Anda di halaman 1dari 22

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Generator
Generator adalah sebuah mesin yang mengubah energi mekanis (gerak)
menjadi energi elektris (listrik). Generator menghasilkan arus listrik induksi
dengan cara memutar kumparan diantara celah kutub utara-selatan sebuah
magnet. Jika kumparan diputar, jumlah garis gaya magnetik yang menembus
kumparan akan berubah-ubah sesuai dengan posisi kumparan terhadap magnet.
Energi yang menggerakkan generator sendiri sumbernya bermacam-
macam, bisa berupa turbin mesin uap, engkol tangan, tenaga surya, mesin
pembakaran dalam, udara atau lainnya. Contohnya pada pembangkit listrik
tenaga air yang menggunakan gerak dari air sebagai penggerak generator atau
pada pembangkit listrik tenaga angin yang sumber gerak generatornya adalah
dari kincir yang berputar.
Perlu diperhatikan bahwa generator berbeda dengan motor meskipun
keduanya memang mirip. Jika generator mengubah energi mekanik menjadi
gerak, maka motor mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Ibaratnya
seperti pompa air, dimana air bukan dibuat dari dalam pompa melainkan hanya
menciptakan aliran air. Energi listrik yang dihasilkan generator bukan berasal
dari kabel lilitan didalamnya, tapi generator hanya mendorong muatan listrik
tersebut agar bergerak melewati sirkuit listrik eksternal.
Sebelum hubungan antara magnet dan listrik ditemukan, generator
menggunakan prinsip elektrostatik. Mesin Wimshurst menggunakan induksi
elektrostatik atau ‘influence’. Generator Van de Graaff menggunakan salah satu
dari dua mekanisme yaitu penyaluran muatan dari elektrode voltase-tinggi dan
muatan yang dibuat oleh efek triboelektrisitas menggunakan pemisahan dua
insulator.

15
Generator bekerja berdasarkan hukum faraday yakni apabila suatu
penghantar diputarkan didalam sebuah medan magnet sehingga memotong garis-
garis gaya magnet maka pada ujung penghantar tersebut akan timbulkan ggl
(garis gaya listrik) yang mempunyai satuan volt.

Gambar 3.1 Bagian-Bagian Dari Generator

3.1.1 Jenis Generator


Jenis-jenis generator terbagi berdasarkan beberapa hal, yaitu sebagai
berikut :
1) Berdasarkan arus yang dibangkitkan
a. Generator arus bolak balik (AC) dimana arus induksi berlawanan
dengan arah putaran kumparan.
b. Generator arus searah (DC) dimana arus induksi searah dengan
arah putaran kumparan.
2) Berdasarkan medan magnetnya
a. Generator sinkron.
b. Generator asinkron.
3) Berdasarkan letak kutubnya
a. Generator kutub dalam (medan magnet terletak pada rotor/bagian
yang berputar).
b. Generator luar (medan magnet terletak dibagian stator/bagian
yang diam).

16
4) Berdasarkan fasanya
a. generator satu fasa.
b. generator tiga fasa.
5) Berdasarkan bentuk rotornya
a. Generator kutub menonjol (sering digunakan pada PLTG dan
PLTU, RPM rendah).
b. Generator kutub rata atau silindris (sering digunakan pada PLTG
dan PLTU, RPM tinggi).

3.1.2 Fungsi Generator


Generator berfungsi untuk menghasilkan listrik dengan cara
mengubah gerak menjadi energi listrik sehingga bisa digunakan untuk
berbagai keperluan. Contoh generator sederhana adalah dinamo sepeda
mengandung kumparan kawat yang berputar diantara dua magnet. Ketika
berputar, roda sepeda akan memutar kumparan diantara dua magnet tetap.

3.1.3 Cara kerja Generator


Cara kerja generator secara spesifik berbeda untuk 2 jenis generator
yaitu generator AC dan DC.
1. Generator AC
Pada Generator AC (arus bolak-balik). Prinsip kerja generator
mengacu pada hukum Faraday yang menyatakan bahwa apabila
sebatang penghantar pada suatu medan magnet yang berubah-ubah
dan memotong garis gaya magnet, maka terbentuklah suatu gaya
gerak listrik pada ujung penghantar tersebut.
Hasil dari gaya gerak listrik itu disebut GGL dan mempunyai
satuan Volt. Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh suatu generator
tergantung dari kecepatan putaran, jumlah lilitan yang memotong
fluk, banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan medan magnet, dan
konstruksi generator itu sendiri.

17
2. Generator DC
Pada dasarnya cara kerja Generator DC hampir sama dengan
Generator AC. Tetapi arus induksi pada Generator DC tidak berubah
karena menggunakan cincinbelah (komutator). Dengan kata lain,
tegangan induksi searah dihasilkan menggunakan cincin belah atau
komutator ini. Sedangkan pada Generator AC, yang menghasilkan
tegangan induksi bolak-balik adalah cincin seter.
Salah satu belahan komutator selalu berpolaritas positif dan
belahan komutator lainnya berpolaritas negatif.
Hal ini menyebabkan arus listrik induksi yang mengalir hanya
memiliki satu arah saja, yaitu dari komutator berpolaritas positif
menuju sikat karbon, lampu, dan kembali ke komutator berpolaritas
negatif. Pada generator terdapat bagian yaitu rotor dan stator. Rotor
yaitu bagian-bagian generator yang bergerak, seperti kumparan dan
cincin konduktor. Sedangkan rotor yaitu bagian-bagian generator
yang tidak bergerak seperti magnet dan sikat. Untuk memperbesar
tegangan dan arus induksi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
a. Mempercepat putaran motor.
b. Memperbanyak lilitan pada kumparan.
c. Menggunakan magnet yang lebih kuat.
d. Memasukan inti besi lunat ke dalam kumparan.

3.2 Generator Set


Generator set merupakan suatu mesin listrik yang merubah energi kimia
pada bahan bakar ke bentuk energi listrik dan panas. Gabungan antara engine,
generator, dan kontrolernya disebut juga generator set (genset).

18
Gambar 3.2 Genset Tipe Open Merk CUMMINS

Generator set (genset) berfungsi sebagai pensuplai daya listrik cadangan


yang dapat bekerja apabila daya listrik utama dari PLN terputus. Genset ini
terhubung dan dikontrol dengan Panel Kontrol Genset (PKG). PKG terhubung
dengan unit Panel Utama Tegangan Rendah (LVMDP). PKG akan
menghidupkan genset dan mensuplai tegangan ke LVMDP bilamana terjadi
gangguan pada sumber PLN, sehingga akan memberikan pelayanan yang
kontinyu terhadap ketersediaan sumber tenaga listrik dan diharapkan dengan
sistem tersebut kehandalan sistem energi listrik akan terpenuhi.

3.2.1 Sistem Kerja Genset


Engine merubah campuran udara dan bahan bakar (energi kimia) ke
dalam energi mekanik. Generator mengambil tenaga dari engine (Brake HP
atau kW) dan merubahnya ke dalam energi listrik (Electrical kW). BHP
adalah daya yang tertera pada nameplate engine. Tenaga engine (kW)
selalu lebih besar antara 105% - 110% dibanding tenaga nyata generator
(ekW).

19
Gambar 3.3 Konversi Energi Kimia Ke Mekanik Lalu Menjadi Listrik

3.2.2 Tenaga Penggerak Mesin Diesel


Genset sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel, putaran engine
harus konstan agar frekwensi yang dikeluarkan generator selalu konstan
50Hz atau 60Hz sehingga untuk pengaturan daya output dari generator
(dengan mengacu persamaan di atas), yang dapat diatur hanya nilai BMEP.
Pengaturan nilai BMEP ini dilakukan dengan mengatur pemberian bahan
bakar yang harus diikuti oleh pengaturan pemberian udara. Hal ini
disebabkan bahan bakar memerlukan udara untuk pembakaran. Terlalu
banyak atau sedikit udara untuk pembakaran menyebabkan pembakaran
didalam silinder menjadi tidak efisien. Masalahnya, karena genset
putarannya konstan, jadi perubahan pemberian bahan bakar tidak dapat
diikuti oleh pemberian udara secara seimbang. Sehingga nilai efisiensi
maupun nilai BMEP tidak konstan sebagai fungsi beban. Oleh karena itu,
unit PLTD sebaiknya dibebani konstan yang menghasilkan efisiensi
maksimum, kira-kira beban 80% Daya output shaft engine diesel dapat
dinyatakan dengan persamaan :
𝑆 𝑥 𝐴 𝑥 𝐼 𝑥 𝐵𝑀𝐸𝑃 𝑥 𝑛 𝑥 𝑘
P= ................................................... (3.1)
2

Dimana :
P = Daya output engine / indicated horse power (IHP)
S = Jumlah silinder

20
A = Luas lingkaran silinder (cm2)
I = Panjang langkah (m)
BMEP = Tekanan rata-rata peledakan tiap silinder (kg/cm2)
n = Jumlah putaran per detik (RPS)
2 = Untuk 4 langkah, 1 untuk 2 langkah
k = Konstanta = 1/75 = karena 1 HP = 75 kgm/s

3.2.3 Rating Genset


Besaran rating genset di bedakan berdasarkan aplikasinya, genset
dibagi dalam beberapa rating :
a. Continuous Power Rating
Rating ini dapat memikul beban yang konstan atau sedikit
variasi dengan load factor normal mencapai 70% - 100 %
dalam jam yang tidak terbatas per tahun. Engine dengan rating
ini dapat dibebani secara terus-menerus dengan
100 % beban (ekW). Aplikasi ini disarankan pada pembangkit
listrik utama (utility power supply).
b. Standby Power Rating
Diaplikasikan untuk beban yang lebih bervariasi. Load factor
normalnya mencapai 70 %. Jumlah jam operasi per tahun
selama 200 jam dan maksimum 500 jam. Aplikasi ini cocok
dipergunakan sebagai standby power dan rental power.
c. Prime Power Rating
Diaplikasikan untuk beban yang bervariasi dengan load factor
normal mencapai 70 % dalam jam yang tidak terbatas per
tahun. Beban maksimum 100% dengan tambahan 10 %
overload capability hanya boleh dioperasikan selama 1 jam
dalam 12 jam operasi. Operasi overload tidak boleh lebih dari
25 jam per tahun. Aplikasi ini disarankan pada pembangkit
listrik untuk industri, pompa, dan konstruksi.

21
d. Emergency Standby Power Rating (ESP Rating)
Diaplikasikan untuk beban yang lebih bervariasi. Load factor
normalnya mencapai 70 %. Jumlah jam operasi per tahun
selama 50 jam dan maksimum 200 jam. Aplikasi ini cocok
dipergunakan untuk building service standby.

3.2.4 Reverse Power Generator


Reverse power merupakan fenomena perubahan unjuk kerja dari
generator menjadi motor. Jadi dalam kejadian ini, sebuah generator yang
tadinya menghasilkan daya listrik, berubah menjadi menggunakan daya
listrik. Dampak reverse power adalah sebagai berikut:
a. Pada diesel generator dapat terjadi ledakan pada ruang bakarnya
karena adanya akumulasi bahan bakar yang tak terbakar
sedangkan rotor terus berputar,
b. Pada gas turbin juga akan merusak gear box-nya dan
c. Pada hydroplant (turbin air) akan terjadi kavitasi.

Hal ini bisa terjadi karena pada dasarnya antara generator dan motor
memiliki konstruksi yang sama dan jika:
a. Generator dihubungkan parallel atau bergabung dalam suatu
jaringan dengan generator lain.
b. Kehilangan torsi dari penggerak mulanya (dengan kata lain
penggerak mulanya seperti turbin atau mesin diesel "Trip" atau
mengalami kegagalan operasi) dan generator masih terhubung
dengan jaringan. Karena masih ada kecepatan sisa pada
rotornya, sedangkan disisi statornya ada tegangan dari jaringan,
sehingga tegangan di stator menginduksi ke lilitan rotor yang
berputar.
c. Torsi yang dihasilkan oleh penggerak mula (power mover,
dalam hal ini misalkan turbin uap, turbin air, atau mesin diesel)

22
lebih kecil dari torsi yang dibutuhkan untuk menjaga agar
kecepatan rotornya berada pada kecepatan proporsionalnya
(dengan referensi frekuensi sistem).

Pada suatu sistem pembangkitan yang terdiri dari dua atau lebih
generator dan dioperasikan secara paralel maka setiap generator dilengkapi
dengan peralatan proteksi berupa relay reverse power untuk mendeteksi
dan membuka pemutus apabila ada reverse power (gangguan) yang
mengalir dari satu generator ke generator lainnya yang mengalami
gangguan pada penggerak mulanya. Maka dari itu di pasang relay reverse
power bekerja dengan mengukur komponen aktif arus beban, I x cos φ.
Ketika generator menghasilkan daya listrik maka komponen arus beban I x
cos φ bernilai positif, sedangkan dalam kondisi reverse power berubah
menjadi bernilai negatif. Jika nilai negatif ini melampaui set point dari
relay, maka reverse power relay akan bekerja secara interlock dengan
membuka Circuit Breaker (CB). Inti dari semuanya, jika terjadi reverse
power pada suatu unit pembangkit listrik maka terjadi kerusakan pada
peralatan penggerak mulanya (power mover).

3.2.5 Faktor Daya


Faktor daya atau sering di sebut cosinus sudut (cos α) merupakan
perbandingan antara daya aktif dengan daya semu. Adanya dan besarnya
faktor daya pada sistem tegangan AC disebabkan oleh ada beban dan
besarnya tergantung dari karakteristiknya. Daya reaktif yang tinggi akan
meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya faktor daya akan menjadi
lebih rendah. Faktor daya (pf) selalu lebih kecil atau sama dengan satu.
Secara teori, jika seluruh beban daya memiliki pf = 1, maka daya
maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian.
Jika faktor daya sangat rendah maka kapasitas jaringan distribusi listrik

23
menjadi tertekan. Jadi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk
keluaran daya aktif (W) yang sama dalam rangka meminimalkan
kebutuhan daya semu (VA). Faktor daya yang rendah merugikan karena
mengakibatkan arus beban tinggi. Adapun rumus perhitungan daya sebagai
berikut :

W V2
I= , I= , I = VI , I = I 2 ………………….(3.2)
t R

Dimana :
P : Daya (Watt)
I : Arus (ampere)
R : Tahanan (ohm)
W : Usaha (Joule)
t : Waktu
V : Tegangan/beda potensial (Volt)

Adapun Rumus Perhitungan Arus Sebagai Berikut :

P V P Q
I= , I= , I = √ , I= …………..……(3.3)
V R R t

Dimana :
I : Arus Listrik
V : Tegangan Listrik
R : Tahanan (ohm)
P : Power/Daya
Q : Coulomb
T : Waktu Dalam Detik

24
Adapun Rumus Perhitungan Tegangan Sebagai Berikut :

P
V = IR , V = √PR , V= …………..……..(3.4)
I

Dimana :
I : Arus Listrik
V : Tegangan Listrik
R : Tahanan (ohm)
P : Power/Daya

Adapun Rumus Perhitungan Hambatan Sebagai Berikut :


𝑉
𝑅= ............................................................................................. (3.5)
𝐼

Dimana :
R : Hambatan Listrik (ohm)
V : Tegangan Listrik(Volt)
I : Arus Listrik (Ampere)

Gambar 3.4 Segitiga Daya

25
3.2.6 Daya Aktif (P)
Adanya daya aktif (faktor P) disebabkan beban yang digunakan
bersifat resistif seperti lampu pijar, rheostat, load bank, pemanas, motor
induksi berbeban berat, dan trafo berbeban tinggi, dll. Beban resistif
membuat phasa antara tegangan dan arus selalu sama (inphase) sehingga
membuat pf = 1. Adapun perhitungan daya aktif sebagai berikut:
1 phasa P = V x I x cos α (W) .................................................. (3.6)
3 phasa P = √ 3 x VL-L x IL x cos α (W) ..................................... (3.7)
dimana Z = R

Gambar 3.5 Karakteristik Phasa dan Vektor Pada Beban Resitif Murni

3.2.7 Daya Semu (S)


Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa
Inggris Apparent Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif
(root-mean-square) dengan arus efektif (root-mean-square).
S=VxI ...................................................................................... (3.8)
𝑆 = √𝑃2 + 𝑄 2 ............................................................................... (3.9)

3.2.8 Daya Reaktif (Q)


Pada dasarnya daya reaktif ini (faktor Q) disebabkan oleh 2
karakteristik beban yaitu beban induktif dan kapasitif. Adanya beban

26
induktif membuat perbedaan phase antara tegangan dan arus dimana arus
tertinggal terhadap tegangan atau disebut dengan pf lagging (positif pf).
Sehingga membuat pf rendah (pf < 1), atau induktif murni ia memiliki pf =
0 maka hanya ada daya reaktif saja. Contoh beban induktif seperti motor
induksi tanpa beban atau berbeban rendah, trafo berbeban rendah, ballast,
dll.

3.3 Sistem Pembagian Beban


3.3.1 Sistem Isochronous
Metode isochronous atau dengan istilah speed droop 0% digunakan
untuk kecepatan tetap konstan pada prime mover di berbagai tingkat
pembebanan baik aplikasi single operation, atau dua atau lebih prime
mover yang dikontrol oleh load sharing control.

Gambar 3.6 Fungsi Beban Terhadap Frekwensi Dengan Isochronous

3.3.2 Hubungan Speed Droop Dengan Pembagian Beban


Terdapat dua buah unit pembangkit yang bekerja secara paralel dan
melayani beban sebesar P, hanya saja untuk pembangkit 2, garis beban
berarah ke kiri dan sumbu frekuensinya ada di kanan untuk memudahkan
penggambaran bahwa beban P selau sama dengan jumlah daya yang
dibangkitkan yakni P1 ditambah P2. Unit pembangkit 1 mempunyai speed
droop S1 sedangkan pembangkit 2 speed droop-nya S2.
Mula-mula masing-masing unit mempunyai beban P1 dan P2
sedangkan frekwensinya F1 dan jumlah beban adalah P. Kemudian terjadi
kenaikan beban menjadi P1 sehingga beban masing-masing unit

27
pembangkit menjadi P11 dan P21 dimana penjumlahan keduanya adalah
P1 dan frekwensinya turun menjadi F2.
Terlihat bahwa unit pembangkit 1 yang mempunyai speed droop S1
lebih kecil daripada S2 mengalami penambahan beban yang lebih besar
daripada penambahan beban pada unit pembangkit 2 yang sebesar P21-P2.
Sistem yang terdiri dari banyak unit pembangkit sesungguhnya dapat
dianalogikan dengan sebuah unit pembangkit besar yang memiliki speed
droop tertentu.

Gambar 3.7 Pengaruh Speed Droop Terhadap Pembagian Beban

3.4 Power Quality Analyzer


Power quality analyzer adalah alat yang digunakan untuk mengetahui
kualitas daya dari tenaga listrik. Alat ini sangat kompleks, karena dapat
digunakan untuk mengukur tegangan, arus listrik, frekuensi, daya kompleks,
daya aktif, daya reaktif, dan faktor daya.
Power quality analyzer ini mudah digunakan dan tahan guncangan. Alat ini
ditujukan untuk para teknisi dan engineer untuk melakukan pengukuran dan
pekerjaan diagnostik serta kualitas daya bekerja pada satu, dua, atau tiga fase
jaringan tegangan rendah.
Pengguna dapat mendapatkan bentuk gelombang dari karakteristik utama
jaringan listrik, dan memonitor variasi pengukuran selama periode waktu

28
tertentu. Sistem multi–tasking pengukuran yang simultan dapat menangani
semua fungsi pengukuran dan tampilan bentuk gelombang dari berbagai besaran,
deteksi, rekaman yang terus menerus. Dibawah ini adalah gambar dari PowerPad
Model 3945-B :

Gambar 3.8 Power Pad Model 3945-B

Keterangan gambar 3.23, sebagai berikut :


1. Over molded protective case
2. Layar LCD berwarna dengan representasi grafis dari parameter
sistem dan pengukuran
3. Enam tombol fungsi yang digunakan untuk merubah mode tampilan
4. Empat tombol fungsi yang digunakan pengguna untuk :
a. Melakukan setup parameter pada alat
b. Mengambil gambar dari tampilan layar yang dapat disimpan
dimemori
c. Mencetak hasil pengukuran dari printer eksternal
d. Tombol bantuan
5. Tombol ON / OFF
6. Tiga masukan arus disisi atas alat yang dapat digunakan dari sensor arus

29
7. Empat tegangan masukan
8. RS-232 untuk transfer data ke PC
9. Daya masukan AC
10. Tombol enter
11. Empat tombol yang dapat memindahkan cursor
12. Enam tombol untuk mengganti mode pengukuran :
a. Transients, menampilkan bentuk gelombang dengan perubahan
masukan.
b. Tampilan Harmonisa, menampilkan bentuk harmonisa dari
tegangan, arus dan daya.
c. Tampilan bentuk gelombang.
d. Mode daya.
e. Mode record.
f. Alarm event.

Tampilan dari PowerPad model 3945-B dapat dilihat pada gambar


dibawah ini :

Gambar 3.9 Tampilan Dari Power Pad Model 3945-B

Keterangan gambar :
1. Tampilan atas ( baris indikator ), berisi simbol mode pengukuran,
frekuensi dari signal yang diukur, status bar kapasitas memori, tanggal
dan waktu, status baterai.
2. Hasil pengukuran RMS dengan bentuk gelombangnya.

30
3. Nilai T dari signal.
4. Pilihan Pengukuran.
5. Pilihan tampilan bentuk gelombang.

3.5 Load Bank


Load bank adalah sebuah perangkat yang bisa mengembangkan sebuah
beban listrik, berlaku beban ke sumber daya listrik dan mengubah atau
menghilangkan output daya yang dihasilkan oleh sumber. Tujuannya meniru
beban operasional suatu sumber daya yang biasa terlihat dalam sebuah aplikasi.
Jadi bisa dikatakan load bank merupakan perangkat sistematis mandiri yang
mencakup unsur-unsur beban dengan kontrol dan aksesori perangkat yang
diperlukan untuk beroperasi. Secara sederhana load bank adalah suatu perangkat
yang digunakan untuk pengetesan, atau pembuangan beban listrik. Semisal
sebuah Genset akan di test kemampuannya, maka digunakanlah Load Bank untuk
pengetesannya. Apakah setelah diuji menggunakan load bank, kemampuan
genset tersebut berkurang atau tidak, sesuai spesifikasi atau tidak.

Gambar 3.10 Loud Bank

31
3.5.1 Fungsi Loud Bank
Fungsi lain dari Load Bank yang lain adalah sebagai media pengalih beban
sementara atau sebagai pembuang beban, sebagai misal suatu unit generator yang sedang
bekerja dengan beban penuh tiba-tiba harus hilang sebagian besar beban atau bahkan
hilang maupun sengaja dihilangkan bebannya dengan berbagai macam sebab, maka
genset bisa mengalami overspeed, untuk mengatasi hal ini maka fungsi load bank adalah
untuk memindahkan beban yang hilang itu ke unit load bank dalam waktu singkat sesuai
program pengaturnya, yang selanjutnya bisa diatur sendiri mau diapakan genset tersebut
baik secara manual atau mengikuti langkah program lain yang sudah di program dalam
sistem tersebut sejak dari awal.

3.5.2 Jenis-jenis Loud Bank


3.5.2.1 Dummy Load Larutan Air Garam
Cara pengetesan genset yang umum dipakai dengan
mempergunakan air garam sebagai media beban, yaitu
mempergunakan sejumlah air yang dicampur dengan garam dalam
konsentrasi tertentu dimana garam yang terlarut didalam air
berfungsi sebagai media elektrolit, elektroda (tembaga)
disambungkan dengan genset.
Prosedur pengetesannya adalah dengan memasukkan
elektroda yang sudah tersambung dengan unit genset tersebut
perlahan-lahan, semakin pekat konsentrasi garam terlarut, semakin
dalam dan semakin luas media elektroda yang tercelup kedalam
larutan elektrolit tersebut, maka semakin tinggi pula nilai beban
yang bisa didapatkan.
Keuntungan dari alat ini dibandingkan jenis lainnya adalah
relatif murah di sisi harga, karena hanya cukup menginvestasikan
drum atau bak, elektroda tembaga yang bisa berupa tembaga
batangan ataupun plat dan garam curah yang biasa dipakai untuk
pengawet ikan.

32
Hanya saja penggunaan alat ini hanya untuk operasi yang
singkat saja, umumnya hanya dalam hitungan detik, tidak bisa
dipakai untuk kerja kontinyu, air garam yang terlarut cepat
mendidih dan menguap, parameter pembebanan kurang stabil dan
ukuran bak air garam cukup besar bila ingin melakukan prosedur
test yang agak lama, agak merepotkan bila di mobilisasi, air garam
merusak struktur bak bila bak terbuat dari bahan metal.

3.5.2.2 Load Bank Grid Resistor


Load Bank ini terdiri dari lempengan plat nickelin yang
mempunyai karakteristik tahanan (Ohm) yang disusun sedemikian
rupa sehingga mempunyai nilai tahanan tertentu untuk media test
pembebanan, plat nickelin tersusun dengan lapisan isolator tahan
panas, pada saat dilakukan pembebanan plat nickelin ini akan
membara, pendinginan perlu dilakukan dengan blower bila
dikehendaki waktu tes yang lebih lama, pola pengetesan bisa
dilakukan bertahap dan bertingkat sesuai besaran nilai tahanan
dari susunan plat nickelin ini, semakin besar kapasitas pengetesan
maka semakin besar pula panas yang akan diproduksi.

3.5.2.3 Load Bank Element Heater


Tersusun dari sejumlah element heater dalam kapasitas
tertentu yang disusun sedemikian rupa untuk mendapatkan nilai
pembebanan, element heater yang terbuat dari kawat nickelin yang
terbungkus gips dan pipa bersirip memberikan keamanan yang
cukup tinggi dalam pengetesan, dengan mengalirkan udara
bertekanan kedalam rangkaian alat ini bisa membantu membuang
panas yang dihasilkan sehingga pola pengetesan bisa dilakukan
secara kontinyu.

33
Penataan dari elemen heater yang cukup ringkas menjadikan
alat ini mudah dimobilisasi, load test equipment berkapasitas 500
KW cukup diangkut dengan mobil pick up saja, praktis dalam
pengoperasiannya, cukup dengan menambahkan multimeter maka
semua parameter bisa di catat dengan mudah.

3.6 Data Motor Hoist


Berikut ini adalah tabel spesifikasi motor hoist :

Tabel 3.1 Data Motor Hoist


SPESIFIKASI MOTOR HOIST
OUTPUT 370 KW
TYPE FORM SA2127-KCKM
VOLTAGE 440 V
CURRENT 910 A
RPM 650 / 1560 RPM
POLE 4P
ARMATURE IR DROP 26.99 V (75˚C)
ARMATURE RESISTANCE 0.013512 + 4π
FIELD CURRENT 14.8 A (650 RPM)
5.8 A (1560 RPM)
FIELD VOLTAGE 170.6 V (100˚C)
FIELD RESISTANCE 4 X 1.61 π (20˚C)
FIELD INDUCTANCE 2.85 H x 4
NET POWER (kW) 429 kW
MECHANICAL EFFICIENCY 0.91
SPEED 50/120 m/min

34
Gambar 3.11 Motor Hoist

3.7 Data Generator Hoist


Berikut ini adalah tabel spesifikasi generator hoist :

Tabel 3.2 Data Generator Hoist


SPESIFIKASI GENERATOR HOIST
OUTPUT 400 KW
TYPE FORM SA2125-KCKM
VOLTAGE 440 V
CURRENT 909 A
RPM 1500 RPM
POLE 4P
ARMATURE IR DROP 24.18 V (75˚C)
ARMATURE RESISTANCE 0.01137 + 4π
FIELD CURRENT 21.05 A
FIELD VOLTAGE 72.5 V (100˚C)
FIELD RESISTANCE (0.603+0.708)x2 (20˚C)
FIELD INDUCTANCE 0.6 H x 4

35
Gambar 3.12 Generator Hoist

36

Anda mungkin juga menyukai