Anda di halaman 1dari 11

A.

Keanekaragaman Makhluk Hidup


Keanekaragaman makhluk hidup dikenal juga dengan keanekaragaman hayati
(Biodiversitas) yang dapat diartikan sebagai perbedaan yang terdapat pada makhluk hidup
sesuai dengan spesies, jenis ataupun ekosistemnya. Keanekaragaman tersebut dapat terjadi
dikarenakan oleh adanya perbedaan ciri-ciri dari masing-masing makhluk hidup tersebut
seperti sifat, warna, ukuran, bentuk, habitat, dan sebagainya.
Keanekaragaman diantara makhluk hidup tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya proses
adaptasi maupun evolusi. Adaptasi merupakan sebuah proses penyesuaian diri yang dilakukan
oleh makhluk hidup terhadap lingkungan di mana ia tinggal agar mampu bertahan hidup.
Contoh dari adaptasi adalah kelinci yang hidup di daerah gurun memiliki telinga yang besar
sebagai hasil dari proses adaptasi untuk melindungi diri dari suhu yang panas.
Sedangkan evolusi adalah sebuah proses perubahan pada suatu spesies yang berlangsung
secara bertahap dan dalam jangka waktu yang lama hingga menghasilkan spesies baru yang
berbeda dengan asalnya. Contoh dari evolusi adalah gajah. Gajah merupakan evolusi dari
hewan purbakala bernama Mamoth.

B. Tingkat Keanekaragaman Makhluk Hidup


Berdasarkan tingkatan atau hierarki keanekaragaman hayati, para pakar membedakan menjadi
tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem.
1. Keanekaragaman Gen
Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu
jenis atau spesies makhluk hidup. Contohnya, buah durian (Durio zibethinus ada yang
berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, berbiji besar,
atau berbiji kecil. Demikian pula buah pisang (Musa paradisiaca) memiliki ukuran,
bentuk, warna, tekstur, dan rasa daging buah yang berbeda-beda. Pisang memiliki
berbagai varietas, antara lain, pisang raja sereh, pisang raja uli, pisang raja molo, dan
pisang raja jambe. Varietas mangga (Mangifera indica) , misalnya mangga manalagi,
cengkir, golek, gedong, apel, kidang, dan bapang. Sementara keanekaragaman genetik
pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada kucing (Felis silvertris catus), ada yang
berwarna hitam, putih, abi-abu, dan cokelat.
Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen
yang terdapat di dalam kromosom yang dimilikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari
kedua induknya melalui pewarisan sifat. Namun demikian, ekspresi gen suatu organisme
juga diengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat hidupnya. Contohnya bibit yang diambil
dari batang induk mangga yang memiliki sifat genetik berbuah besar, bila ditanam pada
lingkungan yang erbeda (misalnya tandus dan miskin unsur hara) kemungkinan tidak
menghasilkan buah mangga berukuran besar seperti sifat genetik induknya.
Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi (perkawinan
silang) antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui
proses domestikasi (budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia). Contohnya
adalah hibridisasi tanaman anggrek untuk mendaatkan bunga anggrek dengan warna
beraneka ragam, hibridisasi sapi Fries Holland dengan sapi Bali, dan hibridisasi berbagai
jenis yang tahan terhadap penyakit. Dengan hibridisasi akan diperoleh sifat genetik baru
dari organisme-organisme pada satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam
satu spesies disebut varietas dan ras.
Contoh :
2. Keanekaragaman Spesies atau jenis
Spesies atau jenis adalah individu yang memiliki persamaan secara morfologi,
anatomis, fisiologis, dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi) dan
mampu menghasilkan keturunan yang fertile (subur) guna melanjutkan generasinya.
Keanekaragaman jenis adalah segala perbedaan yang ada pada makhluk hidup antarjenis
atau antarspesies. Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih
mencolok, sehingga lebih muda diamati dari pada perbedaan antara individu dalam satu
spesies (keanekaragaman gen).
Keanekaragaman ini tejadi pada makhluk hidup yang berada dalam satu family
namun berbeda spesies. Contohnya adalah family kucing (Felidae) yait harimau, kucing,
singa, macan, leopard, dsb. Meskipun masih tergabung dalam satu family, mereka
memiliki ciri dan sifat yang berbeda-beda.
Contoh :
3. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup
yang satu dan makluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk hidup saja, tetapi juga
dihuni oleh jenis makhluk hidup lain. Dengan demikian, pada lingkungan tersebut akan
dihuni berbagai makhluk hidup yang berlainan jenis yang hidup berdampingan.
Keanekaragaman ekosistem terbentuk karena keanekaragaman gen dan keanekaragaman
spesies. Contoh keanekaragaman hayati tingkat ekosistem misalnya pohon kelapa banyak
tumbuhan di daerah pantai, pohon aren tumbuhan dipegunungan, sedangkan pohon palem
dan pinang tumbuh baik di daerah dataran rendah.

Contoh :

C. Klasifikasi Makhluk Hidup


Klasifikasi makhluk hidup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengelompokkan
makhluk hidup. Pengelompokan tersebut didasarkan pada kesamaan ciri maupun perbedaan
yang ditemukan pada setiap makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan
melihat ciri ciri makhluk hidup yang paling umum hingga yang paling spesifik pada makhluk
hidup. Selain pengelompokan dari ciri-ciri makhluk hidup, pengelompokan juga dilakukan
dengan dasar ukuran, manfaat, dan juga habitat makhluk hidup.
Tujuan dari klasifikasi makhluk hidup adalah:
a. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri-ciri yang dimiliki.
b. Mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk membedakannya dengan
makhluk hidup dari jenis yang lain.
c. Menyederhanakan objek studi. Penyederhanaan objek studi sangat membantu dalam
mengenali atau mempelajari makhluk hidup yang begitu banyak dan beraneka ragam sifat
serta ciri-cirinya.
d. Mengetahui hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup.
e. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui namanya

Sistem klasifikasi makhluk hidup memiliki manfaat seperti berikut.


a. Memudahkan kita dalam mempelajari makhluk hidup yang sangat beraneka ragam.
b. Mengetahui jenis-jenis makhluk hidup.
c. Mengetahui hubungan kekerabatan antara makhluk hidup satu dengan yang lain
1. Dasar-Dasar Klasifikasi Makhluk Hidup
Masing-masing makhluk hidup memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan makhluk
hidup lain, tetapi ada beberapa makhluk hidup yang memiliki satu atau lebih persamaan.
Jadi, dasar untuk mengelompokkan makhluk hidup adalah sebagai berikut.
a. Berdasarkan Persamaan
Dengan mengamati ciri-cirinya, maka kita dapat memasukkan bahwa ayam dan
elang adalah golongan hewan, yaitu jenis aves (burung) karena memiliki bulu,sayap,
dan paruh.
b. Berdasarkan Perbedaan
Apabila kita mengamati perbedaan ciri yang dimiliki ayam dan elang berdasarkan
jenis makanannya, maka ayam termasuk herbivora, sedangkan elang termasuk
golongan karnivora, yaitu pemakan daging.
c. Berdasarkan Ciri Morfologi dan Anatomi
Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari makhluk hidup pertama-tama
yang dapat dilakukan adalah mengamati bentuk luar dari makhluk hidup tersebut,
misalnya bentuk paruh dan jumlah sayap. Apabila hendak menggolongkan beberapa
tumbuhan, maka yang dapat diamati adalah bentuk pohon, bentuk daun, bentuk
bunga, warna bunga, dan lain-lain. Ciri-ciri inilah yang dinamakan ciri morfologi.
Apabila kita mengamati dari ada tidaknya sel trakea, kambium, ada tidaknya berkas
pengangkut, ada tidaknya sel kambium, ciri-ciri ini dinamakan ciri anatomi.
d. Berdasarkan Ciri Biokimia
Sejalan dengan masa perkembangannya, untuk menentukan klasifikasi makhluk
hidup selain berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, bisa pula
menggunakan ciri-ciri biokimia, misalnya jenis-jenis enzim, jenis-jenis protein, dan
jenis-jenis DNA. Hal tersebut dapat menentukan hubungan kekerabatan antara
makhluk hidup satu dengan lainnya.
e. Berdasarkan Manfaat
Tujuan pengelompokan ini adalah untuk memudahkan kita memanfaatkan suatu
makhluk hidup.

2. Tahapan Klasifikasi Makhluk Hidup


Tahapan dalam klasifikasi mahluk hidup yang dilakukan oleh Linnaeus adalah sebagai
berikut:
a. Pencandraan atau identifikasi, yaitu proses mengidentifikasi atau mendeskripsikan
ciri-ciri mahluk hidup yang akan diklasifikasi.
b. Pengelompokan, yaitu mengelompokkan mahluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang
dimilikinya. Mahluk hidup yang mempunyai ciri-ciri yang sama dikelompokkan
dalam satu kelompok yang sama yang disebut dengan takson.
c. Pemberian nama takson. Mahluk hidup yang telah dikelompokkan tadi, selanjutnya
diberi nama untuk mempermudah kita mengenal ciri-ciri suatu kelompok mahluk
hidup tertentu.
Linnaeus memperkenalkan hierarkki (tingkat) takson untuk mengelompokkan makhluk
hidup. Hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut dari tingkatan tertinggi (umum)
hingga terendah (spesifik) adalah :
1. Kingdom (kerajaan)
2. Phylum (Filum) untuk hewan, atau Divisio (Divisi) untuk tumbuhan
3. Classis (Kelas)
4. Ordo (Bangsa)
5. Familia (Keluarga/Suku)
6. Genus (Marga)
7. Spesies (Jenis)
8.
Sistem klasifikasi makhluk hidup menjadi 7, yaitu kingdom, divisi, class, ordo, familia, genus,
spesies.

1. Kingdom Eubacteria
Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel
tunggal (uniseluler). Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria
memiliki sel prokariotik (sel sederhana yang tidak mempunyai kapsul sebagai lapisan
terluarnya dan dinding sel didalamnya). Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteri.
Organisme yang dikelompokkan ke dalam kingdom ini memiliki peptidoglikan di dalam
dinding sel mereka.
2. Kingdom Archaebacteria
Makhluk hidup di kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di
kingdom Eubacteria karena mereka dulunya satu kingdom. Namun Archaebacteria
umumnya tahan di lingkungan yang lebih ekstrem.
3. Kingdom Protista
Makhluk hidup yang ada dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista
memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi.
Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari
Protista menyerupai tumbuhan (ganggang atau Protophyta), Protista menyerupai jamur,
dan Protista menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan).
4. Kingdom Fungi (Jamur)
Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tidak bisa membuat makanan sendiri. Cara
makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga
hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali
jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air (Oomycota).
5. Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Tumbuhan terdiri dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta),
tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup
(Angiospermae). Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel
yang berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat
membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof).
6. Kingdom Animalia (Hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri
sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak
bertulang belakang (invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).
7. Kingdom Chromista
Dalam artikel Kingdom Chromista ini menjelaskan bahwa organisme Chromista
pada awalnya adalah masuk ke dalam kingdom Protista di sistem klasifikasi 5 kingdom.
Selama beberapa dekade, para ahli taksonomi berdebat mengenai batas antara Protista
dan Plantae. Setelah dilakukan analisis biokimiawi, sitologis dan molekular kelompok
organisme tersebut memiliki perbedaan dengan Protista dan Plantae.
Chromista adalah supergrup eukariotik, mungkin Polifiletik yang dapat
diperlakukan sebagai kerajaan yang terpisah atau termasuk di antara Protista. Mereka
mencakup semua alga yang kloroplasnya mengandung klorofil a dan c, serta berbagai
bentuk berwarna yang terkait erat dengan mereka.

D. BINOMIAL NOMENKLATUR
Sebelum digunakan nama baku yang diakui dalam dunia ilmu pengetahuan, makhluk
hidup diberi nama sesuai dengan nama daerah masing-masing, sehingga terjadi lebih dari
satu nama untuk menyebut satu makhluk hidup. Misalnya, mangga ada yang menyebut
poah, ada yang menyebut pauh, dan ada pula yang menyebut pelem. Nama pisang, di
daerah jawa tengah disebut dengan gedang, sedangkan di daerah Sunda gedang berarti
pepaya. Karena adanya perbedaan penyebutan ini maka akan mengakibatkan salah
pengertian sehingga informasi tidak tersampaikan dengan tepat atau pun informasi tidak
dapat tersebar luas ke daerah-daerah lain atau pun negara lain. Carollus Linnaeus seorang
sarjana kedokteran dan ahli botani dari Swedia berhasil membuat sistem klasifikasi
makhluk hidup. Untuk menyebut nama makhluk hidup, C. Linneaus menggunakan sistem
tata nama ganda, yang aturannya sebagai berikut.
a. Untuk menulis namaSpecies(jenis)
1. Terdiri dari dua kata, dalam bahasa latin.
2. Kata pertama menunjukkan nama genus dan kata kedua merupakan penunjuk
spesies.
3. Cara penulisan kata pertama diawali dengan huruf besar, sedangkan nama
penunjuk spesies dengan huruf kecil.
4. Apabila ditulis dengan cetak tegak maka harus digarisbawahi secara terpisah
antarkata, sedangkan jika ditulis dengan cetak miring maka tidak digarisbawahi.
Contohnya: nama jenis tumbuhan Oryza sativa atau dapat juga ditulis Oryza
sativa (padi) dan Zea mays dapat juga ditulis Zea mays (jagung).
5. Apabila nama spesies tumbuhan terdiri lebih dari dua kata maka kata kedua dan
seterusnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda penghubung. Misalnya,
nama bunga sepatu, yaitu Hibiscus rosasinensis ditulis Hibiscus rosa-sinensis.
Sedangkan jenis hewan yang terdiri atas tiga suku kata seperti Felis manuculata
domestica (kucing jinak) tidak dirangkai dengan tanda penghubung. Penulisan
untuk varietas ditulis seperti berikut ini yaitu, Hibiscus sabdarifa varalba
(rosella varietas putih).
6. Apabila nama jenis tersebut untuk mengenang jasa orang yang menemukannya
maka nama penemu dapat dicantumkan pada kata kedua dengan menambah huruf
(i) di belakangnya. Contohnya antara lain tanaman pinus yang diketemukan oleh
Merkus, nama tanaman tersebut menjadi Pinus merkusii.
b. Untuk menulis Genus(marga)
Nama genus tumbuhan maupun hewan terdiri atas satu kata tunggal yang
dapat diambil dari kata apa saja, dapat dari nama hewan, tumbuhan, zat kandungan
dan sebagainya yang merupakan karakteristik organisme tersebut. Huruf pertamanya
ditulis dengan huruf besar, contoh genus pada tumbuhan, yaitu Solanum
(terungterungan), genus pada hewan, misalkan Canis (anjing), Felis (kucing).
c. Untuk menulis nama Familia(suku)
Nama familia diambil dari nama genus organisme bersangkutan ditambah
akhiran -aceae untuk organisme tumbuhan, sedangkan untuk hewan diberi akhiran -
idea. Contoh nama familia untuk terungterungan adalah Solanaceae, sedangkan
contoh untuk familia anjing adalah Canidae.
d. Untuk menulis nama Ordo(bangsa)
Nama ordo diambil dari nama genus ditambah akhiran ales, contoh ordo
Zingiberales berasal dari genus Zingiber + akhiran ales.
e. Untuk menulis nama Classis(kelas)
Nama classis diambil dari nama genus ditambah dengan akhiran -nae, contoh
untuk genus Equisetum maka classisnya menjadi Equisetinae. Ataupun juga dapat
diambil dari ciri khas organisme tersebut, misal Chlorophyta (ganggang hijau),
Mycotina (jamur).
CONTOH TATA NAMA BINOMIAL NOMENKLATUR

Penulisan tata nama tumbuhan yang benar karena sudah sesuai dengan aturan binomial
nomenclatur yaitu dimana penulisan tata nama dengan tulisan tangan harus diberi garis
bawah

Penamaan pada gambar diatas salah, karena tidak sesuai dengan aturan tata nama
binomial nomenclatur, pada penulisan nama latin tidak bergaris bawah

Penamaan pada gambar diatas salah, karena tidak sesuai dengan aturan tata nama
binomial nomenclatur, pada penulisan nama latin nama spesies seharusnya diawali
dengan huruf kecil bukan huruf kapital

Anda mungkin juga menyukai