Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


Dosen Pengampu Prof. Dr. Imam Santoso., M.Si.

Oleh :

Yulian Fajar Tria Saputra

P2A018008

PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2019
Ilustrasi tentang Konsultasi Masyarakat

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha dan/atau kegiatan pada
dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya prinsip
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan,
dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan
tersebut dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak
negatif dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau
instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL dan UKL-UPL.
AMDAL tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga
aspek sosial ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap
usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPPLH) diwajibkan untuk memiliki UKL-UPL.
AMDAL dan UKL-UPL juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Izin Lingkungan.
Pada dasarnya proses penilaian AMDAL atau permeriksaan UKL-UPL merupakan satu
kesatuan dengan proses permohonan dan penerbitkan Izin Lingkungan. Dengan
dimasukkannya AMDAL dan UKL-UPL dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan,
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan
informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi
dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya,
baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan informasi tersebut,
pengambil keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan apakah suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak, disetujui, atau ditolak, dan Izin
Lingkungannya dapat diterbitkan.
Di samping itu, UUPPLH juga telah mengatur dan memberikan ruang yang luas bagi
masyarakat untuk dapat berperan serta dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Melalui asas-asas partisipatif yang menjadi salah satu asas dalam UUPPLH ini, setiap
anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Dokumen AMDAL disusun dengan melibatkan masyarakat melalui pengumuman dan
konsultasi publik. Dalam Pasal 9 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan, diatur bahwa tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam proses AMDAL
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, pedoman ini disusun sebagai
acuan untuk melaksanakan amanah dari Pasal 9 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 27
Tahun 2012 dan memberikan penjabaran lebih lanjut dari Pasal 44 sampai dengan Pasal 46
dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 yang mengatur tentang
permohonan dan penerbitan izin lingkungan.
Dalam UUPPLH dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
telah mengatur bahwa dalam proses AMDAL dan izin lingkungan, masyarakat dilibatkan
melalui:
1. pengikutsertaan dalam penyusunan dokumen AMDAL melalui proses pengumuman,
penyampaian saran, pendapat dan tanggapan masyarakat dan konsultasi publik serta
pengikutsertaan masyarakat dalam komisi penilai AMDAL, bagi rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL;
2. proses pengumuman permohonan izin lingkungan, penyampaian saran, pendapat dan
tanggapan masyarakat serta pengumuman setelah izin lingkungan diterbitkan, baik
untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki AMDAL maupun rencana
usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki UKL-UPL.
Tujuan dilibatkannya masyarakat dalam proses AMDAL dan izin lingkungan agar:
1. Masyarakat mendapatkan informasi mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan yang
berdampak penting terhadap lingkungan;
2. Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas rencana
usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan;
3. Masyarakat dapat terlibat dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
rekomendasi kelayakan atau ketidaklayakan atas rencana usaha dan/atau kegiatan
yang berdampak penting terhadap lingkungan;
4. Masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan/atau tanggapan atas proses
izin lingkungan;
Dalam penyusunan dokumen AMDAL tersebut, pemrakarsa mengikutsertakan masyarakat,
yang mencakup: (1) masyarakat terkena dampak; (2) masyarakat pemerhati lingkungan; dan
(3) masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL.
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan UUPPLH dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 tentang Izin Lingkungan, maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam
Proses AMDAL dan Izin Lingkungan.
Implementasi Keterlibatan Masyarakat
