmeyer

5
6. Evaporator
7. Hot Plate
8. Beaker Glass
9. Kertas Saring

B. Bahan
1. Simplisia Biji Alpukat
2. Etil Asetat

C. Prosedur Praktikum
1. Siapkan alat dan timbang bahan.
2. Basahi simplisia yang sudah dihaluskan dengan etil asetat.
3. Rendam simplisia di dalam bejana selama 3 hari, diaduk tiap 6 jam
pada awal penggantian pelarut, pelarut diganti tiap 24 jam.
4. Saring hasil maserasi.
5. Masukkan hasil maserasi ke evaporator untuk dipekatkan.
6. Uapkan ekstrak cair diatas hot plate sampai mengental.
7. Timbang ekstrak.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Proses perendaman
simplisia biji
alpukat

6
Proses pengadukan
sampel setelah 6
jam pertama

Proses persiapan
untuk penyaringan
sampel

Sampel ketika
dilakukan
pemisahan dengan
pelarutnya
menggunakan
evaporator

Proses pengentalan
sampel dengan hot
plate

7
Penimbangan hasil
ekstrak

Hasil ekstraksi

Hasil Percobaan

Berat simplisia 40 gram


Volume esktrak 58 mL
Berat ekstrak kental 0,20 mL
Rendemen 0,50%
Berat piknometer kosong 16,04 gram
Berat piknometer + air 25,77 gram
Volume piknometer 10 mL
Berat air 9,73 gram
Kerapatan air 0,973 gram/mL
Berat piknometer + ekstrak 16,24 gram
Berat ekstrak 0,20 gram
Kerapatan ekstrak 0,034 gram

8
Bobot jenis ekstrak 0,00356

B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini yaitu melakukan ektraksi biji alpukat
menggunakan metode maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat adalah
senyawa organik dengan rumus CH3COOC2H5. Senyawa ini merupakan ester
dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna,
memiliki aroma khas. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.
Etil asetat adalah pelarut polar menengah atau semi-polar yang volatil (mudah
menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis (Hukmah, 2007).

Proses ekstraksi diawali dengan menyerbukan simplisia dengan bantuan


blender. Hal ini dilakukan karena pada prinsip derajat kehalusan simplisia
dapat mempengaruhi efektivitas dalam proses ekstraksi. Semakin halus
simplisia, maka tebal lapisan batas simplisia akan semakin berkurang dan luas
permukaan kontak dengan pelarut akan semakin besar sehingga proses
ekstraksi akan semakin efektif. Namun simplisia yang terlalu halus akan
menimbulkan beberapa kemungkinan seperti keluarnya zat dari sel yang
terdapat dalam simplisia pecah sehingga dapat mengotori ekstrak, dan amilum
yang keluar dari sel rimpang dan biji akan menggumpal bila pemanasan
menggunakan pelarut air atau alcohol kadar rendah.

Setelah itu dilakukan penimbangan simplisia biji buah alpukat


sebanyak 40 gram. Karena prinsip dari maserasi adalah perendaman, maka
dilakukan perendaman selama 3 hari dikarenakan semakin lama waktu
perendaman maka hasil ekstrak yang didapatkan akan semakin banyak
(Ningsih dkk, 2015). Perendaman ini bertujuan untuk menyari zat aktif yang
terkandung dalam biji alpukat, zat aktif dapat keluar karena dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah sehingga zat aktif dapat tersari dengan maserasi
ini. Sebenarnya perendaman ini akan berakhir apabila sudah terjadi
kesetimbangan antara pelarut dan serbuk simplisia, ditandakan dengan
warna pelarut menjadi jernih apabila dilakukan remaserasi.

9
Dalam proses perendaman, pelarut di ganti setiap 24 jam dan
dilakukan sampai 2 kali pengulangan menggunakan pelarut yang sama yaitu
etil asetat. Namun pada kondisi tertentu, pelarut akan mengalami kejenuhan
yang berarti pelarut akan berhenti untuk mengambil/melarutkan zat aktif pada
simplisia walaupun waktu ekstraksi diperpanjang tetap tidak akan
mempengaruhi atau menambah hasil ekstrak. Dengan demikian, dilakukan
pengulangan ekstraksi pada simplisia yang sama dengan menggunakan pelarut
baru dengan jumlah yang sama untuk mengambil semua zat aktif yang
diinginkan selain itu dilakukan juga pengadukan dalam waktu 6 jam awal
setelah penggantian pelarut pada sampel. Pengadukan sangat penting dalam
maserasi karena pengadukan akan mencampurkan antara biji alpukat dengan
pelarut dan kemungkinan zat aktif akan keluar dan bercampur dengan pelarut
pada saat pengadukan. Pengadukan dilakukan 6 jam awal agar kontak antara
pelarut dengan serbuk biji alpukat benar-benar homogen. Sebelum dilakukan
proses pengentalan, hasil maserasi disaring terlebih dahulu untuk memisahkan
dari residunya. Setelah itu, dilakukan pengentalan dan pemisahan dengan
pelarut menggunakan evaporator. Setelah itu maserasi cair dipindahkan ke
cawan uap untuk dilakukan pengentalan ekstrak menggunakan hot plate. Hal
ini bertujuan untuk menguapkan pelarut sehingga di dapatkan ekstrak kental
dengan hasil akhir berupa 0,20 mg ekstrak kental biji buah alpukat kemudian
dimasukan kedalam vial lalu melakukan perhitungan hasil rendemen.

BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa metode yang dilakukan


adalah meserasi etil asetat dengan prinsip penyarian zat aktif pada sampel dengan
perendaman simplisia. Simplisia yang digunakan adalah simplisia biji buah
alpukat dan hasil dari ekstrasi ini adalah 0.20 gram dengan rendemen sebesar
0.5%.

10
DAFTAR PUSTAKA

Indraswari, Arista. 2008. OPTIMASI PEMBUATAN EKSTRAK DAUN


DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) MENGGUNAKAN METODE
MASERASI DENGAN PARAMETER KADAR TOTAL SENYAWA FENOLIK
DAN FLAVONOID. http://eprints.ums.ac.id/983/1/K100040093.pdf.
Diakses pada 16 Februari 2020.

Widhyantari, Gek. Prinsip Ekstraksi. https://www.academia.edu/6866202/BAB_


I_PENDAHULUAN_1.1_Latar_Belakang. Diakses pada 16 Februari 2020.

11
Zamzam, Yani. 2015. Farmakognosi Jilid 2. Jakarta: EGC

12

Anda mungkin juga menyukai