Seperti sudah diketahui bahwa dalam dokumen Amdal terdiri atas Kerangka Acuan (KA),
Analisis Dampak Lingkungan (Andal), serta Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL). Pengikutsertaan masyarakat sendiri
dilakukan melalui pengumuman rencana usaha dan/atau kegiatan serta konsultasi publik
yang dilakukan sebelum penyusunan dokumen KA. Melalui proses pengumuman dan
konsultasi publik, masyarakat dapat memberikan saran, pendapat dan tanggapan yang
disampaikan secara tertulis kepada pemrakarsa dan Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan penilaian dokumen Amdal.
Disamping itu, masyarakat yang terkena dampak melalui wakilnya wajib dilibatkan dalam
proses penilaian dokumen Andal dan RKL-RPL melalui Rapat Komisi Penilaian Amdal. Wakil
masyarakat terkena dampak merupakan salah satu anggota Komisi Penilai Amdal.
Dalam pelaksanaan pengumuman, hal ini dilakukan oleh pihak pemrakarsa yang wajib
memiliki Amdal dari rencana usaha dan/atau kegiatannya, pengumuman ini dilakukan
sebelum penyusunan dokumen KA. Pengumuman ini ditujukan kepada masyarakat
terdampak, masyarakat pemerhati lingkungan, dan masyarakat yang terpengaruh atas segala
bentuk keputusan dalam proses Amdal. Dalam pelakasanaan pengumuman ini, harus
menyampaikan informasi secara benar dan tepat mengenai: nama dan alamat pemrakarsa,
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan, skala/besaran dari rencana usaha dan/atau kegiatan,
lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan, dampak potensial yang akan timbul (contoh: potensi
timbulnya limbah cair, potensi emisi dari cerobong, potensi keresahan masyarakat, dan lain-
lain) dan konsep umum pengendalian dampaknya, tanggal pengumuman tersebut mulai
dipasang dan batas waktu pemberian saran, pendapat, dan tanggapan (spt) dari masyarakat,
nama dan alamat pemrakarsa dan instansi lingkungan hidup yang menerima saran, pendapat,
dan tanggapan dari masyarakat.
Pengumuman ini dapat dilakukan melalui media berupa media cetak (surat kabar lokal
dan/atau surat kabar nasional (sesuai kewenangan penilaian) dan papan pengumuman yang
mudah dijangkau oleh masyarakat terkena dampak. Selain dua hal tersebut, pengumuman
juga dapat dilakukan melalui media cetak seperti brosur, pamflet, atau spanduk, media
elektronik melalui televisi, website, jejaring sosial, sms dan/atau radio, papan pengumuman
di instansi lingkungan hidup, serta media lain yang dapat digunakan. dalam masa
pengumuman ini masyarakat dapat menyampaikan saran, pendapat dan tanggapan (SPT)
kepada pihak pemrakarsa yang dapat berupa informasi deskriptif tentang keadaan lingkungan
sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan, nilai-nilai lokal yang diusulkan, dan aspirasi
masyarakat terkait rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan.
Selain pengumuman tersebut, dalam pelibatan masyarakat ini juga dilakukan konsultasi
publik yang dapat dilakukan sebelum, bersamaan, atau setelah pengumuman rencana usaha
dan/atau kegiatan dilakukan. Dalam hal pelaksanaan konsultasi publik ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara antara lain: lokakarya, seminar, focus group discussion, temu warga,
forum dengar pendapat, dialog interaktif; dan/ataumetode lain yang dapat dipergunakan
untuk berkomunikais secara dua arah. Hal ini ditujukan untuk menjaring saran, pendapat dan
tanggapan dari masyarakat secara langsung agar dapat berjalan secara efektif dan efisien
mengenai rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan, yang nantinya akan masuk dalam
dokumen KA yang akan disusun.
Selain itu dalam konsultasi publik ini juga dilakukan sebagai sarana untuk memilih dan
menetapkan wakil masyarakat terkena dampak yang akan duduk sebagai anggota komisi
penilai Amdal. Dalam hal penetapan wakil masyarakat sebagai anggota komisi penilai Amdal
ini menunjukan tingkat masyarakat yaitu sudah mencapai “partnership”, yaitu masyarakat
sudah memiliki ruang untuk bernegosiasi dengan pemrakarsa untuk penentuan keputusan
nantinya. Seperti diketahui bahwa tingkatan peran serta masyarakat ada 8 yaitu secara
beurutan adalah (1) manipulation, (2) therapy, (3) informing, (4) consulting, (5) placation, (6)
partnership, (7) delegation power, (8) citizen control.
Setelah masyarakat sudah memiliki wakil dalam komisi penilai Amdal, maka tingkat peran
serta masyarakat sudah naik menjadi delegation power dan citizen control dimana
masyarakat ikut serta dalam pengambilan keputusan yang nantinya menentukan keputusan
akhir untuk rencana usaha dan/atau kegiatan yang sudah direncanakan oleh pemrakarsa akan
disetujui atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai